Anda di halaman 1dari 15

CRITICAL JOURNAL REVIEW

CRITICAL JOURNAL REVIEW MK. TELAAH KURIKULUM


PRODI SI PENDIDIKAN MUSIK

D
Skor Nilai :
I

OLEH :

KELOMPOK I

RIAU WIKA / 2181142010


HARDI KIRAWAN PANE / 2181142005
RAMANTA ALKARO SINULINGGA / 2182142006
AIDIL PAISAL SIREGAR / 2183342001

DOSEN : Dra. PITA HOTMA DAMERIA SILITONGA,M.Pd.


PRODI/KELAS : Pendidikan Musik / Kelas C-2018

FAKULTAS BAHASA DAN SENI


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena saya masih
dapat membuat tugas Critical Jurnal Review (CJR) ini tepat pada waktunya. Makalah ini
berisikan tentang kritikan jurnal. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi
kepada kita semua tentang jurnal tersebut. Makalah ini tentu saja disusun dari berbagai
sumber dan secara jujur saya mengakui bahwa terdapat sejumlah konsep yang dikutip dari
referensi lain dan sebagian materi merupakan kompilasi dari beberapa referensi yang terdapat
pada daftar pustaka.

Disini saya ucapkan terimakasih kepada Pita Hotma Dameria, selaku dosen pengampu
mata kuliah Telaah Kurikulum. Serta saya ucapkan terimakasih kepada keluarga dan rekan –
rekan saya yang telah memberikan dukungan dan doa sehingga saya mampu menyelesaikan
tugas ini dengan baik.

Dalam penyusunan tugas ini tidak luput dari kesalahan dan kekeliuran, untuk itu saya
mohon kritik dan saran demi perbaikan makalah ini. Semoga penyusunan Critical Jurnal
Review ini memberikan manfaat bagi pembaca dan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan.

Kritik dan saran yang membangun diri pembaca sangat saya harapkan supaya
makalah ini menjadi lebih baik. Akhir kata, saya mengucapkan terimakasih kepada pembaca
atas perhatiannya.

Salam Sejahtera

November 2019

Riau Wika Simanjuntak


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN

a. Resionalisasi Pentingnya CJR


b. Tujuan Penulisan CJR
c. Manfaat CJR

ANALISIS JURNAL

a. Jurnal I
b. Jurnal II

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN JURNAL
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Meringkas sebuah jurnal atau mereview sebuah jurnal ( Critical Jurnal Review)
merupakan sebuah hal untuk menemukan ide ataupun memberikan penilaian terhadap isi
sebuah jurnal untuk menguji ataupun menilai kebenaran isi, kemuktahiran sebuah isi
jurnal, dan melatih sebuah penulis untuk menjadi hal yang lebih baik lagi kedepannya
apabila penulis ingin menjadi seseorang yang ahli dalam menyusun sebuah jurnal.

Tujuan dalam melakukan sebuah Critial Jurnal Review, yaitu :

 Menemukan inti sari ataupun ide gagasan dari dalam sebuah jurnal tersebut.
 Meringkas isi buku untuk mempermudah pembaca untuk memahami intisari ilmu.
Yang disampaikan oleh penulis. Menemukan kelebihan dan memberi saran
kekurangan sebuah jurnal.
 Menyimpulkan isi pembahasan dalam jurnal tersebut.

Manfaat melakukan Critical Jurnal Review bagi mahasiswa, yaitu :

 Mahasiswa dapat melatih diri secara mandiri untuk memahami ringkasan ilmu isi
jurnal tersebut.
 Mahasiswa dapat menilai kelebihan ataupun kekurangan isi jurnal tersebut agar
menjadi penulis yang lebih baik lagi kedepannya.
 Mahasiswa secara mandiri dapat menyimpulkan dan memberi saran mengenai
kekurangan jurnal tersebut.
 Mahasiswa secara langsung dapat memahami cara menjadi penulis jurnal yang baik.

B. Tujuan

Mengkritik Jurnal (critical journal review) ini dibuat sebagai salah satu referensi
ilmu yang bermanfaat untuk menambah wawasan penulis maupun pembaca dalam
mengetahui kelebihan dan kekurangan suatu jurnal, menjadi bahan pertimbangan, dan
juga menyelesaikan salah satu tugas individu mata kuliah Telaah Kurikulum di
Universitas Negeri Medan.

C. Manfaat

Adapun manfaat pembuatan Critical Jurnal Review mata kuliah Telaah


Kurikulum ini sendiri yaitu :

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah tersebut.


2. Memahami referensi dan wawasan mengenai mata kuliah Telaah
Kurikulum.
REVIEW JURNAL I

A. Identitas Jurnal

Judul Pengembangan Kurikulum Berbasis Madrasah


Jurnal Jurnal Penelitian
Vol & Hal Volume 10, No 2
Tahun Oktober, 2009
Penulis Muhammad Nasir
ISSN -
Riviewer Riau Wika Simanjuntak, Ramanta Alkaro Sinulingga
Tanggal November 2019

B. Hasil Review

Latar Belakang Desentralisasi pendididkan di Indonesia memberikan suasana baru


dalam pengelolaan dan pengembangan kurikulum madrasah, terlebih
lagi setelah diberlakukan Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan
(KTSP). Perubahan tersebut meliputi perpindahan tanggung jawab
dalam pengambilan keputusan atas pengembangan kurikulum dari
yang bersifat terpusat oleh pemerintah menjadi kewenangan yang ada
pada masing-masing sekolah/madrasah. Para guru dan seluruh
komponen madrasah menuntut lebih banyak kebebasan dalam
menentukan kurikulum di madrasah oleh warga madrasah. Tuntutan
tersebut karena, model pengembangan kurikulum selama ini adalah
centre based or top down, yaitu kebijakan yang sepenuhnya
ditentukan oleh pusat, hanya sedikit otonomi bagi madrasah dalam
proses pengembangan kurikulum.
Rumusan Masalah Bagaimana hakekat, prosedur dan langkah-langkah pengembangan
kurikulum yang berbasis kepentingan madrasah?
Bagaimana mengembangkan kurikulum ideal yang mengintegrasikan
pendidikan umum dan pendidikan agama?
Tujuan Penelitian Mengetahui hakekat, prosedur dan langkah-langkah pengembangan
kurikulum yang berbasis kepentingan madrasah. Termasuk
pengembangkan kurikulum ideal yang mengintegrasikan pendidikan
umum dan pendidikan agama
Langkah Penelitian 1. Persipan penelitian
2. Melakukan studi
3. Melakukan, observasi, wawancara dan dokumentasi dalam
mengumpulkan data
4. Menganalisis data
5. Membuat artikel/jurnal hasil penelitian
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode skriptif analitif.
Hasil Penelitian Madrasah sebagai lembaga pendidikan yang berciri khas Islam banyak
menarik perhatian oleh berbagai kalangan terutama para pemerhati
Pendidikan. Ketertarikan para pemerhati pendidikan ini disebabkan
oleh banyak hal di antaranya; 1) posisi madrasah sangat strategis dan
vital dalam membina generasi bangsa yang jumlah peserta didiknya
sangat signifikan; 2) Secara kuantitas, madrasah di Indonesia baik
negeri maupun swasta mengalami peningkatan yang cukup signifikan
dan menyebar di seluruh wilayah Republik Indonesia dan 3) Adanya
anggapan bahwa madrasah seakan-akan tersisih dan termarginalkan
dari mainstrem pendidikan nasional dan dianggap sebagai pendatang
baru yang dianggap banyak mengalami masalah dalam hal mutu,
menagemen dan kurikulum.

Pengertian dan Sejarah Berdidirinya Madrasah


Kata madrasah berasal dari “darasa” yang berarti belajar. Kata ini
kemudian di-tashrif dalam bentuk isim makan (kata yang menunjuk
pada tempat) menjadi madrasah yang berarti tempat belajar baik bagi
murid yang level (TK, SD/MI, SMP/MTS/SMU/MA ) rendah maupun
level tinggi (Perguruan Tinggi). Makna lain dari “darasa” adalah
terhapus, hilang bekasnya, menjadikan usang, melatih dan
mempelajari. Luis Ma’luf (1986 : 187). Berdasarkan arti madrasah
tersebut, maka diketahui bahwa istilah madrasah merupakan tempat
untuk mencerdaskan para peserta didik, menghilangkan
ketidaktahuan, atau memberantas kebodohan mereka serta melatih
keterampilan mereka sesuai bakat, minat dan kemampuannya.
Madrasah juga tidak hanya diartikan sebagai sekolah dalam arti
sempit, tetapi juga bisa dimaknai dengan rumah, istana, kuttab,
masjid, perpustakaan, surau dan tempat-tempat lainnya. Bahkan
seorang ibu dapat dikategorikan sebagai al-madrasah al”ula.(madrasah
pemula). Al-Hasyimi (1985 : 200)

Sementara madrasah dalam konteks Indonesia, pada dasarnya


merupakan fenomena modern yang baru muncul pada abd 20 M,
karena pada masa awal masuk dan berkembangnya Islam, masyarakat
Islam masih menggunakan rumah-rumah, langgar, surau, masjid dan
kemudian berkembang menjadi pesantren sebagai tempat belajar.
Dalam perkembangan selanjutnya, madrasah di Indonesia lahir
sebagai hasil tarik menarik antara pesantren sebagai lembaga
pendidikan Islam pada masa awal yang sudah ada di satu sisi dengan
pendidikan modern (umum) di sisi lain.

Pada masa awal berdiri dan berkembangnya madrasah di Indonesia,


tanpaknya mengalami masa sulit. Pada awal kemerdekaan, madrasah
terus hidup dan berkembang, tetapi tidak memperoh bantuan
sepenuhnya dari pemerintah. Madrasah dan dunia pendidikan Islam
lainnya pada umumnya dibiarkan hidup apa adanya. Perhatian
pemerintah hanya sebatas memberikan dorongan moril saja. Namun,
dalam perkembangnya, madrasah tidak lagi menjadi lembaga
pendidikan yang termarginalkan, tetapi madrasah telah menjadi Sub
Sistem Pendidikan Nasional yang tentu saja tidak akan berbeda
dengan kebijakan pendidikan yang diterapkan oleh Menteri
Pendidikan Nasional. Dengan demikian, pembangunan pendidikan di
madrasah akan mengacu pada empat hal yaitu pemerataan, relevansi,
kualitas dan efesiensi.

Konsep Pengembangan Kurikulum Berbasis Madrasah

Pengembangan Kurikulum Berbasis Sekolah/Madrasah atau School


Based Curriculum Development melibatkan beberapa hal yaitu:
1) Dalam proses pengembangan kurikulum, para guru dilibatkan
dalam bentuk partisipasi mereka dalam pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan pengembangan dan pelaksanaan kurikulum
madrasah 2) Melibatkan seluruh komponen sekolah/madrasah yang
meliputi kepala sekolah, guru, staff, masyarakat, siswa dan lain-lain 3)
Pengembangan kurikulum bersifat selektif, adaftif dan kreatif. Ketiga
sifat inilah yang membedakan konsep pengembangan kurikulum
sebelumnya misalnya dengan konsep sebelumnya. Meskipun
Beberapa penulis menganggap bahwa kegiatan seleksi, adaptasi dan
kreasi yang dilakukan oleh seorang guru tidak termasuk dalam
kategori Pengembangan Kurikulum Berbasis Sekolah/Madrasah
seperti yang terlihat pada gambar di atas. 4) Adanya pergeseran
tanggungjawab pengambilan keputusan kurikulum dengan tidak
memutuskan garis hubungan sekolah dengan pusat. 5) Bersifat terus
menerus dan dinamis yang secara ideal melibatkan guru,tenaga
kependidikan lainnya, masyarakat, orang tua dan siswa. 6)
Melibatkan kebutuhan dukungan struktur yang bervariasi 7) Adanya
sebuah perubahan peran guru yang bersifat tradisional yang hanya
bertugas sebagai pengajar menjadi peneliti dan pengembang
kurikulum.

Keterlibatan Orang Tua dan Masyarakat Dalam Pengembangan


Kurikulum

Salah satu bentuk keterlibatan orang tua atau masyarakat adalah


keterlibatan mereka dalam pengembangan kurikulum. Dalam sebuah
buku yang ditulis oleh Ramsay dkk dengan judul “Depelopment
Patnership :Collaboration between teachers and parents” bahwa
terdapat enam tahapan sistematis yang dapat dilakukan oleh
pengembang kurikulum dalam upaya melibatkan orang tua atau
masyarakat dalam mengembangkan kurikulum sekolah dalam hal ini
termasuk madrasah. Tahapan-tahapan yang dimaksud adalah sebagai
berikut :
Pertama, pra pengembangan atau persiapan kerja. Dalam tahapan awal
ini, pengembang kurikulum mengidentifikasi tingkat keterlibatan
orang tua dalam sekolah. Dalam pelaksanaanya, para guru
sesungguhnya dapat bertindak sebagai peneliti (research) dalam
rangka pengembangan kurikulum.
Kedua, mulai bekerja. Pengembang kurikulum melakukan pertemuan
dengan pihak sekolah berupa kepala sekolah, para staff, para orang
tua. Dari pertemuan ini, pengembang kurikulum memperoleh ide atau
informasi yang akan dijadikan dasar dalam merencankan
pengembangan kurikulum selanjutnya.
Ketiga, membangun Lingkaran Kerja. Pada tahapan ini, pihak sekolah
membentuk sebuah struktur atau mengangkat pengurus Komite
Review Kurikulum (Curriculum Review Commite). Komite ini
bertujuan sebagai pengendali atau pengarah atau kepemimpinan
group. Sekalipun melibatkan orang tua dan masyarakat dalam tahapan
ini, para guru tetap menjadi kunci utama yang harus menjaga atau
menjamin pelaksannaan kurikulum di kelas serta menjadi kunci dalam
teknik berinteraksi dengan para orang tua.
Keempat, melakukan Pertemuan Rutin dengan para orang
tua/masyarakat. Minimal ada tiga kategori pendekatan yang dapat
dilakukan untuk melibatkan orang tua yaitu 1) Aktifitas sosial yang
membuka kesempatan bagi orang tua untuk berpartisipasi dalam
aktifitas pendidikan seperti jamuan makan malam multikultural, hari
olah raga sekolah dan lain-lain. 2) Kegiatan yang terpusat pada anak
dengan menfokuskan diri pada penggambaran perhatian orang tua
atau keterlibatan mereka dalam beberapa pembelajaran khusus bagi
anak atau pertimbangan perilaku. 3) Kegiatan yang terpusat pada issu
tertentu.
Kelima, Melakukan pertimbangan, pengelompokan dan perencanaan
ulang dalam bentuk evaluasi bersama. Dan keenam, Pengembangan
piagam kerja sama Rachel Bolstad.

Pengembangan Ciri Khas Madrasah


1.adanya berbagai kegiatan seperti meningkatnya program pendidikan
agama secara optimal seperti penambahan jam pelajaran agama,
semakin terhindarnya kegiatan pendidikan yang dikotomis antara
pendidikan agama dengan pendidikan umum, terwujudnya suasana
keagamaan yang tercermin dalam kehidupan ibadah dan perilaku,
meluasnya kegiatan ekstra kurikuler yang menitikberatkan pada
pengembangan kepribadian secara utuh dan semakin terpeliharanya
pelaksanaan ajaran agama Islam di sekolah seperti kekeluragaan,
harga diri, semangat kebersamaan dan lain-lain.
2. Penguasaan dua bahasa Asing (bahasa Arab dan Ingris). Salah satu
yang ciri khas yang dimiliki madrasah adalah adanya bidang studi
bahasa Arab yang wajib dipelajari oleh peserta didik selain bahasa
Inggris atau bahasa Asing lainnya.
3. Pengembangan Program Paket Pilihan. (P4). Sementara yang
dimaksud dengan pengembangan program paket pilihan adalah,
madrasah menyiapkan sebuah paket yang di dalamnya terdiri dari
berbagai program khusus yang dipersipakan bagi siswa Madrasah
Tsanwaiyah dan Madrasah Aliyah yang tidak berniat untuk
melanjutkan studi ke yang lebih tinggi (Perguruan Tinggi).
4. Program Da’i profesional. Mansyarakat modern yang menghadapi
berbagai persoalan hidup sangat membutuhkan siraman rohani dan
pemahaman agama yang baik.
Kekuatan Penelitian 1. Bahasa yang digunakan oleh penulis cukup efektif sehingga mudah
untuk dipahami, termasuk dengan poin-poin penting yang
dikemukakan oleh penulis
2. Pemaparan materi di sertai dengan tabel sehingga hasil penelitian
menjadi lebih konkrit dan mempermudah pembaca dalam
menganalisis data pada jurnal
3. Susunan Jurnal dan penyampaian materi sangat jelas, sehingga
tujuan dan manfaat dari isi jurnal dapat tersampaikan dengan baik
bagi pembaca

Kelemahan 1. Metode penelitian tidak jelas tersampaikan


Penelitian 2. Tidak adanya ISSN penulis jurnal tersebut. Sehingga, berkurang
peminat pembaca untul mereview jurnal tersebut.
Kesimpulan Jika dilihat dari semangat pemberian kekuasaan/wewenang
pengembangan kurikulum ke satuan-satuan pendidikan (devolution),
pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mirip dengan
konsep school based curriculum development (SBCD) di Australia
yang mulai ditetapkan pertengahan tahun 1970an, yang dalam tulisan
ini penulis menggunakan Istilah “Pengembangan Kurikulum Berbasis
Madrasah”..
Konsep school based curriculum development (SBCD) ini memiliki
beberapa karakteristik yang secara umum mirip dengan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan. Di antaranya adanya partisipasi guru,
partisipasi keseluruhan atau sebagian staf sekolah, variasi kegiatannya
mencakup seleksi, adaptasi dan kreasi baru, adanya perpindahan
tanggung jawab dari pemerintah pusat meskipun bukan pemutusan
tanggung jawab sama sekali, proses berkelanjutan yang melibatkan
masyarakat dan orang tua bahkan siswa dan ketersediaan struktur
pendukung untuk membantu guru maupun madrasah. Apapun
namanya, apakah Pengembangan Kurikulum Berbasis Madrasah atau
Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP), seharusnya pihak
madrasah atau sekolah memanfaatkan semangat ini untuk
mengembangkan madrasah dengan melibatkan seluruh potensi yang
dimiliki untuk melahirkan generasi muda Islam yang bermutu.
REVIEW JURNAL II

A. Identitas Jurnal

Judul PENGARUH PERUBAHAN KURIKULUM 2013 TERHADAP


PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
Jurnal Jurnal Penelitian
Volume & Vol XVIII, No 3,
Nomor
ISSN -
Tahun Desember 2016
Penulis Yuna Mumpuni Rahayu
Reviewer Riau Wika Simanjuntak, Ramanta Alkaro Sinulingga
Tanggal Desember 2016

B. Hasil Review

Latar Belakang Pembelajaran dengan implementasi pendekatan Saintifik adalah proses


pembelajaran yang disarankan dalam Kurikulum 2013 (Depdiknas,
2013). Pendekatan Saintifik dirancang sedemikian rupa agar peserta
didik secara aktif mampu mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip
pengetahuan melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk
mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah,
mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan
berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan
mengomunikasikan konsep (Depdiknas, 2013). Pendekatan saintifik
dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik
dalam mengenal, memahami berbagai materi dengan menggunakan
pendekatan ilmiah. Hal itu akan mengajarkan kepada siswa bahwa
informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja dan tidak melulu
bergantung pada informasi searah dari guru. Relevan dengan hal
tersebut, Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik yang
diharapkan akan mampu mengembangkan keseimbangan antara
pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas,
kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik dalam diri
siswa (Depdiknas, 2013). Dalam hal ini, sekolah dianggap sebagai
bagian dari masyarakat dandiyakini akan mampu memfasilitasi
pengalaman belajar terencana yang berkesan bagi siswa, sehingga
siswakelak akan mampu menerapkan apa yang dipelajari di masyarakat
dan memanfaatkanpengetahuantersebut sebagai bekal di kehidupan
nyata. Selanjutnya, hasil suatu studi pendahuluan yang dilakukan oleh
peneliti di Kelas IX di SMP Negeri 14 Cirebon terkait pengaruh
perubahan kurikulum terhadap perkembangan peserta didik dalam
mengikuti pelajaran Bahasa Inggris,akan dijelaskan sebagai berikut.
Berdasarkan hasil wawancara singkat antara peneliti dengan beberapa
guru bahasa Inggris di SMP Negeri 14 Cirebon, ditemukan kesimpulan
bahwa kecenderungan Kurikulum 2013 yang mengarahkan siswa
belajar secara kelompok mengakibatkan partisipasi siswa dalam
mengikuti kegiatan belajar cukup meningkat. Kemudian.
.
Langkah Penelitian Dalam proses pelaksanaannya, penelitian dan pengembangan ini
membentuk suatu siklus, yang dimulai dengan melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan kerangka produk awal yang
dibutuhkan. Produk awal tersebut dikembangkan dalam suatu situasi
tertentu, melalui suatu uji coba, yang hasilnya kemudian direvisi dan
diuji coba kembali sehingga pada akhirnya ditemukan suatu produk
akhir yang dianggap sempurna yang selanjutnya produk tersebut diuji
validasinya. Penelitian ini dilaksanakan di tingkat sekolah dasar dengan
subjek penelitiannya adalah kepala sekolah dan guru-guru sekolah dasar
yang ada di Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung.
Hasil Penelitian Penelitian ini berlangsung dalam tiga siklus, dimana setiap siklus terdiri
atas empat tahap, yaitu tahap perencanaan, yang meliputi menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran, menyusun LKS dan tes prestasi,
menyusun lembar observasi dan menyiapkan perlengkapan untuk
pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran.
Kemudian, tahap pelaksanaan tindakan yang meliputi pelaksanaan
kegiatan dari perencanaan yang dibuat terdiri dari dua pertemuan,
selanjutnya tahap observasi, yaitu pengamatan dari pelaksanaan
tindakan melalui pedoman observasi, observasi disini meliputi
observasi terhadap aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa
di kelas sasaran. Terakhir tahap refleksi, yaitu menganalisis dan
memberi pemaknaan dari pelaksanaan tindakan, sehingga dapat dibuat
perencanaan tindakan pada siklus berikutnya. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pendekatan Saintifik dapat
meningkatkan partisipasi dan hasil belajar bahasa Inggris siswa di kelas
sasaran. Pertemuan pertama Siklus I yang merupakan bagian dari
Pelaksanaan Tindakan, dimulai dengan pelaksanaan apersepsi dan
pemberian motivasi. Dalam fase tersebut, guru memberikan motivasi
kepada seluruh siswa untuk mengikuti kegiatan dengan maksimal dan
melakukan apersepsi terkait pembelajaran bahasa Inggris. Siswa
diharapkan mengajukan pertanyaan untuk hal-hal
yang kurang dipahami, peneliti mengamati kegiatan belajar dan
memastikan kegiatan direkam oleh seorang rekan, yang sebelumnya
telah dipersiapkan. Kemudian, guru membagi siswa ke dalam enam
kelompok yang heterogen, dimana keheterogenan tersebut ditentukan
dari telaah prestasi dari hasil raport siswa di semester sebelumnya, serta
dari hasil wawancara singkat peneliti dengan guru yang pernah
mengajar di kelas sasaran terkait karakter masing-masing siswa.
Kekuatan Susunan jurnal sangat baik. Mulai dari latar belakang, rumusan, tujuan,
Penelitian prosedur penelitian, isi, kesimpulan dan saran.
Kelemahan Pada bagian penulisan hasil penelitian dan pembahasan, menurut saya
Penelitian materi yang ditulis pada bagian pembahasan kurang mendalam. Selain
itu, penulis menggunakan bahasa yang susah dimengerti dan dipahami.
Maka itu, penulis lebih memperbanyak koleksi kosa kata supaya
kalimat yang ditulis lebih menarik dibaca dan dipahami. Dan teori –
teori yang dijelaskan penulis tersebut tidak ada.
Kesimpulan Berdasarkan temuan di atas maka disajikan kesimpulan hasil penelitian
sebagai berikut. Pelaksanaan pembelajaran dengan aplikasi pendekatan
Saintifik dalam pembelajarann Bahasa Inggris mampu meningkatkan
partisipasi dan hasil belajar siswa di Kelas IX di SMP Negeri 14
Cirebon. Kemampuan siswa dalam kerjasama kelompok sangat
dipengaruhi heteregonisme anggota kelompok. Partisipasi maksimal
dari guru dan siswa sangat mempengaruhi hasil pembelajaran dalam
kegiatan belajar yang mengimplementasi pendekatan Saintifik.
Pendekatan Saintifik mengarahkan siswa lebih percaya diri dalam
bertanya, mengemukakan pendapat, mencari informasi dan melakukan
presentasi. Implementasi pendekatan Saintifik mampu menciptakan
kegiatan belajar yang menyenangkan dan berkesan bagi siswa.
Pelaksanaan pendekatan Saintifik memakan waktu. Kerja kelompok
dan kegiatan presentasi cenderung menciptakan suasana kelas yang
tidak kondusif. Pembelajaran Saintifik memerlukan kerja keras guru
dalam membawakannya di kelas, memerlukan persiapan yang matang
dalam menyediakan bahan ajar dan juga memerlukan kemampuan
memanajemen kelas yang baik. Selanjutnya, guru yang melaksanakan
pendekatan Saintifik diharapkan memiliki pengetahuan dan wawasan
yang lusa terkait materi pelajaran yang akan diajarkannya untuk
mencapai hasil belajar siswa yang maksimal.
Guruyangmengimplementasi pembelajaran yang berpusat kepada siswa
seharusnya selektif dan peka dalam menentukan anggota kelompok
supaya pencapaian siswa memuaskan. Dalam pelaksanaan kegiatan
belajar Saintifik guru harus maksimal dalam mengarahkan siswa
untuk berpartisipasi supaya sasaran kegiatan tercapai dengan
memuaskan. Guru yang mengimplementasi pendekatan Saintifik tidak
seharusnya bertindak sebagai pemberi informasi saja dalam kegiatan
belajar, akan tetapi guru juga harus mampu bertindak sebagai
motivator, kolaborator, inspirator dan model yang baik. Sebagaimana
kelas-kelas di Indonesia masih memiliki jumlah siswa yang cukup
banyak (di atas 20 orang), maka guru yang mengimplementasi
pembelajaran Saintifik harus memiliki kemampuan yang maksimal
dalam mengelola kelas. Dengan demikian, penelitian yang lebih jauh
sehubungan dengan tema-tema di atas masih perlu dilakukan untuk
memperoleh hasil yang lebih memuaskan.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional Pendidikan (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Jenjang pendidikan dasar dan menengah. Jakarta. Depdiknas.

Hasan, S. Hamid. (1988). Evaluasi Kurikulum. Jakarta: Depdikbud, Dikti, Proyek


Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga kependidikan.

Hanafie Imam. (2007). Plus Minus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.


mahanive@yahoo.com

Ibrahim dan Karyadi, Beny. (1990). Materi Pokok: Pengembangan Inovasi dan Kurikulum.
Jakarta: Depdikbud

Beauchamb, (1975). A. George. Curriculum Theory, Edisi III, Illinois Wilmette.

Departemen Pendidikan Nasional (2006) Materi 10 – Penyusunan KTSP

Departemen Pendidikan Nasional (2000) Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No


010/0/2000 tentang Tata Kerja Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta : Depdiknas.

Fajar, Malik. (t.th). Visi Pembaruan Pendididikan Islam.

Hasbullah, Otonomi Pendidikan, Kebijakan otonomi Daerah dan Implikasinya terhadap


Penyelenggaraan Pendidikan, Jakarta : PT. Grafindo Persada, 2007

LAMPIRAN JURNAL
JURNAL 1

JURNAL 2

Anda mungkin juga menyukai