0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
450 tayangan4 halaman
Al-Qur’an dan Oceanografi H. Agus Jaya, Lc.M.Hum
Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah al-Qur’an al-Ittifaqiah (STITQI) Indralaya Ogan Ilir Sumsel.
Al-Qur’an memang bukan kitab teknologi, namun demikian al-Qur’an adalah kitab petunjuk untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat, maka adalah hal yang sangat logis jika di dalam kitab suci ini termuat petunjuk-petunjuk tersurat dan tersirat yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi guna menunjang terwujudnya fungsi alQur’an sebagai petunjuk
Al-Qur’an dan Oceanografi H. Agus Jaya, Lc.M.Hum
Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah al-Qur’an al-Ittifaqiah (STITQI) Indralaya Ogan Ilir Sumsel.
Al-Qur’an memang bukan kitab teknologi, namun demikian al-Qur’an adalah kitab petunjuk untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat, maka adalah hal yang sangat logis jika di dalam kitab suci ini termuat petunjuk-petunjuk tersurat dan tersirat yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi guna menunjang terwujudnya fungsi alQur’an sebagai petunjuk
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai DOC, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Al-Qur’an dan Oceanografi H. Agus Jaya, Lc.M.Hum
Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah al-Qur’an al-Ittifaqiah (STITQI) Indralaya Ogan Ilir Sumsel.
Al-Qur’an memang bukan kitab teknologi, namun demikian al-Qur’an adalah kitab petunjuk untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat, maka adalah hal yang sangat logis jika di dalam kitab suci ini termuat petunjuk-petunjuk tersurat dan tersirat yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi guna menunjang terwujudnya fungsi alQur’an sebagai petunjuk
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai DOC, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah al-Qur’an al-Ittifaqiah (STITQI)
Indralaya Ogan Ilir Sumsel.
Al-Qur’an memang bukan kitab teknologi, namun demikian al-Qur’an
adalah kitab petunjuk untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat, maka adalah hal yang sangat logis jika di dalam kitab suci ini termuat petunjuk-petunjuk tersurat dan tersirat yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi guna menunjang terwujudnya fungsi al- Qur’an sebagai petunjuk. Diantara demikian banyak kajian teknologi dalam al-Qur’an adalah fenomena dua laut mengalir berdampingan dengan muatan air yang tawar lagi segar dan air asin lagi pahit yang keduanya tidak bercampur seolah ada pemisah yang sangat kokoh antara keduanya. Allah swt berfirman; ”Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi”. QS: Al Furqon: 53. pada ayat lain, Allah swt juga berfirman: ”Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing. (QS: Ar-Rahman: 19-20) Ibnu Katsir menjelaskan ayat 30 surat al-Furqon diatas, bahwa Allah swt menciptakan air tawar yang sangat segar dan air asin yang sangat pahit, adapun yang dimaksud dengan air tawar mencakup sungai-sungai, mata air dan sumur-sumur, sedang yang dimaksud dengan air asin adalah air lautan yang tak mungkin untuk diminum seperti lautan-lautan yang kita kenal. Dan Allah menciptakan penghalang antara kedua air tersebut berbentuk daratan yang mencegah terjadinya percampuran antara keduanya. (2000: 10: 314- 315). Kata al-bahrain disepakati oleh ulama dalam arti laut dan sungai. Menurut Thahir Ibn Asyur, yang dimaksud dengan al-bahrain adalah sungai Eufhrat di Irak dan Teluk Persia di pantai Basrah serta daerah di sekitar Kerajaan Bahrain dewasa ini. Boleh jadi juga menurutnya adalah dua laut yang dikenal oleh masyarakat arab ketika itu, yakni laut Merah-di lokasi seperti Jeddah dan Yunbu’ di Saudi Arabia-dan laut Oman, yakni sekitar Hardhramaut, Aden, juga beberapa kota lainnya di Yaman. (Quraish Shihab: 2002: 293) Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya oceanografi penafsiran ayat diatas mengalami pergeseran kembali kepada makna harfiah dari ayat bersangkutan, yaitu adanya bahrain (dua kumpulan air yang sangat banyak) mengalir dan bersandingan tanpa adanya percampuran yang hal itu bisa terjadi karena adanya perbedaan kadar salinitas dan perbedaan suhu. Salah satu kebesaran Allah ialah menciptakan laut sebagai salah satu sumber kehidupan bagi mahluk ciptaan Nya. Di mana di dalam terdapat sumber makanan, mencari nafkah, tempat berlayar dan lain sebagainya. Kira-kira 70,8% permukaan bumi tertutup oleh air laut. Perbandingan laut yang terdapat di belahan bumi utara dan belahan bumi selatan. Belahan bumi utara, luas daratan 39% dan luas lautan 61%, sedangkan belahan bumi selatan, luas daratan 19% dan luas lautan 81%. (Gatot Harmanto: 2007: 248). Air laut merupakan larutan yang mengandung berbagai garam. Unsur kimia yang tergabung dalam larutan air laut ialah Khlor (Cl) 55%, Natrium (Na) 31%, Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), Belerang (S), dan Kalium (K). Disamping itu, dalam jumlah kecil terdapat juga Bromium (Br), Karbon (C), Stronsium (Sr), Barium (Ba), Silikon (Si) dan florium (F). Air laut mengandung juga larutan berbagai gas seperti Oksigen (O2) dan gas Asam Arang (CO2). Rasa asin pada air laut berasal dari garam. Air laut terdiri atas 96% air dan 3% garam (sodium klorida). Satu persen lagi berupa sejumlah mineral seperti Kalsium dan Magnesium. (Gatot Harmanto: 2007: 275-276). Pertemuan air asin dan tawar pertama kali dibuktikan oleh Mr. Jacques Costeau, ia seorang ahli oceanografer dan ahli selam terkemuka dari Perancis. Ketika ia sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, dan ia menemukan beberapa kumpulan mata air tawar- segar yang sedap rasanya karena tidak bercampur/tidak melebur dengan air laut yang asin di sekelilingnya, seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya. Fenomena ganjil itu membuat Mr. Costeau mencari tahu penyebab terpisahnya air tawar dari air asin di tengah-tengah lautan. Hingga pada suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor muslim, kemudian ia menceritakan fenomena ganjil itu dan profesor muslim itu teringat pada ayat Al-Quran tentang bertemuanya dua lautan (QS: Ar- rahman: 19-20) yang sering diidentikkan dengan terusan Suez. Terpesonalah Mr. Costeau mendengar ayat-ayat Al-Quran itu, melebihi kekagumannya melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang dalam. Perkembangan oceanografi modern telah menguak tabir pertemuan dua laut dengan muatan air tawar dan air asin yang tidak bercampur dengan sangat akurat. Sebagai contoh, air laut Mediterania bersuhu hangat, berkadar garam lebih tinggi,dan lebih sedikit padat, bila dibandingkan dengan air laut samudera Atlantik. Ketika air laut Mediterania masuk ke lautan Atlantik di atas teluk Gibraltar, air laut Mediterania bergerak beberapa ratus kilometer ke dalam lautan Atlantik pada suatu kedalaman sekitar 1000 meter dengan karakteristik yang dimilikinya. Meskipun ada ombak besar, arus-kuat, dan pasang laut mereka tidak akan bercampur atau melewati penghalang ini. (Davis: 2008) Demikian juga arus laut panas (seperti arus teluk) dan arus dingin (seperti arus labrador). Kedua arus tersebut saling berdampingan, tapi tidak bercampur satu dengan yang lainnya. (Abu Sauqi: 2006: 342). Fakta ilmiah yang ditemukan oleh para oceanografer ini sangat sesuai dengan informasi al-Qur’an puluhan abad yang lampau. Bisa dipastikan bahwa semua ini tidak terjadi secara kebetulan, tapi telah diatur oleh yang Maha Mengatur, Seperti bagaimana Ia mengatur hati setiap insan untuk menerima kebenaran al-Qur’an yang mulia. Masihkan hati kita membeku untuk menerima kebenaran al-Qur’an.