Anda di halaman 1dari 27

Critical book report

Logika dasar

Dosen Pengampu:
Dr. NASRIAH, M.Pd.

Disusun Oleh:
Darma Faskaris Simbolon

Regular F
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji Dan Syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat karunia-Nya penulis dapat menyusun tugas “CRITICAL BOOKS
REPORT” dari matakuliah PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Penulis menyampaikan ucapan Terimakasih kepada dosen matakuliah
PSIKOLOGI PENDIDIKAN yang telah memberi arahan dan bimbingan dalam
penyusunan Critical Books Report ini.
Saya selaku penulis menyadari bahwa isi dan juga penyampaian dalam
“CRITICAL BOOKS REPORT” masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu
penulis sangat berharap kritik dan saran yang bersifat membangun dan semoga
Critical Books Report ini bermanfaat bagi khalayak umum.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
LATAR BELAKANG............................................................................................................ 1
TUJUAN ........................................................................................................................... 1
BAB II RINGKASAN MATERI ................................................................................................. 2
BAB II PERKEMBANGAN MASA KANAK-KANAK SAMPAI MASA REMAJA........................ 2
1. Perkembangan Masa Kanak-Kanak ..................................................................... 2
2. Perkembangan Masa Pra-remaja........................................................................ 3
3. Perkembangan Selama Masa Remaja ................................................................. 3
BAB III TEORI BELAJAR DAN PENERAPAN PEMBELAJARAN ............................................ 4
1. Pengertian Belajar ............................................................................................... 4
2. Pengertian Teori Belajar ..................................................................................... 4
BAB IV TUJUAN INSTRUKSIONAL .................................................................................... 8
BAB V PENGELOLAAN KELAS ......................................................................................... 10
1. Pengertian Pengolaan Kelas .............................................................................. 10
2. Tujuan Pengelolaan Kelas ................................................................................. 11
3. Komponen Dalam Pengelolaan Kelas ............................................................... 12
4. Tindakan Dalam Pengelolaan Kelas .................................................................. 13
BAB VI MOTIVASI .......................................................................................................... 14
1. Pengertian Motivasi .......................................................................................... 14
2. Jenis Motivasi .................................................................................................... 14
3. Bentuk-Bentuk Motivasi Belajar ....................................................................... 15
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ....................................... 16
BAB VII EVALUASI HASIL BELAJAR ................................................................................. 18
1. Pengertian ......................................................................................................... 18
2. Jenis-jenis Evaluasi Pembelajaran ..................................................................... 19
BAB III CRITICAL BOOK ..........................................................Error! Bookmark not defined.
KELEBIHAN BUKU ..............................................................Error! Bookmark not defined.
KELEMAHAN BUKU ...........................................................Error! Bookmark not defined.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................................... 22
KESIMPULAN ................................................................................................................. 22

iii
SARAN ........................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 23

iv
BAB I PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Menjadi seorang pendidik harus memiliki tanggung jawab yang harus
ditunaikan. Itu sebabnya seorang pendidik harus memiliki pengetahuan yang besar
pada tanggung jawabnya tersebut. Salah satu pengetahuan yang harus dimiliki
adalah kemampuan dan pengetahuan psikologi terkhusus pada bidang pendidikan.
Sehingga psikologi pendidikan menjadi salah satu studi yang harus dimiliki oleh
seorang calon pendidik

TUJUAN
Karya tulis ini diciptakan agar pembaca dapat mengetahui kelebihan dan
kekurangan buku yang telah di review tersebut sekaligus untuk menunaikan tugas
CBR psikologi pendidikan

1
BAB II RINGKASAN MATERI

BAB II PERKEMBANGAN MASA KANAK-KANAK SAMPAI


MASA REMAJA

1. Perkembangan Masa Kanak-Kanak

1. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik anak ditandai dengan hilangnya ciri-ciri perut yang
menonjol, seperti halnya kaki dan tubuh yang berkembang lebih cepat daripada
kepala mereka. Masa ini anak-anak juga mengalami perkembangan yang menunjuk
sebelah sisi tubuh, hal ini bisa dilihat ketika mereka menggunakan tangan yang satu
lebih cepat dari yang lain.
2. Kemampuan Kognitif
Menurut Piaget ada beberapa tahapan perkembangan kognitif yang terjadi
selama masa kanak-kanak sampai remaja, yaitu Sensori-motorik (0-2 tahun),
Praoperasional (2-7 tahun), Operasional (7-11 tahun), Operasional Formal (11 thn-
dewasa).
3. Perkembangan Bahasa
Pada mulanya, anak hanya mengucapkan satu kata, misalnya pergi,naik,atau
jalan. Setelah itu mereka mulai mengatur kata-kata dalam kalimat dengan
menggunakan dua kata yang sederhana yang disebut telegraphic speech, seperti
papa pergi, ingin minum. Tahap selanjutnya anak mulai belajar tata bahasa dan
aturan-aturan dalam membuat kalimat yang lebih kompleks dan juga memakai nada
suara tinggi rendah.
4. Perkembangan Sosioemosional
Perkembangan sosial pada masa kanak-kanak tumbuh dari hubungan
mereka yang erat dengan orang tua atau pengasuh-pengasuh lain, termasuk anggota
keluarga. Interaksi sosial diperluas dari rumah ke tetangga, dan dari taman kanak-
kanak ke sekolah dasar.
5. Perkembangan Moral
Belajar berperilaku merupakan salah satu tugas perkembangan yang penting
di masa kanak-kanak. Seperti kita ketahui, anak-anak berbeda dengan orang dewasa
dalam hal perkembangan kognitif dan pribadi. Mereka juga berbeda dalam hal
pertimbangan moral. Di sini ada dua orang tokoh yakni Piaget dan Kohlberg yang
mengemukakan tentang teori perkembangan moral.
6. Pengajaran sebelum Sekolah dan di Taman Kanak-Kanak

2
a) Mendorong Perkembangan Kognitif dan Bahasa
Di sini guru dapat mendorong anak-anak untuk melakukan kegiatan yang
bersifat seni yang diperlukan untuk mengerti bahasa simbolik. Selain itu guru juga
dapat mendorong keterlibatan anak-anak dengan membacakan suatu cerita atau hal-
hal yang bersifat ilmiah.
b) Mendorong Perkembangan Sosioemosional
Guru memberikan berbagai macam bahan pelajaran berupa boneka,balok-
balok,pensil berwarna,dan ruang bermain yang mendorong untuk bermain bersama.
7. Pengajaran di Sekolah Dasar
Satu prinsip yang penting adalah bahwa sebagian besar anak-anak di SD
masih dalam tahap perkembangan emosional konkret. Karena itu, mereka kurang
mampu untuk berpikir abstrak seperti masa remaja.

2. Perkembangan Masa Pra-remaja

1. Perkembangan Fisik
Selama di sekolah dasar, perkembangan fisik anak-anak tumbuh lebih
lambat dibandingkan ketika mereka memasuki masa kanak-kanak. Anak-anak pada
masa ini mengalami perubahan yang relatif sedikit.
2. Perkembangan Kognitif
Berpikir logis adalah sifat-sifat atau ciri-ciri pada masa ini. Anak-anak dapat
membayangkan hasil ramalan secara tepat, meskipun dicoba oleh ahli-ahli
psikologi perkembangan.
3. Perkembangan Sosioemosional
Selama masa ini, banyak orang-orang atau lembaga yang telah
mempengaruhi sosial anak-anak. Di antara mereka adalah keluarga, teman sebaya,
sekolah, maupun tayangan televisi. Pada masa ini hubungan antar teman menjadi
sangat penting dalam membuat suatu kelompok atau sebuah persahabatan.

3. Perkembangan Selama Masa Remaja

1. Perkembangan Fisik
Pubertas adalah suatu rangkaian perubahan fisik yang membuat organisme
secara matang mampu berproduksi. Hampir setiap organ dan sistem tubuh
dipengaruhi oleh perubahan ini.

3
2. Perkembangan Kognitif
Selain perubahan tubuh pada pubertas, otak dan fungsi otak juga berubah.
Indikasinya bisa dilihat dari skor tes intelegensi yang besar melebihi beberapa tahun
dari umur yang seharusnya. Dalam teori Piagetian mereka menilai, pengalaman
dengan masalah yang kompleks, tuntutan dari pengajaran formal, dan tukar
menukar ide yang berlawanan dengan kelompok remaja.
3. Perkembangan Sosioemosional
Remaja mulai melihat lebih dekat diri mereka sendiri untuk mendefinisikan
bahwa diri mereka berbeda. Mereka mulai menggunakan keterampilan
intelektualnya dalam memutuskan kemungkinan-kemungkinan,sehingga mudah
menjadi tidak puas dengan diri mereka sendiri.

BAB III TEORI BELAJAR DAN PENERAPAN


PEMBELAJARAN

1. Pengertian Belajar
Melalui belajar seseorang dapat memahami sesuatu konsep yang baru, dan
atau mengalami perubahan tingkah laku, sikap, dan ketrampilan. Pernyataan di atas
didukung oleh Gagne dalam buku Ratna Wilis bahwa (1988:12-13)“ Belajar dapat
didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya
sebagai akibat pengalaman

2. Pengertian Teori Belajar


Teori menurut Ratna Wilis (1988:5) menyatakan bahwa “ Teori-teori berarti
sejumlah proposisi-proposisi yang terintegrasi secara sintatik (artinya, kumpulan
proposisi ini mengikuti aturan-aturan tertentu yang dapat menghubungkan secara
logis proposisi yang satu dengan proposisi yang lain dan pada data yang diamati)
dan yang digunakan untuk memprediksi dan menjelaskan peristiwa-peristiwa yang
diamati”. Sedangkan pengertian belajar seperti yang sudah diuraikan di atas bahwa
belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku yang berasal dari hasil
pengalaman. Jadi, belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi
ketika belajar berlangsung. Penjelasan tentang apa yang terjadi merupakan teori-
teori belajar. Teori belajar adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana orang
dan hewan belajar, sehingga membantu kita memahami proses kompleks inheren
pembelajaran.

A. Pengertian Teori Belajar kognitif


Salah satu teori belajar yang dikembangkan selama abad ke-20 adalah teori
belajar kognitif, yaitu teori belajar yang melibatkan proses berfikir secara komplek
dan mementingkan proses belajar. Menurut Drs. H. Baharuddin dan Esa Nur

4
wahyuni (2007: 89) yang menyatakan” aliran kognitif memandang kegiatan belajar
bukan sekedar stimulus dan respons yang bersifat mekanistik, tetapi lebih dari itu,
kegiatan belajar juga melibatkan kegiatan mental yang ada di dalam individu yang
sedang belajar”. Kutipan tersebut di atas berarti bahwa belajar adalah sebuah proses
mental yang aktif untuk mencapai, mengingat dan menggunakan perilaku, sehingga
perilaku yang tampak pada manusia tidak dapat diukur dan diamati tanpa
melibatkan proses mental seperti motivasi, kesengajaan, keyakinan dan lain
sebagainya.

B. Tokoh – tokoh Teori Belajar Kognitif


1. Jean Piaget
Menurut Jean Piaget dalam buku “Teknologi Pembelajaran” dari Drs.
Bambang Warsita (2008:69) yang menjelaskan bahwa perkembangan kognitif
merupakan suatu prosess genetika yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme
biologis yaitu perkembangan sistem syaraf. Dalam buku “Psikologi Pendidikan”
karya Wasty Soemanto (1997:123) yang menyatakan teori belajar piaget disebut
cognitive-development yang memandang bahwa proses berfikir sebagai aktivitas
gradual dari pada fungsi intelektual dari kongkrit. Belajar terdiri dari tiga tahapan
yaitu :asimilasi, akomodasi dan equilibrasi. Piaget juga mengemukakan bahwa
proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui
siswa. Oleh karena itu guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan
kognitif anak didiknya serta memberikan isi, metode, media pembelajaran yang
sesuai dengan tahapannya.
Langkah-langkah pembelajaran dalam merancang pembelajaran menurut Piaget,
antara lain:
• Menentukan tujuan pembelajaran;
• Memilih materi pembelajaran;
• Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari oleh peserta didik;
• Menentukan dan merancang kegiatan pembelajaran sesuai topik;
• Mengembangkan metode pembelajaran;
• Melakukan penilaian proses dan hasil peserta didik.

2. David Ausubel
Menurut Ausubel dalam buku karya Drs. Bambang Warsita bahwa “belajar
haruslah bermakna, materi yang dipelajari diasimilasi secara nonarbitrer dan
berhubungan dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya”(2008:72). Hal ini
berari bahwa pembelajaran bermakna merupakan suatu proses yang dikaitkan
dengan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur
kognitif peserta didik. Dimana Proses belajar tidak sekedar menghafal konsep-
konsep atau fakta-fakta saja, tetapi merupakan kegiatan yang menghubungkan

5
konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh sehingga konsep yang
dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Jadi guru harus
menjadi perancang pembelajaran dan pengembang program pembelajaran dengan
berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang dimiliki peserta didik dan
membantu memadukan secara harmonis dengan pengetahuan baru yang dipelajari.
Langkah-langkah pembelajaran bermakna menurut Ausebel,dalam merancang
pembelajaran antara lain:
• Menentukan tujuan pembelajaran;
• Melakukan identifikasi peserta didik;
• Memilih materi pembelajaran sesuai karakteristik peserta didik dan
mengaturnya dalam bentuk konsep inti;
• Menentukan topik peserta didik dalam bentuk advance organizers;
• Mengembangkan bahan belajar untuk dipelajari peserta didik;
• Mengatur topik pembelajaran dari yang sederhana ke kompleks;
• Melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.

3. Jerome Bruner
Berdasarkan Drs. Wasty Soemanto (1997:127) dan Drs. Bambang
warsita(2008:71) dimana Jarome Bruner mengusulkana teori yang disebutnya free
discovery learning.Teori ini bertitik tolak pada teori kognitif, yang menyatakan
belajar adalah perubahan persepsi dan pemahan. Langkah-langkah pembelajaran
dalam merancang pembelajaran menurut Bruner antara lain:
• Menentukan tujuan pembelajaran;
• Melakukan identifikasi peserta didik;
• Memilih materi pembelajaran
• Menentukan topik secara induktif;
• Mengembangkan bahan belajar untuk dipelajari peserta didik;
• Mengatur topik pembelajaran dari yang sederhana ke kompleks;
• Melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.

4. Albert Bandura
Bandura berpendapat tentang teori kognitif sosial. Seperti yang dijelaskan
dalam buku karya John W. Santrock (2007:285) yang menyatakan bahwa teori
Kognitif Sosial (Social Cognitive Theory) merupakan faktor sosial dan kognitif dan
juga faktor perilaku, memainkan peran penting dalam pembelajaran. Hal ini berarti
bahwa faktor kognitif berupa ekspektasi murid untuk meraih keberhasilan
sedangkan faktor sosial mencakup pengamatan murid terhadap perilaku orang
tuanya. Jadi menurut Bandura antara faktor kognitif/person, faktor lingkungan dan

6
faktor perilaku mempengaruhi satu sama lain dan faktor-faktor ini bisa saling
berinteraksi untuk mempengaruhi pembelajaran.

5. Kurt Lewin
Yang juga merupakan tokoh teori belajar kognitif adalah Kurt Lewin yang
menyatakan tentang teori belajar medan kognitif (cognitive-field learning theory).
Seperti yang di jelaskan oleh Nana Sudjana dalam bukunya yang menjelaskan
bahwa dalam teori belajar medan kognitif, “belajar didefinisikan sebagaai proses
interaksional dimana pribadi menjangkau wawasan-wawasan baru dan atu merubah
sesuatu yang lama”(1991:97). Hal ini berarti bahwa seseorang harus peduli dengan
diri mereka sendiri dan juga dengan orang lain, dengan belajar secara afektif
sehingga diharapkan mereka atau seorang guru bisa mengerti dengan dirinya sendiri
dan dapat melaksanakan tugas dengan lebih baik selain itu juga mengembangkan
sistem psikologis yang bermanfaat dalam berurusan dengan anak-anak dan pemuda
dalam ssituasi belajar.

C. Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Kognitif


1. Kelebihan Teori Belajar Kognitif;
• F Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri.
• F Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah

2. Kelemahan Teori Belajar kognitif;


• F Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
• F Sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut.
• F Beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya
masih belum tuntas.

D. Prinsip-Prinsip Teori Belajar Kognitif


Berdasarkan pendapat dari Drs. Bambang Warsita (2008:89) yang menyatakan
tentang prinsip- prinsip dasar teori kognitivisme, antara lain:
• Pembelajaran merupakan suatu perubahan status pengetahuan.
• Peserta didik merupakan peserta aktif didalam proses pembelajaran.
• Menekankan pada pola pikir peserta didik.
• Berpusat pada cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan
menyimpan informasi dalam ingatannya.

7
• Menekankan pada pengalaman belajar, dengan memandang pembelajaran
sebagai proses aktif di dalam diri peserta didik
• Menerapkan reward and punishment.
• Hasil pembelajaran tidak hanya tergantung pada informasi yang
disampaikan guru, tetapi juga pada cara peserta didik memproses informasi
tersebut.

E. Implikasi Teori Belajar Kognitif Dalam Pembelajaran


• Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan
pendapatnya.
• Memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang
pengalamannya.
• Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru.
• Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan siswa.
• Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka.
• Menciptakan lingkungan yang kondusif

BAB IV TUJUAN INSTRUKSIONAL


A. Tujuan Intruksional
Ada beberapa definisi yang disampaikan oleh beberapa tokoh seperti Robert
F. Magner (1962) yang mendefinisikan tujuan instruksional sebagai tujuan perilaku
yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa sesuai kompetensi. Juga
ada Eduard L. Dejnozka dan David E. Kavel (1981) yang mendefinisikan tujuan
instruksional adalah suatu pernyataan spefisik yang dinyatakan dalam bentuk
perilaku yang diwujudkan dalam bentuk tulisan yang menggambarkan hasil belajar
yang diharapkan serta Fred Percival dan Henry Ellington (1984) yang
mendefinisikan tujuan instruksional adalah suatu pernyataan yang jelas
menunjukkan penampilan / keterampilan yang diharapkan sebagai hasil dari proses
belajar
Dalam pembaruan sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia sekarang
ini, setiap guru dituntut untuk menyadari tujuan dari kegiatannya mengajar dengan
titik tolak kebutuhan siswa. Oleh karena itu, dalam merancang sistem belajar yang
akan dilakukannya, langkah- pertama yang ia lakukan adalah membuat tujuan
instruksional. Dengan tujuan instruksional:
1. Guru mempunyai arah untuk:
– Memilih bahan pelajaran
– Memilih prosedur (metode) mengajar.
2. Siswa mengetahui arah belajanya.

8
3. Setiap guru mengetahui batas-batas tugas dan wewenangnya mengajarkan
suatu bahan sehingga diperkecil kemungkinan timbulnya celah (gap) atau
saling menutup (overlap) antara guru.
4. Guru mempunyai patokan dalam mengadakan penilaian kemajuan belajar
siswa.
5. Guru sebagai pelaksana dan petugas-petugas pemegang keijaksanaan
(decision maker) mempunyai kriteria untuk mengevaluasi kualitas maupun
efisiensi pengajaran.

B. Pengertian Tujuan instruksional Umum dan Khusus


Tujuan instruksional umum (TIU) adalah tujuan pengajaran yang perubahan
prilaku siswa yang belajar masih merupakan perubahan internal yang belum dapat
dilihat dan diukur. Kata kerja dalam tujuan umum pengajaran masih mencerminan
perubahan prilaku yang umumnya terjadi pada manusia, sehingga masih
menimbulkan beberapa penafsiran yang berbeda-beda. Contoh TIU: “setelah
melakukan pelajaran siswa diharapan dapat memahami penjumlahan dengan
benar”. Kata kerja “memahami penjumlahan” merupakan kata kerja- yang bersifat
umum karena pemahaman penjumlahan dapat ditafsirkan berbeda.
Tujuan instruksional khusus (TIK) adalah tujuan pengajaran dimana
perubahan prilaku telah dapat dilihat dan diukur. Kata kerja yang menggambarkan
perubahan prilaku telah spesifik sehingga memungkinkan dilakukan pengukuran
tanpa menimbulkan lagi berbagai perberdaan penafsiran. Misal TIK yang
dirumuskan sbb “Siswa akan menunjukkan sikap positif terhadap kebudayaan
nasional”, dapat lebih dikhususkan dengan mengatakan “siswa akan membuktikan
penghargaannya terhadapa seni tari nasional dengan ikut membawakan suatu tarian
dalam perpisahan kelas”.
3. Klasifikasi Tujuan Instruksional Menurut Jenis Perilaku (internal). Ilmu
psikologi mengenal pembagian aspek kepribadian atas tiga kategori yaitu aspek
kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Aspek kognitif yang mencakup
pengetahuan serta pemahaman, aspek afektif yang mencakup perasaan, minat,
motivasi, sikap kehendak serta nilai dan aspek psikomotorik yang mencakup
pengamatan dan segala gerak motorik. Dalam kenyataannya dasar pembagian yang
demikian kerap menjadi pedoman dalam menggolongkan segala jenis perilaku.
Kegunaan dari suatu sistem klasifikasi mengenai tujuan instruksional termasuk
tujuan intruksional khusus adalah kita dapat memperoleh gambaran tujuan tujuan
instruksional ditinjau dari segi jenis perilaku yang mungkin dicapai oleh siswa.
Menurut Bloom dan kawan kawan pengklasifikasian jenis perilaku disusun secara
hierarkis sehingga menjadi taraf taraf yang menjadi semakin kompleks.
A. Kognitif :
– Mencakup pengetahuan ingatan yang pernah dipelajari dan disimpan dalam
ingatan

9
– Mencakup pemahaman untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang
dipelajari
– Mencakup kemampuan menerapkan suatu kaidah atau metode yang baru
– Mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan
– Mencakup kemampuan membentuk suatu kesatuan
– Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat

B. Afektif :
– Mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk
memperhatikan
– Mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif
– Mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu
– Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai
– Mencakup kemampuan untuk menghayati nilai nilai kehidupan

C. Psikomotorik :
– Mencakup kemampuan untuk membedakan ciri ciri fisik
– Mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam memulai
gerakan
– Mencakup kemampuan untuk melakukan sesuatu rangkaian gerak gerik
– Mencakup kemampuan untuk melakukan sesuatu rangkaian gerak gerik
dengan lancar
– Mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilandengan
lancar, efisien dan tepat
– Mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan
Pola gerak gerik yang mahir
– Mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerak gerik yang baru

BAB V PENGELOLAAN KELAS

1. Pengertian Pengolaan Kelas

Menurut Drs. Winarno Hamiseno pengelolaan adalah substantifa dari


mengelola. Sedangkan mengelola adalah suatu tindakan yang dimulai dari
penyusunan data, merencana, mengorganisasikan, melaksanakan sampai dengan
pengawasan dan penilaian.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengelolaan adalah
penyelenggaraan atau pengurusan agar sesuatu yang dikelola dapat berjalan dengan
lancar.

10
Selajutnya pengertian kelas sendiri, menurut Hadari Nawawi kelas dapat
dipandang dari dua sudut yaitu :
– Kelas dalam arti sempit yakni, ruangan yang dibatasi oleh empat dinding,
tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar.
– Kelas dalam arti luas adalah, suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian
dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisasi menjadi
unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan kegiatan belajar
mengajar yang kreatif untuk mencapai satu tujuan
Usaha guru dalam menciptakan kondisi diharapkan akan efektif apabila :
Pertama, diketahui secara tepat faktor-faktor yang dapat menunjang terciptanya
kondisi yang menguntungkan dalam proses belajar mengajar. Kedua, dikenal
masalah-masalah yang diperkirakan dan biasanya timbul dan dapat merusak iklim
belajar mengajar. Ketiga, dikuasainya berbagai pendekatan dalam pengelolaan
kelas dan diketahui pula kapan dan untuk masalah mana suatu pendekatan
digunakan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan pengelolaan kelas adalah suatu
usaha yang dilakukan oleh penyelenggara atau penanggung jawab kegiatan belajar
mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal
sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar mengajar yang diharapkan.
Kemudian Menurut Made Pidarta untuk mengelola kelas secara efektif perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Bahwa kelas adalah sekelompok kerja yang diorganisasikan untuk tujuan
tertentu yang dilengkapi oleh tugas-tugas yang diarahkan oleh guru
2. Dalam situasi kelas, guru bukanlah tutor untuk satu anak pada waktu
tertentu, tetapi bagi seluruh anak dan kelompok.
3. Kelompok mempunyai perilaku sendiriyang berbeda dengan perilaku
masing-masing individu dalam kelompok tersebut.
4. Kelompok kelas menyisipkan pengaruhnya kepada individu. Pengaruh yang
jelek dapat dibatasi dapat dibatasi oleh usaha guru dalam membimbing
mereka dalam kelas.
5. Praktek guru waktu belajar cenderung berpusat pada hubungan guru dan
siswa. Makin meningkat keterampilan guru mengelola secara kelompok
makin puas individu dalam kelas.
6. Struktur kelompok, pola komunikasi dan kesatuan kelompok ditentukan
oleh cara mengelola, baik untuk mereka yang tertarik pada sekolah maupun
yang apatis, masa bodoh, dan bermusuhan.

2. Tujuan Pengelolaan Kelas


Tujuan yang diniatkan dalam setiap kegiatan belajar mengajar, baik yang
sifatnya instruksional maupun tujuan pengiring akan dapat dicapai secara optimal
apabila dapat diciptakan dan dipertahankan kondisi yang menguntungkan bagi

11
peserta didik. Akan tetapi program atau tujuan kelas tidak akan berarti apabila tidak
diwujudkan menjadi sebuah bentuk kegiatan.
Tujuan pengelolaan kelas pada hakekatnya telah tergantung dalam tujuan
pendidikan, secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah menyediakan fasilias
dari bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan social, emosional,
dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa
belajar dan bekerja, terciptanya suasana social yang memberikan
kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional, dan sikap serta
apresiasi.
Tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak dikelas dapat bekerja
dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efisien dan efektif.
Sebagai indikator dari sebuah kelas yang efektif adalah apabila:
a) Setiap anak terus bekerja, tidak macet, artinya tidak ada anak yang
terhenti karena tidak tahu akan tugasnya yang harus dilakukan atau
tidak dapat melakukan tugas yang diberikan kepadanya.
b) Setiap anak terus mengerjakan pekerjaanya tanpa membuang waktu.
Artinya, setiap anak akan bekerja secepatnya agar lekas
menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. Apabila ada anak
yang walaupun tau dan dapat melaksanakan tugasnya,
tetapimengerjakanya kurang bergairah dan mengulur waktu bekerja,
maka kelas tersebut dikatakan tidak tertib.

3. Komponen Dalam Pengelolaan Kelas


A. Kondisi fisik.
Kondisi fisik tempat berlangsungnya belajar mengajar mempunyai
pengaruh yang Sangat signifikan terhadap hasil belajar mengajar. lingkungan fisik
yang dmaksud adalah:
1) Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar
2) Pengaturan tempat duduk
3) Ventilasi dan pengaturan cahaya
4) Pengaturan dan penyimpanan barang-barang

B. Kondisi Sosio- Emosional


Howes dan Herald (1999) mengatakan pada intinya, kondisi ini merupakan
komponen yang membuat seorang menjadi pintar menggunakan emosi. Lebih
lanjut ia mengatakan bahwa emosi manusia itu terletak pada wilayah hati, naluri
yang tersembunyi, dan sensasi emosi yang apabila diakui dan dihormati, dapat
menyediakan kondisi yang baik untuk dirinya sendiri dan orang lain.

12
C. Kondisi Organizational
Kegiatan rutin yang secara organizational dilakukanbaik tingkat kelas
maupun pada tingkat sekolah akan dapat mencegah masalah pengelolaan kelas.
Dengan kegiatan yang jelas dan diatur dengan dikomunikasikanya kepada semua
peserta didik secara terbuka sehingga jelas pula bagi mereka dan akan
menyebabkan tertanam pada diri setiap peserta didik kebiasaanyang baik dan
keteraturan tingkah laku.

d. Masalah Pengelolaan Kelas


Masalah pengelolaan kelas dapat dikelompokan menjadi dua kategori yaitu
masalah individual dan masalah kelompok. Meskipun seringkali perbedaan antara
kedua kelompok itu hanya merupakan perbedaan tekanan saja. Tindakan
pengeloaan kelas seorang guru akan efektif apabila ia dapat mengidentifikasikan
dengan tepat hakikat masalah yang sedang dihadapi, sehingga pada giliranya ia
dapat memilih strategi penanggulangan yang tepat pula.

4. Tindakan Dalam Pengelolaan Kelas


A. Tindakan Preventif
Tindakan pengelolaan kelas adalahtindakan yang dilakukan oleh guru
dalam rangka penyediaan kondisi yang optimal agar proses belajar mengajar
berlangsung efektif. Tindakan guru tersebut dapat berupa tindakan pencegahan
yaitu dengan jalan menyediakan kondisi baik fisik maupun sosia-emosional
sehingga terasa benar peserta didik rasa kenyamanan dan keamanan untuk
belajar.[9]
Tindakan lain dapat berupa tindakan korektif terhadap tingkah laku peserta
didik yang menyimpangdan merusak kondisi optimal bagi proses belajar mengajar
yang sedang berlangsung.
B. Melakukan tindakan korektif
Dalam kegiatan pengelolaan tindakan tepat dan segera sangatlah diperlukan.
Dimensi tindakan merupakan kegiatan yang seharusnya dilakukan guru apabila
terjadi masalah pengelolaan. Guru yang bersangkutan dituntut untuk berbuat
sesuatu dalam menghentikan perbuatan peserta didik secepat dan sedini mungkin.
C. Melakukan tindakan penyembuhan (kuratif)
Pelanggaran yang terlanjur dilakukan oleh peserta didik perlu ditanggulangi
dengan tindakan penyembuhan baik secara individual maupun kelompok.

13
BAB VI MOTIVASI

1. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari bahasa latin “Movere” artinya menggerakkan.
Motivasi adalah suatu energi penggerak, pengarah dan memperkuat tingkah laku.
Motivasi belajar dapat dilihat dari karakter tingkah laku siswa yang menyangkut
minat, ketajaman perhatian, konsentrasi dan tekun mencapai tujuan.
“Motivasi adalah gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbal balik pada
diri seseorang baik sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan
tujuan tertentu”.
Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang
ditandal dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Dalam motivasi terkandung adanya keinginan untuk mengaktifkan, menggerakkan,
menyalurkan sikap dan perilaku individu belajar. Kartono memandang motivasi
sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia.
Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Perannya
yang khas adalah dalam hal penambahan gairah, merasa senang dan semangat
dalam belajar. Siswa yang memiliki motivasi yang kuat, akan memiliki banyak
energi untuk melakukan kegiatan belajar yang menghubungkannya dengan
kegiatan belajar di sekolah, “Motivasi itu berhubungan erat dengan tujuan yang
ingin dicapai oleh seorang siswa melalui kegiatan belajar yang sedang
diikutinya”. Secara etimologis, motivasi merupakan bentukan dari kata motif.
Berasal dari Bahasa Inggris yaitu “motive is causing movement, reason for doing
something”. Yang berarti motif adalah penyebab pergerakan, alasan untuk
melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi adalah bentuk kata benda dari motif,
dengan demikian secara singkat dapat dikatakan bahwa motivasi adalah sesuatu
yang dapat menimbulkan penyebab untuk melakukan pergerakan, atau alasan untuk
melakukan sesuatu.

2. Jenis Motivasi
Secara umum, dalam hubungannya dengan belajar, para ahli sepakat
mengklasifikasikan motivasi ke dalam dua jenis menurut timbulnya, yaitu motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi ekstrinsik ini perlu diperhatikan terutama bagi pendidik sebagai
SEorang yang paling bertanggung jawab dalam pembentukan pribadi anak-anak.
Memang hasrat di dorong agar mau belajar atau mau melakukan sesuatu kegiatan
Motivasi ekstrinsik juga termasuk yang dipelajan (learned motives) karena motif
ini dapat dimiliki seseorang melalui proses kematangan, latihan, melalui belajar.

14
Motivasi ekstrinsik adalah hal atau keadaan yang datang dan luar individu
siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar, pujian dan
hadiah, peraturan/tata tertip sekolah, sikap teladan dan orang tua, guru dan
seterusnya merupakan contoh-contoh konkret motivasi ekstrinsik yang dapat
menolong siswa dalam belajar. Oleh karena itu, tugas guru sangat berat untuk
memberikan upaya yang maksimal dalam rangka menimbulkan motivasi yang sama
kuatnya dengan motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri.

3. Bentuk-Bentuk Motivasi Belajar


Menurut Sudirman A.M, ada beberapa bentuk dan cara yang menumbuhkan
motivasi yaitu:
A. Memberi Angka
Angka dalam hal ini merupakan simbol dari nilai kegiatan belajar. Angka-
angka yang baik bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat. Namun
sebagai guru haruslah mengetahui bahwa pemaparan angka-angka seperti itu belum
merupakan hasil belajar yang sejati, hasil belajar yang bermakna, langkah yang
dilakukan adalah guru memberi angka. Angka dapat dikaitkan dengan value yang
terkandung dalam setiap pengetahuan yang diajarkan kepada siswa sehingga tidak
sekedar kognitif saja, tetapi keterampilan dan afektifnya.
B. Hadiah
Hadiah dapat sebagai motivasi, tetapi tidak selalu demikian, karena hadiah
untuk sebuah pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak
senang dan tidak berkat untuk pekerjaan tersebut.
C. Saingan/ Kompetisi
Saingan/kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong
belajar siswa. Persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
D. Harga Diri
Membutuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan kepentingan tugas
dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan
mempertahankan harga dirinya adalah salah satu bentuk motivasinya yang cukup
penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk memacu prestasi
yang baik dengan menjaga harga dirinya.
E. Menilai Ulangan
Para siswa akan menjaga giat belajarnya kalau mengetahui akan adanya
ulangan. Oleh karena itu memberi ulangan itu juga merupakan sarana motivasi,
tetapi guru juga terlalu sering memberi ulangan karena bisa membosankan siswa.

15
Maka sebelum ulangan guru sebaiknya terlebih dahulu memberitahukan akan
adanya ulangan.
F. Mengetahui Hasil
Dengan mengetahui hasil pelajaran apalagi kalau terjadi kemajuan akan
mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui grafik hasil belajar
meningkat, maka akan ada motivasi pada diri siswa untuk belajar terus menerus
dengan harapan-harapan hasilnya terus meningkat.
G. Pujian
Apabila ada siswa yang sukses atau berhasil menyelesaikan tugasnya
dengan baik perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang
positif sekaligus merupakan motivasi. Pemberiannya harus tepat, dengan pujian
yang tepat akan nampak suasana yang menyenangkan dan mempertimbangkan
gairah belajar.
H. Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif, tetapi kalau diberikan secara
tepat, dan bijak akan menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru harus memahami
prinsip-prinsip pemberian hukuman.
I. Hasrat Untuk Belajar
Hasrat untuk belajar adalah unsur kesengajaan, ada maksud untuk, hal ini
lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat
berarti ada pada diri seseorang.
J. Minat
Motivasi erat hubungan dengan minat, motivasi muncul karena adanya
kebutuhan. Begitu juga dengan minat, sehingga tepatlah bahwa minat merupakan
alat motivasi yang pokok dalam proses belajar.
K. Tujuan yang diakui
Rumusan tujuan yang diakui akan terima baik oleh siswa dan akan
merupakan alat motivasi yang sangat penting sekali dengan memahami tujuan yang
harus dicapai karena disana sangat berguna dan menguntungkan maka akan timbul
gairah untuk terus belajar. Guru mengembangkan dan mengarahkan hingga dapat
melahirkan hasil belajar yang bermakna.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar


Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi manusia untuk belajar.
Motivasi belajar terjadi dari tindakan perbuatan persiapan mengajar. Menurut
Dimyati faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut :
A. Cita-cita / Aspirasi Siswa

16
Motivasi belajar tampak pada keinginan anak yang sejak kecil, seperti
keinginan bermain. Keberhasilan mencapai keinginan tersebut menumbuhkan
keinginan bergiat. Bahkan dikemudian hari menimbulkan cita-cita dalam
kehidupan. Timbulnya cita-cita dibarengi oleh perkembangan akal, moral,
kemauan, bahasa dan nilai-nilai kehidupan.
B. Kemampuan Siswa
Keinginan seorang anak perlu dibarengi kemampuan dan kecakapan
mencapainya. Keinginan membaca perlu dibarengi kemampuan mengenal dan
mengucapkan huruf ”R”. Misalnya dapat dibatasi dengan diri melatih ucapan ”R”
yang benar. Latihan berulang kali menyebabkan bentuknya kemampuan
mengucapkan ”R”. Dengan kemampuan pengucapan huruf ”R” akan terpenuhi
keinginan akan kemampuan belajar yang memperkuat anak-anak untuk
melaksanakan tugas-tugas perkembangan.
C. Kondisi Siswa
Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi
motivasi belajar. Seorang yang sakit, lapar atau marah-marah akan mengganggu
perhatian belajar. Sebaliknya seorang siswa yang sehat, kenyang, dan gembira
akan memusatkan perhatian pada pelajaran dan akan termotivasi untuk belajar.
D. Kondisi Lingkungan Siswa
Lingkungan siswa dapat berubah keadaan alam, lingkungan tempat tinggal,
pergaulan sebaya dan kehidupan masyarakat. Sebagai anggota masyarakat, maka
siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar, bencana alam, tempat tinggal
yang kumuh, ancaman teman yang nakal akan mengganggu kesungguhan belajar,
sebaliknya kampus, sekolah yang indah, pergaulan siswa yang rukun akan
memperkuat motivasi belajar. Dengan lingkungan yang aman, tenteram, tertib dan
indah maka semangat belajar akan mudah diperkuat.
E. Unsur-Unsur Dinamis dalam Belajar dan Pembelajaran
Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan dan pikiran yang
mengalami perubahan berkat pengalaman hidup, pengalaman teman sebayanya
berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar. Lingkungan siswa yang berupa
lingkungan alam, tempat tinggal dan pergaulan juga mengalami
perubahan. Lingkungan budaya siswa yang berupa surat kabar, majalah, rasio, ke
semua lingkungan tersebut mendinamiskan motivasi belajar.
F. Upaya Guru Dalam Mengelola Kelas
Upaya guru dalam membelajarkan siswa terjadi di sekolah maupun di luar
sekolah.

17
BAB VII EVALUASI HASIL BELAJAR
1. Pengertian
Evaluasi merupakan suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan
penafsiran informasi untuk menilai keputusan-keputisan yang dibuat dalam
merancang suatu sistem pembelajaran. Pengertian tersebut memiliki tiga imlikasi
rumusan. Berikut ini implikasi tersebut:
• Evaluasi adalah suatu proses yang terus menerus, sebelum, sewaktu dan
sesudah proses belajar mengajar.
• Proses evaluasi senantiasa diarahkan ke tujuan tertentu, yakni untuk
mendapatkan jawaban-jawaban tentang bagaimana memperbaiki
pengajaran.
• Evaluasi menuntut penggunaan alat-alat ukur yang akurat dan bermakna
untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan guna membuat
keputusan.
Evaluasi berkenaan dengan proses yang berhubungan dengan pengumpulan
informasi yang memungkinkan kita menentukan :
1. Tingkat kemajuan pengajaran
2. Ketercapaian tujuan pembelajaran.
3. Bagaimana berbuat baik pada waktu-waktu mendatang.
Evaluasi meliputi pengukuran dan penilaian. Pengukuran berakaitan dengan
ukuran kuantitatif, sedangkan penilaian terkait dengan kualitas (Suharsimi
Arikunto).
Evaluasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui
keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan
dengan suatu tolak ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan.
Fungsi utama evaluasi adalah menelaah suatu objek atau keadaan untuk
mendapatkan informasi yang tepat sebagai dasar untuk pengambilan keputusan
Evaluasi adalah proses mendeskripsikan, mengumpulkan dan menyajikan suatu
informasi yang bermanfaat untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Evaluasi pembelajaran merupakan evaluasi dalam bidang pembelajaran. Tujuan
evaluasi pembelajaran adalah untuk menghimpun informasi yang dijadikan dasar
untuk mengetahui taraf kemajuan, perkembangan, dan pencapaian belajar siswa,
serta keefektifan pengajaran guru. Evaluasi pembelajaran mencakup kegiatan
pengukuran dan penilaian. Bila ditinjau dari tujuannya, evaluasi pembelajaran
dibedakan atas evaluasi diagnostik, selektif, penempatan, formatif dan sumatif.
Bila ditinjau dari sasarannya, evaluasi pembelajaran dapat dibedakan atas evaluasi
konteks, input, proses, hasil dan outcom. Proses evaluasi dilakukan melalui tiga
tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengolahan hasil dan pelaporan.
Perencanaan evaluasi pembelajaran berarti persiapan atau pemikiran guru tentang
pengukuran dan penilaian proses dan hasil kegiatan belajar mengajar.

18
Evaluasi pembelajaran memilki berbagai tujuan diantaranya adalah untuk :
1. Menentukan angka kemajuan atau hasil belajar pada siswa. Berfungsi
sebagai :
a) Laporan kepada orang tua / wali siswa.
b) Penentuan kenaikan kelas
c) Penentuan kelulusan siswa.
2. Penempatan siswa ke dalam situasi belajar mengajar yang tepat dan serasi
dengan tingkat kemampuan, minat dan berbagai karakteristik yang
dimiliki.
3. Mengenal latar belakang siswa (psikologis, fisik dan lingkungan) yang
berguna baik bagi penempatan maupun penentuan sebab-sebab kesulitan
belajar para siswa, yakni berfungsi sebagai masukan bagi tugas Bimbingan
dan Penyuluhan (BP).
4. Sebagai umpan balik bagi guru, yang pada gilirannya dapat digunakan
untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan program remdial bagi
siswa.
Evaluasi mempunyai fungsi : Kurikuler (alat pengukur ketercapaian tujuan
mata pelajaran), instruksional (alat ukur ketercapaian tujuan proses belajar
mengajar), diagnostik (mengetahui kelemahan siswa, penyembuhan atau
penyelesaian berbagai kesulitan belajar siswa)., placement (penempatan siswa
sesuai dengan bakat dan minatnya, serta kemampuannya) dan administratif BP
(pendataan berbagai permasalahan yang dihadapi siswa dan alternatif bimbingan
dan penyuluhanya).

2. Jenis-jenis Evaluasi Pembelajaran


A. Jenis evaluasi berdasarkan tujuan dibedakan atas lima jenis evaluasi :
1. Evaluasi diagnostik
Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang di tujukan untuk menelaah kelemahan-
kelemahan siswa beserta faktor-faktor penyebabnya.
2. Evaluasi selektif
Evaluasi selektif adalah evaluasi yang di gunakan untuk memilih siwa yang paling
tepat sesuai dengan kriteria program kegiatan tertentu.
3. Evaluasi penempatan
Evaluasi penempatan adalah evaluasi yang digunakan untuk menempatkan siswa
dalam program pendidikan tertentu yang sesuai dengan karakteristik siswa.
4. Evaluasi formatif
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk memperbaiki dan
meningkatan proses belajar dan mengajar.

19
5. Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk menentukan hasil dan
kemajuan bekajra siswa.

B. Jenis evaluasi berdasarkan sasaran


• Evaluasi konteks, Evaluasi yang ditujukan untuk mengukur konteks
program baik mengenai rasional tujuan, latar belakang program, maupun
kebutuhan-kebutuhan yang muncul dalam perencanaan
• Evaluasi input, Evaluasi yang diarahkan untuk mengetahui input baik
sumber daya maupun strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan.
• Evaluasi proses, Evaluasi yang di tujukan untuk melihat proses
pelaksanaan, baik mengenai kalancaran proses, kesesuaian dengan
rencana, faktor pendukung dan faktor hambatan yang muncul dalam
proses pelaksanaan, dan sejenisnya.
• Evaluasi hasil atau produk, Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil
program yang dicapai sebagai dasar untuk menentukan keputusan akhir,
diperbaiki, dimodifikasi, ditingkatkan atau dihentikan.
• Evaluasi outcom atau lulusan, Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil
belajar siswa lebih lanjut, yankni evaluasi lulusan setelah terjun ke
masyarakat.

C. Jenis evalusi berdasarkan lingkup kegiatan pembelajaran :


1. Evaluasi program pembelajaran
Evaluais yang mencakup terhadap tujuan pembelajaran, isi program pembelajaran,
strategi belajar mengajar, aspe-aspek program pembelajaran yang lain.
2. Evaluasi proses pembelajaran
Evaluasi yang mencakup kesesuaian antara peoses pembelajaran dengan garis-
garis besar program pembelajaran yang di tetapkan, kemampuan guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran, kemampuan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran.
3. Evaluasi hasil pembelajaran
Evaluasi hasil belajar mencakup tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan
pembelajaran yang ditetapkan, baik umum maupun khusus, ditinjau dalam aspek
kognitif, afektif, psikomotorik.

D. Jenis evaluasi berdasarkan objek dan subjek evaluasi


1. Berdasarkan objek :
a) Evaluasi input

20
Evaluasi terhadap siswa mencakup kemampuan kepribadian, sikap, keyakinan.
b) Evaluasi tnsformasi
Evaluasi terhadap unsur-unsur transformasi proses pembelajaran anatara lain
materi, media, metode dan lain-lain.
c) Evaluasi output
Evaluasi terhadap lulusan yang mengacu pada ketercapaian hasil pembelajaran.
2. Berdasarkan subjek :
a) Evaluasi internal
Evaluasi yang dilakukan oleh orang dalam sekolah sebagai evaluator, misalnya
guru.
b) Evaluasi eksternal
Evaluasi yang dilakukan oleh orang luar sekolah sebagai evaluator, misalnya
orangtua, masyarakat.

21
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
Psikologi adalah cara untuk mempelajari bentuk-bentuk pemikiran,

kejiwaan dan ide-ide yang diciptakan oleh manusia. Psikologi pendidikan adalah

salah satu bagian dari psikologi yang mengajarkan pemikiran dan strategi yang

digunakan dalam menghadapi masalah pendidikan.

SARAN
Psikologi pendidikan sangat penting untuk dipelajari. Hal ini berhubungan

dengan pengkajian dan penafsiran dari pemikiran pemikiran yang di ciptakan

manusia. Hal inilah yang menyebabkan psikologi pendidikan sangat dibutuhkan

dalam mempermudah setiap orang dalam mengkaji dan menafsirkan pendidikan

untuk digunakan dalam keidupan sehari-hari

22
DAFTAR PUSTAKA

Esti Wuryani Djiwandono, Sri, 2015, Psikologi pendidikan, Jakarta: Grasindo

23

Anda mungkin juga menyukai