PUDJO UTOMO
Fakultas Hukum Universitas Wachid Hasyim
Jl. Menoreh Tengah X No.22, Sampangan, Semarang-Jawa Tengah
email: phutomo13@gmail.com
ABSTRACT
The negative impact of the development of large cities adds to the burden on the
environment because the carrying capacity of natural resources is increasingly out of balance
with the pace of demands for fulfilling life needs. Technology development and sustainable
urban planning concepts, one of which is with the efforts of the local government to protect
the environment by applying the green city concept, through engineering empowerment by
building legal awareness of the community it is hoped that it can stimulate the public to
accept and use introduced concepts and technologies. Efforts to achieve goals are
constrained because they are not accompanied by awareness and compliance with the law of
the community to receive and apply the elements of Green City in life on an ongoing basis.
Cultural, moral, educative approaches, by carrying out deconstruction and reconstruction.
ABSTRAK
sampling pada dua wilayah terpilih, yaitu (perencanaan dan rancangan hijau):
kelurahan Nongkosawit, kecamatan Perancangan kota didesain dengan
Gunungpati dan kelurahan Tanjungmas, perspektif konsep pembangunan kota yang
kecamatan Semarang Utara, yang berkelanjutan, di samping itu, green city
melakukan proses menuju green city. juga menuntut perencanaan tata guna lahan
dan tata bangunan yang ramah lingkungan
D. HASIL DAN PEMBAHASAN serta penciptaan tata ruang yang
1. Konsep Green City mempunyai daya tarik dan bercita rasa seni
Berawal dari era revolusi dengan tinggi. (2) green open space (ruang terbuka
diajukannya konsep kota taman (garden hijau): Ruang terbuka hijau menjadi salah
city) oleh Ebenezer Howard pada tahun satu elemen terpenting green city, berguna
1898 berupa gagasan mengarahkan dalam mengurangi polusi, menambah
pertumbuhan kota melalui penataan dan estetika kota, serta menciptakan iklim
preservasi sabuk hijau yang mengelilingi mikro yang nyaman. Hal ini dapat
kota dengan jarak radius pusat kota dengan diciptakan dengan perluasan lahan taman,
wilayah yang relatif dekat dan koridor hijau dan lain-lain. (3) green waste
dihubungkan dengan sistem transportasi (Pengolahan sampah hijau): Pengolahan
kereta api dengan posisi stasiun terjangkau sampah hijau berprinsip pada reduce
dalam waktu lima menit, maka banyak (pengurangan), reuse (penggunaan ulang)
diikuti dan dikembangkan oleh para arsitek dan recycle (daur ulang). Selain itu,
dan perencana kota dalam mengembang- pengelolaan sampah hijau juga harus
kan kota berwawasan ekologis, yang ide didukung oleh teknologi pengolahan dan
tersebut dilanjutkan oleh Le Corbusier pembuangan sampah yang ramah
dengan konsep ‘A contemporary city’ lingkungan. (4) green transportation
1992. Konsep selanjutnya sustainable (transportasi hijau): pada dasarnya adalah
cities, dikembangkan oleh Richard Roger konsep alat angkut umum dengan fokus
yang merupakan pengembangan dari pada perencanaan berkualitas, bertujuan
model ‘dense city’ yaitu prinsip mengurangi penggunaan kendaraan
perencanaan berbasis efisiensi enerji, pribadi, penciptaan infrastruktur jalan yang
pengurangan penggunaan enerji tak mendukung perkembangan trasportasi
terbarui serta pengurangan polusi, dan massal, mengurangi emisi kendaraan, serta
dikembangkan lebih lanjut dengan konsep membentuk areal atau ruang jalan yang
‘compact city’ dengan cara pemusatan ramah bagi pejalan kaki dan pengguna
kegiatan sosial-ekonomi yang beragam di sepeda. (5) greenwater (manajemen air
sekitar lingkungan kota yang berbeda yang hijau): bertujuan untuk pengelolaan
melalui pendekatan konsep mix used2. konsumsi air yang hemat serta
Green City identik dengan “...karbon mengupayakan pemrosesan air yang
netral dan sepenuhnya berkelanjutan” berkualitas. Dengan teknologi yang maju,
mengidentifikasi elemen-elemen green city konsep ini bisa diperluas hingga
melalui: (1) green planning and design penggunaan hemat bluewater (air baku/ air
segar), menyediakan air siap minum,
2
Eko Budiharjo. 1999. Pembangunan Kota penggunaan ulang dan pengolahan grey
Berkelanjutan. Bandung: Penerbit ITB
water (air yang telah digunakan), serta ditetapkan dalam Surat Keputusan
menjaga kualitas green water yaitu air Walikota, terdiri dari dua tim, pertama: tim
yang masih tersimpan dalam tanah. (6) teknis di dalamnya terdiri para pejabat
green energy (Energi hijau): konsep pemerintah di bawah Walikota, kedua: tim
pemakaian energi yang tujuannya forum terdiri dari anggota masyarakat,
mengurangi penggunaan energi melalui praktisi, akademisi, dan pihak swasta.
penghematan penggunaan serta Komposisi tim teknis dan forum
peningkatan penggunaan energi diharapkan meningkatkan sinergisme, baik
terbarukan, seperti listrik tenaga surya, dalam pembahasan, rencana kerja,
tenaga angin, listrik dari emisi methana pelaksanaan atau penerapan kegiatan
TPA dan lainnya. (7) green building tatanan kota sehat, target pencapaian
(bangunan hijau): merupakan rancangan semua tatanan dimulai pada tahun 2015
bangunan yang penerapan desain dan sampai dengan tahun 2021. Swastisaba
konstruksi ramah terhadap lingkungan, adalah penghargaan yang diberikan oleh
proses pengerjaannya efisien, baik dalam pemerintah kepada Bupati/Walikota atas
desain, konstruksi, perawatan, renovasi keberhasilan dalam menyelenggarakan
bahkan dalam perubuhan. Bangunan hijau Kabupaten/Kota Sehat.
harus hemat, tepat, tahan lama, serta Terdapat beberapa tatanan kota sehat
nyaman, dirancang untuk mengurangi yang akan dicapai, di antaranya adalah:
dampak negatif bangunan terhadap Kawasan Permukiman, Sarana dan
kesehatan yang tercermin dari menyatunya Prasarana umum, Kawasan Sarana Lalu
antara kegiatan penghuninya dan lintas Tertib dan Pelayanan Transportasi;
lingkungannya melalui pemanfaatan Kawasan Pertambangan Sehat; Kawasan
sumber daya dan lain-lain yang efisien, Hutan Sehat; Kawasan Industri dan
dan terjaganya kesehatan penghuni serta Perkantoran Sehat; Kawasan Pariwisata
mampu mengurangi sampah, polusi dan Sehat; Ketahanan Pangan dan Gizi;
kerusakan lingkungan. Kehidupan Masyarakat Sehat Mandiri;
Kehidupan Sosial yang Sehat. Terdapat
2. Pemberdayaan Masyarakat melalui tiga poin permasalahan yang masih
Program Forum Kota Sehat dihadapi pemerintah kota Semarang dalam
Konsep Kota Sehat dibentuk berdasar melaksanakan konsep Kota Sehat,
Peraturan Bersama Kementrian Dalam pertama: masih kurangnya kesadaran
Negeri dan Kementrian Kesehatan Nomor hukum masyarakat, kedua: penegakan
34 Tahun 2005 Tentang Penyelenggaraan hukum yang belum optimal, ketiga:
Kabupaten/Kota Sehat. Pada awal kurangnya peran swasta.
pembentukannya Forum Kota Sehat Kota
Semarang diprakarsai oleh Dinas 3. Membangun Kesadaran Hukum
Kesehatan Kota Semarang sebagai tim Kesadaran hukum menurut kamus
teknis serta melibatkan berbagai elemen besar bahasa Indonesia adalah kesadaran
masyarakat praktisi dan akademisi yang seseorang akan pengetahuan bahwa suatu
tergabung dalam Forum Kota Sehat. perilaku tertentu diatur oleh hukum.
Secara organisasi, Forum Kota Sehat Kesadaran hukum pada titik tertentu
oleh pemerintah kota dengan menetapkan masyarakat sadar hukum hasilnya dapat
sebagai Desa Wisata. dilihat dalam bentuk ketaatan masyarakat
Kesadaran yang terbentuk di tersebut pada hukum itu sendiri,sehingga
kelurahan Nongkosawit dan kelurahan tidak diperlukan alat pemaksa (kekuasaan
Tanjungmas adalah kesadaran memiliki cq. Polisi) yang membuat masyarakat takut
lingkungan yang dikelola dan untuk tujuan agar mereka patuh pada hukum.
kepentingan bersama, dengan menetapkan Membangun masyarakat yang sadar
norma yang mengatur hak dan kewajiban hukum merupakan hal penting yang
untuk dipatuhi. diharapkan akan membentuk dan
Kesadaran hukum terbentuk adalah menjadikan masyarakat menjunjung tinggi
persoalan “hukum sebagai perilaku” dan institusi/aturan sebagai pemenuhan
bukan “hukum sebagai aturan norma atau kebutuhan dan pengharapan akan ketaatan
asas” dengan demikian tidak dimiliki dan ketertiban.
secara otomatis oleh setiap orang. Dengan Pada tahap inilah, pemerintah
demikian, masyarakat memerlukan sebaiknya berperan aktif mengakomodasi
institusi untuk memenuhi kebutuhan- embrio-embrio kesadaran hukum
kebutuhannya dan memperlancar jalannya masyarakat, dengan melakukan
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut. pendekatan-pendekatan yang sesuai
Kesadaran hukum masyarakat tidaklah dengan jiwa dan budaya bangsa, sebagai
identik dengan ketaatan hukum masyarakat contoh dalam pembangunan kota
itu sendiri. Pada hakikatnya ketaatan berkelanjutan (green city) harus
hukum adalah “kesetiaan” seseorang atau dilaksanakan dengan mengombinasikan
subyek hukum terhadap hukum yang pertumbuhan ekonomi yang sehat dan
diwujudkan dalam bentuk prilaku yang ramah lingkungan (pro green growth),
nyata, sedang “kesadaran hukum meningkatkan kesejahteraan masyarakat
masyarakat” masih bersifat abstrak belum (pro poor), menyediakan lapangan kerja
merupakan bentuk perilaku yang nyata yang ramah lingkungan (pro green job)
yang mengakomodir kehendak hukum itu dan dalam bingkai menjaga kelestarian
sendiri. 6 lingkungan (pro environment).
Kesadaran seseorang tentang hukum Membangun green city dilakukan
ternyata tidak serta merta membuat dengan mengoptimalkan sumber daya
seseorang taat pada hukum karena banyak manusia, teknologi dan jasa ekosistem
indikator-indikator sosial lain yang yang memungkinkan kota dikelola secara
mempengaruhinya. Ketaatan hukum cerdas dan berlanjut,7 meskipun pada
merupakan dependen variabel maka untuk kenyataannya, seringkali pemerintah tidak
membangun masyarakat patuh hukum melibatkan masyarakat yang
perlu dicari independen variabel atau mengakibatkan ketidaktahuan tentang apa
intervening variabel agar program yang akan dan sedang dikerjakan
Pemerintah yang menghendaki terciptanya pemerintah. Program-program pemerintah
6 7
Satjipto Rahardjo. 2003. Sisi-sisi Lain dari Nadia Astriani. 2014. Peran Serta
Hukum di Indonesia, Jakarta: Penerbit Buku Masyarakat Dalam PengelolaanRuang Terbuka
Kompas. Hijau (RTH) di Kota Bandung
Jurnal:
Hasibuan, Zulkarnain. 2013. Kesadaran
Hukum dan Ketaatan Hukum
Masyarakat Dewasa Ini. Jurnal
Justitia Volume 1 Nomor 1 2013.