Anda di halaman 1dari 27

PENGARUH PENERAPAN MODEL REACT TERHADAP HASIL BELAJAR DAN

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PEMBELAJARAN SEJARAH SISWA KELAS X


SMA NEGERI 1 KENDARI

PROPOSAL PENELITIAN

Di Ajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Seminar Ujian Proposal
Penelitian Pada Jurusan Program Studi Pendidikan Sejarah

OLEH

LA ODE AHMAD SAHRUL

A1N118118

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat-Nya yang
selama ini kita dapatkan, yang memberi hikmah dan yang paling bermanfaat bagi seluruh
umat manusia, sehingga oleh karenanya kami dapat menyelesaikan tugas proposal ini dengan
baik dan tepat waktu. Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan proposal ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh bapak dosen Prof. Dr. H. Anwar Hafid, M.pd
pada mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas.

Dalam proses penyusunan tugas ini kami menjumpai berbagai hambatan, namun
berkat dukungan materil dari berbagai pihak, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas ini
dengan cukup baik, oleh karena itu melalui kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih
dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak terkait yang telah membantu
terselesaikannya tugas ini.

Tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan segala
saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi perbaikan
pada tugas selanjutnya. Harapan kami semoga tugas ini bermanfaat khususnya bagi kami dan
bagi pembaca lain pada umumnya.

Kendari, 15 Maret 2021

                                                                                                                       

Penyusun

La Ode Ahmad Sahrul

HALAMAN JUDUL...............................................................................................

KATA PENGANTAR.............................................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................

A. Latar Belakang......................................................................................
B. Rumusan Masalah…............................................................................

1. Apakah penerapan Model React Terhadap Hasil Belajar Dan Kemampuan


Berpikir Kritis dapat meningkatkan keefektifan mengajar guru pada
pembelajaran sejarah di Kelas X SMA Negeri 1 Kendari?

2. Apakah penerapan Model React Terhadap Hasil Belajar Dan Kemampuan


Berpikir Kritis dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran
sejarah di Kelas X SMA Negeri 1 Kendari?

3. Apakah penerapan Model React Terhadap Hasil Belajar Dan Kemampuan


Berpikir Kritis dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran
sejarah di Kelas X SMA Negeri 1 Kendari?

C. Tujuan Penelitian (sesuai masalah penelitin).........................................

1. Untuk meningkatkan keefektifan mengajar guru pada pembelajaran sejarah di


Kelas X SMA Negeri 1 Kendari melalui penerapan Model React Terhadap
Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Kritis ?

2. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran sejarah di


Kelas X SMA Negeri 1 Kendari melalui penerapan Model React Terhadap
Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Kritis?

3. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran sejarah di Kelas X


SMA Negeri 1 Kendari melalui penerapan Model React Terhadap Hasil
Belajar Dan Kemampuan Berpikir Kritis?

D. Manfaat Penelitian......................................................................................

1. Manfaat Teoritis

2. Manfaat Praktis

a………

b……...

c……….

BAB II LANDASAN TEORI.....................................................................................


A. Teori Belajar...................................................................................................
1. Pengertian Belajar
2. Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
3. Tujuan Belajar
4. Hasil Belajar
5. Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
B. Pembelajaran...............................................................................................
1. Pembelajaran Sejarah
2. Pembelajaran Model React
3. Metode Pembelajaran Model React
C. Hasil-Hasil Penelitian Yang Relevan...........................................................
D. Kerangka Berfikir........................................................................................
E. Hipotesis Penelitian.......................................................................................

BAB III METODE PENELITIAN..........................................................................

A. Tempat dan Waktu Penelitian......................................................................


B. Subjek Penelitian...........................................................................................
C. Definisi Operasional......................................................................................
D. Pendekatan dan Jenis Penelitian..................................................................
E. Desain Penelitian............................................................................................
F. Prosedur Penelitian.......................................................................................
G. Pengumpulan Data........................................................................................
H. Analisis Data..................................................................................................
I. Indikator Keberhasilan.................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan

sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran

dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang

akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap

kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Sedangkan

menurut Joyce & Weil dalam Mulyani Sumantri, dkk model pembelajaran adalah

kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu,

dan memiliki fungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para

pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar.

Pemilihan model yang sesuai dengan karakter materi ajar akan menjadikan

pembelajaran lebih menarik bagi siswa. Model pembelajaran mengacu pada

pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan

pembelajaran, tahap-tahap kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan

pengelolaan kelas (Arends, 1997). Setiap materi Ajar memiliki karakteristik masing-

masing yang berbeda antara satu dan yamg lainnya. Guru harus jeli dan teliti dalam

menetukan model pembelajaran yang akan digunakan untuk menyampaikan materi

ajar tersebut (Fathoni, 2014).

REACT merupakan model pembelajaran yang mengedepankan langkah

kontekstual. Proses pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa (student centered)

salah satunya adalah pembelajaran Kontekstual dengan model REACT. Model

REACT ini dikembangkan mengacu pada paham konstruktivisme karena


pembelajaran dengan model ini menuntut peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas

yang terus menerus, berpikir dan menjelaskan penelaran mereka, mengetahui berbagai

hubungan antara tema-tema dan konsep-konsep bukan hanya sekedar menghafal dan

membaca fakta secara berulang-ulang serta mendengar ceramah dari guru (Crawford,

M, 2001). Model pembelajaran ini bertolak dari pemahaman pembelajaran

kontekstual dan kontruktifis yang menekankan pada kebermaknaan belajar

(Durotulaila, Masykuri, & Mulyani, 2014).

Penerapan pembelajaran kontekstual dengan menggunakan model REACT

dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa karena siswa dapat

berpartisipasi secara aktif untuk menemukan informasi baru dan bekerja sama dengan

siswa lain. Selain itu siswa juga belajar mengaitkan informasi baru yang dekat dengan

kehidupan sehari-hari mereka.). Sehingga mudah untuk dipahami dan mengingat

informasi karena siswa menemukan sendiri informasi tersebut tidak hanya diberi tahu

oleh guru. Proses pembelajaran ini sesuai dengan pembelajaran kontekstual dimana

siswa siswa didorong untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari (Nurhadi dkk (Lefrida, 2015), 2004).

Hal ini akan menjadikan siswa memiliki antusias dan mudah dalam mengerjakan soal-

soal yang diberikan.

Berpikir kritis merupakan salah satu keterampilan berpikir tingkat tinggi yang

harus ditanamkan pada cara berpikir siswa. Seperti halnya yang di katakan Costa

(dalam Liliasari, 2005) bahwa berpikir dasar meliputi menghapal, membayangkan,

mengelompokkan, menggeneralisasi membandingkan, mengevaluasi, menganalisis,

mensintensis, mendedukasi, dan menyimpulkan. Untuk menanamkan cara berpikir

kritis ini berbagai cara dapat dilakukan salah satunya yaitu dengan menggunakan

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Duch (2001) menyatakan bahwa


Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) merupakan metode pendidikan yang

mendorong siswa mengenal cara belajar dan bekerja sama dalam kelompok untuk

mencari penyelesaian masalah-masalah dalam dunia nyata.

Herawati (2013) telah melakukan penelitian tentang pembelajaran melalui

Strategi REACT untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa

SMK di Kota Tasikmalaya. Berdasarkan penelitian tersebut, disebutkan bahwa siswa

yang mengikuti pembelajaran melalui strategi REACT secara signifikan mengalami

peningkatan kemampuan berpikir kritis matematisnya. Penelitian Aziz (2014) juga

menyimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa yang menggunakan strategi

REACT dengan pendekatan Education Games meningkat dan lebih baik daripada

yang menggunakan pembelajaran konvensional, serta respon siswa terhadap

pembelajaran strategi REACT dengan pendekatan Education Games positif.

Sejarah merupakan mata pelajaran yang fungsinya menumbuh kembangkan

cara berpikir kritis bagi setiap peserta didik. Untuk apa belajar dan memahami sejarah

? Karena lewat sejarahlah manusia dapat mengkonsepsikan kehidupan dalam

perjalanan waktu yang terus berjalan. Menempatkan diri kita dalam perjalanan waktu

itu sudah merupakan kebutuhan setiap manusia. Namun dalam realitasnya, pendidikan

sejarah di Sekolah Menengah Atas (SMA) memiliki banyak problem. Pembelajaran

sejarah di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) kurang begitu mendapatkan

apresiasi positif dari setiap peserta didik di sekolah. Peserta didik menganggap mata

pelajaran sejarah kurang menyenangkan atau tanpa variasi. Pembelajaran sejarah juga

sering berjalan satu arah (monoton), guru terus memberikan materi dengan ceramah

tanpa melihat potensi yang dimiliki oleh para peserta didik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka permasalahan dalam penelitian

ini adalah:

1. Apakah penerapan Model React Terhadap Hasil Belajar Dan Kemampuan

Berpikir Kritis dapat meningkatkan keefektifan mengajar guru pada

pembelajaran sejarah di Kelas X SMA Negeri 1 Kendari?

2. Apakah penerapan Model React Terhadap Hasil Belajar Dan Kemampuan

Berpikir Kritis dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran

sejarah di Kelas X SMA Negeri 1 Kendari?

3. Apakah penerapan Model React Terhadap Hasil Belajar Dan Kemampuan

Berpikir Kritis dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran

sejarah di Kelas X SMA Negeri 1 Kendari?

C. Tujuan Penelitian (sesuai masalah penelitin)

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk meningkatkan keefektifan mengajar guru pada pembelajaran sejarah di

Kelas X SMA Negeri 1 Kendari melalui penerapan Model React Terhadap Hasil

Belajar Dan Kemampuan Berpikir Kritis ?

2. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran sejarah di Kelas X

SMA Negeri 1 Kendari melalui penerapan Model React Terhadap Hasil Belajar

Dan Kemampuan Berpikir Kritis?

3. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran sejarah di Kelas X

SMA Negeri 1 Kendari melalui penerapan Model React Terhadap Hasil Belajar

Dan Kemampuan Berpikir Kritis?

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat yaitu :

a) Menambah sumber pengetahuan mengenai pengembangan minat dan

pengaruh pembelajaran sejarah siswa kelas X Sma Negeri 1 Kendari

melalui metode REACT dan kemsmpuan berfikir kritisnya dalam

mempelajari sejarah.

b) Sumber informasi bagi penelitian sejenis pada masa yang akan datang.

c) Berkontribusi dalam bidang pendidikan, khususnya dalam

pengembangan minat siswa SMA dalam mempelajari sejarah

2. Manfaat Praktis

a. Siswa lebih mudah memahami materi yang disampaikan guru dan lebih

termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran sejarah dengan

menggunakan media REACT agar para siswa untuk terlibat aktif dalam

kelas untuk menjelaskan apa yang menjadi penalaran mereka tentang

sejarah di masa lalu dan menghubungkan dengan keadaan sekarang di

masa sekarang

b. Agar siswa dapat mengembangkan berfikir kritisnya mengenai materi

pembelajaran sejarah menuntut peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas

yang terus menerus, berpikir dan menjelaskan penelaran mereka,

mengetahui berbagai hubungan antara tema-tema dan konsep-konsep

bukan hanya sekedar menghafal dan membaca fakta secara berulang-ulang

serta mendengar ceramah dari guru.

c. Agar menambah minat dan pengaruh siswa dalam mempelajari sejarah.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori Belajar

1. Pengertian Belajar

Kata atau istilah belajar bukanlah sesuatu yang baru, sudah sangat dikenal

secara luas, namun dalam pembahasan belajar ini masing-masing ahli memiliki

pemahaman dan definisi yang berbeda-beda. Hampir semua ahli telah mencoba

merumuskan dan membuat tafsirannya tentang “belajar”. Seringkali pula perumusan

dan tafsiran itu berbeda-beda satu sama lain. Dalam uraian ini kita akan berkenalan

dengan beberapa perumusan belajar:

Menurut R.Gagne (1989), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di

mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar dan

mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dua

konsep ini menjadi terpadu dalam satu kegiatan di mana terjadi interaksi antara guru

dengan siswa, serta siswa dengan siswa pada saat pembelajaran berlangsung.

Menurut Burton dalam Ahmad (2013:3), belajar dapat diartikan sebagai

perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu

dengan individu lain dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih

mampu berinteraksi dengan lingkungannya.

Menurut E.R Hilgard (1962), belajar adalah suatu perubahan kegiatan reaksi

terhadap lingkungan. Perubahan kegiatan yang dimaksud mencakup pengetahuan,

kecakapan, tingkah laku, dan ini diperoleh melalaui latihan (pengalaman). Hilgard
menegaskan bahwa belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri

seseorang melalui latihan, pembiasaan, pengalaman dan sebagainya.

Adapun pengertian belajar menurut W.S Winkel (2002) adalah suatu aktivitas

mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan,

dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,

keterampilan dan nilai-nilai yang bersifat relatif konstan dan berbekas.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa belajar

adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dan dalam keadaan

sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman atau pengetahuan baru dan

dengannya dapat terbentuk suatu perubahan diri individu baik dengan lingkungannya

maupun dengan individu lainnya.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi belajar, yaitu faktor internal dan

eksternal (Sugihartono dkk, 2007:76). Faktor internal merupakan faktor yang ada di

dalam diri individu yang sedang belajar, berupa kemampuan siswa. Faktor eksternal

adalah faktor yang datangnya dari luar individu yaitu dari lingkungan siswa belajar.

Faktor-faktor internal, meliputi:

1. Aspek Psikologis terdiri dari:

a. Intelegensi, Sangat Besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar.

b. Perhatian, Untuk menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus

mempunyai perhatian terhadap bahan yang akan dipelajarinya.

Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu semata-mata

tertuju kepada suatu objek (benda/hal) atau sekumpulan objek.


c. Minat, Besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan

pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat, siswa tidak akan

belajar sungguh-sungguh.

d. Bakat, Merupakan kecakapan potensial yang dimiliki seseorang untuk

mencapai keberhasilan.

e. Motivasi, Motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan

dicapai. Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan dasar yang

menggerakkan seseorang untuk bertingkah laku kearah suatu tujuan

tertentu.

f. Kesiapan, Kesiapan perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena

jika siswa sudah mempunyai kesiapan untuk belajar, maka hasil belajar

baik.

Faktor-faktor eksternal, meliputi:

1. Aspek Keluarga

Pendidkan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar

sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang memberikan

keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral, dan keterampilan.

Aspek keluarga terdiri dari:

a. Cara Orang Tua Mendidik Anak Cara orang tua mendidik anak besar

pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Orang tua yang tidak

memperhatikan pendidikan anaknya dapat menyebabkan anak kurang

berhasil dalam belajarnya.

b. Suasana Rumah Untuk menjadikan anak belajar dengan baik perlu

diciptakan suasana rumah yang tenang dan tenteram. Jika suasana


rumah tenang, seorang anak akan betah tinggal di rumah dan anak

dapat belajar dengan baik.

c. Keadaan Ekonomi Keluarga Keadaan ekonomi keluarga juga sangat

mempengaruhi belajar anak.

2. Aspek Sekolah Aspek sekolah yang mempengaruhi hasil belajar terdiri

dari:

a. Metode mengajar Menurut Slameto (2010:65) Metode mengajar

adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui di dalam mengajar.

Metode mengajar yang kurang baik akan mempengaruhi belajar

siswa. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode

mengajar diusahakan yang semenarik mungkin.

b. Relasi Guru dengan Siswa Guru yang kurang berinteraksi dengan

siswa, dapat menyebabkan proses belajar- mengajar kurang lancar.

c. Disiplin Kedisiplinan sekolah sangat erat hubungannya dengan

kerajinan siswa pergi ke sekolah dan juga belajar. d. Keadaan

Gedung Jumlah siswa yang banyak serta karakteristik masing-

masing yang bervariasi, mereka menuntut keadaan gedung harus

memadai dalam setiap kelas.

d. Alat Pelajaran Mengusahakan alat pelajaran yang baik dan lengkap

perlu agar guru dapat belajar dan menerima pelajaran dengan baik.

3. Tujuan Belajar

Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu

kegiatan. Tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa tujuan karena hal itu

adalah suatu hal yang tidak memiliki kepastian dalam menentukan ke arah mana

kegiatan itu akan dibawa. Secara global tujuan dari belajar adalah terjadi perubahan
pada diri seseorang menjadi lebih baik. Maka dari pernyataan tersebut akan dijelaskan

secara rinci beberapa tujuan belajar berikut:

Belajar bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri antara lain tingkah

laku.  Dengan adanya kegiatan belajar maka norma yang dimiliki oleh seseorang

setelah ia melakukan kegiatan belajar akan berubah menjadi lebih baik. Dalam

kegiatan ini pendidik bisa melatih dalam pembelajaran di sekolah, ini bisa dimulai

dari pemberian contoh oleh pendidik itu sendiri. Jadi seorang pendidik harus

senantiasa menjaga sikap agar bisa menjadi suri tauladan bagi peserta didiknya,

karena mengingat bahwa tujuan yang diinginkan dalam belajar adalah bersifat positif.

Menurut H. Daryanto (2005: 58) tujuan pembelajaran adalah tujuan yang

menggambarkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan sikap yang harus

dimiliki siswa sebagai akibat dari hasil pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk

tingkah laku yang dapat diamati dan diukur. B. Suryosubroto (1990: 23) menegaskan

bahwa tujuan pembelajaran adalah rumusan secara terperinci apa saja yang harus

dikuasai oleh siswa sesudah ia melewati kegiatan pembelajaran yang bersangkutan

dengan berhasil. Tujuan pembelajaran memang perlu dirumuskan dengan jelas,

karena perumusan tujuan yang jelas dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan

dari proses pembelajaran itu sendiri.

Tujuan pembelajaran juga harus dirumuskan secara lengkap agar tidak

menimbulkan penafsiran yang bermacam-macam. Suatu tujuan pembelajaran juga

harus memenuhi syarat-syarat berikut:

1) Spesifik, artinya tidak mengandung penafsiran (tidak menimbulkan penafsiran

yang bermacam-macam)

2) Operasional, artinya mengandung satu perilaku yang dapat diukur untuk

memudahkan penyusunan alat evaluasi.


Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulakan bahwa tujuan pembelajaran

adalah rumusan secara terperinci apa saja yang harus dikuasai oleh siswa sebagai

akibat dari hasil pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang dapat

diamati dan diukur. Rumusan tujuan pembelajaran ini harus disesuaikan dengan

standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian siswa. Selain itu

tujuan pembelajaran yang dirumuskan juga harus spesifik dan operasional agar dapat

digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan dari prose pembelajaran.

4. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya. Setelah suatu proses belajar berakhir, maka siswa

memperoleh suatu hasil belajar. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

proses pembelajaran. Tujuan utama yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran

adalah hasil belajar. Hasil belajar digunakan untuk mengetahui sebatas mana siswa

dapat memahami serta mengerti materi tersebut. Menurut Hamalik (2004: 31) hasil

belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengetahuan-pengetahuan, sikap-sikap,

apresiasi, abilitas, dan keterampilan.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 3) “hasil belajar merupakan hasil dari

suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar

diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan

berakhirnya penggal dan puncak proses belajar”. Menurut Hamalik (2004: 49)

“mendefinisikan hasil belajar sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar

dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang

ditetapkan”. Sedangkan, Winkel  (2009)  mengemukakan bahwa “hasil belajar

merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang”. Hasil belajar

merupakan pengukuran dari penilaian kegiatan belajar atau proses belajar  yang
dinyatakan dalam symbol, huruf maupun kalimat yang  menceritakan  hasil  yang 

sudah  dicapai oleh  setiap anak  pada periode  tertentu.  Menurut  “Susanto  (2013: 5)

perubahan  yang terjadi pada diri siswa, baik  yang  menyangkut  aspek  kognitif,

afektif,  dan psikomotor sebagai hasil dari belajar”.

Pengertian tentang hasil belajar dipertegas oleh Nawawi (dalam Susanto,

2013: 5) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat

keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajarandi sekolah yang dinyatakan

dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

5. Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

Sebelum proses belajar mengajar/ pembelajaran banyak faktor yang terlibat

dan saling mempengaruhi dan tentu saja menentukan berhasil tidaknya suatu proses

pembelajaran. Menurut Oemar Hamalik (2003: 146) terdapat tujuh komponen yang

memengaruhi proses belajar mengajar yakni: (1) Tujuan mengajar; (2) Siswa yang

belajar; (3) Guru yang mengajar; (4) Metode mengajar; (5) Alat bantu mengajar; (6)

Penilaian evaluasi; dan (7) Situasi pengajaran.

Pada bagian lain Ngalim Purwanto (2002: 85) mengemukakan ciri-ciri dan

prinsip-prinsip balajar. Ciri-ciri belajar tersebut meliputi empat hal yang hampir sama

dengan pendapat ahli sebelumnya yaitu:

1. Belajar merupakan perubahan tingkah laku.

2. Belajar merupakan perubahan melalui latihan.

3. Untuk di sebut belajar maka perbuatan itu harus relatif menetap.

4. Tingkah laku yang mengalami perubahan oleh karena belajar menyangkut

berbagai aspek kepribadian baik fisik maupun psikis.


Dengan adanya uraian-uraian diatas maka seorang guru seharusnya sudah

dapat menyusun sendiri prinsip belajar yang dapat dilaksanakan dalam situasi dan

kondisi yang berbeda dan setiap siswa secara individual. Adapun prinsip-prinsip

belajar itu adalah sebagai berikut:

1. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan

minat dan membimbing untuk mencapai tujuan intruksional.

2. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian

yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.

3. Belajar harus dapat menimbulkan motivasi yang kuat pada siswa untuk

mencapai tujuan intruksional.

4. Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut

perkembangannya.

5. Belajar memerlukan sarana cukup, sehingga anak dapat belajar dengan tenang.

6. Belajar perlu ada interaksi anak dengan lingkungannya.

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar

merupakan proses atau serangkaian kegiatan yang menghasilkan perubahan pada diri

seseorang yang terjadi melalui latihan dan pengalaman sebagai hasil interaksi tersebut

ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, sikap, tingkah

laku, keterampilan serta kebiasaan. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya

merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan.

Dengan demikian terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan oleh seorang individu

dapat dijelaskan dengan rumus antara individu dengan lingkungan.

B. Pembelajaran

1. Pembelajaran Sejarah
Pembelajaran sejarah merupakan salah satu sarana strategis dalam

pewarisan nilai-nilai luhur bangsa kepada generasi muda yaitu siswa, atau dapat

dikatakan bahwa sejarah memiliki fungsi didaktis yang turut membangun mental

peserta didik sebagai generasi bangsa. Menurut Kartodirdjo (1992, 35) ada dua

manfaat dalam belajar sejarah: pertama, dari masa dan situasi sekarang kita dapat

mengeksplorasikan fakta-fakta atau kekuatan-kekuatan yang berperan di masa

lampau; kedua, dengan menganalisis situasi masa kini kita dapat membuat

proyeksi ke masa depan yang dianalisis berdasarkan fakta sejarah.

Pembelajaran sejarah memiliki peran fundamental dalam kaitannya dengan

guna atau tujuan dari belajar sejarah. Pembelajaran sejarah diharapkan dapat

menumbuhkan wawasan peserta didik untuk belajar dan sadar akan guna dari

sejarah bagi kehidupan sehari-hari sebagai individu maupun sebagai bangsa. Guna

belajar sejarah dari perspektif tujuan pembelajaran sejarah menyangkut aspek

kognitif, afektif, dan psikomotorik yang merupakan kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan, sehingga output pembelajaran sejarah adalah sosok siswa yang

memiliki pengetahuan, penghayatan, dan perilaku sesuai dengan nilai-nilai sejarah

yang mereka pelajari (Isjoni, 2007, 13-14). Pembelajaran sejarah untuk

meningkatkan kesadaran sejarah menjadi tujuan dari pembelajaran sejarah yang

dilakukan di sekolah-sekolah. Kesadaran sejarah dalam pembelajaran sejarah

memerlukan partisipasi aktif, memecahkan masalah, dan kerja sama. Guru

berperan sebagai fasilitator, dan pembimbing untuk mendorong berkembangnya

how to learn pada diri siswa (Isjoni, 2007, 56).

Umumnya siswa akan lebih tertarik terhadap pelajaran sejarah bila

berhubungan dengan situasi nyata di sekitarnya, sehingga siswa dapat

menggambarkan suatu peristiwa masa lalu seperti dalam pelajaran sejarah.


Kondisi nyata di sekitar siswa dapat digunakan guru sebagai cara untuk

menggambarkan atau mengantarkan suatu peristiwa sejarah. Banyak daerah-

daerah menyimpan berbagai peninggalan sejarah sebagai bukti otentik terjadinya

peristiwa sejarah di setiap daerah di Indonesia yang mempunyai benang merah

saling berkaitan. Setelah memperkenalkan peristiwa sejarah yang ada di sekitar

siswa, guru dapat membawa siswa pada lingkup yang lebih luas (Isjoni, 2007, 15).

2. Pembelajaran Model React

Penelitian yang relevan dengan menggunakan model pembelajaran

REACT oleh Fakhruriza dan Kartika (2015) menunjukkan bahwa model

pembelajaran REACT terbukti efektif meningkatkan hasil belajar siswa. Selain

itu, berdasarkan penelitian Muzdalifa (2013) model pembelajaran REACT

memberikan pengalaman kepada siswa, sehingga mampu meningkatkan hasil

belajar fisika siswa. Dikarenakan model ini siswa benarbenar terlibat aktif dalam

pembelajaran tidak hanya mendengarkan guru. Pada setiap fase siswa terlibat aktif

sehingga tidak gampang bosan dalam proses pembelajaran. Siswa juga dilatih

untuk mengaitkan materi yang dipelajari dengan aplikasi pada kehidupan sehari-

hari, dengan adanya permasalahan sehari-hari sehingga siswa mampu

menganalisis, dan menghubungkannya dalam pembelajaran, serta mampu

mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Metode Pembelajaran Model React

Model REACT ini merupakan model pembelajaran dengan pendekatan

kontekstual yang pertama kali dikembangkan oleh Michael L. Crawford di

Amerika Serikat. Model pembelajaran yang berbasis kontekstual ini,

dikembangkan mengacu pada faham konstruktivisme, karena pembelajaran yang


menggunakan model ini menuntut siswa untuk terlibat dalam berbagai aktivitas

yang terus menerus, berpikir dan menjelaskan penalaran mereka, mengetahui

hubungan antara tema-tema dan konsep-konsep, bukan hanya sekedar menghafal

dan membaca fakta secara berulang-ulang serta mendengar ceramah dari guru.

Menurut Crawford (2001, 3)”REACT is an easily remembered acronym

that represents methods used by the best teachers and also methods supported by

research on how people learn best.” Pendapat ini sejalan dengan Tim Dirjen

Dikdasmen (Putri dan Santosa, 2015, 5) yang mengatakan bahwa pembelajaran

model REACT adalah pembelajaran kontekstual, yaitu merupakan pembelajaran

yang membantu guru mengkaitkan materi yang diajarkannya dengan situasi dunia

nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota

keluarga/ masyarakat.

Crawford (2001, 2) di dalam pembelajaran dengan model REACT ada

lima langkah yang harus digunakan selama proses belajar, Langkah-langkah

model pembelajaran REACT tercermin dari akronimnya yaitu: (1)

mengaitkan/menghubungkan (relating), (2) mengalami (experiencing), (3)

menerapkan (applying), (4) bekerjasama (cooperating), dan (5) mentransfer

(transferring). Model REACT menyebabkan siswa termotivasi dalam belajar dan

menyajikan konsep-konsep yang dipelajari lebih bermakna dan lebih

menyenangkan karena strategi pembelajaran ini mengaitkan proses belajar siswa

dengan kehidupan sehari-hari dan mendorong siswa untuk aktif mengkonstruksi

sendiri pengetahuannya. Hal ini dipertegas dengan hasil penelitian yang dilakukan

Mustikawati (2013, 64).


Empat kriteria yang menyatakan efektivitas pembelajaran REACT adalah:

a. Siswa dapat mentransfer pengetahuan yang diperoleh di sekolah

dalam kehidupan sehari-hari dan dunia kerja.

b. Siswa lebih tertarik dan termotivasi serta memiliki pemahaman

yang lebih baik diperoleh dengan REACT lebih baik daripada

pembelajaran tradisional. pada materi yang diajarkan di sekolah

karena pembelajaran dilaksanakan dengan mengaktifkan siswa

secara fisik dan mental.

c. Materi ajar yang diajarkan di sekolah memiliki koherensi dengan

pendidikan yang lebih tinggi (perguruan tinggi).

d. Hasil belajar siswa yang Oleh karena itu, Pembelajaran REACT

efektif meningkatkan hasil belajar siswa, oleh karena itu sampai

saat ini model pembelajaran REACT masih digunakan dalam dunia

pendidikan Indonesia.

C. Kerangka Berfikir

Dalam proses pembelajaran agar lebih bermakna diperlukan model

pembelajaran yang dapat mempermudah siswa dalam memahami materi-materi

pelajaran. Salah satunya dengan model pembelajaran REACT yang merupakan

pembelajaran kontekstual. Model pembelajaran REACT yang terdiri dari lima

tahapan: relating (mengaitkan), experiencing (mengalami), applying (menerapkan),

cooperating (bekerja sama), transferring (mentransfer). Dimana dalam model

pembelajaran REACT menekankan pada pemberian informasi yang berkaitan dengan

informasi yang sebelumnya telah diketahui oleh siswa, sehingga siswa akan lebih

mudah memahami konsep-konsep yang disampaikan oleh guru karena sering

dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.


a) Relating (mengaitkan/menghubungkan)

Relating (mengaitkan/menghubungkan) merupakan strategi pembelajaran

kontekstual yang paling kuat sekaligus merupakan inti dari

konstruktivistik. Guru dikatakan menggunakan strategi menghubungkan

ketika guru mengaitkan konsep baru dengan sesuatu yang tidak asing bagi

siswa. Guru membantu menghubungkan apa yang telah diketahui oleh

siswa dengan informasi yang baru.

b) Experiencing (mengalami)

Experiencing (mengalami) adalah menghubungkan informasi baru dengan

berbagai pengalaman atau pengetahuan sebelumnya. Pengalaman yang

dimaksud disini adalah yang dialami siswa selama proses belajar.

Experiencing ini disebut juga learning by doing, melalui exploration

(penggalian), discovery (penemuan), dan invention (penciptaan). Relating

dan experiencing merupakan dua strategi untuk meningkatkan kemampuan

siswa dalam mempelajari berbagai konsep baru. Tetapi guru harus tahu

kapan dan bagaimana caranya mengintegrasikan strategi-strategi dalam

pembelajaran tidaklah sederhana. Di sini guru memerlukan ketelitian,

kolaborasi dan kecermatan dalam menyajikan materi-materi pembelajaran.

Guru dapat mengetahui kapan saatnya mengaktifkan pengalaman dan

pengetahuan yang dimiliki siswa sebelumnya, sehingga dapat membantu

menyusun pengetahuan baru bagi siswa.24

c) Applying (menerapkan)

Pada strategi Applying (menerapkan) ini siswa belajar untuk menerapkan

konsep-konsep ketika mereka melakukan aktivitas pemecahan masalah.

Guru harus mampu memotivasi siswa untuk memahami konsep-konsep


yang diberikan dengan latihan-latihan yang lebih realistis dan relevan

dengan kehidupan nyata. Agar proses pembelajaran dapat menunjukkan

motivasi siswa dalam mempelajari konsep-konsep serta pemahaman siswa

menjadi lebih mendalam, merekomendasikan untuk memfokuskan pada

aspek-aspek aktivitas pembelajaran yang bermakna. Setelah itu merancang

tugas-tugas untuk sesuatu yang baru, bervariasi, beraneka ragam dan

menarik. Terakhir merancang tugas-tugas yang menantang tetapi masuk

akal dalam kaitannya dengan kemampuan siswa.

d) Cooperating

Siswa yang melakukan aktivitas belajar secara individual kadang-kadang

tidak mampu menunjukkan perkembangan yang signifikan dalam

menyelesaikan masalah. Belajar dalam kelompok kecil dapat membuat

siswa lebih mampu menghadapi latihan-latihan yang sulit. Mereka lebih

mampu menjelaskan apa yang mereka sudah pahami kepada teman-teman

satu kelompok. Untuk menghindari adanya siswa yang tidak berpartisipasi

dalam aktivitas kelompok, menolak atau menerima tanggung jawab atas

pekerjaan kelompok, atau mungkin kelompok yang terlalu tergantung pada

bimbingan guru, atau kelompok yang terlibat dalam konflik.

e) Transferring (mentransfer)

Dalam strategi Transferring (mentransfer) ini siswa diharapkan dapat

menggunakan pengetahuan ke dalam konteks yang baru atau situasi yang

baru. Pembelajaran diarahkan untuk menganalisis dan memecahkan suatu

permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dengan menerapkan

pengetahuan yang sudah dimilikinya. Disini guru dituntut untuk

merancang tugas-tugas untuk mencapai sesuatu yang baru dan beraneka


ragam sehingga tujuan-tujuan, minat, motivasi, keterlibatan dan

penguasaan siswa terhadap pelajaran dapat meningkat.

D. Hipotesis Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Kendari. Penekanannya adalah

pembelajaran sejarah dengan menggunakan metode pembelajaran REACT dan

memberikan pengaruh kemampuan berfikir kritis siswa dalam pembelajaran sejarah.

Bedasarkan kerangka berfikir yang dikembangkan, hipotesis penelitian ini dapat

dirumuskan : terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar peserta didik

yang diajarkan dengan menggunakan metode pembelajaran REACT pada mata

pelajaran Sejarah dengan peserta didik yang hanya diajar dengan menggunakan

metode pembelajaran konvensional pada mata pelajaran dasar kopetensi kejuruan.

Artinya bahwa yang diajar dengan menggunakan metode pembelajaran REACT lebih

baik prestasinya secara signifikan jika dibandingkan dengan metode pembelajaran

konvesional.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

B. Subjek Penelitian

C. Definisi Operasional

D. Pendekatan dan Jenis Penelitian

E. Desain Penelitian

F. Prosedur Penelitian

G. Pengumpulan Data

H. Analisis Data

I. Indikator Keberhasilan
DAFTAR PUSTAKA

 Indra Kususmawardani, Agus Purnomo, Siti Malikhah Towaf. 2019. Efektifitas

Model React Dalam Meningkatkan Pengetahuan Siswa Tentang Pembelajaran Ips

Materi Mobilitas Sosial : SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 6

(1), 2018, 11-18

 Rudi Hermanto. 2016. Peningkatan Berpikir Kritis pada Mata Pelajaran Sejarah

Melalui Pendekatan Pembelajaran Konstruktivistik : Jurnal Pendidikan Sejarah.

Vol.5 No.1 Januari 2016

 Julita Mawarni, Ali Syahbana, Ety Septiati. 2019. Pengaruh Strategi Pembelajaran

React Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa

Smp : INDIKTIKA (Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika) Juni 2019, Volume 1

No. 2 Hal. 174

 Yusi Ardiyanti. 2016. Berfikir Kritis Siswa Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah

Berbantuan Kunci Determinasi : Jurnal Pendidikan Indonesia. Vol. 5, No. 2 Hal 194,

Oktober 2016

 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu : Konsep, Strategi Dan Implementasinya

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Jakarta: Bumi Aksara, 2013),

hal. 51

 Darmadi, Pengembangan Model Dan Metode Pembelajaran Dalam Dinamika Belajar

Siswa (Yogyakarta: Deepublish, 2017), hal. 42

 Rora Rizky Wandini, Maya Rani Sinaga. 2018. Games Pak Pos Membawa Surat

Pada Sintax Model Pembelajaran Tematik : JURNAL RAUDHAH. Vol. 06 No. 01,

Januari-Juni 2018, ISSN: 2338-2163.

 Widia Hapnita, Rijal Abdullah, Yuwalitas Gusmareta, Fahmi Rizal. 2018. Faktor

Internal Dan Eksternal Yang Dominan Mempengaruhi Hasil Belajar Menggambar


Dengan Perangkat Lunak Siswa Kelas Xi Teknik Gambar Bangunan Smk N 1 Padang

Tahun 2016/2017 : CIVED JURUSAN TEKNIK SIPIL, Vol. 5 No. 1, Maret 2018.

 Hilya Wildana Sofia, Sutarto, Alex Harijanto. 2017. Penerapan Model Pembelajaran

React (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transferring) Disertai Media

Foto Kejadian Nyata Dalam Pembelajaran Fisika Di Sman 1 Pakusari : Jurnal

Pembelajaran Fisika, Vol 6 No. 4, Desember 2017, 411-417.

 https://www.dosenpendidikan.co.id/tujuan-belajar/

 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakekat Pembelajaran 1 ...eprints.uny.ac.id

 https://karyatulisku.com/pengertian-hasil-belajar-dan-jenis-jenis-hasil-belajr/

 https://www.silabus.web.id/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-hasil-belajar/

 Ammar Zhafran Ryanto, 2019 Pengaruh Bangunan-Bangunan Bersejarah Di Kota

Tebing Tinggi Sebagai Sumber Belajar Terhadap Kesadaran Sejarah Dan Hasil

Belajar Sejarah Siswa (Penelitian Kuasi Eksperimen Di Sma Negeri 1 Tebing Tinggi,

Kota Tebing Tinggi, Provinsi Sumatera Utara : Universitas Pendidikan Indonesia,

repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

 BAB II LANGKAH-LANGKAH MODEL PEMBELAJARAN REACT

,repository.unpas.ac.id

Anda mungkin juga menyukai