Anda di halaman 1dari 16

Ihwal Kurikulum 2013

Makalah disusun untuk memenuhi tugas kelompok


Mata Kuliah : Pembelajaran Tematik
Dosen Pengampu : Ilham Syah, M.Pd

Disusun Oleh
Kelompok II

Ingriyaningsi Pobela 1921031


Dinda Dilapanga 1921029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) MANADO
2022
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan di Indonesia belum terlepas dari berbagai macam masalah. Salah satu
masalah pendidikan di negara kita yang masih menonjol saat ini adalah adanya kurikulum
yang silih berganti dan tanpa ada arah pengembangan yang betul-betul diimplementasikan
sesuai dengan perubahan yang diinginkan pada kurikulum tersebut.
Perubahan kurikulum selalu mengarah pada perbaikan sistem pendidikan dan
perubahan tersebut dilakukan dengan didasari pada permasalahan pelaksanaan kurikulum
sebelumnya yang dianggap kurang maksimal baik secara materi maupun sistem
pembelajarannya sehingga perlu adanya revitalisasi kurikulum. Usaha perbaikan kurikulum
tersebut mesti dilakukan demi menciptakan perubahan yang lebih baik untuk sistem
pendidikan di indonesia.
Semakin maju suatu bangsa maka semakin maju pula ilmu pengetahuan. Oleh karena
itu kini diperlukan pendidikan dengan kurikulum yang mampu menghasilkan generasi
penerus bangsa yang berakhlakul karimah, berketerampilan, dan berpengetahuan yang luas
agar mampu bersaing di dunia internasional.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Deskripsi dari Kurikulum 2013?
2. Apa sajakah karakteristik dari Kurikulum 2013?
3. Apa tujuan dari kurikulum 2013?
4. Bagaimana sistem penilaian dalam kurikulum 2013 ?
5. Apa kelebihan dan kelemahan kurikulum 2013 ?

C. Tujuan Masalah
1. Dapat mengetahui deskripsi dari Kurikulum 2013.
2. Dapat mengetahui karakteristik dari Kurikulum 2013.
3. Dapat mengetahui tujuan dari kurikulum 2013.
4. Dapat mengetahui tentang sistem penilaian dalam kurikulum 2013.
5. Dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan kurikulum 2013.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perjalanan Kurikulum di Indonesia
Kurikulum memiliki arti penting dan strategis dalam penyelenggaraan pendidikan
sebagai arahan dan pedoman dalam pelaksanaan Pendidikan. Setelah kemerdekaan, tercatat
bahwa kurikulum di Indonesia sudah mengalami pergantian hingga kurang lebih sepuluh kali.
Mengutip dari buku Perkembangan Kurikulum SMA di Indonesia dari Kemendikbud,
perubahan kurikulum merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari konstelasi politik, sosial,
dan budaya bangsa Indonesia yang selalu berkembang dari satu masa ke masa berikutnya.
Berikut ini rangkuman perjalanan kurikulum Indonesia yang dikutip dari publikasi
Kemendikbud, buku Politik Kebijakan Pengembangan Kurikulum di Indonesia karya
Alhamduddin, dan Perencanaan Pembelajaran Untuk Kejuruan karya Dr. Tuti Iriani, serta M.
Aghpin Ramadhan.
1. Rentjana Pelajaran 1947
Kurikulum 1947 juga dikenal dengan istilah Rentjana Pelajaran 1947. Perubahan arah
pendidikan lebih bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional.
Kurikulum 1947 dibuat dua tahun setelah proklamasi kemerdekaan. Saat itu Indonesia masih
bergolak karena agresi militer Belanda dan Sekutu serta terjadi sejumlah pemberontakan.
Awalnya kurikulum itu masih menggunakan istilah Belanda yaitu Leerplan.
Di dalam kurikulum itu pemerintah mencoba merancang sistem pembelajaran bagi
para pelajar di masa revolusi dengan menekankan pada pembentukan karakter manusia
Indonesia merdeka, berdaulat, dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini. Kurikulum
1947 tidak menekankan pendidikan pikiran, melainkan hanya pendidikan watak, kesadaran
bernegara dan bermasyarakat. Kurikulum itu baru bisa dilaksanakan pada 1950 setelah
Republik Indonesia meneken kesepakatan dengan Kerajaan Belanda yang dikenal dengan
Konferensi Meja Bundar pada 2 November 1949 dan mulai berlaku pada 27 Desember 1949.
2. Rentjana Pelajaran Terurai 1952
Kurikulum 1952 menjadi penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya dan diberi
nama Rentjana Pelajaran Terurai Tahun 1952. Hal yang paling menonjol sekaligus menjadi
ciri khas kurikulum ini adalah konsep tematik. Di dalam Kurikulum 1952 diatur tentang topik
pembahasan di setiap mata pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan masyarakat
sehari-hari. Selain itu kurikulum juga mengatur satu orang guru hanya mengajar satu mata
pelajaran.
3. Rentjana Pendidikan 1964
Isu yang berkembang pada kurikulum ini adalah konsep pembelajaran aktif, kreatif,
dan produktif. Melalui konsep ini, pemerintah menetapkan hari Sabtu adalah hari krida.
Artinya, siswa diberi kebebasan untuk berlatih berbagai kegiatan sesuai dengan minat
bakatnya. Kurikulum 1964 dirancang dengan tujuan memupuk pengetahuan akademik pada
jenjang sekolah dasar.
Selain itu, konsep pembelajaran menitik beratkan pada pengembangan moral,
kecerdasan, emosional atau artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmani atau disebut
Pancawardhana. Dalam penerapan kurikulum itu proses pembelajaran dilakukan secara aktif,
kreatif, dan produktif. Berdasarkan hal itu pemerintah menetapkan hari Sabtu adalah hari
krida yakni memberi kebebasan bagi siswa berlatih berbagai kegiatan sesuai dengan minat
dan bakatnya.
4. Kurikulum 1968
Tujuannya lebih ditekankan untuk mempertinggi mental, moral, budi pekerti, dan
keyakinan beragama. Ciri khusus yang menonjol dari kurikulum 1968 adalah correlated
subject curriculum. Kurikulum itu dibuat setelah pergantian rezim pemerintahan dari Orde
Lama kepada Orde Baru, tepatnya tiga tahun setelah peristiwa 30 September 1965. Penerapan
kurikulum itu juga sarat dengan nilai politis lantaran dianggap untuk menghapus peninggalan
Orde Lama dan rezim Soekarno.
Tujuan utama kurikulum itu adalah untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat,
dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti,
dan keyakinan beragama. Ciri Kurikulum 1968 adalah materi pada jenjang pendidikan rendah
memiliki korelasi atau keterkaitan untuk jenjang pendidikan selanjutnya (correlated subject
curriculum). Selain itu, sifat materi pelajaran pada Kurikulum 1968 adalah teoretis dan tidak
terlalu dikaitkan dengan permasalahan pada kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, pada
kurikulum itu dimulai sistem penjurusan yang dimulai pada tingkat kelas 2 SMU atau kelas
11.
5. Kurikulum 1975
Pemerintah kemudian menyempurnakan kurikulum 1968 pada tahun 1975. Latar
belakang kelahirannya akibat dari sejumlah perubahan oleh pembangunan nasional. Metode,
materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional
(PPSI) . Kurikulum itu diterapkan setelah program Rencana Pembangunan Lima Tahun
(Repelita) tahap pertama berjalan di masa pemerintahan Orde Baru. Kurikulum itu
menekankan pendidikan lebih efektif dan efisien akibat pengaruh konsep MBO (management
by objective). Di dalam Kurikulum 1975, metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci
dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Hal itu memunculkan istilah
satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Penerapangan kurikulum itu
ramai dikritik oleh para guru karena mereka akhirnya terlalu sibuk menuliskan perincian dari
setiap kegiatan pembelajaran. Pada kurikulum itu nama pelajaran ilmu alam dan ilmu hayat
diubah menjadi ilmu pengetahuan alam. Sedangkan pelajaran ilmu aljabar dan ilmu ukur
menjadi mata pelajaran matematika.
6. Kurikulum 1984
Kurikulum ini lahir karena kurikulum 1975 disebut tidak bisa mengejar kemajuan
pesat masyarakat. Ciri khususnya, kurikulum 1984 lebih mengedepankan keaktifan siswa
dalam belajar. Pengembangan proses belajar inilah yang disebut dengan pendekatan Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA). Perubahan kurikulum di Indonesia terjadi lagi pada 1984. Di
dalam kurikulum itu dikenal dengan konsep pembelajaran Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
Kurikulum 1984 dibuat karena kurikulum sebelumnya dinilai lambat dalam merespons
kemajuan di kalangan masyarakat. Di dalam kurikulum itu juga ditambahkan mata pelajaran
Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB). Selain itu, Kurikulum 1984 juga membagi
mata pelajaran siswa SMA menjadi program inti dan program pilihan sesuai minat dan bakat.
7. Kurikulum 1994
Pada tahun 1994 pemerintah memperbarui kurikulum sebagai upaya memadukan
kurikulum-kurikulum sebelumnya, terutama Kurikulum 1975 dan 1984. Beberapa
perubahannya, mulai dari perubahan sistem pembagian waktu pelajaran dari semester ke
caturwulan. Kurikulum 1994 serta Suplemen Kurikulum 1999 dibuat dari hasil kombinasi
Kurikulum 1975 dan 1984. Akan tetapi, penerapan kurikulum itu dihujani kritik oleh
kalangan praktisi pendidikan hingga orangtua pelajar. Sebabnya adalah materi pembelajaran
dinilai terlampau berat dan padat. Selain materi pelajaran umum yang dinilai berat, di dalam
kurikulum itu juga ditambahkan materi muatan lokal seperti bahasa daerah, kesenian,
keterampilan daerah, dan lain-lain.
Pada Kurikulum 1994 terjadi perubahan sistem pembagian waktu pelajaran dari
semester ke caturwulan. Yaitu periode pembelajaran dibagi menjadi tiga kali caturwulan
selama setahun. Kemudian, pada penerapan Kurikulum 1994 singkatan SMP (Sekolah
Menengah Pertama) diganti menjadi SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama), kemudian
SMA diganti menjadi SMU (Sekolah Menengah Umum). Program penjurusan di SMA pada
Kurikulum 1994 dibagi menjadi tiga program yakni IPA, IPS, dan bahasa. Mata pelajaran
PSPB dihapus pada kurikulum itu.
8. Kurikulum 2004
Pada tahun 2004 melahirkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai
pengganti Kurikulum 1994, kemudian dikembangkan pula kurikulum yang semula berbasis
materi diubah menjadi berbasis kompetensi. Pada 2004 kurikulum di Indonesia kembali
berganti menjadi KBK sebagai pengganti Kurikulum 1994. Kurikulum itu menitikberatkan
pada kompetensi tiga unsur pokok, yaitu pemilihan kompetensi sesuai spesifikasi, indikator-
indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi, dan
pengembangan pembelajaran bagi peserta didik dan tenaga pengajar.
Dengan kurikulum itu, sekolah diberi kewenangan menyusun dan mengembangkan
komponen kurikulum sesuai dengan kondisi sekolah dan kebutuhan peserta didik dari yang
mulanya berbasis materi menjadi kompetensi. KBK mempunyai ciri-ciri yang menekankan
pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal, berorientasi
pada hasil belajar dan keberagaman. Lalu kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan
metode bervariasi. Pada kurikulum ini peserta didik diharapkan mencari sumber
pembelajaran lain yang memenuhi unsur edukasi dan tidak terlalu terpaku kepada guru
sebagai sumber belajar. Pada kurikulum 2004 pemerintah kembali mengubah nama SLTP
menjadi SMP dan SMU kembali lagi menjadi SMA.
9. Kurikulum 2006
Kurikulum 2006 inilah yang biasa dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan diberlakukan sejak Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional yang kemudian dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No 10
tahun 2003. Kurikulum itu diterapkan sejak pemberlakuan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional yang kemudian dijabarkan dalam Peraturan
Pemerintah No 10 tahun 2003. Meski kurikulum itu hampir sama dengan KBK 2004, tetapi
prinsip penyusunannya menggunakan konsep desentralisasi pada sistem pendidikan.
Pemerintah hanya menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, lalu guru diminta
mengembangkan silabus dan penilaian sesuai kondisi sekolah dan peserta didik di daerah
masing-masing.
10. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 lebih menekankan pada pendidikan karakter. Implementasinya,
pendidikan karakter diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi.
Selain itu, kurikulum ini menekankan pada pembentukan sikap spiritual pada Kompetensi Inti
1 (KI 1) dan sikap sosial pada Kompetensi Inti 2 (KI 2). Kurikulum 2013 hingga saat ini
masih berlaku dan diterapkan di sekolah-sekolah Indonesia. Kurikulum 2013 (K-13)
diterapkan oleh pemerintah untuk menggantikan Kurikulum 2006 (KTSP). Pada tahun ajaran
2013/2014, tepatnya sekitar pertengahan tahun 2013, Kurikulum 2013 diterapkan secara
terbatas pada sekolah perintis, yakni pada kelas I dan IV untuk tingkat Sekolah Dasar, kelas
VII untuk SMP, dan kelas X untuk jenjang SMA/SMK.
Sedangkan pada 2014, Kurikulum 2013 sudah diterapkan di Kelas I, II, IV, dan V
sedangkan untuk SMP Kelas VII dan VIII dan SMA Kelas X dan XI. Jumlah sekolah yang
menjadi sekolah perintis adalah sebanyak 6.326 sekolah tersebar di seluruh provinsi di
Indonesia. Kurikulum 2013 memiliki empat aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek
keterampilan, aspek sikap, dan perilaku. Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi
pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan. Akan tetapi,
penerapan K-13 dihentikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan
melalui Peraturan Menteri nomor 60/2014 tanggal 11 Desember 2014. Alhasil kurikulum
yang digunakan kembali kepada KTSP, kecuali bagi satuan pendidikan dasar dan menengah
yang sudah melaksanakannya selama 3 (tiga) semester, satuan pendidikan usia dini, dan
satuan pendidikan khusus. Penghentian tersebut bersifat sementara, paling lama sampai tahun
pelajaran 2019/2020.

Untuk selanjutnya Kemendikbudristek menyampaikan rencana kurikulum baru yang


akan berlaku mulai tahun 2022, dimana kurikulum baru ini dinilai lebih fleksibel dan
Kurikulum 2022 ini akan lebih berfokus pada materi yang esensial dan tidak terlalu padat
materi. Hal ini bertujuan, agar guru memiliki waktu untuk pengembangan karakter dan
kompetensi.

B. Deskripsi Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 (K-13) adalah kurikulum yang berlaku dalam Sistem Pendidikan
Indonesia. Kurikulum ini merupakan kurikulum tetap diterapkan oleh pemerintah untuk
menggantikan Kurikulum-2006 (yang sering disebut sebagai Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan) yang telah berlaku selama kurang lebih 6 tahun. Kurikulum 2013 masuk dalam
masa percobaannya pada tahun 2013 dengan menjadikan beberapa sekolah menjadi sekolah
rintisan.
Pada tahun ajaran 2013/2014, tepatnya sekitar pertengahan tahun 2013, Kurikulum
2013 diimplementasikan secara terbatas pada sekolah perintis, yakni pada kelas I dan IV
untuk tingkat Sekolah Dasar, kelas VII untuk SMP, dan kelas X untuk jenjang SMA/SMK,
sedangkan pada tahun 2014, Kurikulum 2013 sudah diterapkan di Kelas I, II, IV, dan V
sedangkan untuk SMP Kelas VII dan VIII dan SMA Kelas X dan XI. Jumlah sekolah yang
menjadi sekolah perintis adalah sebanyak 6.326 sekolah tersebar di seluruh provinsi di
Indonesia.
Kurikulum 2013 memiliki empat aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek
keterampilan, aspek sikap, dan perilaku. Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi
pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan. Materi yang
dirampingkan terlihat ada di materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, dan sebagainya sedangkan
materi yang ditambahkan adalah materi Matematika. Materi pelajaran tersebut (terutama
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) disesuaikan dengan materi pembelajaran standar
Internasional (seperti PISA dan TIMSS) sehingga pemerintah berharap dapat
menyeimbangkan pendidikan di dalam negeri dengan pendidikan di luar negeri.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan, nomor
60 tahun 2014 tanggal 11 Desember 2014, pelaksanaan Kurikulum 2013 dihentikan dan
sekolah-sekolah untuk sementara kembali menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan kecuali bagi satuan pendidikan dasar dan menengah yang sudah
melaksanakannya selama 3 (tiga) semester, satuan pendidikan usia dini, dan satuan
pendidikan khusus. Penghentian tersebut bersifat sementara, paling lama sampai tahun
pelajaran 2019/2020.

C. Tujuan Kurikulum 2013


Tujuan Kurikulum 2013 yang diterapkan oleh Kemendikbud tertuang pada
Permendikbud No. 69 Tahun 2013 tentang kerangka dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah), sebagai berikut.

“Tujuan Kurikulum 2013 adalah mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki


kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif, kreatif,
inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat,
berbangsa,bernegara, dan peradaban dunia.”

Di dalam tujuan kurikulum 2013 ini, peserta didik lebih dituntut untuk berpikir
kreatif, inovatif, serta, cepat dan tanggap. Kurikulum 2013 melatih peserta didik untuk
menumbuhkan keberanian dalam dirinya, selanjutnya dapat melatih kemampuan berlogika
dalam memecahkan suatu permasalahan. Pada kurikulum 2013 juga dimasukkan unsur-unsur
kehidupan bermasyarakat, berbangsa,dan bernegara serta unsur keagamaan untuk membentuk
peserta yang berkarakter.
Sesuai dengan tujuan Kurikulum 2013, Kurikulum ini mempunyai empat kompetensi
inti yang berisi tujuan dari proses pembelajaran. Rumusan kompetensi inti tersebut tertuang
pada Permendikbud No. 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum
Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah:

- Kompetensi inti sikap spiritual;


- Untuk kompetensi inti sikap sosial;
- Kompetensi inti pengetahuan;
- Kompetensi inti keterampilan

Kurikulum 2013 dikembangkan dari kurikulum 2006 (KTSP) yang dilandasi


pemikiran tentang tantangan masa depan, persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan
dan pedagogi, kompetensi masa depan, dan fenomena negatif yang mengemuka.

D. Karakteristik Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:
1. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa
ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik.
2. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar
terencana, selanjutnya peserta didik menerapkan ilmu yang di dapat dari sekolah ke
masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar.
3. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik, sehingga dapat
menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat.
4. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.
5. Kompetensi tertuang dalam bentuk kompetensi inti kelas yang tercantun lebih lanjut
dalam kompetensi dasar mata pelajaran.
6. Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements)
kompetensi dasar, selanjutnya semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran
dikembangkan, sehingga dapat mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam
kompetensi inti
7. Kompetensi dasar berkembang pada prinsip akumulatif, saling memperkuat
(reinforced) dan memperkaya (enriched) antar matapelajaran dan jenjang pendidikan
(organisasi horizontal dan vertikal).
8. Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti
(KI) satuan pendidikan dan kelas, dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar (KD)
mata pelajaran.
9. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi
dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (kognitif dan psikomotor) yang
harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran.
10. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk
suatu tema untuk SD/MI, dan untuk mata pelajaran di kelas tertentu untuk SMP/MTS,
SMA/MA, SMK/MAK.
11. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dijenjang pendidikan menengah diutamakan
pada ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan menengah berimbang antara
sikap dan kemampuan intelektual (kemampuan kognitif tinggi).
12. Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing elements) Kompetensi Dasar
yaitu semua KD dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi
dalam Kompetensi Inti.
13. Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif saling
memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan
jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal) diikat oleh kompetensi inti.
14. Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema (SD). Dalam
silabus tercantum seluruh KD untuk tema atau mata pelajaran di kelas tersebut.
15. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari setiap KD yang untuk mata
pelajaran dan kelas tersebut.

E. Aspek Penilaian Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek
keterampilan, aspek sikap dan perilaku.
1. Aspek pengetahuan
Aspek yang ada di dalam materi pembelajaran selanjutnya dapat menambah wawasan
peserta didik pada bidang tertentu. Di dalam struktur kurikulum ini, jenjang SD
memiliki bobot pengetahuan sebanyak 20% dan 80% aspek karakter, jenjang SMP
memiliki bobot pengetahuan 40% dan 60% aspek karakter, sedangkan jenjang SMA
memiliki bobot pengetahuan 80% dan 20% aspek karakter.
2. Aspek keterampilan
Aspek keterampilan bertujuan untuk meningkatkan keterampilan peserta didik dalam
membuat, melaksanakan, dan mengerjakan suatu soal atau proyek. Di dalam aspek ini
peserta didik terlatih sifat ilmiah dan karakter selanjutnya akan merujuk pada aspek
keterampilan. Aspek keterampilan dapat berupa keterampilan pengerjaan soal,
keterampilan pengerjaan dan pelaksanaan proyek, keterampilan membuat teks, dan
keterampilan dalam menjawab soal lisan.
3. Aspek penilaian sikap dan perilaku
Penilaian sikap dan perilaku merupakan aspek penilaian dengan menilai sikap dan
perilaku peserta didik selama proses pembelajaran. Guru melakukan aspek penilaian
dalam jurnal harian, teman sejawat dalam sebuah lembaran nilai.

F. Implementasi Kurikulum 2013


1. Dari segi pemahaman dan Pelaksanaan
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang yang simple dan praktis karena menjadi
sebuah kurikulum penyempurna pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
yang masih menitik beratkan kepada kompetensi yang di utamakan. Kurikulum 2013
melihat dari segi kebutuhan masyarakat dari segi spiritual, sosial, pengetahuan dan
keterampilan yang saat ini sedikit digeser karena pengaruh media, lingkungan dan
juga tekanan belajar yang semakin menumpuk dengan adanya materi pembelajaran
yang selalu bertambah seiring dengan kebutuhan.
2. Dari segi Materi
Kurikulum 2013 dari segi materi lebih fleksibel artinya lebih mudah dipahami oleh
siswa dan juga para pendidik karena jam mata pelajaran dikurangi dan menambah jam
pelajaran,hal itulah yang sangat menonjol dalam perubahan pada KTSP menuju
Kurikulum 2013. Seperti pada struktur mata pelajaran sudah tidak menggunakan
Standar Kompetensi yang terlalu banyak melahirkan materi baru, akan tetapi
menggunakan 4 Kompetensi Inti (KI) yang harus dikuasai dan dipahmi oleh peserta
didik. Adapun 4 Kompetensi Inti (KI) tersebut adalah KI 1 (spiritual), KI 2 (sosial),
KI 3 (pengetahuan) dan KI 4 (keterampilan).
3. Dari segi Media Pembelajaran
Sedangkan dari segi media pembelajaran, perencanaan materi pengajaran dan proses
belajar mengajar membutuhkan penerapan media yang extra sehingga menuntut
seorang guru dan siswa untuk selalu belajar dan memanfaatkan media pembelajaran
yang sudah ada dan yang sudah dipersiapkan.
4. Dari segi Metode Pembelajaran
dari segi metode pembelajaran kurikulum 2013 lebih aktif dalam penggunaan dan
pemanfaatan berbagai metode seperti halnya metode simulasi, sosiodrama, bermain,
diskusi, dan metode yang lain yang sangat mampu menjadi sarana untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional yang diharapkan.
5. Dari segi Penilaian
Sistem penilaian pada Kurikulum 2013 dikatakan lebih baik karena mencakup 3 ranah
domain belajar yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotorik. Karena ketiga domain
tersebut sama-sama menjadi sangat penting dari pada hanya mengutamakan aspek
kognitif (pengetahuan).

G. Hambatan implementasi Kurikulum 2013


1. Dari segi pelaksanaan
Hambatan dari segi pelaksanaan ini banyaknya pendidik dan siswa kurang memahami
tentang perubahan kurikulum dari KTSP menuju Kurikulum 2013. Terutama pendidik
belum tahu banyak dalam memahami apa saja yang perlu ditekankan di Kurikulum
2013. Sehingga diperlukan pelatihan untuk para guru dalam pemahaman untuk
melaksanakan proses Kurikulum 2013 yang sesuai dengan yang diharapkan.
2. Dari segi Materi
Siswa kurang siap dalam hal mencari materi karena masih terbiasa dengan materi
sebelumnya yang selalu panjang lebar dalam pembahasan. Sehingga pada kurikulum
2013 ini harus memerlukan lebih banyak referensi buku ataupun media lain untuk
menunjang keberhasilan proses belajar mengajar yang efektif.
3. Dari segi Media Pembelajaran
Hambatan yang tejadi pada media yaitu minimnya keamanan melihat tata letak
sekolah yang jauh dari lingkungan masyarakat, sehingga pihak sekolah masih enggan
untuk menjadikan media pembelajaran pada tiap kelas seperti halnya LCD. Justru itu
pihak sekolah lebih banyak menggunakan media model konvensional untuk
menyiasati keamanan tersebut untuk sementara waktu.
4. Dari segi Metode Pembelajaran
Dalam hal metode pembelajaran siswa masih kurang terbiasa dengan metode pada
Kurikulum 2013, siswa masih perlu menggunakan metode ceramah karena
disebabkan oleh beberapa faktor bakat, minat, kebiasaan, latar belakang, kemampuan
dan gaya belajar siswa itu sendiri.
5. Dari segi Penilaian
Dalam hal segi penilaian memang semua 3 ranah domain (kognitif, afektif,
psikomotorik), akan tetapi tingkat kesulitan para guru adalah kurangnya memahami
cara penilaian pada kurikulum 2013, karena masih sangat memerlukan diklat dan
pelatihan dalam hal khusus penilaian.

H. Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 2013


1. Kelebihan Kurikulum 2013
1. Menuntut Siswa Lebih Mandiri, Kreatif dan Inovatif
Dibandingkan dengan kurikulum yang lama, kurikulum 2013 melatih siswa untuk
lebih mandiri, kreatif, dan inovatif. Siswa tak hanya mendapatkan informasi dan
materi dari guru, melainkan juga dilatih untuk mencari informasi di luar kelas secara
aktif. Melalui konsep 5 M, siswa dididik untuk dapat mencari sendiri informasi,
menemukan, menyampaikan pendapat di depan kelas, mengevaluasi, dan menarik
kesimpulan secara aktif dan mandiri. Dengan begitu, kurikulum ini juga kembali
mengajak anak-anak untuk membudayakan membaca, salah satu kebiasaan yang
mulai menurun pada generasi saat ini.
2. Proses Penilaian Dilakukan Dari Semua Aspek
Dalam kurikulum 2013, sikap siswa di dalam kelas juga termasuk salah satu aspek
yang dinilai. Karena itu penerapan kurikulum 2013 juga memiliki tujuan yang baik
yaitu mendorong anak untuk memiliki sikap yang lebih baik di sekolah, pada teman
sejawat, dan terhadap lingkungannya. Jika pada kurikulum sebelumnya penilaian
hanya dilakukan dari sisi intelektual siswa, maka kurikulum 2013 ini juga membuat
suatu indikator penilaian dari aspek yang lainnya. Di antaranya adalah dari sisi
kecerdasan, sikap dan karakter, sosial bahkan aspek religius.
3. Menekankan Kepada Pendidikan Karakter
Kelebihan kurikulum 2013 lainnya adalah menekankan pada pendidikan karakter. Hal
ini memberikan kesempatan bagi lembaga pendidikan untuk lebih maksimal dalam
membentuk karakter peserta didik. Upaya pembangunan karakter dan juga budi
pekerti luhur ini ditekankan pada semua program studi yang ada. Sehingga,
memungkinkan karakter anak bangsa semakin terbentuk.
2. Kekurangan Kurikulum 2013
1. Sistem Penilaian yang Terlalu Rumit
Seperti Liputan6.com kutip dari Merdeka, dalam kurikulum 2013, guru harus
melakukan tiga set penilaian terhadap siswa, antara lain penilaian sikap, penilaian
kognitif, dan penilaian keterampilan. Masing-masing set penilaian masih dijabarkan
lebih banyak, misalkan set penilaian sikap yang terdiri atas penilaian observasi
(kedisiplinan, kejujuran, peduli lingkungan, dsb), penilaian diri, penilaian teman
sejawat, dan penilaian jurnal. Sistem penilaian yang banyak dan rumit tersebut harus
diterapkan guru pada masing-masing siswa, per mata pelajaran, dan per kompetensi
dasar. "Untuk satu mata pelajaran, rata-rata kompetensi dasar adalah tujuh sampai
delapan. Berarti guru harus membuat delapan kali tiga set laporan narasi untuk
masing-masing siswa. Jika satu kelas terdiri atas 40 anak dan satu guru mengampu
tujuh kelas, maka bisa dibayangkan berapa laporan narasi yang harus dibuat oleh
guru. Sementara laporan berbentuk narasi mendalam harus berbeda-beda pada
masing-masing siswa," ungkap Sri Pujiastuti, seorang guru SMP di Malang. Sri
berpendapat bahwa sistem penilaian ini yang paling rumit dibandingkan dengan
sistem penilaian pada kurikulum-kurikulum sebelumnya. Menurutnya, semestinya
sistem penilaian lebih disederhanakan.
2. Sarana yang Belum Memadai dan Merata
Kekurangan kurikulum 2013 selanjutnya adalah kurangnya sarana dan prasarana yang
belum memadai dan merata untuk menjalankan kurikulum 2013. Tak semua siswa
dan sekolah memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk mengajarkan
siswanya belajar secara aktif dan mandiri. Terutama jika kurikulum ini akan
diterapkan di daerah-daerah yang terpencil.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam dunia
pendidikan karena kurikulum ini digunakan oleh pakar-pakar pendidikan terutama guru-guru
sebagai landasan untuk mengembangkan proses pendidikan yang lebih inovatif dan dapat
mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Kurikulum 2013 merupakan implementasi dan
penyempurna dari kurikulum-kurikulum sebelumnya. Hanya saja terdapat sedikit perubahan
pada standar isi dan penilaian dengan tetap berpedoman kepada tujuan pendidikan Nasional
yaitu mencerdaskan bangsa dan menjadikan manusia yang beriman dan berakhlakul karimah
yang tinggi.
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasia sains yang bertujuan untuk
mempersiapkan lahirnya generasi emas bangsa indonesia, dengan sistem dimana siswa lebih
aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Sesuai dengan Kurikulum 2013, guru dituntut siap
untuk melaksanakan pendekatan saintifik dalam proses belajar mengajar. Pendekatan saintifik
merupakan proses belajar yang dirancarang agar anak didik aktif dan inovatif. Dengan
melihat lingkungan sekitarnya siswa diharapkan mampu mengidentifikasi dan menemukan
masalah, merumuskan masalah, mengumpulkan data, memproses data yang ditemukan,
menemukan jawaban, dan mengomunikasikan jawaban yang ditemukan. Pendekatan saintifik
ini dilakukan dengan lima (5) langkah yaitu: mengamati, menanya, mengumpulkan data,
mengasosiasi, mengomunikasikan

DAFTAR PUSTAKA
E.Mulyasa, Pengembangan dan Impelemtasi Kurikulum 2013. (Bandung: PT Remaja

Rosdaha

https://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum_2013#cite_note-1 diakses pada 09 April 2022

http://gurubagi.com/kurikulum-2013-tujuan-karakteristik-dan-aspek-

penilaiannya/#:~:text=Karakteristik%20Kurikulum%202013&text=Mengemban

gkan%20keseimbangan%20antara%20pengembangan%20sikap,dengan%20ke

mampuan%20intelektual%20dan%20psikomotorik. Diakses pada 09 April 2022

https://mudzakirfaizal.wordpress.com/2014/11/05/makalah-kurikulum-2013/#_ftn1

diakses pada 09 April 2022

https://hot.liputan6.com/read/4411509/kelebihan-dan-kekurangan-kurikulum-2013-

kenali-tujuannya diakses pada 09 April 2022

https://www.imrantululi.net/berita/detail/perjalanan-kurikulum-indonesia-dari-tahun-

1947sekarang diakses pada 11 April 2022

https://nasional.kompas.com/read/2022/02/13/10180071/sejarah-pergantian-kurikulum-

di-indonesia?page=all diakses pada 11 April 2022

Anda mungkin juga menyukai