Anda di halaman 1dari 44

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN MOTIVASI SISWA PADA

MATERI CONJUNCTIONS METODE CRH (COURSE,


REVIEW, AND HORAY) KELAS IX SMP 30 SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2020 / 2021

DISUSUN OLEH :
NAMA : DRA. NINA MARTINI
NIP : 19641120 198901 2 003
UNIT KERJA : SMP 30 SEMARANG

1
PENGESAHAN

JUDUL PENELITIAN TINDAKAN KELAS


PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN MOTIVASI SISWA PADA
MATERI CONJUNCTIONS METODE CRH (COURSE,
REVIEW, AND HORAY) KELAS IX SMP 30 SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2020 / 2021.

Semarang, 16 Maret 2020


Mengesahkan
Kepala SMP 30 Semarang

Sri Puji Marimah Yuliana, S.Pd., M.Pd.


NIP. 19620331 198303 2 006

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

laporan penelitian tindakan kelas yang berjudul

Ucapan terima kasih juga penulis haturkan pada:

1. Ibu Sri Puji Marimah Yuliana, S.Pd., M.Pd. selaku Kepala SMP 30 Semarang
yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis hingga
terselesaikannya laporan penelitian ini.
2. Bapak dan Ibu Guru serta staff karyawan yang membantu penulis sebagai
kolaboran dalam penelitian.
3. Keluarga penulis tercinta, yang selalu memberikan doa dan dukungannya
4. Semua pihak yang membantu terselesaikannya laporan ini.
Penulis berharap hasil penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya
para guru dalam mengembangkan proses pembelajaran di sekolah masing-masing.
Penulis harapkan kritik dan saran dari semua pihak, apabila dalam penulisan laporan
ini ada ketidaksempurnaan.

Penulis

3
DAFTAR ISI

Halaman Judul ………........................................................................................ i


Halaman Pengesahan …..................................................................................... ii
Abstrak ….......................................................................................................... iii
Kata Pengantar .……………………………………………………………...... iv
Daftar Isi ……………………………………………………………………..... v

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ..………………………………………........... 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………........... 3
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………............ 4
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………....... 4

BAB II KAJIAN TEORI..................................................................................... 6


2.1 Hasil Belajar………………………………………………………........ 6
2.2 Motivasi Belajar…..…………………………………………………… 7

2.3 Metode Course Review Horay (CRH)………………………………… 9

2.4 Penelitian yang Relevan.......................................................................... 10


2.5 Kerangka Berfikir.................................................................................... 11
2.6 Hipotesis penelitian................................................................................. 11

BAB III METODE PENELITIAN.................................................................... 14


3.1 Setting Penelitian………………………………………………. …....14
3.2 Subjek Penelitian……………………………………………………. 15
3.3 Sumber Data…………………………………………............................15
3.4 Teknik Pengumpul Data………………………………….....................15

4
3.5 Alat Pengumpul Data…………………………………........................ 16
3.6 Langkah-Langkah Menerapkan Metode CRH…………........................17
3.7 Validasi Data…………………………………………………………...18
3.8 Indikator Keberhasilan…..…...................................................................18
3.9 Analisis Data............................................................................................18
3.10 Prosedur Penelitian................................................................................20

BAB IV PRESTASI PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………… .. 22


4.1 Deskripsi Kondisi Awal........................................................................22
4.2 Hasil Pembahasan Deskripsi Awal ………………………………….24
4.3 Pembahasan Tiap dan Antar Siklus………………………………….25
BAB V SIMPULAN DAN SARAN………………………………………….. 38
4.4 Simpulan……………………………………………………………. 38
4.5 Saran………………………………………………………………… 38

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 33
LAMPIRAN....................................................................................................... 35

5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelajaran bahasa inggris merupakan pelajaran yang sulit karena nyaris

sebagian siswa menganggap bahasa inggris adalah bahasa asing yang jarang

ditemukan di lingkungannya. Hal ini yang menjadikan kesulitan penyerapan dalam

pembelajaran di sekolah. Penyebab lainnya yaitu adanya banyak sekali perbedaan

yang ditemui baik dari kosa kata maupun tata bahasa dalam bahasa inggris, dengan

bahasa Indonesia. Selain itu, rasa percaya diri yang rendah menyebabkan prestasi

belajar siswa rendah.

Dalam Kurikulum 2013, Scientific Approach (Pendekatan Saintififik), seperti

yang tercantum dalam Permendikbud No.103 tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, mengharapkan pembelajaran di sekolah

berkonsep mampu menjadi tempat peserta didik mengalami proses pengembangan

potensi pembangunan karakter setiap peserta didik sebagai hasil dari sinergi antara

pendidikan yang berlangsung di sekolah, keluarga dan masyarakat. Dalam

pembelajaran menitik beratkan pada pendekatan saintifik, dimana keterampilan

berbahasa yang meliputi menyimak, berbicara, membaca dan menulis dilaksanakan

secara terpantau dan tidak dipisahkan tersendiri. Akan tetapi pada penilaian

keterampilan, kemampuan peserta didik mengomunikasikan hasil pembelajarannya

6
dilaksanakan dengan dua cara, yaitu secara lisan dan tulis. Dalam penulisan ini,

penulis memfokuskan pada pengamatan hasil belajar.

Untuk mencapai sinergi perlu adanya kebaharuan pembelajaran bahasa inggris

di era daring yang efektif dan menyenangkan. Akses internet yang mudah bisa

dijadikan modal utama dalam menjadikan pendidikan karakter dalam materi Parts of

Speech. Dalam materi tersebut, peserta didik diharapkan menguasai keterampilan

menulis, salah satunya penggunaan conjunctions. Penggunaan conjunctions dalam

konteks sehari-hari menjadi lebih efektif, mudah dipahami dan menyenangkan, maka

harus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik sehingga proses pembelajaran

lebih jelas, menarik, konkret dan memotivasi peserta didik untuk lebih aktif

mengikuti kegiatan pembelajaran di dalam kelas.

Dalam materi conjunctions, peserta didik perlu berinteraksi dengan teman

lainnya dalam mengungkapkan functional expressions yaitu ungkapan-ungkapan

yang situasional seperti greeting, leave taking, congratulating, apology, dan lain-lain.

Akan tetapi, pada saat mempelajari hal yang berkaitan dengan teori penggunaan dan

sekaligus fungsi dari parts of speech, para peserta didik cenderung pasif karena

menganggap hal tersebut monoton dan membosankan karena berkenaan dengan teori

tata bahasa. Hal ini dipertegas dengan nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas IX

pada kompetensi tersebut adalah sangat jauh dari kriteria nilai yang sudah ditetapkan

(KKM). Berdasarkan analisis nilai ulangan harian reratanya hanya 69 sedangkan

ketuntasan belajar secara klasikal hanya mencapai 46.8% atau 15 siswa. Berdasarkan

hasil pengamatan guru peserta didik terlihat kurang motivasi dalam pembelajaran.

7
Untuk mengatasi hal tersebut, perlu adanya strategi yang dapat di gunakan

untuk mengajar para siswa berdasarkan materi atau potensi yang di miliki oleh siswa.

Siswa yang belajar bahasa Inggris akan berhasil jika sumber atau strategi

pembelajaran saling berkaitan dengan yang di butuhkan oleh siswa dalam aktifitas

belajar mengajar. Salah satu strategi yang cocok dalam pengajaran menulis ialah

course review horay (CRH). Menurut Hamid (2013), CRH adalah strategi

pembelajaran yang menyenangkan karena siswa diajak untuk bermain sambil belajar

dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Sebagai peneliti, saya

berharap melalui teknik ini ini hasil belajar dan motivasi siswa akan meningkat.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, peneliti mengidentifiaksi masalah dalam

penelitian ini ada dua:

1. Bagaimana hasil belajar pada materi berita peserta didik di pembelajaran

daring dengan teknik CRH (course review horay) pada Siswa Kelas IX SMP

30 Semarang Tahun Pelajaran 2020 / 2021?

2. Bagaimana motivasi peserta didik di pembelajaran daring dengan teknik

teknik CRH (course review horay) pada Siswa Kelas IX SMP 30 Tahun

Pelajaran 2020 / 2021?

1.3 Tujuan Penelitian

8
Setelah penelitian ini, tujuan yang hendak dicapai adalah untuk mengetahui

peningkatan hasil belajar pada materi berita peserta didik di era daring dengan

teknik CRH (course review horay) pada Siswa Kelas IX SMP 30 Semarang

Tahun Pelajaran 2020 / 2021.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi;

1) Peserta didik

a. Dapat meningkatnya hasil belajar peserta didik pada materi berita peserta

didik di pembelajaran daring dengan teknik CRH (course review horay)

pada Siswa Kelas IX SMP 30 Semarang Tahun Pelajaran 2020 / 2021.

b. Dapat meningkatnya motivasi siswa Kelas IX SMP Tahun Pelajaran 2020

/ 2021.

2) Guru Selaku Peneliti

Menambah wawasan bagi peneliti bahwa melalui teknik CRH (course review

horay) dapat meningkatnya hasil belajar peserta didik dan motivasi siswa pada

pembelajaran daring pada Siswa Kelas IX SMP Tahun Pelajaran 2020/2021

pada khususnya dan guru-guru sekolah lainnya pada umumnya

3) Sekolah

Memperkaya bacaan untuk mendukung kegiatan literasi bagi warga sekolah

mengenai penggunaan teknik CRH (course review horay) dapat meningkatnya

hasil belajar peserta didik dan motivasi siswa di pembelajaran daring.

9
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Hasil Belajar

Hasil belajar berasal dari kata hasil dan belajar. Dalam KBBI (2021), hasil

merupakan sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan, dan sebagainya) oleh suatu

usaha. Sedangkan belajar adalah berubah tingkah laku atau tanggapan yang

disebabkan oleh pengalaman.

Menurut Pribadi, B.A (2009:48) hasil belajar yang dicapai oleh siswa dapat

dinilai dengan menggunakan tes dan penilaian. Adapun menurut Purwanto dalam

Setyati R (2010:72) hasil belajar adalah hasil yang dicapai dari proses belajar

mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang perlu dievaluasi sebagai cerminan

untuk melihat kembali apakah tujuan yang ditetapkan telah tercapai dan apakah

proses belajar mengajar telah berlangsung efektif untuk memperoleh hasil belajar.

Menurut Purwanto (2002), hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh

individu setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan

tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan siswa sehingga

menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Nana Sudjana dalam Sari (2011:635) menyatakan bahwa hasil belajar tidak

hanya tergantung pada faktor dari dalam diri siswa tetapi juga dipengaruhi faktor

guru, diantaranya pemilihan metode mengajar yang efektif dan efisien sesuai

10
dengan kondisi dan situasi yang tepat sangatlah penting dalam usaha meningkatkan

hasil belajar siswa.

Berdasarkan pendapat di atas maka yang dimaksud hasil belajar adalah suatu

hasil usaha yang dapat dicapai peserta didik, setelah melaksanakan kegiatan belajar

dalam jangka waktu tertentu sebagai hasil pengalaman yang dialami peserta didik.

2.2 Motivasi Belajar

Pengertian motivasi dalam KBBI (2021) adalah usaha yang dapat menyebabkan

seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin

mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan

perbuatannya. Sedangkan Mangkunegara (2010:18) juga menyatakan bahwa

motivasi adalah kondisi (energy) yang menggerakkan dalam diri individu yang

terarah untuk mencapai tujuan organisasi. Tingkatan motivasi tersebut rendah,

sedang dan tinggi.

Menurut Hamzah B. Uno (2011: 23) bahwa motivasi belajar adalah dorongan

internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan tingkah

laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur-unsur yang mendukung.

Indikator-indikator tersebut, antara lain: adanya hasrat dan keinginan berhasil,

dorongan dan kebutuhan dalam belajar, harapan dan cita-cita masa depan,

penghargaan dalam belajar, dan lingkungan belajar yang kondusif.

Ciri-ciri orang yang memiliki motivasi dalam belajar menurut Sardiman A. M

(2007: 83), yaitu:

11
1) Tekun menghadapi tugas-tugas dan dapat bekerja terus-menerus sampai

pekerjaannya selesai.

2) Ulet dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesulitan.

3) Memungkinkan memiliki minat terhadap bermacam-macam masalah.

4) Lebih sering bekerja secara mandiri.

5) Cepat bosan dengan tugas-tugas rutin.

6) Jika sudah yakin dapat mempertahankan pendapatnya.

7) Tidak akan melepaskan sesuatu yang telah diyakini.

8) Sering mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Hamzah B. Uno (2011: 23) bahwa ciri-

ciri orang yang memiliki motivasi dalam belajar dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:

1) Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil.

2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.

3) Adanya harapan dan cita-cita di masa depan.

4) Adanya penghargaan dalam belajar.

5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.

6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan

seorang siswa dapat belajar dengan baik.

Menurut Sardiman A. M (2007: 89-91) terdapat dua macam motivasi belajar

yaitu motivasi belajar yang ada pada diri seseorang dibedakan menjadi dua yaitu

motivasi intrinsik (dalam individu) dan motivasi ekstrinsik (luar individu).

12
1) Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif dan berfungsinya

tanpa harus diransang dari luar karena didalam seseorang individu sudah ada

dorongan untuk melaksanakan sesuatu. Bila seseorang telah memiliki

motivasi intrinsik maka secara sadar akan melakukan kegiatan dalam belajar

dan selalu ingin maju sehingga tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya.

Hal ini dilatarbelakangi keinginan positif, bahwa yang akan dipelajari akan

berguna di masa yang akan datang.

2) Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena

ada perangsang dari luar. Motivasi dikatakan ekstrinsik bila peserta didik

menempatkan tujuan belajarnya diluar faktor-faktor situasi belajar. Berbagai

macam cara bisa dilakukan agar siswa termotivasi untuk belajar.

2.3 Metode Course Review Horay (CRH)

Menurut Huda (2013), course review horay adalah metode pembelajaran yang

dapat menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan karena setiap

siswa yang dapat menjawab benar maka siswa tersebut diwajibkan berteriak "hore!"

atau yel-yel lainnya yang disukai.

Menurut Hamid (2013), course review horay adalah strategi pembelajaran yang

menyenangkan karena siswa diajak untuk bermain sambil belajar dalam menjawab

pertanyaan yang diberikan oleh guru. Siswa secara implisit diajak untuk

mempelajari suatu materi pembelajaran namun dengan cara bermain sehingga siswa

tidak merasa tertekan untuk menghafal rentetan konsep yang harus dikuasainya.

13
Menurut Shoimin (2016), course review horay adalah suatu pengujian terhadap

pemahaman konsep siswa menggunakan kotak yang diisi dengan soal dan diberi

nomor untuk menuliskan jawabannya. Siswa yang paling terdahulu mendapatkan

tanda benar langsung berteriak horay atau yel-yel lainnya. Melalui pembelajaran

course review horay diharapkan dapat melatih siswa dalam menyelesaikan masalah

dengan pembentukan kelompok kecil.

Menurut Aqib (2013), course review horay adalah suatu metode pembelajaran

dimana guru memberikan kesempatan siswa untuk tanya jawab secara individu

dengan menyenangkan karena setiap siswa yang dapat menjawab dengan benar

dapat berteriak "horay”.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, yang dimaksud dengan CRH adalah

pembelajaran yang menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran karena siswa diberi

kesempatan untuk bertanya dan menjawab. Selain itu, siswa mendapat apresiasi dan

motivasi ketika pembelajaran berlangsung.

2.4 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan Akbar (2014) menerapkan CRH (Course Review

Horay) pada pembelajaran bahasa arab di MAN 1 MAGELANG. Peningkatan dari

siklus I ke siklus II baik dari aspek kebahasaan maupun non kebahasaan. Yang

pertama aspek kebahasaan, dari data tes dapat diketahui peningkatan yaitu nilai rata-

rata kelas dari 37 siswa pada siklus I adalah 52,97 dan pada siklus II adalah 70,74,

artinya terjadi peningkatan sebanyak 33,54%. Sedangkan pada aspek non

14
kebahasaan, dari data tes dapat diketahui peningkatan yaitu nilai rata-rata kelas dari

37 siswa pada siklus I adalah 64,66 dan pada siklus II adalah 82,81, artinya terjadi

peningkatan sebanyak 28,19%.

Masih menurut Akbar, Teknik CRH ini cocok diterapkan pada pembelajaran

yang menjenuhkan seperti pembelajaran Imla’ dalam bahasa arab. Model

pembelajaran CRH dapat menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan

menyenangkan serta membantu siswa untuk memahami konsep dengan baik karena

setiap siswa yang dapat menjawab benar diwajibkan berteriak „ horee!!‟ atau yel-

yel lainnya yang disukai.

2.5 Kerangka Berifikir

Teknik CRH (Course Review Horay) dalam pembelajaran bahasa inggris

merupakan pendekatan yang dapat membantu siswa dalam materi conjunction.

Dengan pendekatan ini siswa yang asalnya pasif akan menjadi aktif karena

keterlibatan siswa dalam proses belajar dan motivasi siswa yang naik.

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan teknik CRH dalam

pembelajaran conjunction akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan motivasi

siswa.

2.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan asumsi atau dugaan sementara yang mungkin benar atau

mungkin pula tidak benar. Untuk membuktikan kebenarannya, hipotesa harus diuji

15
melalui tindakan penelitian lapangan dan pengukuran (pengujian hipotesis). Secara

skematis, hipotesa penelitian ini dapat digambarkan pada gambar 2.1.

Y1

Y2
X2
Gambar 2.1. Uji Hipotesis Penelitian

Keterangan;

Y1 : motivasi siswa

Y2 : hasil belajar peserta didik

X : teknik CRH (Course Review Horay)

Berdasarkan uraian di atas peneliti menentukan hipotesis tindakan sebagai

berikut:

1. Melalui teknik CRH (X) dapat meningkatkan motivasi siswa (Y1) pada materi

conjunction dalam teks transaksional showing intention peserta didik kelas IX

SMP 30 Semarang tahun ajaran 2020 / 2021.

2. Melalui teknik CRH (X) dapat meningkatkan hasil belajar siswa (Y2) pada

materi conjunction dalam teks transaksional showing intention peserta didik

kelas IX SMP 30 Semarang tahun ajaran 2020 / 2021.

16
3. Melalui teknik CRH (X) dapat meningkatkan motivasi siswa (Y1) dan hasil

belajar siswa (Y2) pada materi conjunction dalam teks transaksional showing

intention peserta didik kelas IX SMP Semarang tahun ajaran 2020 / 2021.

17
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Setting Penelitian

Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan di SMP 30 Semarang pada

kelas IX. Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan, dan proses pembelajarannya selama

2 (dua) Siklus yaitu:

1. Siklus 1

Siklus 1 dilaksanakan 2 kali pertemuan dan 1 kali tes hasil belajar. Kompetensi

dasar yang harus dicapai peserta didik seperti yang termaktub dalam silabus

kurikulum 2013 yaitu KD 3.2 tentang menerapan conjunction. Pada siklus 1 ini,

jumlah kotak soal pada bingo Box CRH hanya 9 kotak.

2. Siklus 2

Siklus 2 dilaksanakan selama 2 kali pertemuan dan 1 kali tes hasil belajar.

Kompetensi dasar yang harus dicapai peserta didik seperti yang termaktub dalam

silabus kurikulum 2013 yaitu: KD 3.2 tentang menerapan conjunction. Pada

siklus 2 ini, jumlah kotak soal pada bingo Box CRH hanya 12 kotak. Peningkatan

jumlah kotak soal dari 9 menjadi 12 ini diharapkan pemahaman siswa

meningkat.

18
3.2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas IX yang berjumlah 32 siswa pada

pembelajaran conjuntion.

3.3. Sumber Data

Sumber data pada penelitian tindakan kelas (PTK) ini yang digunakan adalah:

a. Sumber data siswa

b. Sumber data guru

c. Sumber data kolaborator

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian tindakan kelas (PTK) ini teknik dan alat pengumpulan data yang

digunakan adalah:

a. Teknik Tes

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar yang

dilakukan setiap akhir siklus. Tes hasil belajar dilakukan untuk mengetahui

ketuntasan belajar siswa setiap akhir siklus.

b. Teknik Observasi

Teknik observasi dimaksudkan untuk mengetahui hal berikut:

1) tingkat kemampuan berkomunikasi tertulis conjuntion pada proses

pembelajaran,

2) Tingkat kinerja guru dalam mengimplementasikan teknik CRH pada

materi conjuntion di kelas IX SMP.

19
3.5. Alat Pengumpulan Data

a. Hasil Belajar

Alat pengumpul data hasil belajar berupa instrumen tes tertulis yang

terdiri dari 10 buah butir soal uraian. Langkah yang disiapkan antara lain,

1) menyusun kisi-kisi soal,

2) menyusun butir soal tes dan lembar jawaban,

3) menyusun kunci jawaban,

4) menyusun norma dan tabel penilaian.

b. Kemampuan berkomunikasi tertulis

Alat pengumpulan data kemampuan berkomunikasi tertulis berupa

instrumen lembar pengamatan. Dalam hal ini yang disiapkan meliputi,

1) Menyusun indikator kemampuan menuliskan conjuntion.

2) Menyusun rubrik penilaian,

3) Menyusun lembar pengamatan kemampuan menuliskan conjuntion.

c. lembar Observasi Kinerja Guru

Alat pengumpul data kinerja guru yang digunakan yaitu lembar observasi

yang meliputi:

1) Alat penilaian kinerja guru dalam merencanakan perbaikian proses

pembelajaran (APKG 1),

2) Alat penilaian kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran (APKG

2). Langkahnya meliputi menyusun indikator penilaian, rubrik penilaian,

dan lembar observasi.

20
3.6. Langkah-Langkah Menerapkan Metode CRH

Seperti halnya metode-metode permainan yang lain. Aturan yang jelas untuk

menentukan langkah-langkah pembelajaranpun harus dipelajari. Adapun langkah-

langkah metode CRH adalah sebagai berikut:

- Guru mengajak siswa mengikuti pembelajaran lewat google meet.

- Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai

- Guru mendemonstrasikan/ menyajikan materi yang dikirim lewat

WhatsApps

- Peserta didik memprint materi yang diberikan guru untuk selanjutnya

diakukan proses pembelajaran.

- Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan tanya jawab

- Untuk menguji pemahaman, guru membuat kotak berisi 9 atau sesuai

kebutuhan dan tiap kotak diisi dengan angka.

- Guru membaca soal secara acak dan peserta didik menulis jawaban di dalam

kotak dengan nomornya disebutkan pendidik dan langsung mendiskusikan

kalua benar diisi tanda (√) kalau salah diberi tanda (X).

- Peserta didik yang sudah mendapatkan tanda (√) vertikal atau horizontal harus

berteriak horay atau yel-yel yang lain.

- Nilai peserta didik dihitung dari jumlah jawaban benar horay yang diperoleh

- Penutup

21
3.7. Validasi Data

Validasi data diperlukan agar diperoleh data penelitian yang valid. Pada

penelitian ini validasi data menggunakan metode trianggulasi, yaitu pengujian

instrumen dan data hasil penelitian dengan cara meminta masukan berupa saran,

pengecekan dengan penelitian yang relevan, dan observasi oleh kolaborator penelitian

(Wiriaatmaja, 2008:253).

3.8. Indikator Keberhasilan

Indikator kinerja dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu:

1. Indikator kemampuan motivasi siswa dikatakan meningkat jika telah memperoleh

kriteria mampu dan sangat mampu minimal 65% dari jumlah siswa;

2. Indikator hasil belajar siswa dikatakan meningkat jika sekurang-kurangnya 85 %

siswa menunjukkan tuntas belajar atau mendapat nilai tes ≥ 75,00, dengan KKM

75,00.

3.9. Analisis Data

Analisis data merupakan langkah untuk mengambil keputusan tentang sejauh

mana keberhasilan penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian ini analisis data

menggunakan langkah sebagai berikut:

1. Analisis Data Tes Hasil Belajar

Analisis data hasil belajar siswa sebagai langkah awal untuk mengambil

keputusan terkait dengan daya serap dan ketuntasan belajar siswa. Analisis

tersebut dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menghitung skor yang diperoleh siswa sesuai norma penilaian.

22
b. Menghitung skor tertinggi, terendah ketuntasan belajar siswa.

c. Menghitung ketuntasan belajar siswa.

d. Menghitung nilai rata-rata dengan rumus 3.1 (Sudijono, 2012):

e. Sementara ketuntasan belajar menggunakan kriteria ketuntasan

belajar KKM, untuk menghitung ketuntasan klasikal dengan

rumus 3.2 (Trianto, 2011):

2. Analisis Data Pengamatan

Analisis data pengamatan dilakukan untuk mengetahui keberhasilan

penelitian terkait dengan kemampuan berkomunikasi tertulis dalam

menulis kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung mata pelajaran

Bahasa Inggris. Pada analisis tersebut langkah yang dilakukan adalah

sebagai berikut:

a. Menghitung skor yang diperoleh siswa dengan lembar pengamatan

b. Menghitung skor maksimal yang diperoleh

c. Menghitung nilai skor motivasi siswa.

23
d. Menghitung jumlah siswa setiap kategori.

3. Analisis Dokumentasi (Data Kondisi awal)

Data kondisi awal menggunakan hasil ulangan harian materi sebelumnya.

Dalam hal ini langkah yang dilakukan dilakukan dalam menganalisis data

kondisi awal adalah sebagai berikut:

a. Menghitung skor tertinggi, terendah dan median.

b. Menghitung nilai rata-rata dengan rumus 3.1.

c. Menghitung ketuntasan belajar dengan rumus rumus 3.2.

3.10. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas

(PTK) yang terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 (empat) tahapan yaitu

sebagai berikut: 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan, 3) Pengamatan, 4) Refleksi. Hal ini

dapat digambarkan diagram 3.1.

Diagram 3.1 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Keterangan:

24
1) Planning (Perencanaan Tindakan)

Perencanaan tindakan dimulai dari proses identifikasi masalah yang akan

diteliti, termasuk hasil pra penulisan. Kemudian merencanakan tindakan yang

akan dilakukan, termasuk menyusun perangkat pembelajaran yang diperlukan

dan lain-lain.

2) Acting (Pelaksanaan Tindakan)

Pelaksanaan tindakan adalah pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan

menggunakan perangkat pembelajaran mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti

hingga pada akhir sesuai dengan RPP.

3) Observing (observasi)

Observasi adalah pengamatan selama berlangsungnya kegiatan

pembelajaran yang dilakukan oleh observer dan observer secara simultan

(bersamaan pada saat pembelajaran berlangsung)

4) Reflecting (Refleksi)

Refleksi adalah kegiatan yang mengevaluasi hasil analisis data bersama

observer yang akan direkomendasikan tentang hasil suatu tindakan yang

dilakukan demi mencapai keberhasilan penulisan dari seluruh aspek/indicator

yang ditentukan.

25
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Kondisi Awal

Pra Penelitian yang mendeskripsikan fakta, data, dan informasi obyektif sekolah

dan kelas (profil sekolah) yang berkaitan dengan kajian praktek pembelajaran, yang

terdiri dari data dan Informasi yang berkaitan dengan Penelitian Tindakan Kelas

terhadap peserta didik kelas IX.

Kelas IX yang digunakan sebagai subyek penelitian terdiri dari 32 peserta didik

dengan komposisi 20 peserta didik putri dan 10 peserta didik putra. Masing-masing

peserta didik berusia antara 13- 15 tahun. Kemampuan rata-rata peserta didik dalam

mata pelajaran bahasa inggris cukup karena nilai rata-rata rapor khusus untuk mata

pelajaran bahasa inggris berada diantara KKM (75).

Berawal dari situlah, penulis yang selama beberapa tahun mengajar kelas

tersebut dari kelas VII, mulai mengenali dan memahami karakteristik peserta didik

yang tampaknya mulai mengalami kejenuhan dengan mata pelajaran-mata pelajaran

yang bernuansa teoretis dengan rumus baku.

Penulis kemudian berusaha menganalisis butir soal yang ada dalam Penilaian

Tengah Semester yang membuat hasil rata-rata IX yang digunakan sebagai subyek

penelitian, tidak sama dengan kelas lainnya. Hingga pada akhirnya dapat diambil

kesimpulan bahwa penyebab nilai rata-rata kelas IX tersebut tidak sebagus kelas IX

26
yang lain adalah pada butir soal mengenai “Conjunctions” untuk showing intention

atau purpose.

Dari hasil tes awal yang dilaksanakan pada peserta didik diminta mengerjakan

soal tentang conjunctions sebanyak 10 soal meliputi coordinate conjunctions,

correlation conjunction, dan subordinate conjunctions yang disusun secara acak,

dalam bentuk pilihan ganda untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik

sebelum diberlakukan model CRH, maka kemudian diperoleh hasil pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil belajar pada Pra siklus

No Rentang Nilai Jumlah Jumlah (%)


1. 90-100 0 0%
Tes 2. 80-89 2 6.25% awal
3. 70-79 15 46.87%
diperoleh 4. 60-69 10 31.25% hasil bahwa
5. 50-59 2 6.25%
peserta 6 >50 3 9.37% didik yang
RATA_RATA 69
memiliki nilai diatas

KKM SMP N 30 Semarang (75) hanya sekitar 16 orang (50 %) dari total peserta

didik yang berjumlah 32.

Untuk hasil motivasi peserta didik berdasarkan angket yang sudah diedarkan

kepada peserta didik pada tanggal yang sama setelah tes awal, didapatkan hasil

seperti ditampilkan pada tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2 Motivasi belajar pada Pra siklus

27
Motivasi Siswa PRA SIKLUS
Motivasi instrinsik 59.3
Motivasi ekstrinsik 65.2
RATA-RATA 62.25

Dari angket motivasi peserta didik dalam pra siklus diperoleh hasil bahwa

motivasi instrinsik peserta didik yang menyangkut unsur perasaan senang, tanggung

jawab, kemandirian dan, kesadaran, rata-ratanya adalah 59.3. Sedangkan motivasi

ekstrinsik yang meliputi dorongan prestasi, informasi, umpan balik, dan penguatan,

para peserta didik memiliki nilai 65.2. sehingga nilai rata-rata dari motivasi siswa

yaitu 62.25.

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil 2 penilaian pada pra siklus adalah baik

dari hasil belajar, motivasi peserta didik pada pelaksanaan pembelajaran di dalam

kelas IX masih dirasa perlu dimaksimalkan.

4.2 Hasil Pembahasan Deskripsi Awal

Penulisan tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas IX SMP Negeri 30

Semarang ini dimulai pada kegiatan observasi pasca Penilaian Tengah Semester

dilaksanakan. Untuk selanjutnya data hasil diskusi dengan Observer tentang hasil

PTS khususnya materi conjunctions (for indicating cause and effect,

purpose/intention), oleh penulis digunakan sebagai data pra siklus. Dari hasil

pembahasan dengan Observer tersebut, diputuskan untuk mengadakan remedial test

kepada para peserta didik untuk mengetahui secara pasti, kesulitan yang dihadapi

28
mereka. Dari hasil tes remedi yang kemudian disebut oleh penulis sebagai hasil

belajar tes awal siklus, disepakati dengan Observer untuk mengujicobakan

pembelajaran kooperatif “CRH”, karena dari wawancara dengan beberapa peserta

didik, mereka mengakui bahwa belajar conjunctions bagi mereka terasa

membosankan.

4.3 Pembahasan Tiap dan Antar Siklus

1. Hasil Belajar dan Motivasi Peserta didik

Dalam proses pelaksanaan pembelajaran kooperatif “CRH” dalam

membantu meningkatkan motivasi siswa dan menghilangkan kesulitan dalam

materi tata bahasa yang cenderung dirasakan monoton oleh peserta didik kelas

IX. Metode CRH ini menunjukkan adanya perubahan suasana di dalam kelas

selama pelaksanaan pembelajaran khususnya pelaksanaan pembelajaran

“grammar”. Siswa yang semula tampak kesulitan dan jenuh kemudian

mengalami perubahan sikap dan motivasi. Suasana di dalam kelas tetap aktif dan

menyenangkan.

Pada siklus 1, pelajaran membahas tentang jenis-jenis conjunctions secara

umum dan kemudian fokus pada coordinate conjunctions. Kemudian siklus 2

tentang subordinate conjuctions yang meliputi kata hubung yang menyampaikan

tempat, waktu dan pertentangan dan yang berhubungan dengan sebab akibat,

29
maksud dan tujuan. Berdasarkan pelaksanaan di siklus 1 dan siklus 2 ini

diperoleh data-data hasil penulisan seperti tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil Belajar Tiap Siklus

Hasil Belajar SIKLUS 1 SIKLUS 2 Kenaikan

Ketuntasan klasikal (%) 78.12 % 87.5 % 9.38%

Nilai rata-rata 80.1 87.1 7

Tabel di atas menggambarkan tentang peningkatan yang hasil belajar

peserta didik dari siklus 1 rata-rata 80.1 meningkat menjadi 87.1 di siklus ke 2.

Untuk prosentase jumlah peserta didik yang mendapatkan nilai tuntas (≥ 75), di

siklus 1 78.12 %, pada siklus 2 naik menjadi 87.5 %. Prosentase peningkatan

ketuntasan otomatis juga meningkat menjadi 9.38 %.

Ditinjau dari data-data di atas, dapat dipastikan bahwa pembelajaran

kooperatif “CRH” dapat memberikan pengaruh yang signifikan pada

meningkatnya hasil belajar peserta didik mempelajari penggunaan conjunctions

yang semula dirasakan peserta didik sebagai materi yang cukup sulit.

Peningkatan hasil belajar peserta didik dengan demikian sudah memenuhi

target penulis yang menginginkan kenaikan nilai rata-rata hingga 75.

Sedangkan peningkatan pada hasil motivasi belajar pada tiap siklusnya,

terlihat pada tabel 4.4.

30
Tabel 4.4. Hasil Motivasi Belajar Siswa Tiap siklus

Motivasi Siswa Siklus 1 Siklus 2 Peningkatan


Motivasi instrinsik 63.76 66.71 2.95

Motivasi ekstrinsik 69.35 72.5 3.15

Rata-rata 66.55 69.6 3.05

Hasil penghitungan angket yang diberikan kepada peserta didik untuk

mengukur motivasi belajar mereka, motivasi instrinsik menunjukkan

peningkatan dari siklus 1 yaitu 63.76 menjadi 66.71. Motivasi ekstrinsik di

siklus 1 berkisar di angka 69.35 meningkat menjadi 72.5. nilai rata-rata dari

motivasi siswa pada siklus 1 yaitu 66.55 dan siklus 2 yaitu 69.6. Apabila

dikalkulasi dari siklus 1 ke siklus 2 memperlihatkan kenaikan rata-rata sebesar

3.05. Secara keseluruhan terjadi perubahan ke arah yang baik, karena terjadi

peningkatan rata-rata motivasi peserta didik, melampaui target yang diharapkan

oleh peneliti yaitu 65.

Hasil penilaian pengamatan seluruh kegiatan pembelajaran tentang

penggunaan model pembelajaran kooperatif CRH ini efektif dilaksanakan di

kelas dan dapat meningkatkan motivasi serta hasil belajar peserta didik kelas

IX. Secara umum hasil belajar dan motivasi belajar dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif “CRH” juga mengalami peningkatan.

2. Refleksi Hasil Tiap Siklus

a. Siklus 1

31
Siklus 1 diawali dengan tahap awal mengamati yang kemudian divariasi

dengan tahap (Course) pemaparan materi oleh guru. Guru menyampaikan

materi kurang lebih 10 menit kemudian dilanjutkan tahap menanya. Pada saat

pelaksanaan proses menanya ini, banyak peserta didik yang belum aktif

bertanya. Hanya ada 5 peserta didik yang berani bertanya seputar penggunaan

beberapa conjunctions yang dirasa masih asing terdengan di telinga mereka

yaitu kata “yet” pada saat mempelajari Present Perfect Tense. Proses

pembelajaran tersebut dapat dilihat seperti percakapan pada tabel 4.5 sebagai

berikut:

Tabel 4.5. Aktivitas Pembelajaran Pada Siklus 1.

No Aktivitas siswa
1 Aktivitas introduction.
Kata Bu Tika bertanya “Tentunya kalian pernah mendengar kata “Yet”? Nah,
sekarang amati kalimat berikut?
a. I have not finished my cooking yet” (Saya belum menyelesaikan masakan).
b. This is the best experience for me yet! (Ini pengalaman terbaik untuk saya
sejauh ini.
c. She always get an 100 on her mathematics, yet her passion is laguange.
(Dia selalu mendapatkan nilai 100 untuk matematika, namun kesukaannya
adalah bahasa.
2 Aktivitas bimbingan dalam Mengumpulkan data.
Para peserta didik mengenali kata “yet” sebagai pasangan kata “not” untuk
menanyakan sesuatu yang “belum” dilakukan. Kemudian Bu Tika memberikan
penjelasan singkat mengenai kata “yet” yang memiliki dua arti seperti kata
“bisa” dalam Bahasa Indonesia juga memiliki dua arti.
3 Aktivitas pengamatan
Kata Joko “Nah, ini saya menemukan makna yet tergantung dari kalimatnya”.
Kata Bu Tika, “coba jelaskan satu persatu ”

4 Aktivitas inti.
Perhatikan itu ciri-ciri kata “yet” pada kalimat diatas.

32
a. Yet berfungsi sebagai adverbial.
b. Yet berfungsi sebagai tambahan.
c. Yet berfungsi sebagai konjungsi.
Siswa menganalisis, kata Nur “Berarti kesimpulannya, makna yet tergantung
dari konteks kalimatnya.”
Kata Bu Tika “coba tuliskan 5 kalimat yet kemudian kelompokkan berdasarkan
fungsinya.
5 Aktivitas pra penutup
Siswa mengirim hasil pekerjaanya kepada guru via WhatsApps group
dengan mendapat masukan dari guru.

Kemudian di pertemuan kedua pada saat peserta didik berdiskusi

kelompok, beberapa peserta didik masih mengalami kebingungan untuk

memahami instruksi dari guru untuk menggabungkan beberapa kalimat pada

lembar kerja peserta didik. Beberapa peserta didik tidak mengetahui bahwa

yang digunakan untuk menggabungkan kalimat-kalimat tersebut hanya

coordinate conjunctions saja. Sehingga guru mengambil sikap untuk

memberikan Review lagi kepada peserta didik tentang materi yang

disampaikan pada tahap Course.

Pada tahap mengumpulkan data dan mengasosiasi, peserta didik dapat

bekerjasama dengan baik dalam kelompok mereka, tetapi pada saat

pembentukan kelompok, peserta didik menentukan sendiri anggota

kelompoknya, sehingga ada beberapa kelompok yang sangat aktif dan ada

kelompok lain yang pasif.

Tahap mengomunikasika merupakan tahap yang diharapkan penulis bisa

menghidupkan suasana belajar “hore” dengan bantuan media Bingo Box. Pada

33
siklus 1 ini Bingo Box berisi 9 kotak (gambar 4.1). Pada proses pembelajaran

berlangsung para peserta didik yang berhasil mengisi “Bingo Box” mereka

dengan urutan horizontal atau vertikal ataupun diagonal bisa membentuk

sambungan kotak yang tidak terputus, seperti gambar sebagai berikut:

Gambar 4.1 Media Bingo Box untuk pembelajaran CRH pada siklus 1

Beberapa peserta didik masih mengalami kesulitan mengetahui bahwa jawaban

benar mereka yang berurutan menunjukkan keberhasilan mereka dan pantas

meneriakkan “Bingo” sebagai tanda kemenangan di tiap mereka membuat 3

kotak berurutan baik diagonal, horizontal maupun vertical.

Sedangkan dari analisis butir soal tes siklus 1 diperoleh hasil bahwa peserta

didik masih mengalami kesulitan untuk menjawab benar di nomor 2, 3,5,6 dan

9. Setelah diamati, ternyata di nomor- nomor itu adalah penggunaan kata

konjungsi for dan yet. Hal ini masih mengindikasikan adanya korelasi antara

34
pertanyaan peserta didik pada tahap menanya, mengenai kebingungan mereka

tentang for dan yet yang memiliki dua arti dan dua kegunaan dalam kalimat.

b. Siklus 2

Mempertimbangkan kendala-kendala yang terjadi pada Siklus 1, pada

siklus 2, pemaparan materi dibuat sekiatar 20 menit dengan pokok bahasan

yang langsung fokus pada subordinate conjunction yang akan digunakan untuk

lembar kerja peserta didik. Hal ini akan lebih memudahkan peserta didik untuk

lebih memperhatikan subordinate conjunctions tertentu saja, berbeda dengan

pada siklus satu yang diawali dengan penyampaian semua jenis-jenis

conjunctions.

Lembar kerja peserta didik tidak berbentuk rewriting sentences dengan

menggabungkan 2 kalimat memakai coordinate conjunction, tetapi diubah

dengan level yang lebih bisa dikerjakan secara cepat oleh peserta didik, yaitu

matching sentences dan completion. Dengan pengubahan bentuk soal pada

lembar kerja peserta didik, ternyata peserta didik lebih bisa berdiskusi dengan

aktif dan kerjasama dalam kelompoknya dengan baik. Berbeda dengan pada

saat siklus 1, yang menulis hanya peserta didik yang dirasa lebih mampu dalam

kelompoknya. Pada kegiatan ini peserta didik benar-benar melakukan diskusi

yang sebenarnya, beradu argument tentang pilihan jawaban dan akhirnya

menyepakati pilihan yang dianggap paling benar.

Namun, lepas dari beberapa perbaikan pelaksanaan pembelajaran dalam

siklus ini, kendala yang terjadi adalah, diskusi sekaligus adu argumentasi dari

35
masing-masing kelompok memakan waktu yang lama, sehingga peserta didik

hanya punya sedikit waktu untuk mengerjakan soal kuis untuk Bingo Box nya

dengan jumlah 12 kotak (gambar 4.2). Pada siklus 2, penulis mencoba cara

yang baru dengan meminta peserta didik mengisi Bingo Box secara individu,

tidak lagi dalam kelompok, untuk lebih meningkatkan suasana kompetitif di

dalam kelas.

Gambar 4.2 Media Bingo Box untuk pembelajaran CRH pada siklus 2

Pada siklus ini, setelah melaksanakan tes siklus 2 tentang subordinate

conjunctions, penulis menganalisis butir soal tes dan mengetahui bahwa siswa

yang menganggap sukar untuk nomor soal yaitu 9. Pada nomor-nomor itu berisi

tentang konjungsi yang dipergunakan untuk pertentangan (contrast) dan

36
membedakan penggunaan when dan while. Berdasarkan hasil tersebut, maka

pada siklus yang terakhir ini hamper tidak ditemukan kendala yang berarti.

3. Pembahasan

Inovasi pembelajaran CRH dengan media Bingo Box tersebut ternyata

dampak positif dan mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan observasi proses pembelajaran siswa terlihat sangat interaktif.

Pembelajaran lebih kontektual dan bermakna. Siswa aktif dalam hal melakukan

pengamatan, melakukan tanya jawab, dan mencari sumber-sumber pembelajaran

dari google. Selain itu siswa berlatih dan aktif mengkontruksi pengetahuannya

sebagai pengalaman. Inovasi pembelajaran yang dilakukan mampu

meningkatkan kinerja guru dan kualitas proses pembelajaran.

Media Bingo Box dalam CRH mampu meningkatkan kualitas proses

pembelajaran. Interaksi siswa yang positif dalam pembelajaran mampu

meningkatkan motivasi siswa. Berdasarkan hasil observasi guru dalam penelitian

ini, motivasi intrinsick yang ditemukan pembelajaran sesuai dengan pendapat

Sardiman A. M (2007) dan Hamzah (2011) yaitu:

1) Tekun belajar

2) Ulet dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesulitan.

3) Memungkinkan memiliki minat terhadap masalah.

4) Lebih sering bekerja secara mandiri.

5) Cepat bosan dengan tugas-tugas rutin.

37
6) Jika sudah yakin dapat mempertahankan pendapatnya.

7) Tidak akan melepaskan sesuatu yang telah diyakini.

8) Sering mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

9) Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil.

10) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.

11) Adanya harapan dan cita-cita di masa depan

Sedangkan motivasi ektrinsik ini sesuai dengan pendapat Hamzah (2011) yaitu:.

1) Adanya penghargaan dalam belajar.

2) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.

3) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan

seorang siswa dapat belajar dengan baik.

Dampak yang terlihat pada peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa

pada akhir siklus 2 (dua). Dengan mengemas pembelajaran metode CRH

(Course, Review, Horay) menjadikan siswa sangat aktif dan senang untuk

mengikuti dalam pembelajaran. Secara kuantitatif, data peningkatan

motivasi siswa dapat dilihat seperti pada gambar 4.3 sebagai berikut:

38
Gambar 4.3 Grafik Peningkatan Motivasi Siswa

Berdasarkan gambar 4.3 menunjukkan motivasi siswa mengalami kenaikan

secara signifikan. Pada akhir siklus 2 (dua), rata-rata motivasi siswa naik dari 66.55

menjadi 69.6. Kenyataan tersebut membuktikan bahwa dengan metode CRH yang

dikemas dalam pembelajaran dalam bentuk permainan Bingo Box dapat menciptakan

iklim kelas yang kreatif, interaktif, dan meningkatkan percaya diri siswa.

Peningkatan juga terdapat pada aspek hasil belajar siswa. Berdasarkan analisis

data hasil tes tertulis menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan. Hal ini dapat

dilihat seperti pada gambar grafik 4.4 sebagai berikut:

39
Gambar 4.4 Grafik Prestasi Belajar Siswa

Berdasarkan gambar 4.4 menunjukkan kenaikan persentase ketuntasan belajar

dan nilai rata-rata siswa. Pada akhir siklus 2(dua) nilai rata-rata meningkat dari 80.1

pada siklus 1 naik menjadi 87.1 pada siklus 2. Sementara ketuntasan belajar

meningkat dari 78.1% pada kondisi awal menjadi 87.5% pada siklus 2. Kenyataan

ini membuktikan bahwa dengan metode CRH dan penggunaan media bingo box

sangat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran conjuntion.

Penggunaan media permainan seperti Bingo Box ini bermanfaat dalam

pembelajaran. Materi yang awalnya sulit dipahami menjadi lebih mudah. Hal ini

selaras dengan Shoimin (2016), bahwa Bingo Box dalam CRH (course review horay)

adalah suatu pengujian terhadap pemahaman konsep siswa menggunakan kotak yang

diisi dengan soal dan diberi nomor untuk menuliskan jawabannya. Sependapat

dengan Hamid (2013), bahwa CRH membuat iklim pembelajaran yang

menyenangkan karena siswa diajak untuk bermain sambil belajar dalam menjawab

pertanyaan yang diberikan oleh guru. Oleh sebab itu penggunaan Bingo Box tersebut

40
sangat membantu siswa dalam memahami materi-materi yang sulit. Materi yang

bersifat abstrak dapat divisualisasikan secara jelas, sehingga mudah dipahami oleh

siswa. Selain itu pembelajaran dengan media dan mengaplikasikan materi yang

dipelajari menjadikan pengalaman siswa lebih bermakna.

Dengan demikian berdasarkan uraian analisis hasil tersebut dapat disimpulkan

bahwa metode CRH dapat meningkatkan motivasi siswa dalam memecahkan

masalah, melatih percaya diri dalam Tanya jawab atau berkomunikasi daam bahasa

inggris, dan hasil belajar siswa, khususnya kelas IX SMP Negeri 30 Semarang.

41
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan,

maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penggunaan metode CRH (course review horay) dapat meningkatkan motivasi

siswa baik motivasi intrinsic maupun ektrinsik dalam mata pelajaran bahasa

inggris. Kenaikan rata-rata motivasi terjadi pada siklus 1 sebesar 66.55 menjadi

69.6 pada siklus 2.

2. Penggunaan metode CRH dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran

Bahasa Inggris. Ketuntasan belajar meningkat secara signifikan yaitu pada

kondisi awal sebesar 78.1% naik menjadi 87.5% pada akhir siklus 2 (dua).

5.2. Saran

1. Inovasi pembelajaran metode CRH dapat dijadikan inspirasi guru lain agar

pembelajaran yang lebih berkualitas.

2. Guru mata pelajaran harus lebih inovatif dalam melaksanakan proses

pembelajaran, agar materi pembelajaran menjadi lebih mudah dipahami oleh

siswa.

42
DAFTAR PUSTAKA

-----------------. Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online]. Tersedia di


kbbi.kemdikbud.go.id/entri/religius. Diakses 11 januari 2021.

A.A. Anwar Prabu Mangkunegara. 2010. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: PT.
Refika Aditama.
A.M, Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:Raja
Grafindo Persada.

Aris, Shoimin. 2016. Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurukulum 2013.


Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Augusta Fachrur Akbar. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Course Review


Horay (Crh) Pada Pembelajaran Imla’ Bahasa Arab Untuk Meningkatkan
Prestasi Siswa Kelas X-12 Man 1 Magelang Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi.
Semarang: FBS Unnes

Aqib, Zainal. 2013. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual


(Inovatif). Bandung: Yrama Widya.

B. Uno Hamzah dan Nina Lamatenggo. 2011. Teknologi Komunikasi dan Informasi
Pembelajaran Edisi 2. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Darmadi, Hamid. 2013. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Bandung: Alfabeta

Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Permendikbud No.103 tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah.

Purwanto. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Pribadi, B. A. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: PT Dian Rakyat

Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya

43
Sudijono, Anas. 2012. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

44

Anda mungkin juga menyukai