Anda di halaman 1dari 41

STUDI KASUS DAMPAK PERILAKU GURU SAAT

MENGAJAR TERHADAP KEGIATAN


PEMBELAJARAN PESERTA DIDIK SMAN 68
JAKARTA
PROPOSAL PENELITIAN BAHASA INDONESIA
Untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia yang dibimbing oleh Ibu Raisya
Andhira

Disusun oleh :
Marsya Mazaya Dimyath (19) dan Reiza Pratomo (32)
XI MIPA 1

SMA NEGERI 68 JAKARTA


DKI JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang
berjudul “Studi Kasus Dampak Perilaku Guru Saat Mengajar terhadap Peserta
Didik SMAN 68 Jakarta” dengan baik. Adapun maksud dan tujuan dari
penyusunan proposal ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas dalam rangkaian
tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMAN 68 Jakarta.

Dalam proses penyusunan proposal ini peneliti menjumpai beberapa hambatan,


namun berkat dukungan dari berbagai pihak, akhirnya peneliti dapat
menyelesaikan proposal ini dengan cukup baik. Melalui kesempatan ini peneliti
menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua
pihak terkait yang telah memberikan dukungan moril maupun materil sehingga
proposal penelitian ini dapat selesai.

Peneliti menyadari bahwa dalam proposal penelitian ini masih terdapat


kekurangan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan segala bentuk saran dan
kritik yang membangun dari semua pihak guna menyempurnakan segala
kekurangan dan sebagai perbaikan pada tugas selanjutnya. Harapan peneliti,
semoga proposal ini bermanfaat khususnya bagi peneliti dan pembaca serta pihak-
pihak lain yang berkepentingan.

Jakarta, 16 Januari 2023

Peneliti,

Marsya Mazaya Dimyath & Reiza Pratomo


DAFTAR ISI

Halaman Judul……………………………………………………………… i
Kata Pengantar ……………………………………………………………... ii
Daftar Isi …………………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………….. 4
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………... 4
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………. 4
BAB II LANDASAN TEORI ……………………………………………… 7
2.1 Perilaku Guru………………………………………………………. 7
2.2 Motivasi Belajar…………………………………………………… 13
BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………………………... 20
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian……………………………………… 20
3.2 Populasi dan Sampel……………………………………………….. 20
3.3 Instrumen Penelitian……………………………………………….. 22
3.4 Teknik Pengumpulan 25
Data…………………………………………. 27
3.5 Teknik Analisis 29
Data……………………………………………….. 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………… 34
4.1 Hasil………………………………………………………………... 36
4.2 Pembahasan………………………………………………………... 36
BAB V PENUTUP…………………………………………………………. 36
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………
5.2 Saran………………………………………………………………..
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Guru dikenal sebagai sosok yang menjadi salah satu panutan bagi
seluruh peserta didiknya. Apa yang beliau lakukan sangat berpengaruh
terhadap perilaku serta kepribadian seorang murid. Sehingga seorang guru
haruslah orang yang dapat dijadikan teladan yang baik, dari segi ilmu maupun
perilaku. Perilaku baik seorang guru dapat dilihat dari kebiasaan-
kebiasaannya seperti selalu mengucapkan salam, menyapa saat ingin masuk
maupun keluar kelas, hadir ke kelas tepat waktu, membimbing siswa-
siswinya dengan baik serta selalu menggunakan kata-kata yang baik dan
sopan kepada muridnya.

Menurut Ismail (2010:1), kinerja dan kompetensi seorang guru


menjadi hal yang penting untuk dibahas karena dapat menjadi salah satu
aspek legal dalam merancang dan mengembangkan kinerja dan kompetensi
guru. Kinerja adalah sejauh mana seorang guru telah mencapai dalam hal
tanggung jawab kerja, dengan kata lain prestasi kerja seorang guru. Oleh
karena itu, guru yang berprestasi tinggi adalah mereka yang menguasai bahan
ajar dan metode mengajar. Kinerja guru dapat dinilai dari tiga indikator yaitu
penguasaan bahan ajar, manajemen pengajaran, dan komitmen kerja.
Sedangkan kompetensi guru berdasarkan UU No. 14 Tahun 2005 adalah
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.

Namun dibalik itu, masih banyak tenaga kependidikan serta guru yang
belum dapat menjadi teladan yang baik bagi peserta didik. Banyak dari guru
yang masih bersikap seenaknya dan mengucapkan hal-hal yang seharusnya
tidak diucapkan sehingga membuat peserta didik menjadi trauma dan tidak
nyaman dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini tidak dapat dibiarkan terus

1
menerus, karena salah satu hal yang penting dalam kegiatan belajar mengajar
adalah kenyamanan dan rasa aman.

Banyak hal-hal negatif yang dapat muncul dari permasalahan ini jika
dibiarkan terus menerus. Sebagai umat manusia apalagi yang berprofesi
sebagai guru, seharusnya dapat mengucapkan sesuatu yang bermanfaat dan
terukur sekaligus terkontrol, karena ucapan kata atau kalimat yang tidak
pantas apalagi berkecenderungan keji dapat mengarah kepada hal yang
negatif. Di samping tidak pantas juga bisa jatuh menjadi haram alias berdosa.

Seorang guru yang seharusnya menjadi teladan yang diikuti jejaknya


dan diikuti jalan hidupnya oleh murid sudah pasti wajib memberi contoh yang
baik dalam berkata pada kondisi segalanya. Sebab, perkataan keji, laknat dan
ejekan ataupun ucapan-ucapan tidak pantas akan menjadikan murid merasa
tercela mentalnya bahkan terkadang bisa mengobarkan amarah juga dendam
pada sang guru. Jika demikian yang terjadi maka sebenarnya peran guru telah
gagal sebelum berakhir proses pembelajarannya.

Dalam berinteraksi bersama murid, guru wajib menjauhkan sifat-sifat


negatif dalam kesehariannya, semisal ejekan, laknat, caci maki, juga kata-kata
kotor dan sia-sia. Suatu pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang
memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah,
menyenangkan dan dapat tercapai tujuan sesuai yang diharapkan.

Adapun juga sifat guru yang tidak disukai oleh para murid yang
menyebabkan menurunnya kinerja pembelajaran. Pertama, guru baik dan
guru galak selalu menjadi pusat perhatian siswa. Guru pemarah membuat
siswa menghindar karena tidak ingin dimarahi oleh guru. Guru yang galak
cenderung memiliki sifat kaku. Hal ini juga tidak disukai oleh siswa.
Akibatnya siswa akan menjadi defensif atau terlalu waspada terhadap apapun

2
yang guru sampaikan. Hal ini tentu saja sangat berbahaya bagi keberhasilan
proses belajar mengajar.

Ketiga, seorang guru yang suka membanding-bandingkan siswanya


akan membuat siswa merasa diremehkan. Mereka pasti kurang nyaman
dengan guru yang memiliki sikap seperti ini. Oleh karena itu, guru yang
pintar harus menyadari bahwa setiap siswa memiliki keunikan dan
kelebihannya masing-masing. Dengan demikian guru pintar tidak akan mudah
membanding-bandingkan siswa satu dengan siswa lainnya.

Keempat, guru yang sering berkata kasar tidak hanya tidak disenangi
oleh para siswa, mereka tidak akan mematuhi apa yang telah disampaikan,
dan yang lebih parah siswa akan menganggap remeh gurunya. Permasalahan
ini harus secepatnya diatasi, karena dalam proses pembelajaran murid dan
guru harus berinteraksi dengan baik, agar terciptanya lingkungan yang aman
dan nyaman bagi kedua pihak. Apabila tidak segera diatasi maka yang akan
terjadi adalah terhambatnya proses pembelajaran dan kinerja sekolah.

Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, tidak hanya guru maupun


tenaga kependidikan yang turut serta, tetapi peserta didik juga berperan
penting dalam keberlangsungan dan kelancaran kegiatan belajar mengajar
(KBM). Sikap murid selama di sekolah harus dijaga sopan santunnya agar
tidak hanya guru yang menjaga sikap, dengan begitu kondisi di lingkungan
sekolah menjadi lingkungan yang saling menghormati juga saling menghargai
satu sama lain. Namun, tidak bisa dipungkiri, saat Kegiatan Belajar Mengajar
cara seorang guru menyampaikan suatu materi dan cara beliau membawa
suasana kelas menjadi kelas yang menyenangkan sangat berdampak terhadap
kondisi siswa-siswi saat belajar. Maka dari itu, peneliti ingin melakukan
penelitian ini agar dapat mengetahui kondisi seperti apa yang diharapkan para
guru serta peserta didik saat Kegiatan Belajar Mengajar sedang berlangsung.

3
1.2 Rumusan Masalah
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui dampak
perilaku guru saat mengajar terhadap keefektifan pembelajaran peserta didik
SMAN 68 Jakarta. Berdasarkan hal tersebut, rumusan masalah yang akan
dijadikan fokus dalam penelitian dapat dihimpun sebagai berikut.
1. Bagaimana perilaku yang harus seorang guru miliki saat mengajar agar
dapat membuat peserta didik memiliki semangat belajar yang tinggi?
2. Bagaimana cara pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang efektif tanpa
mengacu pada perilaku guru saat mengajar?
3. Bagaimana dampak perilaku guru terhadap keefektifan dan kelancaran
Kegiatan Belajar Mengajar?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan dalam rumusan masalah,
tujuan penelitian ini sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui perilaku yang harus seorang guru miliki saat mengajar
agar dapat membuat peserta didik memiliki semangat belajar yang tinggi.
2. Untuk mengetahui cara pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang efektif
tanpa mengacu pada perilaku guru saat mengajar.
3. Untuk mengetahui dampak perilaku guru terhadap keefektifan dan
kelancaran Kegiatan Belajar Mengajar.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat yang diharapkan peneliti dalam penelitian ini yaitu
manfaat praktis dan manfaat teoritis. Penjelasan mengenai manfaat teoritis
dan praktis yaitu sebagai berikut :

1.4.1 Manfaat Teoritis


Manfaat teoritis yaitu dimana hasil penelitian dapat bermanfaat
untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan objek

4
penelitian. Secara teoritis, penelitian ini memberikan beberapa manfaat,
antara lain sebagai berikut:
1. Menambah referensi bahan kajian penelitian lainnya mengenai
perilaku guru yang baik agar sistem pembelajaran di Indonesia,
khususnya SMA Negeri 68 Jakarta semakin baik.
2. Dapat dijadikan bahan perbandingan untuk penelitian mengenai
perbandingan kualitas belajar siswa saat diajarkan oleh guru yang
memiliki perilaku baik dan perilaku yang kurang baik.
3. Memberikan gambaran tentang proses pembelajaran siswa SMA
Negeri 68 Jakarta saat melakukan Kegiatan Belajar Mengajar
bersama sang guru.

1.4.2 Manfaat Praktis


Manfaat praktis adalah manfaat yang dapat segera dilaksanakan
untuk keperluan praktis. Secara praktis, penelitian ini diharapkan
memberikan manfaat bagi banyak pihak, yaitu guru serta tenaga
kependidikan, peneliti, pelajar dan peneliti yang lain. Adapun
penjelasan dari manfaat-manfaat tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan terutama saat sedang
melaksanakan penelitian. Diharapkan juga dapat membantu
memberikan solusi dalam menyelesaikan permasalahan yang
diteliti.
2. Bagi tenaga kependidikan dan guru, penelitian ini dapat digunakan
sebagai acuan serta masukan agar dapat meningkatkan kualitas
serta integritas dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Serta
diharapkan para guru bisa lebih memahami apa yang sebenarnya
diinginkan oleh para peserta didik dalam Kegiatan Belajar
Mengajar.
3. Bagi pelajar, sebagai acuan penilaian terhadap keefektifan proses
kegiatan pembelajaran di SMAN 68 Jakarta. Dan diharapkan dapat

5
menjadi suatu wadah dalam menyampaikan apa yang ingin
disampaikan selama ini.
4. Bagi peneliti lain, diharapkan penelitian ini dapat menjadi inspirasi
serta motivasi dalam melaksanakan penelitian-penelitian lain yang
berkenaan dengan pengembangan sistem belajar di Indonesia,
khususnya meningkatkan mutu SMAN 68 Jakarta.

6
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Perilaku Guru


UIN Suska Riau (2017) Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan
bahwa perilaku adalah tingkah laku, tanggapan seseorang terhadap
lingkungan. Seorang ahli psikologi, mengatakan bahwa perilaku merupakan
respon reaksi seseorang terhadap sebuah situasi.

Pengertian perilaku dapat dibatasi sebagai keadaan jiwa untuk


berpendapat dan bersikap yang merupakan refleksi dari berbagai macam
aspek, baik fisik maupun non fisik. Perilaku juga diartikan sebagai suatu
reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya. Reaksi yang dimaksud
digolongkan menjadi dua, yakni dalam bentuk pasif (tanpa tindak nyata atau
konkret), dan dalam bentuk aktif (dengan tindakan konkrit). Sedangkan dalam
pengertian umum yang dijelaskan oleh Notoatmodjo, perilaku adalah segala
perbuatan yang dilakukan oleh makhluk hidup.

Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik di


sekolah. Menurut Arifin dalam Muhibbin Syah mengajar adalah suatu
rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada peserta didik agar
dapat menerima, menguasai, serta mengembangkan bahan pelajaran itu.

Perilaku guru merupakan salah satu faktor penentu bagi


perkembangan intelektual siswa, Perilaku seorang guru tidak hanya dilihat
dalam waktu mengajar saja, namun dilihat juga dalam kehidupan sehari-hari
oleh peserta didik.

Guru akan mampu mengajar dengan baik apabila:


1. Memiliki sasaran yang benar

7
Mewujudkan tujuan untuk mengembangkan pribadi pelajar dan
bukan memberikan informasi, menyadari bahwa tujuan jangka panjang
adalah perkembangan optimal dan pribadi pelajar sehingga tercapai
kepuasan pribadi dan produktivitas kerja yang optimal.
2. Memiliki informasi faktual yang diperlukan.
Para guru hendaknya menemukan, memahami, dan memilih
informasi yang memadai, mempersiapkan pokok-pokok rangkuman
materi, menghargai dan memanfaatkan penemuan pelajar.
3. Memahami berbagai macam metode.
Teknik, serta mengetahui bagaimana memilihnya. Oleh karena itu,
para pengajar hendaknya mampu memilih macam-macam metode dan
teknik pada setiap tahapan, memberikan kesempatan untuk
mengembangkan keterampilan, mendapatkan informasi, analisis, menilai,
dan menentukan gagasan secara jelas.
4. Membantu pelajar dalam merencanakan tindak lanjut.

Oleh karena itu, para pengajar harus mendiskusikan masalah secara


baik sebelum kegiatan belajar berakhir.

Jadi, perilaku guru saat mengajar adalah suatu tindakan guru yang
dilakukan secara sadar untuk bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar,
dan membimbing peserta didiknya. Sehingga sangat penting untuk guru
dalam melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan dapat mengambil
keputusan-keputusan dengan tepat.

2.1.1 Perilaku yang Baik Bagi Guru Saat Mengajar


Guru yang baik tentu saja guru yang memiliki ciri-ciri yang
menurut pandangan umum dianggap baik, dari segi sikap, perilaku,
maupun tutur kata. Maka dari itu, kita dapat mengenal guru yang baik
berdasarkan indikator yang diamati berdasarkan perilaku guru tersebut.
Adapun Indikator perilaku guru yang baik saat mengajar adalah :

8
1. Optimis
Guru wajib memiliki perilaku optimis saat mengajar agar peserta
didik dapat ikut bersemangat dan dapat menangkap materi yang
diajarkan dengan cepat.
2. Emosional Stabil
Guru juga hendaknya memiliki emosi yang stabil, tidak emosional
dan tidak menggunakan rasa sentimentalnya saat
bertugas/mengajar. Guru dapat menggunakan perasaannya secara
proporsional sehingga dapat memperlakukan peserta didiknya
secara objektif, dan tidak membuat peserta didiknya merasa
tersinggung dengan perkataan sang guru. Sebaliknya, guru
seharusnya dapat memperlakukan peserta didiknya dengan
perasaan kasih saying, bukan perasaan subjektif.
3. Gesit
Guru yang gesit akan dapat menghadapi peserta didiknya secara
giat, cepat, tangkas, dan cekatan. Perilaku guru saat mengajar yang
seperti ini dapat berpengaruh terhadap hasil pendidikan yang beliau
berikan kepada anak didiknya.
4. Tidak Mudah Marah
Guru yang baik yaitu guru yang memiliki sifat tidak mudah marah
atau mudah emosi. Guru harus tetap tenang dan sabar dalam
menghadapi segala situasi, karena peserta didik akan merasa takut
apabila menghadapi guru yang pemarah dan dapat mempengaruhi
kejiwaan peserta didik.
5. Jujur
Guru yang jujur akan melakukan tugasnya tanpa mengharapkan
pujian semata-mata dari manusia. Karena guru adalah pekerjaan
yang mulia dan akan dimintai pertanggung jawaban di hadapan
yang maha kuasa. Yang tidak mungkin salah dalam penilaian.
6. Sabar

9
Guru yang sabar akan selalu tabah dalam menghadapi peserta
didiknya. Beliau tidak akan mengeluh dalam menjalani tugasnya.
Dengan demikian guru yang sabar akan dipandang oleh peserta
didiknya sebagai sosok yang baik. Hal ini tentu berpengaruh positif
terhadap perilaku peserta didik.
7. Rapi
Penampilan seorang guru secara fisik akan selalu menjadi
perhatian peserta didik. Oleh karena itu, kerapian dalam hal
berpenampilan seperti kerapian rambut dan berpakaian harus
diperhatikan oleh guru.
8. Adil
Seorang guru harus memiliki perilaku adil, perilaku yang
proporsional dan selalu memihak berdasarkan pada kebenaran.
Guru yang adil akan menguntungkan semua peserta didiknya
karena mereka akan diperlakukan secara proporsional sesuai
dengan tingkat dan kemampuan masing-masing.
9. Kreatif
Guru yang kreatif akan selalu dapat melakukan sesuatu meski
dalam keterbatasan sarana dan prasarana. Guru yang kreatif
mampu menciptakan keadaan yang lebih baik dari keadaan
sebelumnya sehingga dapat meningkatkan motivasi dan semangat
peserta didik dalam belajar.
10. Berpikir Positif
Guru harus selalu berpikir positif dalam mengemban seluruh
tugasnya. Jika seorang guru selalu dapat berpikir positif saat
menghadapi peserta didiknya, beliau akan dapat mendidik peserta
didiknya dengan baik.

2.1.2 Perilaku yang Tidak Baik Bagi Guru Saat Mengajar


Guru harus selalu berpikir positif dalam mengemban seluruh
tugasnya. Jika seorang guru selalu dapat berpikir positif saat

10
menghadapi peserta didiknya, beliau akan dapat mendidik peserta
didiknya dengan baik.

1. Pilih Kasih
Pilih kasih merupakan sikap yang kurang baik, apalagi jika seorang
guru memiliki sikap seperti ini. Jika seorang guru memiliki sikap
pilih kasih, peserta didiknya akan merasa tidak disayang dan juga
tidak merasa adil, sehingga membuat peserta didik akan malas
belajar jika diajarkan dengan guru yang memiliki sikap pilih kasih.
2. Berprasangka Negatif
Jika seorang guru selalu berprasangka negatif kepada peserta
didiknya, beliau akan sulit dalam mengajar karena sudah memiliki
pikiran yang tidak baik dan negatif kepada peserta didiknya.
3. Pemalas
Guru adalah suri teladan bagi muridnya. Jika seorang guru memiliki
sikap malas, otomatis peserta didiknya akan mengikuti sikap malas
sang guru. Dan jika seorang guru memiliki sikap malas, guru akan
jarang mengajar murid dan tidak akan benar-benar serius saat
mengajar.
4. Ingin Menang Sendiri
Sikap seperti ini harusnya sangat dihindari oleh guru. Karena
seorang guru seharusnya dapat mendengarkan apa yang peserta
didiknya sampaikan dan harus dihargai. Jika memang seorang guru
memiliki kesalahan dalam dan diperbaiki oleh muridnya, harusnya
beliau dapat menerima agar pembelajaran dapat bermanfaat dan
berkembang.
5. Pemurung
Sikap seperti ini harusnya sangat dihindari oleh guru. Karena
seorang guru seharusnya dapat mendengarkan apa yang peserta
didiknya sampaikan dan harus dihargai. Jika memang seorang guru
memiliki kesalahan dalam dan diperbaiki oleh muridnya, harusnya

11
beliau dapat menerima agar pembelajaran dapat bermanfaat dan
berkembang.Sehingga peserta didik tidak dapat belajar dengan
maksimal dan kegiatan belajar mengajar pun jadi kurang efektif.
6. Tidak Disiplin
Seorang guru yang tidak disiplin dalam segi apapun dapat
berdampak terhadap sang murid. Guru yang tidak disiplin akan
membuat peserta didiknya mengikuti sikap sang guru dan
mewajarkan semua hal yang seharusnya tidak mereka lakukan.
7. Suka Memfitnah
Memfitnah jelas merupakan suatu sikap yang tidak baik, apalagi jika
seorang guru yang melakukannya. Jika seorang guru suka
memfitnah, akan membuat peserta didik merasa takut dan merasa
tidak suka dengan guru tersebut. Dengan perasaan tidak suka itulah
yang membuat peserta didik tidak mau dan tidak ada semangat
belajar.
8. Tidak Rapi
Kerapian adalah salah satu hal yang harus kita pedulikan. Kerapian
merupakan salah satu penilaian yang penting bagi seseorang, apalagi
untuk seorang guru. Jika guru tidak rapi, dari segi apapun, akan
membuat stigma orang lain menjadi buruk.
9. Pemalu
Guru akan selalu menjadi pusat perhatian jika kegiatan belajar
mengajar sedang berlangsung. Jika seorang guru memiliki sikap
pemalu saat mengajar, ilmu yang akan diberikan kepada sang murid
tidak akan maksimal dan bahkan mungkin tidak akan tersalurkan.
10. Tidak Menepati Janji
Menepati janji merupakan hal yang sulit bagi beberapa orang, namun
seharusnya bagi seorang guru mau sesulit apapun itu, beliau harus
berusaha menepati janjinya, apalagi jika berjanji kepada peserta
didik. Jika seorang guru tidak menepati janjinya kepada sang murid,
murid akan bertanya-tanya mengapa sang guru tidak menepati

12
janjinya dan bahkan mungkin aka nada yang mengikuti sikap yang
kurang baik tersebut.

2.2 Motivasi Belajar Siswa


2.2.1 Pengertian Motivasi Belajar
Kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu dan dapat diartikan sebagai kondisi
kesiapsiagaan. Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat
diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif
menjadi aktif pada kondisi tertentu, terutama bila kebutuhan untuk
mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak.

Menurut Oemar Hamalik, sebagaimana dikutip Syaiful Bahri


Djamarah menyatakan bahwa “motivasi adalah perubahan energi dalam
diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan
reaksi untuk mencapai tujuan.

Menurut M. Ngalim Purwanto mengemukakan “Motivasi adalah


pendorong suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku
seseorang agar ia bergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu
sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu”. Sedangkan pengertian
motivasi menurut, Mc. Donald, dalam Sardiman A.M “Motivasi adalah
perubahan energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan
munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya
tujuan”.

Motivasi merupakan suatu hal yang sangat penting dimiliki setiap


orang dalam melakukan sesuatu walaupun sifatnya kompleks. Motivasi
dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada diri manusia, dan
berkaitan pada diri manusia, dan berkaitan dengan melakukan sesuatu.
Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan

13
untuk mewujudkannya sehingga harapan dapat berubah menjadi
kenyataan, sasaran motivasi adalah belajar.

Berkaitan dengan konsep ini, maka berarti secara disadari atau


tidak, dalam melakukan setiap aktivitasnya, manusia akan memiliki
kekuatan penggerak atau disebut juga dengan motivasi belajar, maupun
perbuatan-perbuatan yang lain. Jadi, motivasi adalah rasa atau dorongan
yang timbul pada diri peserta didik untuk melakukan sesuatu.

Menurut Slameto belajar adalah aktivitas yang dilakukan oleh


individu secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari apa yang
telah dipelajari dan sebagai hasil interaksinya dengan lingkungan
sekitarnya. Sedangkan sardiman mengatakan bahwa belajar adalah
perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan
misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan
sebagainya. Belajar akan lebih baik jika itu mengalami dan
melakukannya.

Dari definisi para ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa


motivasi belajar adalah adanya dorongan atau hasrat kemauan untuk
melaksanakan kegiatan belajar dalam rangka mencapai tujuan.

2.2.2 Ciri-Ciri Motivasi


Menurut Sardiman, motivasi yang ada pada seseorang memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :
1. Tekun menghadapi tugas
2. Ulet dalam menghadapi kesulitan
3. Tidak pernah mudah melepaskan hal yang diyakini
4. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal
5. Lebih senang bekerja sendiri
6. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah

14
7. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin
8. Dapat mempertahankan pendapatnya

Dalam proses belajar mengajar akan berhasil baik, kalau siswa


tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan masalah dan
hambatan secara mandiri. Selain itu siswa juga harus peka dan responsif
terhadap masalah umum dan bagaimana memikirkan
pemecahannya.Siswa yang telah ter motivasi memiliki keinginan dan
harapan untuk berhasil apabila mengalami kegagalan. Mereka akan
berusaha keras agar keberhasilan yang ditunjukkan dalam prestasi
belajarnya tercapai.

2.2.3 Macam-macam Motivasi


1. Unsur Intrinsik
Motivasi Intrinsik adalah motivasi yang ada di dalam
situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan peserta
didik. Motivasi ini juga sering disebut motivasi murni.Motivasi
yang sebenarnya yang timbul dalam diri siswa sendiri.Seperti
keinginan untuk mendapat keterampilan tertentu, memperoleh
informasi dan pengertian, mengembangkan sikap untuk berhasil,
menyenangi kehidupan, menyadari sumbangannya terhadap usaha
kelompok.

2. Unsur Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh
faktor-faktor dari luar situasi belajar, seperti angka, ijazah,
tingkatan hadiah dan lain-lain. Motivasi ekstrinsik ini tetap
diperlukan di sekolah sebab pengajaran di sekolah tidak semuanya
menarik minat siswa dan sesuai dengan kebutuhan siswa.Karena
itu motivasi terhadap pelajaran perlu dibangkitkan oleh
pendidik.Sehingga para siswa mau dan ingin belajar. Motivasi

15
ekstrinsik juga dapat dikatakan sebagai bentuk motivasi yang
didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan
dorongan dari luar.

Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak baik


dalam pendidikan.Sebab kemungkinan besar keadaan siswa
dinamis, berubah-ubah, dan kemungkinan komponen-komponen
lain dalam belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa,
sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.

2.2.4 Fungsi Motivasi dalam Belajar


1. Mendorong individu untuk bergerak
2. Menentukan arah perbuatan yang akan dikerjakan
3. Menyeleksi perbuatan mana yang harus dikerjakan selaras dengan
tujuan
4. Pendorong usaha dan pencapaian prestasi
5. Menunjukkan hasil yang baik
6. Menentukan tingkat pencapaian prestasi belajar

2.2.5 Cara Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa


Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk menumbuhkan dan
membangkitkan motivasi belajar siswanya, yaitu sebagai berikut.
1. Menjelaskan tujuan belajar kepada peserta didik
2. Memberikan pujian
3. Menggunakan metode bervariasi
4. Membentuk kebiasaan belajar yang baik
5. Membantu kesulitan belajar peserta didik
6. Memberikan hadiah
7. Menggunakan media yang baik serta harus sesuai dengan tujuan
pembelajaran

16
2.2.6 Peranan Motivasi
Ada beberapa peranan penting motivasi dalam belajar dan
pembelajaran, antara lain.

1. Peranan Motivasi dan Menentukan Penguatan Belajar


Motivasi dapat berperan dalam meningkatkan pembelajaran
ketika seorang anak belajar dihadapkan pada masalah yang perlu
dipecahkan, dan itu hanya dapat diselesaikan dengan apa yang
telah mereka alami.

2. Peranan Motivasi dalam Memperjelas Tujuan Belajar


Peranan motivasi dalam memperjelas tujuan pembelajaran
sangat erat kaitannya dengan tujuan pembelajaran. Anak-anak
tertarik untuk belajar ketika mereka setidaknya dapat mengetahui
atau menikmati apa yang mereka pelajari.

3. Motivasi menentukan ketekunan belajar


Seorang anak yang telah termotivasi untuk mempelajari
sesuatu berusaha untuk mempelajarinya dengan baik dan tekun
berharap mendapatkan sesuatu yang baik. Dalam hal ini,
nampaknya motivasi belajar mendorong seseorang untuk giat
belajar.

2.3 Pengaruh Perilaku Mengajar Guru terhadap Motivasi Belajar Peserta


Didik
Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang terpadu
antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar dengan guru sebagai
pengajar yang sedang mengajar. Dalam kesatuan kegiatan ini terjadi
hubungan antara guru dengan siswa dengan suasana yang bersifat pengajaran.

17
Guru memegang peran yang sangat penting dalam keseluruhan proses
pembelajaran. Guru pun dituntut untuk bisa mewujudkan perilaku mengajar
secara tepat agar terjadi perilaku belajar yang efektif pula dalam diri siswa.

Untuk mewujudkan perilaku mengajar secara tepat, karakteristik guru


yang diharapkan antara lain adalah :
1. Memiliki minat yang besar terhadap pelajaran dan mata pelajaran yang
diajarkan.
2. Mampu menilai kepribadian dan suasana hati dengan baik dan
berhubungan secara tepat dengan kelompok.
3. Kesabaran, keakraban, dan kepekaan diri diperlukan untuk memupuk
semangat belajar.
4. Memiliki pemikiran imajinatif dan praktis ketika mencoba menjelaskan
kepada siswa.
5. Harus memiliki kualifikasi yang memadai, baik dalam bidang ini maupun
dalam metode.
6. Terbuka, fleksibel, dan mau bereksperimen dengan metode dan teknik.

Menurut I Nyoman Suma dan Olga D. Pandeirot, guru yang memiliki


perasaan humor, rendah hati , lemah lembut, tidak sombong, memperlakukan
peserta didik secara adil dan mampu membuat suasana kelas menjadi nyaman
adalah guru yang disenangi oleh siswa dan guru yang dapat membangkitkan
semangat belajar peserta didik. Dengan kata lain guru yang memiliki perilaku
demikian akan mampu membangkitkan motivasi belajar siswa sehingga
tujuan pembelajaran yang diharapkan akan dapat tercapai.

Adapun faktor-faktor yang bisa mempengaruhi motivasi belajar para


peserta didik yaitu kecemasan, rasa ingin tahu, persepsi dan harapan.
Kecemasan adalah sensasi yang tidak menyenangkan sebagai perasaan
khawatir. Kecemasan bisa datang apabila kebutuhan fisik maupun psikis

18
individu tidak dapat terpenuhi. Misalnya, kebutuhan rasa aman. Peserta didik
yang ketakutan guru killer cenderung memiliki motivasi yang rendah.

Motivasi menjadi kekuatan yang mendorong seseorang ke arah


pencapaian tujuan. Guru sebagai pengajar merupakan salah satu faktor yang
paling efektif untuk mendorong siswa menjalani proses pembelajaran.
Motivasi yang berasal dari seorang guru dapat berdampak besar maupun
kecil, tergantung dengan situasi atau pembelajaran itu sendiri. Seorang guru
pun harus senantiasa memiliki semangat untuk motivasi siswanya dan
menjadi pembimbing. Guru yang memiliki moralitas kurang baik tentu akan
memberikan dampak yang tidak baik pula bagi siswanya.

Salah satu strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk


menumbuhkan motivasi belajar adalah jalin hubungan dekat dengan peserta
didik tetapi penuh rasa hormat. Berikanlah perhatian yang tulus kepada
peserta didik.

Ketika seorang guru menyenangkan, secara spiritual maupun dinamis,


maka selain materi pelajaran mudah diserap oleh peserta didik, semua
persoalan dalam kelas dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat. Dengan
demikian seorang guru akan dapat memotivasi peserta didik dengan baik.
Semakin tinggi motivasi belajar maka semakin tinggi pula semangat belajar
siswa dalam proses pembelajaran, maka untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran, guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar siswa
sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai. Hal ini dapat terjadi karena pusat
utama energi yang kuat di dalam kelas ada dalam diri seorang guru.

19
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Menurut Sugiyono (2005 : 56), tidak ada cara yang mudah untuk
menentukan berapa lama penelitian dilaksanakan. Tetapi, lamanya penelitian
akan tergantung pada keberadaan sumber data dan tujuan penelitian. Selain
itu, lamanya waktu akan tergantung cakupan penelitian, dan bagaimana
penelitian mengatur waktu yang digunakan.

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan sejak proposal ini diajukan


hingga sebulan setelahnya pada siswa-siswi kelas XI MIPA di SMAN 68
Jakarta yakni dari bulan Februari hingga bulan Maret tahun 2023. Tempat
penelitian adalah tempat atau objek untuk diadakannya suatu penelitian.
Adapun lokasi yang dipilih peneliti untuk melakukan penelitian tentang
dampak perilaku guru saat mengajar terhadap kegiatan pembelajaran peserta
didik bertempat di SMAN 68 Jakarta Jl. Salemba Raya No. 18 Jakarta Pusat.

3.2 Populasi dan Sampel


Menurut Akdon (2011 : 7), populasi adalah setiap subjek yang
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Selain itu, menurut Arikunto (2002 :
108), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI MIPA di SMAN 68 Jakarta
yang terdiri dari 5 kelas.

Tabel 3.1 Jumlah Populasi Kelas XI MIPA SMAN 68 Jakarta


No Kelas Jumlah Siswa
1 XI MIPA 1 35 siswa
2 XI MIPA 2 36 siswa
3 XI MIPA 3 36 siswa

20
4 XI MIPA 4 36 siswa
5 XI MIPA 5 36 siswa
Jumlah 179 siswa

Menurut Arikunto (2003 : 108), sampel adalah Sebagian atau wakil


populasi yang diteliti. Selain itu, Notoatmodjo (2005 : 79) mengemukakan
bahwa sampel adalah Sebagian untuk diambil dari keseluruhan objek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Dengan pertimbangan
sasaran populasi yang banyak, maka peneliti menggunakan metode
penyampelan yang Cluster Random Sampling, yaitu metode penarikan
sampel yang diambil secara acak dari kelompok populasi yang ada
(Sugiyono, 2021 : 94).

Arikunto (2006 : 62) menyatakan bahwa “Apabila subjek lebih dari


100 orang, maka diambil persentase 10-15% atau 20-25% atau lebih.”
Berdasarkan pernyataan di atas, peneliti menentukan banyaknya sampel yang
akan dianalisis dalam penelitian ini 20% dari jumlah populasi dengan
pertimbangan kemampuan peneliti dalam segi waktu, tenaga, serta jumlah
populasi yang banyak dari setiap kelompok, sehingga tidak memungkinkan
untuk semua populasi dijadikan sampel.

Berdasarkan metode sampling dan pendapat Arikunto di atas, secara


lengkap populasi dan sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.2
di bawah ini:

Tabel 3.2 Populasi dan Sampel Penelitian


Kelompok Populasi Metode Penarikan Sampel 20% dari
(Cluster) (Orang) Sampel Populasi (Orang)
XI MIPA 35 Cluster Random 20% x 35 = 7
Sampling
1

21
XI MIPA 36 20% x 36 = 7
2
XI MIPA 36 20% x 36 = 7
3
XI MIPA 36 20% x 36 = 7
4
XI MIPA 36 20% x 36 = 7
5
Total 179 35

3.3 Instrumen Penelitian


Dilansir dari KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) pengertian
instrumen adalah alat yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu (seperti alat
yang dipakai oleh pekerja teknik, alat-alat kedokteran, optik, dan kimia):
sarana penelitian (berupa seperangkat tes dan sebagainya) untuk
mengumpulkan data sebagai bahan pengolahan. Notoatmodjo (2005 : 79)
mengemukakan bahwa instrumen dalam penelitian adalah alat-alat yang akan
digunakan untuk mengumpulkan data, instrumen penelitian ini dapat berupa
kuesioner, formulir observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan dengan
pencatatan data dan sebagainya.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman


observasi, pedoman angket, serta pedoman dokumentasi.
a. Pedoman Kuesioner
Alat bantu berupa angket google form yang berisi beberapa
pertanyaan yang harus dijawab oleh responden untuk mengetahui dampak
perilaku guru terhadap kegiatan pembelajaran peserta didik SMAN 68
Jakarta. Dengan format kuesioner sebagai berikut :
I. Identitas Responden
Gmail : ……….

22
Nama : ……….
Kelas :
a. XI MIPA 1
b. XI MIPA 2
c. XI MIPA 3
d. XI MIPA 4
e. XI MIPA 5

II. Kuesioner
Tabel 3.3 Format Kuesioner

No Pertanyaan Pilihan Jawaban


1 Apakah menurut kamu
● Iya
perilaku seorang guru saat
mengajar berdampak ● Netral
terhadap semangat dan
ketertarikan peserta didik ● Tidak
dalam belajar?
2 Apakah kamu sebagai
● Iya
seorang peserta didik akan
senang dan lebih bersemangat ● Netral
jika gurumu menghargai dan
memberikan apresiasi atas ● Tidak
kerja kerasmu?
3 Jika seorang guru bersikap
● Iya
tidak adil dan berperilaku
kurang baik, apakah kamu ● Netral
akan kehilangan semangat
belajar? ● Tidak

4 Jika iya, apa yang akan kamu Essay


lakukan untuk membuat
semangat belajar kembali
tanpa harus mengacu
terhadap perilaku gurumu?
5 Kamu akan semangat belajar
● Sabar
jika seorang guru memiliki
perilaku… ● Selalu berpikir
Pilihlah opsi di bawah ini

23
yang kamu setujui positif
● Hobi mengkritik
peserta didiknya
● Optimis

● Berprasangka
negatif
● Adil

● Pilih kasih

● Jujur

6 Apakah seorang guru boleh


● Iya
dan pantas memberikan
hukuman secara fisik seperti ● Netral
memukul atau melempar
barang kepada peserta didik? ● Tidak

7 Jika seorang guru telah


● Iya
menunjukan sikap yang
kurang baik kepadamu saat ● Netral
mengajar, apakah kamu akan
tetap tertarik dengan ● Tidak
pelajaran yang beliau
ajarkan?
8 Apakah belajar di rumah dan
● Iya
di tempat les efektif dan dapat
membantumu dalam ● Netral
memahami pelajaran yang
kamu hindari di sekolah ● Tidak
karena perilaku seorang guru?
9 Apakah kamu pernah
● Pernah
mengalami penurunan nilai
pada mata pelajaran yang ● Tidak pernah
diajarkan oleh seorang guru
yang memiliki perilaku
kurang baik?
10 Apa yang seharusnya Essay
dilakukan oleh seorang guru
yang memiliki perilaku
kurang baik agar para peserta
didik dapat memahami ilmu

24
yang beliau ajarkan?

b. Pedoman Observasi
Alat bantu dalam mengumpulkan data melalui observasi atau
pengamatan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri karena peneliti
langsung turun ke lapangan dan mengikuti proses pengamatan proses yang
diselidiki.

c. Pedoman Dokumentasi
Alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan
data-data dalam bentuk dokumentasi adalah kamera ponsel untuk
mendokumentasi kegiatan pembelajaran peserta didik di SMAN 68
Jakarta.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah metode-metode yang digunakan
untuk mendapatkan data-data yang diperlukan untuk penelitian. Menurut
Saebani dkk (2013 : 81), teknik pengumpulan data adalah mekanisme yang
harus diketahui oleh peneliti dalam mengumpulkan data, peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Data penelitian diperoleh dan dikumpulkan menggunakan Langkah-


langkah sebagai berikut :
1. Wawancara
Hamdani mengemukakan bahwa wawancara adalah suatu cara
yang dilaksanakan secara lisan dan memuat pertanyaan yang sesuai
dengan tujuan suatu hal yang ingin digali. Menurut Riyanto (2001 : 82),
Wawancara merupakan metode pengumpulan data melalui komunikasi
langsung antara peneliti dengan responden. Dalam wawancara
sering/selalu terjadi tanya jawab sepihak yang dilakukan secara sistematis
dan berpijak pada tujuan penelitian.

25
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara yang bebas. Peneliti sebagai pewawancara bebas menanyakan
apa saja kepada narasumber, tetapi tetap mengingat data yang akan
dikumpulkan. Adapun wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah kepada beberapa siswa-siswi SMAN 68 Jakarta untuk ditanya
tanggapan mereka mengenai dampak perilaku guru terhadap kegiatan
pembelajaran peserta didik secara mendalam.
2. Kuesioner
Menurut Narbuko (2010:76), Metode angket atau kuesioner adalah
suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu
masalah atau bidang yang akan diteliti. Untuk memperoleh data, angket
disebarkan kepada responden (orang-orang yang menjawab atas
pertanyaan yg diajukan untuk kepentingan penelitian), terutama pada
penelitian survei.

Menurut Sugiyono (2018:124), Kuesioner adalah teknik


pengumpulan data yang dilakukan peneliti dengan cara memberi beberapa
pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner berisikan
pertanyaan yang telah disiapkan oleh peneliti mengenai evaluasi kegiatan
pembelajaran peserta didik SMAN 68 Jakarta saat diajarkan oleh seorang
guru.

Kuesioner yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data terdiri


dari 3 (tiga) bagian yaitu :
a. Menyangkut identitas umum responden, antara lain: nama, kelas, dan
surel. Data-data tersebut dinyatakan melalui pertanyaan terbuka.
b. Menyangkut minat belajar peserta didik yang berhubungan dengan
perilaku seorang guru, apakah peserta didik merasa nyaman atau
malah merasa tidak tertarik selama belajar di sekolah jika seorang
guru memiliki suatu sikap tertentu saat mengajar. Pertanyaan
mengenai data-data tersebut disajikan dalam bentuk angket tertutup,

26
yaitu teknik pilihan ganda atau sudah ada pilihan jawaban, sehingga
responden tinggal memilih jawaban yang dikehendaki.
c. Menyangkut uraian dari pilihan yang telah dipilih oleh responden
sebagai pernyataan pendukung, uraian sesuai dengan keperluan
pengambilan data. Data-data tersebut dinyatakan melalui pertanyaan
terbuka, responden tidak dibatasi dalam mengisi kuesioner.

Teknik angket digunakan untuk mengetahui tingkatan emosional dan


motivasi pada diri peserta didik. Pada pelaksanaan penelitian siswa
diarahkan untuk mengisi angket tersebut berdasarkan keadaan diri mereka
sebenarnya. Data yang diperoleh dari angket adalah skor emosional dan
motivasi peserta didik.
3. Observasi
Peneliti melakukan pengumpulan data dengan teknik observasi
secara langsung di lapangan, karena peneliti ikut langsung dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SMAN 68 Jakarta.
4. Dokumentasi
Untuk melengkapi penelitian ini, peneliti juga menggunakan teknik
pengumpulan data berupa dokumentasi yang dapat menunjang hasil
penelitian. Dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian untuk
mengambil gambar keadaan aktivitas peserta didik yang sedang mengikuti
kegiatan pembelajaran bersama guru di SMAN 68 Jakarta.

Dengan demikian, peneliti menggunakan metode deskriptif kuantitatif,


yaitu menggunakan teknik wawancara, kuesioner, observasi dan juga
dokumentasi.

3.5 Teknik Analisis Data


Penelitian ini menggunakan analisis data berbentuk penelitian kualitatif.
Menurut Qodir (1999:77), teknik analisis data dalam penelitian kualitatif
dilakukan melalui beberapa langkah yaitu:

27
1. Collection Data atau pengumpulan data, yaitu pengumpulan data yang ada
hubungannya dengan permasalahan penelitian, baik yang dapat melalui
pengamatan, wawancara, maupun dokumen yang kemudian diubah dalam
bentuk tulisan-tulisan yang dibaca, di kode dan dianalisis.
2. Reduction Data atau pengurangan data, yaitu penelitian mengadakan
pengurangan data dengan cara menyeleksi atau memilih data yang
mengarah pada pokok permasalahan.
3. Display Data atau penyajian data, yaitu menyajikan data hasil reduksi
dalam laporan secara sistematik agar mudah dibaca atau dipahami baik
secara keseluruhan maupun bagian-bagiannya dalam kontek sebagai satu
kesatuan.
4. Inductive Conclusion, yakni proses penarikan kesimpulan dari data yang
sudah tersusun dalam bentuk laporan. Kesimpulan ini terbagi pada dua
bagian yaitu kesimpulan kecil dan kesimpulan besar. Kesimpulan kecil
diterapkan dalam setiap bab yang berguna untuk mempermudah proses
penarikan kesimpulan besar. Kesimpulan besar ini adalah kesimpulan
penelitian secara keseluruhan yang ditampilkan pada bab tersendiri.

Setelah data dikumpulkan melalui kuesioner, data akan diolah oleh


peneliti untuk mendapatkan hasil penelitian. Dimulai dengan mengumpulkan
data yang didapat, mengklasifikasikan sesuai jawaban yang sama, lalu
peneliti kembali mengolah dan menganalisisnya terkait dengan tujuan
penelitian yang diakhiri dengan membuat kesimpulan penelitian.

28
BAB IV

HASIL DAN PEMBASAHAN

Berdasarkan data penelitian ini dapat diuraikan dan dideskripsikan secara


riil, hasil penelitian tentang Dampak Perilaku Guru Saat Mengajar Terhadap
Kegiatan Pembelajaran Peserta Didik SMAN 68 JAKARTA. Penyajian analisis
tersebut bertujuan untuk menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian.
Adapun penyajian hasil analisis data adalah sebagai berikut:

4.1 Hasil
No Pertanyaan Ya Netral Tidak

1 Apakah menurut kamu perilaku 88.9% 11.1% -


seorang guru saat mengajar
berdampak terhadap semangat dan
ketertarikan peserta didik dalam
belajar?

2 Apakah kamu sebagai seorang 100% - -


peserta didik akan senang dan lebih
bersemangat jika gurumu
menghargai dan memberikan
apresiasi atas kerja kerasmu?

3 Jika seorang guru bersikap tidak 66.7% 33.3% -


adil dan berperilaku kurang baik,
apakah kamu akan kehilangan
semangat belajar?

4 Jika iya, apa yang akan kamu 1. Mencari motivasi lainnya


lakukan untuk membuat semangat dan tidak terpaku pada
belajar kembali tanpa harus perilaku guru
mengacu terhadap perilaku 2. Tetap fokus pada masa

29
gurumu? depan
3. Meningkatkan fokus pada
pelajaran
4. Mungkin saya akan
bersemangat jika guru itu
bersikap adil terhadap
semua murid
5. Bertanya ke teman
6. Belajar bareng teman
7. Fokus
8. Memikirkan masa depan
9. Mengumpulkan niat
10. Memotivasi diri untuk
tetap mengikuti atau
mengejar materi agar
tidak tertinggal
11. Membangun motivasi
untuk diri sendiri
12. Menjadikan perilaku guru
tersebut sebagai motivasi
13. Bercanda atau
berkomunikasi dengan
teman terlebih dahulu
untuk membangun mood
14. Mencari teman yang
tetap semangat belajar
15. Melihat perilaku guru
16. Fokus
17. Belajar sendiri di rumah
18. Berdoa
19. Bertanya teman

30
20. Membangkitkan motivasi
21. Mengingat tujuan
22. Memberikan motivasi ke
diri sendiri
23. Belajar bersama
24. Netral
25. Sugesti diri sendiri
26. Fokus
27. Kembali mengingat
tujuan awal
28. Menulis catatan warna
warni

5 Kamu akan semangat belajar jika


● Sabar : 91.7%
seorang guru memiliki perilaku…
● Selalu berpikir
positif : 97.2%
● Hobi mengkritik
peserta didiknya :
5.5%
● Optimis : 72.2%

● Berprasangka negatif :
-
● Adil : 91.7%

● Pilih kasih : -

● Jujur : 77.8%

6 Apakah seorang guru boleh dan 2.8% 38.9% 58.3%


pantas memberikan hukuman
secara fisik seperti memukul atau
melempar barang kepada peserta

31
didik?

7 Jika seorang guru telah 2.8% 47.2% 50%


menunjukan sikap yang kurang
baik kepadamu saat mengajar,
apakah kamu akan tetap tertarik
dengan pelajaran yang beliau
ajarkan?

8 Apakah belajar di rumah dan di 58.3% 38.9% 2.8%


tempat les efektif dan dapat
membantumu dalam memahami
pelajaran yang kamu hindari di
sekolah karena perilaku seorang
guru?

9 Apakah kamu pernah mengalami 69.4% - 30.6%


penurunan nilai pada mata
pelajaran yang diajarkan oleh
seorang guru yang memiliki
perilaku kurang baik?

10 Apa yang seharusnya dilakukan 1. Membuka forum diskusi


oleh seorang guru yang memiliki 2 arah
perilaku kurang baik agar para 2. Lebih memperbaiki sikap
peserta didik dapat memahami dan perilakunya
ilmu yang beliau ajarkan? 3. Intropeksi diri dan
meningkatkan cara
mengajarnya
4. Jangan membuat
semangat belajar peserta
didik hilang
5. Sabar

32
6. Jangan terlalu serius
7. Humoris
8. Mendekatkan diri kepada
peserta didik
9. Memperbaiki perilakunya
dalam mengajar
10. Mendengarkan masukan
11. Menyesuaikan
karakteristik peserta didik
12. Bersikap profesional dan
pandai beradaptasi
13. Berusaha lebih baik
dalam mengajar
14. Mengubah perilaku
15. Sabar
16. Merubah diri
17. Mendengar saran peserta
didik
18. Ikhlas
19. Ubah perilaku
20. Sabar
21. Evaluasi diri
22. Mengajar sesuai dengan
ketentuan KBM
23. Mengubah sikap
24. Mengayomi peserta didik
25. Memberikan materi yang
tepat
26. Sabar
27. Ikhlas
28. Membuat cara ajar yang

33
baik
29. Menjadi lebih baik
30. Merubah sikap
31. Sabar
32. Memiliki emosi yang
stabil
33. Sabar
34. Memahami cara belajar
siswa

4.2 Pembahasan
Penilaian terhadap penggunaan media sosial dalam 15 item pertanyaan
yang disebar kepada 46 responden dengan menggunakan 3 jawaban yakni:
Ya, Netral, dan Tidak. Berikut merupakan pembahasan hasil dari angket :
Pada soal nomor 1, sebanyak 88.9% responden mengatakan ya dan 11.1
% mengatakan tidak ada dampak terkait perilaku guru saat mengajar terhadap
semangat dan ketertarikan peserta didik dalam belajar. Pada soal nomor 2,
sebanyak 100% menyatakan bahwa seorang peserta didik akan senang dan
lebih semangat jika guru menghargai dan memberikan apresiasi atas kerja
keras.

34
Pada soal nomor 3 sebanyak 66.7% responden mengatakan ya dan 33.3%
responden mengatakan tidak mengenai seorang guru yang bersikap tidak adil
dan berperilaku kurang baik dapat menghilangkan semangat belajar. Pada
soal nomor 4, terdapat 28 responden yang mengatakan fokus dan mengingat
tujuan masa depan adalah hal-hal yang bisa membuat menumbuhkan
semangat belajar.

Pada soal nomor 5, siswa akan semangat belajar jika sebanyak 91.7%
mengatakan sabar, 97.2% mengatakan selalu berpikir positif, 5.5%
menyatakan hobi mengkritik peserta didiknya, 91.7% mengatakan adil, dan
77.8% mengatakan jujur. Pada soal nomor 6 , sebanyak 2.8% responden
mengatakan ya, 38.9% mengatakan netral, dan 58.3% mengatakan tidak
mengenai seorang guru yang pantas memberikan hukuman fisik seperti
memukul atau melempar barang kepada peserta didik.

35
Pada soal nomor 7, sebanyak 2.8% responden mengatakan ya, 47.2%
mengatakan netral, dan 50% mengatakan tidak mengenai seorang guru
menunjukkan sikap yang kurang baik saat mengajar dan menganggap
pelajaran tersebut menarik atau tidak. Pada soal nomor 8, sebanyak 58.3%
responden mengatakan ya, 38.9% mengatakan netral, dan 2.8% mengatakan
tidak mengenai pembelajaran di rumah dan di tempat les efektif dan dapat
membantu memahami pelajaran karena perilaku seorang guru.

Pada soal nomor 9, terdapat 69.4% responden mengatakan ya dan 30.6%


responden mengatakan tidak tentang pengalaman penurunan nilai pada mata

36
pelajaran yang diajarkan oleh seorang guru yang memiliki perilaku kurang
baik. Pada soal nomor 10, terdapat 34 responden yang mayoritas mengatakan
bahwa sabar dan ikhlas adalah perilaku yang harus dimiliki oleh seorang guru
yang memiliki sikap kurang baik.

37
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Perilaku seorang guru saat mengajar berdampak terhadap semangat dan
ketertarikan peserta didik dalam belajar. Sebagai seorang peserta didik akan
lebih senang dan bersemangat jika memiliki guru yang menghargai dan
memberikan apresiasi atas kerja keras peserta didik. Jika seorang guru
bersikap tidak adil dan berperilaku kurang baik maka bisa menyebabkan
hilangnya semangat belajar siswa. Seorang guru tidak pantas memberikan
hukuman secara fisik kepada peserta didik. Jika seorang guru telah
menunjukkan sikap yang kurang baik saat mengajar, maka akan membuat
siswa merasa enggan dengan guru tersebut. Ketika hal tersebut terjadi maka
bisa saja menurunkan prestasi belajar siswa.

5.2 Saran
Solusi untuk mengatasi kelas yang kondusif untuk mewujudkan sebuah
pembelajaran yang sehat maka harus ada cerminan baik dari pendidik dan
peserta didik. Jika sudah terbentuk lingkungan kelas yang sehat dan nyaman
maka sudah dapat dipastikan akan memberikan dampak yang positif bagi
pendidik dan peserta didik.

38

Anda mungkin juga menyukai