Anda di halaman 1dari 2

ُ‫سالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َو َب َركَاتُه‬

َّ ‫ال‬
‫ا ّما بعد‬،‫قوت االّ باهلل‬
ّ ‫وموله الحول وال‬
ّ ‫صلت والسّلم علي رسول هللا و علي اله وصحبه‬
ّ ‫بسم هللا الحمدهللا ال‬
Khadrotal mukarom, kepada ‘alim, ulama’, dan umaro’.
Yang terhormat kepada segenap dewan juri
Yang terhormat kepada Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Blitar
Yang terhormat kepada segenap dewan guru pendamping
Dan tak lupa kepada teman-teman ku seperjuangan yang insyaallah di rahmati oleh Allah
SWT.
Pertama- tama, marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT.
yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayahnya kepada kita semua. Sehingga kita
bisa bermuajah di majlis ini dalam keadaan sehat wal ‘afiat tanpa kekurangan suatu apapun.
Kedua kalinya, sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Agung Muhammad SAW. yang kita nanti-nantikan syafa’at nya min yaumina hadha ila
yaumil qiyamah. Amin..amin..Ya Robbal ‘Alamin.
Disini, saya sebagai peserta lomba pidato Bahasa Indonesia akan menyampaikan
sedikit pidato yang berjudul “Tantangan Santri Milenial Menghadapi Era Revolusi
Industri 4.0”
Di zaman yang semakin canggih ini, dimana perkembangan zaman yang berkembang
begitu pesatnya. Seorang santri haruslah bisa beradaptasi dan melakukan perubahan. Santri
dituntut untuk memiliki intelektualitas yang luas, sehingga santri bisa menyatukan antara
dunia dan akhirat. Di samping menekuni kajian keagamaan yang sangat kental, seperti
pengajian kitab kuning, moral, tatakrama, dan tawadhu’, santri juga harus bisa mengimbangi
dengan kemampuan intelektualnya. Kini, santri akan dihadapkan dengan era milenial.
Bahkan lebih dari itu, dunia akan memasuki babak baru yang dihuni oleh generasi post
milenial, yakni satu strip diatas milenial. Dalam hal ini, pondok pesantren pun akan
menghadapi tantangan baru untuk tetap bisa berdiri di tengah-tengah generasi milenial.
Dunia yang telah memasuki era revolusi industri 4.0 nampaknya bukan hal lelucon
belaka. Maka dari itu, santri haruslah mampu dan terbuka dengan segala perubahan untuk
menghadapi tantangan era revolusi industri 4.0 ini. Lantas, bagaimana kita bisa bertahan dan
beradaptasi di era revolusi industri 4.0 ini ? Formula apa yang harus di dimiliki oleh santri
milenial guna menghadapi era tersebut ?
Tentu ada formula rahasia untuk menghadapi era revolusi industri 4.0 ini, yakni 4C.
Critical Thinking, Creativity, Collaboration, dan yang terakhir Communication.
Pertama, critical thinking. Santri harus bisa berfikir kritis untuk melihat dunia luar.
Ilmu harus digali secara lebih luas serta mendalam. Namun tetap, sebagai seorang santri kita
harus berpegang teguh dengan akidah yang telah kita tanam dari pesantren.
Kedua, creativity. Kreativitas juga harus ditunjukkan. Dengan cara membuat
terobosan dan menemukan sesuatu yang baru. Kreativitas dapat menghasilkan hal-hal baru
yang biasanya bernilai ekonomis. Hal ini akan membuat santri berdaya dalam bidang industri.
Yang ketiga, collaboration. Sebagai seorang santri pastilah tahu. Bahwa manusia
merupakan makhluk sosial yang Allah ciptakan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku. Seperti
yang Allah firmankan dalam surah Al-Hujurat:13. Memiliki jaringan luas serta saling
bekerjasama dan bersinergi menyatukan potensi dengan sesama.
Dan yang terakhir, communication. Komunikasi merupakan salah satu kunci sukses
dalam hidup ini. Banyak sekali konflik bermunculan karena adanya miscomunication.
Apalagi santri, dalam menyampaikan gagasan atau ceramah santri haruslah memiliki retorika
komunikasi yang handal.
Itulah senjata rahasia untuk menghadapi era revolusi industri 4.0 yang insyaallah tidak
melangkahi akidah yang telah dibangun oleh para santri milenial di pondok pesantren. Maka,
santri diharapkan memiliki kemampuan yang mumpuni untuk bersaing dan mengantisipasi
perubahan yang cepat di era revolusi industri 4.0 ini. Namun sebagai santri, kita juga harus
tetap berpegang teguh pada akidah. Pilihanya hanya 2, beradaptasi atau mati !
Betapa sulitnya menjadi santri pada zaman milenial ini. Perkembangan teknologi dan
penggunaan media sosial kerap kali membuat santri terjerumus kedalam pergaulan bebas.
Sebagai santri, kita juga harus bisa mengimbangi 4C dengan anjuran sebagai berikut :
Yang pertama, santri harus bisa mengejar keterlambatan dengan teknologi.
Perkembangan IPTEK yang semakin pesat ini adalah tantangan terberat santri. Karena ada
sebagian pondok pesantren yang tidak memperbolehkan santrinya membawa alat elektronik.
Mungkin ini hal yang sangat wajar. Karena di pondok pesantren santri di didik untuk
mengaji, dan kekhawatiran yang ada santri malah menyalah gunakan alat elektronik sebagai
hal yang melanggar akidah yang selama ini di ajarkan di pesantren.
Yang kedua, santri harus tetap menomor 1 kan adab. Santri itu harus tetap
mengedepakan akhlak daripada apapun. Mau sarjana S1, mau kaya raya seperti Qarun, mau
pintar seperti profesor, kita harus tetap mengedepankan akhlaq. Bahkan sebenarnya, santri itu
bukan mereka yang tinggal di pondok pesantren. mereka semua yang diluar sana yang
memiliki akhlak adalah mereka yang disebut santri.
Yang ketiga, santri harus bisa menjadi penengah di era yang serba hoaks ini. Tugas
santri selanjutnya adalah menjadi ujung tombak dalam urusan literitas. Nantinya selepas dari
pondok pesantren, santri akan terjun ke kampung halaman masing-masing dan akan
menghadapi era yang serba hoaks. Disitulah santri harus bertindak seperti apa yang telah di
ajarkan di pondok pesantren. mengamalkan ilmu yang santri dapatkan. Menjadi pelurus
dikala ada kesalah fahaman di antara kalangan masyarakat.
Sekian pidato yang bisa saya sampaikan. Kekurangan yang saya lakukan hanyalah
milik manusia biasa. Dan kesempurnaan yang saya lakukan hanyalah milik Allah SWT.
dengan demikian, saya hanyalah makhluk yang penuh kekurangan dan saya mohon maaf
yang sebesar-besarnya. Adapula hal yang penting adalah saling mengingatkan sebagai jalan
silaturahmi.Akhirul kalam,
‫ث ّم السّلم عليكم ورحمت هللا و بركت‬

Anda mungkin juga menyukai