Anda di halaman 1dari 33

CRITICAL BOOK REPORT

OLEH :
Aulia Putri Lubis (4193311015)
Dara Kartika (4193311008)
Naila Fauziah (4193311020)
Nona Farahdiba (4193311012)
Semi Syaina Amanda (4193311005)

Mata Kuliah : Evaluasi Pembelajaran Matematika


Dosen Pengampu : Tiur Malasari Siregar, S.Pd., M.Si.

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dapat menyelesaikan
tugas CBR (Critical Book Review). Adapun tugas ini saya buat untuk memenuhi tugas psikologi
pendidikan dan juga menambah ilmu pengetahuan dan pemahaman kita pada pendidikan.

Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam
pembuatan tugas ini. Serta tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada Dosen pengampu
mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Matematika yaitu Ibu Tiur Malasari Siregar, S.Pd., M.Si. atas
bimbingannya.

Saya mohon maaf apabila ada kekurangan dan kesalahan dalam penulisan kata-kata
dalam tugas saya, saya sadar bahwa isi tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu saya
mohon kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Semua kritik, saran, dan petunjuk
yang diberikan akan saya terima dengan senang hati. Saya berharap semoga apa yang saya
tuliskan pada tugas saya ini dapat menambah pengetahuan baru yang bermanfaat bagi para
pembaca.

Medan, Oktober 2020

Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CBR

Pentingnya Critical Book Review (CBR) bagi mahasiswa yang baru belajar tentang
mengkritik buku agar lebih mengerti atau memahami apa isi buku yang dibacanya, dan tidak
hanya dibaca saja dan lupa begitu saja. Tugas ini juga berfungsi untuk mengajarkan mahasiswa
bagaimana caranya berpikir kritis. Mengkritik buku (critical book report) ini adalah suatu tulisan
atau ulasan mengenai sebuah hasil karya atau buku.
Mengkritik buku dilakukan bukan untuk menjatuhkan atau menaikkan nilai suatu buku
melainkan untuk menjelaskan apaa danya suatu buku yaitu kelebihan atau kekurangannya yang
akan menjadi bahan pertimbangan atau ulasan tentang sebuah buku kepada pembaca perihal
buku-buku baru dan ulasan kelebihan maupun kekurangan buku tersebut.

B. Tujuan Penelitian
Alasan dibuatnya Critical Book Review (CBR) yaitu untuk:
 Penyelesaian tugas : Critical Book Review yang membandingkan beberapa buku yang
akan kita baca.
 Menambah : Pengetahuan dan wawasan mengenai buku yang dikritik.
 Meningkatkan : Ketelitian dan pemahaman dari buku yang kita kritik dengan cara
meneliti isi buku lalu meringkas pembahasan buku tersebut.
 Menguatkan : Potensi ataupun keahlian dalam mengkritik isi buku yang kita baca dan
melakukan perbandingan dengan buku yang lainnya.

C. Manfaat CBR
Manfaatnya sangat banyak terutama bagi mahasiswa, karena CBR tidak sembarangan
diciptakan. Semuanya pasti mempunyai arti tersendiri, seperti CBR ini. Manfaatnya tidak bisa
kita sebutkan satu persatu, kita hanya akan membahas yang penting saja untuk memahami dan
mengerti isi buku.
BAB II

RINGKASAN BUKU

Buku I : BUKU AJAR EVALUASI PEMBELAJARAN

Buku II : EVALUASI PEMBELAJARAN

RINGKASAN BUKU I :

BAB I KONSEP DASAR EVALUASI PEMBELAJARAN

4.1. Hakekat Evaluasi


Pengertian Evaluasi Menurut Para Ahli
 Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai“The process of delineating,
obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives”.
 Frey, Barbara A., and Susan W. Alman. (2003): Evaluation The systematic process of
collecting, analyzing, and interpreting information to determine the extent to which
pupils are achieving instructional objectives.
 Viviane dan Gilbert de Lansheere (1984) menyatakan bahwa evaluasi adalah proses
penentuan apakah materi dan metode pembelajaran telah sesuai dengan tujuan yang
diharapkan.
4.2. Ruang Lingkup Evaluasi
Ruang lingkup yang dimaksudkan disini adalah aspek-aspek apa saja yang akan dievaluasi.
Dalam mengevaluasi program evaluasi pembelajaran aspek-aspeknya bisa mencakup aspek
murid, guru, fasilitas dan sebagainya.
4.3. Metode Evaluasi
Metode-metode yang juga dapat digunakan untuk mengevaluasi supervisi pendidikan adalah
catatan anekdot, catatan pertumbuhan, daftarcek, inventory, interview.
4.4. Penggunaan Hasil Evaluasi
Dengan pelaksanaan evaluasi supervisi pendidikan ini dapat memperoleh, informasi tentang
kebutuhan-kebutuhan pada diri yang dinilai, kemudian dapat dijadikan dasar merancang
pengalaman-pengalaman untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu.

4.5. Dasar-Dasar Evaluasi


Evaluasi pembelajaran di SD adalah penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa
SD kearah tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan dalam kurikulum setelah seorang siswa
mengikuti suatu program pembelajaran.
4.6. Hakikat Penilaian (Asesment)
Penilaian merupakan suatu tindakan atau proses menentukan nilai sesuatu obyek. Penilaian
adalah suatu keputusan tentang nilai.
4.7. Hakikat Pengukuran (Measurement)
Pengukuran dapat diartikan sebagai proses memasangkan fakta-fakta suatu obyek dengan
satuan-satuan ukuran tertentu
4.8. Hakikat Tes
Pengertian tes adalah cara yang digunakan atau prosedur yang ditempuh dalam rangka
pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan.

BAB II TUJUAN, PRINSIP, CIRI, DAN JENIS EVALUASI PEMBELAJARAN

4.1. Tujuan Evaluasi


Tujuan evaluasi adalah untuk melihat dan mengetahui proses yang terjadi dalam
pembelajaran. Proses pembelajaran memiliki 3 hal penting yaitu, input, transformasi dan output.
4.2. Prinsip Dasar Evaluasi
Untuk memperoleh hasil evaluasi yang baik maka kegiatan evaluasi harus bertitik tolak dari
prinsip-prinsip antara lain: Kontinyu, Kooperatif, Komprehensif, Praktis, Adil dan Obyektif.
4.3. Ciri-Ciri Evaluasi Belajar
Satu program evaluasi yang baik dapat diketahui dari ciri-cirinya yang tertentu. Beberapa
yang dapat dianggap sebagai cirri pokok untuk menilai sejauh mana program evaluasi di suatu
sekolah dikatakan baik, antara lain:
1. Desain atau rancangan program evaluasi itu komprehensif,
2. Perubahan-perubahan tingkah laku individu harus mendasari penilaian perumbuhan dan
perkembangannya,
3. Hasil-hasil evaluasi harus disusun dan dikelompokkan sedemikian rupa sehingga
memudahkan interpretasi yang berarti,
4. Program evaluasi haruslah berkesinambungan dan saling berkaitan (interrelated) dengan
kurikulum.
4.4. Jenis-Jenis Evaluasi
Sehubungan dengan tujuan sebagaimana dituangkan di dalam sub bab yang terdahulu,
membedakan evaluasi prestasi belajar siswa di sekolah menjadi 4 (empat) jenis yaitu: Evaluasi
Formatif, Evaluasi Sumatif, Evaluasi Penempatan, Evaluasi Diagnostik.
BAB III SASARAN, FUNGSI DAN KLASIFIKASI EVALUASI PEMBELAJARAN

1. Deskripsi Singkat

Pada bab ini akan dibahas tentang sasaran, fungsi dan klasifikasi evaluasi pembelajaran
dan merupakan dasar bagi bab-bab selanjutnya seperti memahami prosedur kegiatan evaluasi.
Oleh karena itu diharapkan Anda dapat memahami materi ini secara baik.

2. Relevansi

Pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki oleh mahasiswa ketika masih berada
pada jenjang SMA dan semester awal, akan lebih diasah, karena mahasiswa akan memahami
dengan jelas konsep evaluasi, pe ngukuran dan penilaian. Selain itu, materi pada bab-bab
selanjutnya di mata kuliah evaluasi pembelaran ini merupakan penunjang ketika mahasiswa akan
mengolah data dalam penyusunan skripsi

3. Kompetensi Dasar:

Mampu menjelaskan sasaran evaluasi Pembelajaran., men-. deskripsikan fungsi evaluasi


pembelajaran, mendeskripsikan klasifikasi evaluasi pembelajaran. Kompetensi dasar ini terdiri
dari tiga indikator yakni : Menjelaskan sasaran evaluasi pembelajaran . Mendiskripsikan fungsi
evaluasi pembelajaran Mendeskripsikan klasifikasi evaluasi pemblajaran

4. Materi Kuliah

4.1. Sasaran evaluasi.


Sasaran Evaluasi Pembelajaran pembelajaran adalah aspek-aspek yang
terkandung dalam kegiatan pembelajaran, yaitu meliputi :(1). Tujuan pembelajaran (2).
Unsur dinamis pembelajaran Dapat disebut juga dengan sumber belajar, yang meliputi :
pesan,orang, bahan, alat, teknik, dan latar. Sumber belajar disebut unsur dinamis
pembelajaran karena setiap perubahan yang terjadi pada salah saut sumber belajar akan
mengakibatkan terjadinya perubahan pada kegiatan pembelajaran.(3). Pelaksanaan
pembelajaran dapat diartikan sebagai interaksi antar sumber belajar dengan siswa.(4).
Kurikulum dalam hal ini kurikulum dipandang sebagai rencana tertulis, yakni
seperangkat komponen pembelajaran yang diuraikan secara tertulis pada buku.

4.2. Fungsi Evaluasi.

Scriven (1967) mengemukakan bahwa fungsi evaluasi dapat dibedakan menjadi


dua macam yaitu fungsi formatif dan fungsi sumatif. Fungsi formatif dilaksankan apabila
hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi diarahkan untuk memperbaiki bagian tertentu
atau sebagian besar kurikulum yang sedang dikembangkan. Sedangkan fungsi sumatif
dihubungkan dengan penyimpulan mengenai kebaikan dari system secara keseluruhan,
dan fungsi ini baru dapat dilaksanakan apabila pengembangan kurikulum tekah dianggap
selesai.

4.3. Fungsi Evaluasi

Pembelajaran Secara garis besar dalam proses belajar mengajar, evaluasi memiliki
fungsi pokok a). Untuk mengukur kemajuan dan perkembangan peserta didik setelah
melakukan kegiatan belajar mengajar selama jangka waktu tertentu b). Untuk mengukur
sampai diana keberhasilan sistem pengajaran yang digunakan. c). Sebagai bahan
pertimbangan dalam rangka melakukan perbaikan proses belajar mengajar.

4.4. Klasifikasi evaluasi

Sumadi Suryabrata mengelompokan tiga klasifikasi evaluasi yaitu: a. Klasifikasi


berdasar fungsi, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan psikologis, didaktif/instruksional
dan administratif. b. Klasifikasi berdasarkan keputusan pendidikan digunakan untuk
mengambil keputusan individual, institusional, didaktik insrtuksional dan keputusan
penelitian. c. Klasifikasi formatif dan sumatif digunakan untuk mendapatkan umpan balik
dalam perbaikan proses belajar mengajar.

BAB IV PROSEDUR EVALUASI PEMBELAJARAN

1. Deskripsi Singkat

Pada bab ini akan dibahas tentang Prosedur atau langkahlangkah pokok yang harus
ditempuh dalam kegiatan evaluasi, yaitu: (1) membuat perencanaan, yang meliputi: menyusun
kisi-kisi dan uji-coba, (2) mengumpulkan data, (3) mengolah data, (4) menafsirkan data, dan (5)
menyusun laporan, dan merupakan dasar bagi bab-bab selanjutnya seperti memahami teknik tes
dan non tes. Oleh karena itu diharapkan Anda dapat memahami materi ini secara baik.

2. Relevansi

Pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki oleh mahasiswa ketika masih berada
pada jenjang SMA dan semester awal, akan lebih diasah, karena mahasiswa akan memahami
dengan jelas konsep evaluasi, pe ngukuran dan penilaian. Selain itu, materi pada bab-bab
selanjutnya di mata kuliah evaluasi pembelaran ini merupakan penunjang ketika mahasiswa akan
mengolah data dalam penyusunan skripsi

3. Kompetensi Dasar:

Mampu menjelaskan langkah-langkah pokok yang harus ditempuh dalam kegiatan


evaluasi, mendeskripsikan rancangan pembuatan kisi-kisi dan uji coba mendeskripsikan
pengumpulan data, pengolahan, penafsiran data dan menyusun laporan. Kompetensi ini terdiri
dari enam indikator yakni:

1. Menjelaskan prosedur pelaksanaan kegiatan evaluasi .

2. Mendiskripsikan rancangan pembuatan kisi-kisi dan uji coba

3. Mendeskripsikan langkah-langkah pengumpulan data

4. Menjelaskan langkah-langkah pengolahan data

5. Menjelaskan langkah-langkah penafsiran data

6. Mendeskripsikan langkah-langka penyusunan laporan


4. Materi Kuliah

1. Membuat Perencanaan Evaluasi

1.1. Menyusun Kisi-kisi (Layout/Blue-Print/Table of Specification)

Kisi-kisi adalah suatu format yang berisi komponen identitas dan


komponen matriks untuk memetakan soal dari berbagai topik/ satuan bahasan
sesuai dengan kompetensi dasarnya masing-masing. Fungsi adalah sebagai
pedoman bagi guru untuk membuat soal menjadi tes.

1.2. Uji Coba

Jika soal dan perangkatnya sudah disusun dengan baik, maka perlu
diujicobakan terlebih dahulu di lapangan. Tujuannya untuk melihat soal-soal
mana yang perlu diubah, diperbaiki, bahkan dibuang sama sekali. Soal yang baik
adalah soal yang sudah mengalami beberpa kali uji coba dan revisi, yang
didasarkan atas analisis empiris dan rasional.

2. Pelaksanaan Evaluasi

Pelaksanaan evaluasi artinya bagaimana cara melaksanakan suatu evaluasi, baik


melalui tes (tertulis, lisan maupun perbuatan) maupun melalui nontes. Dalam pelaksanaan
evaluasi, guru harus memperhatikan kondisi tempat tes diadakan. Tempat ini harus terang
dan enak dipandang serta tidak menakutkan, sehingga peserta didik tidak takut dan
gugup. Suasana tes harus kondusif agar peserta didik nyaman menjawab pertanyaan tes.

3. Pengolahan Data

Setelah semua data kita kumpulkan, baik data itu dari kita langsung yang
mengadakan kegiatan evaluasi maupun dari orang lain yang mengevaluasi orang yang
kita maksud, data tersebut harus diolah. Mengolah data berarti ingin memberikan nilai
dan makna kepada peserta didik mengenai kualitas hasil pekerjaannya.

4. Penafsiran Hasil Evaluasi

Penafsiran terhadap suatu hasil evaluasi harus didasarkan atas kriteria tertentu
yang disebut norma. Bila penafsiran data itu tidak berdasarkan kriteria atau norma
tertentu hanya berdasarkan pertimbangan pribadi dan kemanusiaan, maka termasuk
kesalahan yang besar. Ada dua jenis penafsiran data, yatu penafsiran kelompok dan
penafsiran individual. Penafsiran kelompok adalah penafsiran yang dilakukan untuk
mengetahui karakteristik kelompok berdasarkan data hasil evaluasi, antara lain prestasi
kelompok, rata-rata kelompok, sikap kelompok, dan distribusi nilai kelompok.
Sedangkan penafsiran individual adalah penafsiran yang hanya tertuju kepada individu
saja.

5. Laporan

Semua kegiatan dan hasil evaluasi harus dilaporkan kepada berbagai pihak yang
berkepentingan, seperti pimpinan/kepala sekolah, pemerintah, dan peserta didik itu
sendiri. Hal ini dimaksudkan agar hasil yang dicapai peserta didik dapat diketahui oleh
berbagai pihak dan dapat menentukan langkah selanjutnya. Di samping itu, laporan juga
penting bagi peserta didik itu sendiri agar ia mengetahui kemampuan yang dimilikinya,
dan atas dasar itu ia menentukan kemana arah yang harus ditempuhnya serta apa yang
harus dilakukannya.

BAB V TEKNIK TES DAN NON TES

1. Teknik Tes

Cronbach berpendapat bahwa tes merupakan suatu prosedur yang sistematis untuk
mengamati atau mendes-krip sikan satu atau lebih karakteristik seseorang dengan menggunakan
standar numerik atau sistem kategorik. Bruce berpendapat tes dapat digunakan untuk mengukur
banyak-nya pengetahuan yang diperoleh individu dari suatu bahan yang terbatas pada tingkat
tertentu. Prestasi atau tingkah laku tersebut dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan
intruksional pembelajaran atau tingkat penguasaan terhadap seperangkat materi yang telah
diberikan dalam proses pembe-lajaran, dan dapat pula menunjukkan kedudukan siswa yang
bersangkutan dalam kelompoknya.Dalam kaitan dengan rumusan tersebut, sebagai alat eva-lu asi
hasil belajar, tes minimal mempunyai dua fungsi, yaitu:

a. Untuk mengukur tingkat penguasaan terhadap se-pe rangkat materi atau tingkat
pencapaian terhadap seperangkat tujuan tertentu.
b. Untuk menentukan kedudukan atau perangkat siswa dalam kelompok, tentang
penguasaan materi atau penca-paian tujuan pembelajaran tertentu.

Dilihat dari segi tujuannya dalam bidang pendidikan, tes dapat dibagi menjadi:

1. tes kecepatan

Tes ini bertujuan untuk mengevaluasi peserta tes (testi) dalam hal kecepatan berpikir atau
keteram-pilan, baik yang bersifat spontanitas (logik) maupun dan pemahaman dalam mata
pelajaan yang telah dipelajarinya.

2. tes kemampuan
Tes ini bertujuan untuk mengevaluasi peserta tes da-lam mengungkapkan kemampuannya
(dalam bidang tertentu) dengan tidak dibatasi secara ketat oleh wak-tu yang disediakan.
3. tes hasil belajar
Tes ini dimaksudkan untuk mengevaluasi hal yang telah diperoleh dalam suatu kegiatan.
4. tes kemajuan belajar
Tes kemajuan belajar disebut juga dengan tes per-olehan adalah tes untuk
mengetahui kondisi awal peserta didik (testi) sebelum pembelajaran dan kondisi akhir setelah
pembelajaran
5. tes diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang dilaksanakan untuk mendiagnosis atau mengidentifikasi
kesukaran-ke-sukaran dalam belajar
6. tes formatif
Tes formatif adalah penggunaan tes hasil belajar untuk mengetahui sejauh mana kemajuan
belajar yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu program pembelajaran tertentu.
7. tes sumatif
Tes sumatif berarti tes yang ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa dalam
sekumpulan materi pelajaran (pokok bahas-an) yang telah dipelajari
Bentuk tes terbagi atas tiga: (1) tes lisan, (2) tes tertulis dan (3) tes tindakan atau perbuatan

2. Teknik Nontes
Teknik nontes sangat penting dalam mengevaluasi siswa pada ranah afektif dan
psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan asfek kognitif. Ada beberapa
macam Teknk nontes, yakni: pengamatan (observation), wawancara (interview),
kuesioner/angket (questionanaire), dan analisis dokumen yang bersifat unobtrusive.
Pelaksanaan evaluasi pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai alat
evaluasi, antara lain, kuesioner, tes, skala, format observasi, wawancara,dan analisa dokumen.
Dari sekian banyak alat evaluasi, secara umum dapat dike-lompokkan menjadi dua, yakni alat tes
dan nontes
BAB VI VALIDITAS DAN REABILITAS TES
1. Validitas (Kesahihan)
Validitas menunjuk kepada sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang hendak diukur.
Dalam dunia pendidikan kita mengenal bermacam-macam validitas tes;, validitas suatu tes dapat
dibedakan menjadi empat macam, yaitu validitas isi, validitas konstruk, validitas konkuren, dan
validitas prediksi yang akan diuraikan sebagai berikut :
1. Yang dimaksud validitas isi derajat dimana sebuah tes mengukur cakupan substansi yang
akan diukur. Untuk mendapatkan validitas isi memerlukan dua aspek penting, yaitu valid
isi dan valid samplingnya.
2. Validitas Konstruk; merupakan derajat yang menunjuk-kan suatu tes mengukur sebuah
konstruk sementara atau hypotetical construct.
3. Validitas konkuren; adalah derajat dimana skor dalam suatu tes dihubungkan dengan skor
lain yang telah dibuat.
4. Validitas prediksi; adalah derajat yang menunjukkan suatu tes dapat memprediksi tentang
bagaimana seseorang akan melakukan suatu prospek tugas atau pekerjaan yang diren-
canakan.
Untuk menghitung koefisien korelasi antara skor butir dan skor total instrumen digunakan
rumus statistik yang sesuai dengan jenis skor butir dari instrumen tersebut. Jika skor kontinum,
maka untuk menghitung koefisien korelasi an-tara skor butir dengan skor total digunakan
koefisien korelasi product moment (r) yang menggunakan rumus:
XY ¿−( ∑ X )(∑ Y ) ¿
r=N(∑
√ { N ( ∑ X ) −(∑
2
X ) }− { N ( ∑ Y 2 )−( ∑ Y 2) }
2

Atau
∑ xi . xt
rt =
√∑ xi2 . xt 2
Keterangan : r = koefisien korelasi ,
N = banyaknya data,
X = data ,
XY = data ,
Yrit = koefisien korelasi antra skor butir soal dengan skor total,
∑xi = jumlah kuadrat deviasi skor
Xi∑xt = jumlah kuadrat deviasi skor dari Xt

2. Realiabilitas (Keterandalan)
Reliabilitas suatu alat pengukur adalah derajat keajegan/konsistensi alat tersebut dalam
mengukur apa saja yang di-ukurnya. Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai
reliabilitas yang tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam
mengukur yang hendak diukur. Ini berarti semakin reliabel suatu tes memiliki persyaratan maka
semakin yakin kita dapat menyatakan bahwa dalam hasil suatu tes mempunyai hasil yang sama
ketika dilakukan tes kembali. Dalam buku ini reliabilitas dibedakan atas dua macam yaitu:
a. Reliabilitas Konsistensi Tanggapan
Reliabilitas konsistensi tanggapan responden memper-soalkan apakah tanggapan responden
atau obyek terha-dap tes tersebut sudah sudah baik atau konsisten.
b. Reliabilitas Konsistensi Gabungan Item
Reliabilitas konsistensi gabungan item berkaitan dengan kemantapan atau konsistensi antara
item-item berkaitan dengan kemantapan atau konsistensi antara item-item suatu tes. Koefisien
reliabiitas konsistensi gabungan item dapat dihitung dengan menggunakan :Rumus Kuder-
Richardson, yang dikenal dengan nama KR – 20 dan KR – 21.Rumus koefisien Alpha atau
Alpha Cronbach.Rumus reliabilitas Hoyts, yang menggunakan analisis varian.
Selanjutnya akan diketengahkan contoh perhitungan penggunaan rumus koefisien Alpha
2
rii =
k
(1−
∑ si )
k−1 si2
Keterangan:
rii = koefisien reliabilitas tes
k = cacah butir
si2 = varian skor butir
st2 = varian skor total
BAB VII TEKNIK PEMERIKSAAN, PEMBERIAN SKOR DAN PENGOLAHAN HASIL
TES
Nilai pada dasarnya melambangkan penghargaan yang diberikan oleh tester kepada testee
atas jawaban betul yang diberikan oleh testee dalam tes hasil belajar. Artinya makin banyak
jumlah butir soal dapat dijawab dengan betul, maka penghargaan yang diberikan oleh tester
kepada testee akan semakin tinggi. sebaliknya, jika jumlah butir item yang dapat dijawab dengan
betul itu hanya sedikit, maka penghargaan yang diberikan kepada testee juga kecil atau rendah.

Tes hasil belajar dapat diselenggarakan secara tertulis (tes tertulis), secara lisan (tes lisan)
dan dengan tes perbuatan.Adanya perbedaan pelaksanaan tes hasil belajar tersebut menuntut
adanya perbedaan dalam pemeriksaan, pemberian skor, dan pengolahan hasil-hasilnya.

a. pemberian skor tes benar salah

S=R−W atau S=T−2W

b. Pemberian skor tes pilihan ganda


B
S= × 100
N

5.2. Perbedaan Skor dan Nilai

Skor : hasil pekerjaan menskor yang diperoleh dengan menjumlahkan angka-angka bagi setiap
soal tes yang dijawab betul oleh siswa, dengan memperhitungkan bobot jawaban betulnya.

Nilai : angka (bisa juga huruf) yang merupakan hasil ubahan dari skor yang sudah dijadikan satu
dengan skor-skor lainnya, serta dengan menggunakan acuan/ standar tertentu, yakni acuan
patokan dan acuan norma.

a. Penilaian Acuan Patokan (PAP) Pemberian nilai jenis ini berdasarkan atas tujuan
instruksional yang telah ditentukan, artinya nilai yang diberikan kepada peserta tes
menunjukkan tingkat pencapaian tujuan instruksional atau tingkat penguasaan terhadap
materi yang telah ditentukkan
b. Penilaian Acuan Norma (PAN) Pemberian nilai jenis ini menggunakan kelompok sebagai
criteria. Nilai seorang siswa (peserta tes) ditentukkan oleh posisinya daam kelompok.

Teknik pengolahan hasil tes hasil belajar dapat dilakukan dengan beberapa cara, yakni:
mengolah skor mentah menjadi nilai huruf, mengolah skor mentah menjadi nilai 1 – 10,
mengolah skor mentah menjadi nilai dengan persen, mengolah skor mentah menjadi skor standar
z, dan mengolah skor mentah menjadi skor standar T.

BAB VIII TEKNIK MENGANALISA ITEM TES HASIL BELAJAR

4.1. Teknik Analisis Derajat Kesukaran Item

Witherington dalam (1989:87) mengatakan, bahwa sudah atau belum memadainya derajat
kesukaran item tes hasil belajar dapat diketahui dari besar kecilnya angka yang melambangkan
tingkat kesulitan dari item tersebut.Angka yang dapat memberikan petunjuk mengenai tingkat
kesulitan item itu dikenal dengan istilah Difficulty Index (angka indeks kesukaran item).

Angka indeks kesukaran item itu dapat diperoleh dengan menggunakan rumus :

P=
∑x
Sm N

Tabel 8.4. Indek Kesukaran Soal (Butir)

Besarnya P Interpretasi
0,00 – 0,03 Terlalu sukar
0,31 – 0,70 Cukup(sedang)
0,71 – 1,00 Terlalu mudah

4.2. Teknik Analisis Daya Pembeda Item

Daya pembeda item adalah kemampuan suatu butir item tes hasil belajar untuk dapat
membedakan antara testee yang berkemampuan tinggi dengan testee yang berkemampuan rendah
sehingga sebagian besar testee yang memiliki kemampuan tinggi dapat menjawab butir item
tersebut dengan benar, sementara testee yang kemampuannya rendah tidak dapat menjawab soal
itu dengan benar.
4.3. Fungsi Distraktor (Pengecoh)

Fungsi distraktor hanya berlaku pada soal bentuk pilihan ganda oleh karena ada
alternative jawaban (opsi) yang merupakan pengecoh. Butir soal yang baik, pengecohnya akan
dipilih secara merata oleh peserta didik yang menjawab salah. Sebaliknya, butir soal yang kurang
baik, pengecohnya akan dipilih secara tidak merata. Pengecoh dianggap baik apabila jumlah
peserta didik yang memilih pengecoh itu sama atau mendekati jumlah ideal.

RINGKASAN BUKU II :

BAB I KONSEP DASAR EVALUASI PEMBELAJARAN


A. Pengertian Evaluasi
Istilah evaluasi pembelajaran sering disamaartikan dengan ujian. Meskipun saling berkaitan,
akan tetapi tidak mencakup keseluruhan makna yang sebenarnya. Ujian ulangan harian yang
dilakukan gurudi kelas atau bahkan ujian akhir sekolah sekalipun, belum dapat menggambarkan
esensi evaluasi pembelajaran, terutama bila dikaitkan dengan penerapan kurikulum 2013. Sebab,
evaluasi pembelajaran pada dasarnya bukan hanya menilai hasil belajar, tetapi juga proses-proses
yang dilalui pendidik dan peserta didik dalam keseluruhan proses pembelajaran.
B. Proses Evaluasi Dalam Pendidikan
Apabila sekolah diumpamakan sebagai tempat untuk proses produksi, dan calon peserta didik
diumpamakan sebagai bahan mentah, maka lulusan dari sekolah itu hamper sama dengan produk
hasil olahan yang sudah siap digunakan disebut juga dengan ungkapan transformasi.
C. Ciri-ciri Evaluasi dalam Pendidikan
Ada lima ciri evaluasi dalam pendidikan sebagaimana diungkapkan Suharsimi (2002:11),
yaitu: Ciri pertama, penilaian dilakukan secara tidak langsung. Ciri kedua dari penilaian
pendidikan yaitu penggunaan ukuran kuantitatif. Ciri ketiga dari penilaian pendidikan, yaitu
bahwa penilaian pendidikan menggunakan, unit-unit untuk satuan-satuan yang tetap karena IQ
105 termasuk anak normal. Ciri kempat dari penilaian pendidikan adalah bersifat relative artinya
tidak sama atau tidak selalu tetap dari satu waktu ke waktu yang lain. Ciri kelima dalam
penilaian pendidikan adalah bahwa dalam penilaian pendidikan itu sering terjadi kesalahan-
kesalahan.
D. Tujuan Dan Fungsi Evaluasi Pembelajaran
Secara umum tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui keefektifan dan
efisiensi system pembelajaran secara luas. Sistem pembelajaran dimaksud meliputi: tujuan,
materi, metode, media, sumber belajar, lingkungan maupun sistem penilaian itu sendiri.
E. Objek Evaluasi Pendidikan
Aspek-aspek yang diperlukan dalam evaluasi terhadap peserta didik meliputi: a) Aspek-aspek
tentang berfikir, b)Perasaan sosial, c)Keyakinan social dan kewarganegaraan, d) Apresiasi seni
dan budaya, e) Minat, bakat dan hobby, f)Perkembangan social dan personal.
Pendapat lain melihat ruang lingkup objek evaluasi itu dari segi lain, yaitu dari segi
pencapaian tujuan belajar murid dari berbagai mata pelajaran di sekolah.

BAB II EVALUASI PEMBELAJARAN DALAM PERSPEKTIF KURIKULUM 2013


(PENILAIAN OTENTIK)
A. Teori Pendekatan Saintifik
Proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang
mengupayakan agar peserta didik dapat secara aktif mengonstruk konsep, hokum atau prinsip
melalui tahapan tahapan mengamati dalam rangka mengidentifikasi atau menemukan masalah,
merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan
berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hokum
atau prinsip yang ditemukan.
B. Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Proses Pembelajaran
Untuk menerapkan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran menuntut adanya
perubahan setting dan bentuk pembelajaran tersendiri yang berbeda dengan pembelajaran
konvensional.
C. Mengenal Penilaian Otentik
Dengan demikian, penilaian otentik dengan nama yang beragam itu merupakan proses
evaluasi pembelajaran untuk mengukur kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap peserta didik
pada aktivitas yang relevan dalam pembelajaran.
D. Perbandingan Penilaian Otentik dengan Penilaian Konvensional
Hal yang melatarbelakangi adanya kedua model penilaian tersebut pada dasarnya sama-sama
berlandaskan pada suatu keyakinan, bahwa tujuan pendidikan atau misi sekolah harus tercapai
secara memuaskan. Akan tetapi dalam upaya untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, terjadi
pandangan yang berbeda.
E. Penilaian Otentik dan Tugas Otentik
Penilaian otentik merupakan penilaian langsung dan ukuran langsung (Mueller, 2006:1).
Ketika melakukan penilaian, banyak kegiatan akan menjadi lebih jelas apabila dinilai langsung,
misalnya dalam hal kemampuan berargumentasi atau berdebat, keterampilan menggunakan
media seperti komputer dan keterampilan melaksanakan percobaan.
F. Jenis-Jenis Penilaian Otentik
Untuk melaksanakan penilaian otentik yang baik harus menguasai jenis-jenis penilaian
otentik, yang antara lain terdiri atas: (1) penilaian kinerja, (2) penilaian proyek, (3) penilaian
portofolio, dan (4) penilaian tertulis.

BAB III INSTRUMEN EVALUASI BENTUK TES

Instrumen Evaluasi pembelajaran jenis tes adalah teknik yang paling umum digunakan
dalam kegiatan pengukuran. Meskipun teknik ini tidak selalu yang terbaik dan tepat untuk
beberapa tujuan. Jenisnya juga bermacam-macam. Misalnya tes prestasi belajar (achievement
test), tes penguasaan (proficiency test), tes bakat (aptitude test), tes diagnostik (diagnostic test).
dan tes penempatan (placement test).

Jika dilihat dari bentuk jawaban peserta didik, maka tes dapat dibagi menjadi tiga jenis,
yaitu tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan. Tes tertulis ada dua bentuk, yaitu bentuk uraian
(essay) dan bentuk objektif (objective).

A. Tes Tertulis Bentuk Uraian (Essay)

Tes bentuk uraian adalah tes yang pertanyaannya membutuhkan jawaban uraian, baik
uraian secara bebas maupun uraian secara terbatas. Tes bentuk uraian ini, khususnya bentuk
uraian bebas menuntut kemampuan murid untuk mengorganisasikan dan merumuskan jawaban
dengan menggunakan kata-kata sendiri serta dapat mengukur kecakapan murid untuk berfikir
tinggi yang biasanya dituangkan dalam bentuk pertanyaan yang menuntut:
- Memecahkan masalah

- Menganalisa masalah

- Membandingkan

- Menyatakan hubungan

- Menarik kesimpulan dan sebagainya (Sutomo, 1995:80).

Dilihat dari keluasan materi yang ditanyakan, maka tes bentuk uraian ini dapat dibagi
menjadi dua bentuk, yaitu uraian terbatas (restricted respons items) dan uraian bebas (extended
respons items).

B. Tes Hasil Belajar Bentuk Objektif

Tes objektif disebut objektif karena cara pemeriksaannya yang seragam terhadap semua
murid yang mengikuti sebuah tes. Tes objektif juga dikenal dengan istilah tes jawaban pendek
(short answer test), dan salah satu tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal (items) yang
dapat dijawab oleh tester dengan jalan memilih salah satu (atau lebih), di antara beberapa
kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing masing items atau dengan jalan
menuliskan jawabannya berupa kata-kata atau simbol-simbol tertentu pada tempat-tempat yang
disediakan untuk masing-masing butir yang bersangkutan.

Terdapat beberapa jenis tes bentuk objektif, misalnya: bentuk melengkapi (completion
test), pilihan ganda (multifle chois), menjodohkan (matching), bentuk pilihan benar-salah (true
false). Lebih jelasnya diuraikan subagai berikut.

1. Melengkapi (Completion test).

Completion test adalah dikenal dengan istilah melengkapi atau menyempurnakan. Salah
satu jenis objektif yang hampir mirip sekali dengan tes objektif fill in. Letak perbedaannya ialah
pada tes objektif bentuk fill in bahan yang dites itu merupakan satu kesatuan. Sedangkan pada tes
objektif bentuk completion tidak harus demikian.

2. Test objektif bentuk multifle choice test (pilihan berganda)


Test multifle chois, tes pilihan ganda merupakan tes objektif dimana masing-masing tes
disediakan lebih dari kemungkinan jawaban, dan hanya satu dari pilihan-pilihan tersebut yang
benar atau yang paling benar.

3. Test objektif bentuk matching (menjodohkan)

Test bentuk ini sering dikenal dengan istilah tes menjodohkan, tes mencari pandangan,
tes menyesuaikan, tes mencocokkan. Ciriciri tes ini adalah : a. Test terdiri dari satu seri
pertanyaan dan satu seri jawaban. b. Tugas tes adalah mencari dan menetapkan jawaban-jawaban
yang telah bersedia sehingga sesuai dengan atau cocok atau merupakan pasangan, atau
merupakan “jodoh” dari pertanyaan.

4. Test objektif bentuk fill in (isian)

Test objektif bentuk fill in ini biasanya berbentuk cerita atau karangan.

5. Test objektif bentuk True False (benar salah)

Test ini juga sering dikenal dengan tes objektif bentuk “Ya-Tidak” tes objektif bentuk
true false adalah salah satu bentuk tes, dimana ada yang benar dan ada yang salah.

C. Tes Tindakan (Performance Test)

Tes tindakan adalah tes yang menuntut jawaban peserta didik dalam bentuk perilaku,
tindakan, atau perbuatan di bawah pengawasan penguji yang akan mengobservasi
penampilannya dan membuat keputusan tentang kualitas hasil belajar yang dihasilkannya atau
ditampikannya. Peserta didik bertindak sesuai dengan apa yang diperintahkan dan ditanyakan.

Tes tindakan dapat digunakan untuk menilai kualitas suatu perkerjaan yang telah selesai
dikerjakan oleh peserta didik, termasuk juga keterampilan dan ketepatan menyelesaikan suatu
pekerjaan, kecepatan dan kemampuan merencanakan suatu pekerjaan.

BAB IV INSTRUMEN EVALUASI BENTUK NON-TES

Instrumen evaluasi jenis non-tes dapat digunakan jika kita ingin mengetahui kualitas
proses dan produk dari suatu pembelajaran yang berkenaan dengan domain afektif, seperti sikap,
minat, bakat, motivasi, dan lain-lain. Termasuk jenis instrumen evaluasi jenis non-tes adalah
observasi, wawancara, skala sikap, dan lain-lain.
A. Daftar Cek

Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya - tidak). Pada
penilaian unjuk kerja yang menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat nilai apabila kriteria
penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati oleh penilai.

B. Skala Rentang

Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala rentang memungkinkan penilai memberi
nilai penguasaan kompetensi tertentu karena pemberian nilai secara kontinuum di mana pilihan
kategori nilai lebih dari dua. Penilaian sebaiknya dilakukan oleh lebih dari satu penilai agar
faktor subjektivitas dapat diperkecil dan hasil penilaian lebih akurat.

C. Penilaian Sikap

Sikap berangkat dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan
bertindak seseorang dalam merespon sesuatu/ objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai
atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk untuk terjadinya
perilaku atau tindakan yang diinginkan.

Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: komponen afektif, komponen kognitif, dan
komponen konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau
penilaiannya terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan
seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku
atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.

Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik. Teknik-teknik tersebut
antara lain:

1. Observasi perilaku

2. Pertanyaan langsung

3. Laporan pribadi

D. Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari
perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.

Penilaian proyek dapat digunakan, diantaranya untuk mengetahui pemahaman dan


pengetahuan dalam bidang tertentu, kemampuan peserta didik mengaplikasikan pengetahuan
tersebut dalam penyelidikan tertentu, dan kemampuan peserta didik dalam menginformasikan
subyek tertentu secara jelas.

E. Penilaian Produk

Penilaian produk adalah penilaian terhadap keterampilan dalam membuat suatu produk
dan kualitas produk tersebut. Penilaian produk tidak hanya diperoleh dari hasil akhir saja tetapi
juga proses pembuatannya.

Penilaian produk meliputi penilaian terhadap kemampuan peserta didik membuat produk-
produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar),
barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam.

F. Penilaian Portofolio

Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan


informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode
tertentu. Informasi perkembangan peserta didik tersebut dapat berupa karya peserta didik (hasil
pekerjaan) dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didiknya, hasil tes
(bukan nilai), piagam penghargaan atau bentuk informasi lain yang terkait dengan kompetensi
tertentu dalam satu mata pelajaran.

G. Penilaian Diri

Penilaian diri (self assessment) adalah suatu teknik penilaian, di mana subjek yang ingin
dinilai diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan, status, proses dan tingkat
pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu.

Teknik penilaian diri dapat digunakan dalam berbagai aspek penilaian, yang berkaitan
dengan kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam proses pembelajaran di kelas,
berkaitan dengan kompetensi kognitif, misalnya: peserta didik dapat diminta untuk menilai
penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil belajar dalam mata pelajaran
tertentu, berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Berkaitan dengan kompetensi
afektif.

BAB V PENILAIAN BERBASIS KELAS

Penilaian Berbasis Kelas (PBK) merupakan suatu proses pengumpulanpelaporan, dan


penggunaan informasi tentang hasil belajarsiswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian
berkelanjutan,otentik, akurat, dan konsisten dalam kegiatan pembelajaran di bawahkewenangan
guru di kelas.
Secara agak terperinci tujuan penilaian berbasis kelas pada intinya adalah untuk:
1.Memberikan informasi mengenai kemajuan hasil belajar siswasecara individual dalam
mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengankegiatan belajar yang dilakukannya.
2.Memberikan informasi yang akurat
3.Memberikan informasi yang memungkinkan dapat digunakan gurudan siswa untuk mengetahui
tingkat kemampuan siswa
4.Memberikan dorongan atau motivasi belajar siswa
5.Memberikan informasi semua aspek kemajuan setiap siswa
6.Memberikan bimbingan yang tepat dalam memilih sekolah atau jabatan yang sesuai dengan
minat, keterampilan dan kemampuannya
Penilaian Berbasis Kelas (PBK) merupakan salah satu komponendalam Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK). Penilaian ini dilaksanakanoleh guru secara variatif dan terpadu
dengan kegiatan pembelajarandi kelas, oleh karena itu disebut penilaian berbasis kelas (PBK).
Dalam pelaksanaan penilaian harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
a. Valid
b. Mendidik
c. Berorientasi pada kompetensi
d. Adil dan Obyektif
e. Terbuka
f. Berkesinambungan
g. Menyeluruh
h. Bermakna
Penilaian berbasis kelas harus memperlihatkan tiga ranah yaitu:pengetahuan (kognitif), sikap
(afektif), dan keterampilan (psikomotorik).Ketiga ranah ini sebaiknya dinilai proporsional sesuai
dengan sifat mata pelajaran yang bersangkutan. Sebagai contoh pada mata pelajaranPendidikan
Agama Islam (al-Qur’an, Aqidah-Akhlaq, Fiqh, dan Tarikh)penilaiannya harus menyeluruh pada
segenap aspek kognitif, afektifdan psikomotorik, dengan mempertimbangkan tingkat
perkembangansiswa serta bobot setiap aspek dari setiap materi.
Bentuk Instrumen dan Pensekoran
1. Instrument tes
a. Pertanyaan lisan
b. Pilhan berganda
c. Uraian objektif
d. Uraian bebas
e. Jawaban singkat
f. Menjodohkan
g. Portofolio
h. Performans/ unjuk kerja
2. Instrument tes
A. Analisis Instrumen
Suatu instrumen hendaknya dianalisis dulu sebelum digunakan.Ada dua model analisis
yang dapat dilakukan, yaitu analisis kualitatifdan kuantitatif. Analisis kualitatif adalah analisis
yang dilakukan olehteman sejawat dalam rumpun keahlian yang sama. Tujuannya adalahuntuk
menilai materi, konstruksi, dan apakah bahasa yang digunakansudah memenuhi pedoman dan
bisa dipahami peserta didik.
B. Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian
Penilaian berbasis kelas sebagai komponen KBK, tidak bisa melepaskandiri dari silabus.
Oleh karena itu selalu dikatakan bahwa Silabus dansistem penilaian merupakan urutan penyajian
bagian-bagian dari silabusdan sistem penilaian suatu mata pelajaran. Silabus dan sistem
penilaiandisusun berdasarkan prinsip yang berorientasi pada pencapaian kompetensi.

BAB VI PENGUKURAN RANAH KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK


A. Pengukuran Ranah Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).Bloom
mengelompokkan ranah kognitif ke dalam enam kategori dariyang sederhana sampai kepada
yang paling kompleks dan diasumsikanbersifat hirarkis, yang berarti tujuan pada level yang
tinggi dapat dicapaiapabila tujuan pada level yang rendah telah dikuasai.Dan tingkatan
kompetensi pada Pengukuran Ranah Kognitif dapat dilihat pada tabel berikut.
Tingkat Kompetensi Contoh Kata Kerja Operasional
Pengetahuan (Knowledge) Mengenali, mendeskripsikan,
menanamkan,memasangkan, membuat daftar, memilih.
Pemahaman (comprehension) Mengklasifikasi, menjelaskan,
mengikhtisarkan,membedakan
Penerapan (Aplication) Mendemonstrasikan, menghitung,
menyelesaikan,menyesuaikan, mengoperasikan,
menghubungkan,menyusun
Analisis (Analysis) Menemukan perbedaan, memisahkan, membuatdiagram,
membuat estimasi, menjabarkan ke dalambagian-bagian,
menyusun urutan
Sintesis (Synthesis) Menggabungkan, menciptakan, merumuskan,merancang,
membuat komposisi
Evaluasi (Evaluation) Menimbang, mengkritik, membandingkan,
memberialasan, menyimpulkan, memberi dukungan

B. Pengukuran Ranah Afetktif


Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dannilai. Sikap adalah salah satu
istilah bidang psikologi yang berhubungan dengan persepsi dan tingkah laku. Istilah sikap dalam
bahasa Inggris disebut attitude. Domain afektif, Krathwohl membaginya atas lima kategori/
tingkatanyaitu; Pengenalan(receiving), pemberian respon(responding), penghargaanterhadap
niali(valuing), pengorganisasian(organization)dan pengamalan(characterization)
Tingkatan Kompetensi Contoh Kata Kerja Operasional
Pengenalan Mendengarkan, menghindari,memperhatikan
Pemberian respon Mengikuti, mendiskusikan,berpartisipasi, mematuhi
Penghargaan terhadap nilai Memilih, meyakinkan, bertindak,mengemukakan
argumentasi
Pengorganisasian Memilih, memutuskan, memformulasikan,
membandingkan, membuat sistematisasi
Pengalaman Menunjukkan sikap, menolak,mendemonstrasikan,
menghindari
Afektif yang harus dikembangkan oleh guru dalam proses belajartentunya sangat
tergantung kepada mata pelajaran dan jenjang kelas,namun yang pasti setiap mata pelajaran
memiliki indikator afektifdalam kurikulum hasil belajar. Ada beberapa bentuk skala yang dapat
digunakan untuk mengukursikap (afektif) yaitu: Skala likert, Skala pilihan ganda ,Skala
thurstone, Skala guttman, Skala differential, dan Pengukuran minat.
C. Pengukuran Ranah Psikomotorik
Ranah psikomosotorik menurut Dave’s adalah: imitasi, manipulasi, ketepatan ,
artikulasi, dan naturalisasi.

Tingkat Kompetensi Contoh Kata Kerja Operasional


Meniru ( Imitasi ) Mengulangi, mengikuti,
memegang,menggambar,
mengucapkan,melakukan
Manipulasi Mengulangi, mengikuti,
memegang,menggambar,
mengucapkan,melakukan,(tidak melihat
contoh/tidakmendengar suara)
Ketepatan gerakan Mengulangi, mengikuti,
memegang,menggambar,
mengucapkan,melakukan,(tepat, lancar tanpa
kesalahan)
Artikulasi Menunjukkan gerakan, akurat benar,kecepatan
yang tepat, sifatnya: selaras,stabil dan
sebagainya.
Naturalisasi Gerakan spontan/otomatis, tanpa Berpikir
melakukan dan urutannya

Pengukuran ranah piskomotorik merupakan merupakan pengukuranyang dilakukan


dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok
digunakan untuk menilai ketercapaiankompetensi yang menuntut peserta didik menunjukkan
unjuk kerja.Cara penilaian ini dianggap lebih otentik daripada tes tertulis karena apa yang dinilai
lebih mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya

BAB VII ANALISIS INSTRUMEN PENILAIAN

A. Validitas tes

Langkah-langkah penyelesaian

1. Buat tabel persiapan menghitung validitas item

No. Nama X Y
1 Ahmad 1 8
2 Bakri 0 5
3 Cici 0 4
4 Dhani 1 5
5 Eko 1 6
6 Fahhri 1 4
7 Gugun 1 7
8 Hamid 0 8
Jumlah 5 47
2. Hitung harga Mp
8+5+6+ 4+7
Mp= =6
5
3. Hitung harga Mt
8+5+ 4+5+ 6+4 +7+8
Mt= =5,87
8
4. Hitung harga St
2
∑ X2 ∑ X
2
St = ( N )( ) N
2
295 47
St 2= ( )( )
8 8
¿ 36,87−34,51
¿ 2,36
Dengan demikian dapat diketahui harga standar deviasi total dengan menarik akar dari
varians total di atas yaitu 1,53 5.
5. Hitung harga p
p = 5/8 = 0,625 6.
6. Hitung harga q
q = 1 – 0,625 = 0,375
6−5,87 0,625
Sehingga diperoleh: γ p h i=
1,53 √
0,375
=0,08 ×1,29=0,10

Soal Latihan

Pertanyaan:

NAMA BUTIR SOAL JUMLAH


SISW
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A
A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9
B 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8
C 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8
D 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8
E 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 7
F 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 7
G 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 6
H 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 6
I 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 6
J 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 5
K 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 3
JLH= 8 9 8 9 9 10 8 10 2 0
Hitunglah validitas setiap butir tes…

BAB VIII PENILAIAN ACUAN PATOKAN DAN PENILAIAN ACUAN NORMA

Penilaian acuan patokan (PAP) atau dikenal dengan istilah Criterion Referenced Test
adalah penilaian acuan patokan adalah penilaian yang mengacu kepada kriteria pencapaian
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya (Slameto, 1988).Tujuan PAP adalah
untuk mengukur secara pasti tujuan atau kompetensi yang ditetapkan sebagai kriteria
keberhasilannya.

Selain dua ilustrasi di atas, maka pendekatan PAP dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Mencari skor ideal, yaitu skor yang mungkin dicapai peserta didik jika semua soal dapat
dijawab dengan benar.
1
2. Mencari rata-rata ( X́ ) ideal dengan rumus X́ = × skor ideal
2
1
3. Mencari simpangan baku (S) ideal dengan rumus; S ideal¿ × X́ ideal
3
4. Menyusun pedoman konversi.

Penilaian acuan norma (PAN) atau dikenal dengan istilah Norm Referenced Test adalah
penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada norma kelompok. Nilai-nilai yang diperoleh
peserta didik diperbandingkan dengan nilai-nilai peserta didik lainnya yang termasuk di dalam
kelompoknya.

p+ q+nR
Rumus diantaranya;
2+ n

1. Memberi skor mentah


a. pemberian skor tes benar salah s=B−S
B
b. Pemberian skor tes pilihan ganda S= × 100
N
2. Mencari nilai rata-rata (mean)

No. Nama X Y
1 Ahmad 1 8
2 Bakri 0 5
3 Cici 0 4
4 Dhani 1 5
5 Eko 1 6
6 Fahhri 1 4
7 Gugun 1 7
8 Hamid 0 8
Jumlah 5 47
Dari tabel di atas diketahui: N = 8 danX = 47

Sehingga dapat dilakukan penghitungan mean atau nilai rata-rata sebagai berikut:

M=
∑ X = 47 =5,87.
N 8

3. Mencari Nilai Simpangan Baku


4. Menentukan pedoman konversi
pedoman konversi harus memperhatikan:
(1) skala penilaian yan digunakan, dan (2) menghitung dan menetapkan tabel konversi
nilai untuk menentukan besar kecilnya nilai yang diperoleh peserta didik.
5. Menentukan nilai peserta didik

Dengan demikian dapatlah diketahui bahwa antara PAP dan PAN memang memiliki
perbedaan yaitu:

1. Kriteria atau patokan yang digunakan PAP bersifat “mutlak”, sedangkan PAN menggunakan
kriteria yang bersifat relatif, dalam arti tidak tetap atau selalu berubah-ubah, disesuaikan dengan
kondisi dan atau kebutuhan pada waktu itu.

2. Nilai dari hasil PAP dapat dijadikan indikator untuk mengetahui sampai di mana tingkat
kemampuan dan penguasaan peserta didik tentang materi pengajaran tertentu, sedangkan nilai
hasil PAN tidak mencerminkan tingkat kemampuan dan penguasaan peserta didik tentang materi
pengajaran yang diteskan, tetapi hanya menunjukan kedudukan peserta didik di dalam peringkat
kelompoknya.
BAB III

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU

Kelebihan Buku I:

1. Pada setiap awal bab dipaparkan deskripsi singkat, relevansi, kompetensi dasar dan
materi dari tema yang akan dibahas.
2. Penjelasan materi dipaparkan secara terstruktur dan jelas.
3. Memuat kesimpulan berdasarkan apa yang telah dipaparkan para ahli.
4. Disertai dengan rangkuman, soal latihan dan daftar pustaka di akhir bab.
5. Tidak hanya menyelesaikan dengan satu rumus, tetapi diberikan pilihan rumus lainnya
untuk mencari tujuan yang sama.
6. Contoh soal pada materi sesuai dengan pertanyaan(latihan) di akhir bab.

Kekurangan Buku I:
1. Terlalu banyak nya menggunakan tabel dalam menjelaskan submateri dari suatu bab.
2. Terdapat ilustrasi soal yang sama di antara buku utama dan buku pembanding. Ilustrasi
kurang berkembang.

Kelebihan Buku II:

1. Pada akhir bab memuat rangkuman dan latihan soal.


2. Pada awal bab diberikan saran dan penjelasan mengenai keterkaitan materi yang dibahas
dengan keadaan nyata yang ada.
3. Tujuan PAP (penilaian acuan aptokan) tertera dengan jelas daripada buku pembanding.

Kelemahan Buku II:


1. Tidak memuat kesimpulan dari apa yang telah dipaparkan oleh para ahli
2. Penjelasan materi tidak terstruktur sehingga sulit untuk memahami materi
3. Menggunakan bahasa yang sulit dipahami
4. hanya menyelesaikan dengan satu rumus, tetapi diberikan pilihan rumus lainnya untuk
mencari tujuan yang sama.
5. Terdapat ilustrasi soal yang sama di antara buku pembanding dan buku utama. Ilustrasi
kurang berkembang.

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah proses penentuan apakah materi dan metode
pembelajaran telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Ciri evaluasi dalam pendidikan yaitu:
Ciri pertama, penilaian dilakukan secara tidak langsung. Ciri kedua dari penilaian pendidikan
yaitu penggunaan ukuran kuantitatif. Ciri ketiga dari penilaian pendidikan, yaitu bahwa penilaian
pendidikan menggunakan, unit-unit untuk satuan-satuan yang tetap karena IQ 105 termasuk anak
normal. Ciri kempat dari penilaian pendidikan adalah bersifat relative artinya tidak sama atau
tidak selalu tetap dari satu waktu ke waktu yang lain. Ciri kelima dalam penilaian pendidikan
adalah bahwa dalam penilaian pendidikan itu sering terjadi kesalahan-kesalahan. Adapun tujuan
evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui keefektifan dan efisiensi system pembelajaran
secara luas. Sistem pembelajaran dimaksud meliputi: tujuan, materi, metode, media, sumber
belajar, lingkungan maupun sistem penilaian itu sendiri. Serta hasil dari evaluasi dilaksanakan
yaitu informasi tentang kebutuhan-kebutuhan pada diri yang dinilai, kemudian dapat dijadikan
dasar merancang pengalaman-pengalaman untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu.
Dengan adanya Critical Book Review ini kita dapat membandingkan antara satu buku
utama dengan dua buku pembanding dengan pengarang yang berbeda agar dapat menambah
wawasan dan pengalaman dalam evaluasi pembelajaran.

B. SARAN
Untuk pembaca yang ingin menggali informasi tentang evaluasi pembelajaran kami sarankan
untuk membaca buku utama dan buku pembanding yang dapat menambah wawasan mengenai
evaluasi seperti ciri, tujuan, metode, hasil, dan hal-hal yang berhubungan dengan evaluasi.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Nahjiah. 2015. BUKU AJAR EVALUASI PEMBELAJARAN, Yogyakarta :


INTERPENA

Asrul, dkk. 2015. EVALUASI PEMBELAJARAN, Bandung : Citapustaka Media

Anda mungkin juga menyukai