Anda di halaman 1dari 9

MUKJIZAT ILMIAH AL-QUR’AN ; FENOMENA AIR LAUT TIDAK

BERSATU DALAM SURAH AR-RAHMAN AYAT 19-20 DAN KORELASI


NYA DENGAN SAINS

Manzilah

Universitas Darussalam Gontor Mantingan

Email : Manzilah091001@gmail.com

Abstrak

Lautan dengan jumlah yang begitu luasnya, menyimpan banyak rahasia,


hikmah, manfaat, mu’jizat yang semuanya telah disinggung dalam al-Qur’an.
Salah satu fenomena yang menarik untuk dikaji ialah fenomena laut, seperti dua
lautan yang berdampingan tetapi tidak bercampur, baik secara fisik maupun
kandungan yang terdapat didalamnya. Seiring berkembangnya zaman, hasil
peneliatan mampu menyingkap rahasia-rahasia alam yang tersembunyi, tetapi
bukan berarti dapat menjadi hasil akhir. Saat ini, ilmu pengetahuan (Sains)
menjadi metode dakwah yang bisa dipercaya, objektif, dan rasional. Karena sains
tidak pernah mengenal pura-pura, seluruh dunia mengakui sains sebagai alat untuk
menetapkan kebenaran atau kebathilan suatu perkara dan sains juga telah menjadi
saksi penting dihadapan peradilan sejarah bahwa al-Qur’an adalah petunjuk bagi
seluruh umat manusia dan alam semesta ini.

Kata Kunci : Lautan, Mu’jizat, Sains

Abstract

The ocean with such a vast number, holds many secrets, wisdom, benefits,
miracles, all of which have been alluded to in the Qur'an. One of the interesting
phenomena to study is the phenomenon of the sea, such as two seas that are side
by side but do not mix, both physically and the content contained in it. As time
goes by, research results are able to reveal hidden natural secrets, but that doesn't
mean it can be the final result. Currently, science has become a reliable, objective,
and rational da'wah method. Because science never knows pretense, the whole
world recognizes science as a tool to determine the truth or falsehood of a case
and science has also become an important witness before the historical courts that
the Qur'an is a guide for all mankind and the universe.

Keyword : Oceans, Miracles, Science

1. Pendahuluan

Seorang peneliti bernama Dr. Thariq al-Swaidan menemukan bahwa jumlah


ayat al-Qur’an yang mengandung kata kelautan berjulautan jumlah 32 ayat, dan
jumlah kata yang mengandung kata darat berjumlah 13 ayat, dengan jumlah
keduanya sebanyak 45 ayat. Jika dijumlah ayat yang membicarakan laut sebanyak
32 ÷ 45 ×100 %=71,11 % sedangkan jumlah ayat dengan kata darat sebanyak
13 ÷ 45 ×100 %=28,88 % . Ilmu kebumian atau earth science dengan akurat
mengukur menggunakan satelit dengan hasil bahwa permukaan bumi ini sebanyak
71,11% nya tertutup oleh air laut, dan sisanya sebanyak 28,88% berupa daratan.
(Djamil, 2012)

Salah satu surah yang menjelaskan tentang kelautan adalah surah ar-
Rahman yang diambil dari awal kata surah ini sendiri, memiliki arti Yang Maha
Pemurah atau Tuhan Pelimpah Kasih, dikenal juga sebagai ‘Arus al-Qur’an yang
berarti pengantin al-Qur’an, sebagaimana sabda Nabi Saw ”Segala sesuatu
mempunyai pengantinnya dan pengantin al-Qur’an adalah surah ar-Rahman" (HR.
al-Baihaqi). Berdasarkan urutan mushaf, ar-Rahman merupakan surah ke 55
setelah al-Qamar dan sebelum surah al-Waqi’ah yang diturunkan di Makkah
dengan 78 ayat.

Surah ini menguraikan tentang nikmat-nikmat Allah Swt, berawal dari


nikmatnya yang teragung dan terbesar yaitu al-Qur’an, mengisyaratkan segala
ciptaan-Nya- langit dan bumi, darat dan laut, manusia dan jin, mengatur semua itu
dalam satu pengaturan yang bermanfaat untuk kehidupan di dunia yang akan
binasa dan akhirat yang kekal abadi, bertujuan menggugah hati manusia dan jin
agar mensyukuri nikmat Allah Swt.
Salah satu ayat nya yang banyak dijadikan rujukan penelitian oleh para
ilmuan Islam maupun barat, mengenai terpisah nya air laut yang berdampingan
pada ayat 19-20, yaitu :

َ ‫يبغِيَا‬ ِ ‫مرج البحري ِن يلتَ ِقي‬


﴾20﴿‫ن‬
َ ‫رز ُخ اَّل‬
َ َ‫بَ َين ُه َما ب‬ ﴾19﴿ ‫ان‬َ َ َ َ َ ََ

Dia membiarkan dua laut mengalir yang keduanya (kemudian) bertemu. Diantara
keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing (QS. Ar-Rahman
19-20)

Terdapat kontroversi dari para mufassir yang menafsirkan makna dari


Bahrain (dua laut) dengan makna yang berbeda-beda. Dalam kitab Tafsir al-
Misbah karya M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa Bahrain adalah Sungai
Eufrat di Irak dan teluk Persia di pantai Basyah serta daerah di sekitar kerajaan
Bahrain(Shihab, 2005). Ada juga yang menafsirkan bahwa Bahrain memiliki
makna bertemu nya dua laut tapi tidak bercampur airnya, diartikan sebagai muara
sungai, tempat dimana terjadinya pertemuan antara air asin dari laut dan air tawar
dari sungai(Al-Maraghi, 1992). Ada lagi yang berpendapat bahwa kedua laut yang
dimaksud adalah lautan yang memenuhi tiga perempat bumi ini serta sungai yang
ditampung oleh tanah dan yang memancarkan mata air-mata air serta sungai-
sungai yang besar yang kemudian mengalir ke laut(RI, 2008)

Dari berbagai pendapat diatas menimbulkan pertanyaan mengapa Bahrain


(dua laut) tersebut air nya tidak bercampur, dan adakah hubungan fenomena alam
ini dengan Bahrain yang terdapat dalam kitab suci al-Qur’an, atau hanya
kebetulan semata, ataukah fenomena ini merupakan kemu’jizatan al-Qur’an yang
terungkap karena penemuan ilmiah/ilmu pengetahuan (Sains) atau tanda
kekuasaan Allah Swt, yang mana harus kita sadari kebesaran dan kekuasaan-Nya.

2. Hasil Penelitian

Kemu’jizatan al-Qur’an telah menggemparkan dunia ilmu pengetahuan


(Sains) dimana dua air yang berdampingan tidak saling bercampur satu sama
lainnya dikarenakan kedua air yang mempunyai dua sifat berbeda bagaikan air
dan minyak, sungguh tidak dapat di capai oleh logika manusia, fenomena ini
terjadi sebagai bukti kekuasaan Allah yang sudah tertera dalam al-Qur’an jauh
sebelum para ilmuwan membuktikan dengan ilmu pengetahuan (Sains) yang
mereka miliki.

2.1. Fenomena Air Laut Terpisah dalam Pandangan Para Ulama

Para ulama berbeda pendapat dalam mengartikan dua laut yang dimaksud
dalam ayat ini,

1. Tantawi Jauhari menjelaskan Marajal Bahraîni artinya Allah membiarkan


antara laut yang asin dan laut yang tawar mengalir berdampingan dan
bertemu, maka kita bisa melihat bahwa air tawar keluar dari gunung, seperti
air sungai nil di Mesir. Maka tidak ditemukan air yang asin bercampur
dengan air tawar kemudian menjadi tawar begitu juga sebaliknya dalam
masalah ini. Yaltaqiyân artinya kedua laut bertemu, akan tetapi Allah
memberikan dinding pembatas antara keduanya sehingga tidak bercampur
dan saling melampaui antara keduanya. Baînahumâ barjakhun artinya batas
yang bersifat Ilahiyah, layabghyan artinya tidak bercampur dan tidak
berubah antara keduanya. (Jauhari, 1351)
2. Sayyid Quthub menyatakan bahwa penghalang yang dijadikan Allah itu,
adalah posisi aliran sungai yang biasanya lebih tinggi dari permukaan laut.
Karena air sungai yang tawar itulah yang mengalir ke laut bukan sebaliknya
- kecuali amat sangat jarang dan dengan pengaturan yang sangat teliti ini, air
laut walaupun banyak, tidak mengasinkan air sungai yang merupakan
sumber air minum manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan. Sedang air
sungai karena kadarnya sedikit, maka walaupun ia mengalir ke laut - yang
banyak airnya itu — namun tidak dapat mengubah rasa asin air laut(Shihab,
2005)
3. Menurut Imam ar-Razi dalam tafsirnya Mafatihul Ghaib bahwa Marajal
Bahraîn bahwa kedua air laut ini bertemu dan mengalir dan berdampingan,
karena pada dasarnya memang secara karakteristik air yang berdampingan
tidak mungkin tidak bertemu dan bercampur, hanya saja yang dicegah oleh
Allah adalah salah satu karakteristik air itu sendiri yaitu rasa airnya yaitu
antara asin dan tawar.(Razi, 1981)

Karakteristik air laut satu dengan lainnya tidaklah sama. Massa jenis atau
densitas air laut merupakan salah satu komponen paling penting dalam mengatur
pergerakan air laut. Densitas ini tidak seragam pada segala kedalaman dan lokasi
lautan, antara satu dengan yang lainnya ada batas-batas yang tidak saling
melampaui. Perbedaan densitas antara laut satu dengan yang lain bergantung pada
suhu, salinitas/ kadar garam dan tekanan. Air laut dengan kadar garam yang tinggi
selalu berada di laut bagian dalam, pada tempat-tempat yang bersuhu dingin
seperti kutub. Sebaliknya, di kawasan khatulistiwa salinitas tinggi berada di
permukaan dan salinitas akan semakin rendah seiring dengan semakin ke dalam
lautan(Djamil, 2012). Sehingga dari sifat fisika tersebut, telah diketahui bahwa air
laut dari atas ke bawah tidak seragam adanya.

Secara umum air laut mengandung unsur-unsur3 garam, terutama yang


terdapat dalamnya adalah klorida (55,04%), natrium (30,61%), sulfat (7,68%),
magnesium (3.69%), kalsium (1,16%), kalium (1,10%) dan sisanya (kurang dari
1%) teridiri dari bikarbonat, bromida, asam borak, strontium dan florida.4 Tiga
sumber utama dari garam-garaman di laut adalah pelapukan batuan di darat, gas-
gas vulkanik dan sirkulasi lubanglubang hidrotermal (hydrothermal vents) di laut
dalam. Keberadaan garam-garaman mempengaruhi sifat fisis air laut (seperti:
densitas, kompresibilitas, titik beku, dan temperatur dimana densitas menjadi
maksimum) beberapa tingkat, tetapi tidak menentukannya. Beberapa sifat
(viskositas, daya serap cahaya) tidak terpengaruh secara signifikan oleh salinitas.
Dua sifat yang sangat ditentukan oleh jumlah garam di laut (salinitas) adalah daya
hantar listrik (konduktivitas) dan tekanan osmosis.(RIYANTO, 2011)

2.2. Gambar
Gambar 1.

Perbedaan pertemuan dua lautan di mana Laut Mediterania menyusup ke dalam


Lautan Atlantik sedalam 1.000 meter

Contoh di atas dapat dilihat pada selat Gibraltar, pada bagian bawahnya, air
mengalir dari laut Tengah menuju Samudra Atlantik, sedangkan arus
permukaannya bergerak sebaliknya dari samudra Atlantik ke laut Tengah. Hal
demikian dapat terjadi karena perbedaan salinitas dan densitas. Karena salinitas
air laut Tengah lebih besar dari samudra Atlantik, maka air laut Tengah tersebut
mempunyai densitas yang lebih besar, sehingga air laut tengah yang lebih berat
tersebut mengalir ke arah bawah samudra Atlantik melalui selat Gibraltar pada
bagian yang dalam(Djamil, 2012).

Perbedaan salinitas/ kadar garam juga menunjukan perbedaan kerapatan


banyaknya ion positif dan negatif dalam air laut. Ion-ion positif tersebut yang
menyebabkan air garam di laut bersifat sebagai elektrolit, yaitu mampu
menghantarkan arus listrik.(Baroroh, 2003)

Permukaan zat cair secara alami telah memiliki sifat fisika yang dikenal
dengan tegangan permukaan, akan tetapi dengan hadirnya partikel-partikel ion
positif dan negatif dalam cairan tersebut, akan memberikan pengaruh yang besar
pula terhadap sifat terbentuknya lapis batas antara permukaan dua lautan. Ion-ion
pada permukaan larutan, dengan adanya medan listrik lain di dekatnya akan
terdistribusi membentuk lapis ganda listrik. Jika dua lapis ganda listrik tersebut
saling mendeteksi satu sama lain, maka akan terjadi interaksi tolak menolak antar
kedua permukannya, hal ini menyebabkan kedua lautan tersebut tidak dapat
bercampur, seakan-akan terdapat pembatas (barzakh) di antara keduanya(Djamil,
2012).

3. Kesimpulan

Alam semesta dan segala macam fenomena yang ada di dalamnya adalah
suatu objek yang mengajak manusia untuk berpikir. Manusia dituntut untuk tidak
memikirkan tentang dzat Allah karena itu adalah suatu hal yang hanya
membuang-buang waktu, akan tetapi manusia dituntut untuk mencurahkan potensi
akalnya supaya dapat memikirkan ciptaan-ciptaan Allah yang ada di langit dan
yang ada di bumi serta yang ada dalam diri manusia itu sendiri(Latief, 2020).

Kadar air asin dalam lautan yang lebih banyak daripada daratan merupakan
jumlah yang cermat guna membersihkan atmosfer bumi dan memeliharanya agar
senantiasa cocok bagi kehidupan.

Selain itu, hikmah dari jumlah lautan yang lebih luas daripada daratan
adalah meskipun bumi menghasilkan banyak gas yang umumnya beracun, tetapi
udara tetap tidak terkontaminasi dan tidak mengubah keseimbangannya yang
proporsional bagi kehidupan manusia. Dari hamparan lautan yang luas tersebut,
menyebabkan penguapan karena pengaruh sinar matahari. Uap air itu kemudian
kembali turun berupa air hujan sebagai air tawar dengan segala bentuknya yang
bisa terlihat pada sungai-sungai. Keserasian antara luasnya lautan, panasnya
matahari, dinginnya atmosfer di angkasa dan faktor-faktor angkasa lainnya ini
yang kemudian menciptakan hujan yang pada akhirnya menghasilkan limpahan
air tawar(Qutb, 2012).

Pada air tawar inilah kehidupan bertumpu, yaitu kehidupan tumbuhan,


binatang dan manusia. Seluruh sungai bermuara kelaut. Sungai inilah yang
memindahkan garam bumi kelaut, tetapi tidak merubah karakteristik laut dan tidak
mengalahkannya. Biasanya permukaan sungai lebih tinggi daripada permukaan
laut. Karena itu, laut tidak mengalahkan sungai yang bermuara ke sana dan tidak
menutupi sungai dengan air garamnya, sehingga tidak mengubah fungsi sungai
dan mengalahkan karakternya. Di antara keduanya senantiasa ada penghalang
yang diciptakan Allah, sehingga keduanya tidak saling mengalahkan. Maka tidak
mengherankan jika penyebutan dua laut (al-bahrain) dan penyekat/ pemisah di
antara keduanya sebagai nikmat Allah sebagai mana firmanya dalam ayat
selanjutnya, yakni: “Maka, nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu
dustakan” (QS. Al-Rahman [55]: 22).

Menurut Tahir Ibn ‘Ashur, walaupun ayat tersebut berbicara tentang kuasa
Allah menyangkut pertemuan dua lautan yaitu laut yang asin dan sungai yang
tawar, dalam celah kandungannya terdapat perumpamaan tentang dakwah Islam di
Mekkah pada saat zaman Rasulullah serta perumpamaan tentang percampuran
antara kaum mukmin dengan kaum kafir yang serupa dengan laut dan sungai.
Sungai yang airnya tawar menyegarkan diibaratkan sebagai iman yang dimiliki
oleh kaum mukmin, sedangkan laut yang asin lagi pahit diibaratkan sebagai kaum
kafir. Allah menciptakan penghalang (barzakh) di antara keduanya, sehingga
sungai yang tawar tidak dapat diasinkan oleh lautan, begitu pula dengan kaum
musyrik yang tidak dapat memasukkan kekufurannya kepada seorang
mukmin(‘Ashur, 1984).

Al-Qur’an turun bukan pada zaman sekarang, al-Qur’an turun sudah 1.400
tahun lamanya. Karena al-Qur’an adalah kalam Allah yang kebenarannya
muthlak. Rupanya, apa yang telah dilakukan oleh para ahli penelitian dengan
memakai alat canggih, sudah tersirat dalam al-Qur’an. Sisi menarik dari hal ini
adalah bahwa pada masa ketika manusia tidak memiliki pengetahuan apapun
mengenai fisika, tegangan permukaan, ataupun ilmu kelautan, hal ini sudah
tertulis dalam Al Qur’an(Dra. Romlah, 2011)

Daftar Pustaka

‘Ashur, M. T. I. (1984). Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir (19th ed.). Dar At-


Tunisiyah - Tunis.

Al-Maraghi, A. M. (1992). TAFSIR MAROGHI JILID 1.pdf.

Baroroh, A. A. dan H. (2003). Selaput Tipis Membelah Lautan. Saintika, 3, 7.

Djamil, A. S. (2012). AYAT-AYAT LAUT. Niru Design Alam.


file:///C:/Users/user/Downloads/Ayat_ayat_Laut.pdf

Dra. Romlah, M. P. . (2011). AYAT-AYAT AL-QUR’AN & FISIKA.

Jauhari, T. (1351). Al Jawahir fi Tafsiril Qur’an jil 24.pdf.

Latief, I. Z. (2020). Islam Dan Ilmu Pengetahuan. Jurnal Al-Qalam: Jurnal


Kajian Islam & Pendidikan, 8(2), 102–118. https://doi.org/10.47435/al-
qalam.v8i2.238

Qutb, S. (2012). Tafsir Fi Zilalil Quran ar-Rahman.

Razi, A. F. A. (1981). Kitab Mafatihul Ghaib.

RI, D. A. (2008). AL-QUR′AN DAN TAFSIRNYA. In Departemen Agama RI:


Vol. ‫( ث ققثق‬Issue ‫)ثق ثقثقثق‬.

RIYANTO, E. W. (2011). MAKNA KATA AL-BAHRAIN DALAM AL-QURAN


DARI SUDUT ILMU PENGETAHUAN (STUDI KEMUKJIZATAN ILMIAH
AL-QURAN). UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU.

Shihab, M. Q. (2005). TAFSIR AL-MISBAH vol 13 (13th ed., Issue ‫)ثق ثقثقثق‬.
Lentera hati.

Anda mungkin juga menyukai