TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu bagian kawasan pesisir yang memiliki tingkat kesuburan cukup
tinggi adalah estuari (muara sungai). Kawasan estuari merupakan pesisir semi tertutup
(semi-enclosed coustal) dengan badan air mempunyai hubungan bebas dengan laut
terbuka (open sea) dan kadar air terlarut dalam air tawar dari sungai (PRITCHARD
(dalam LEEDER 1982). Pada kawasan tersebut terjadi percampuran antara masa air
laut dengan air tawar dari daratan, sehingga air menjadi payau (brackish). Kawasan
ini meliputi muara sungai dan delta-delta besar, hutan mangrove dekat estuari dan
hamparan lumpur dan pasir yang luas. Kawasan ini juga dapat dikatakan sebagai
kawasan yang sangat dinamis, karena selalu terjadi proses dan perubahan baik
lingkungan fisik maupun biologis.
Suhu adalah suatu besaran fisika yang menyatakan banyaknya bahang yang
terkandung dalam suatu benda. Secara alamiah sumber utama bahang dalam air adalah
matahari. Setiap detik matahari memancarkan bahang sebesar 1026 kalori dan setiap
tempat di bumi yang tegak lurus ke matahari akan menerima bahang sebanyak 0.033
kalori/detik. Pancaran energi ini juga sampai ke permukaan laut dan diserap oleh masa
air (Meadous and Campbell, 1993).
Kisaran suhu pada daerah tropis relatif stabil karena cahaya matahari lebih
banyak mengenai daerah ekuator daripada kutub. Hal ini dikarenakan cahaya matahari
yang merambat melalui atmosfer banyak kehilangan panas sebelum cahaya tersebut
mencapai kutub. Suhu di lautan kemungkinan berkisar antara -1.87oC (titik beku air
laut) di daerah kutub sampai maksimum sekitar 42oC di daerah perairan dangkal
(Hutabarat dan Evan, 1986).
Factor yang mempengaruhi suhu permukaan laut adalah letak ketinggian dari
permukaan laut (Altituted), intensitas cahaya matahari yang diterima, musim, cuaca,
kedalaman air, sirkulasi udara, dan penutupan awan (Hutabarat dan Evan, 1986).
Suhu air permukaan di perairan nusantara kita umumnya berkisar antara 28-
31oC (Nontji, 2007). Menurut (Sidjabat dalam Nurhayati (2006), sebaran suhu air laut
di suatu perairan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain radiasi sinar matahari,
letak geografis perairan, sirkulasi arus, kedalaman laut, angin dan musim. Menurut
Officer dalam Furqon (2007), distribusi suhu di perairan estuari terutama dipengaruhi
oleh penyinaran matahari.
Bercampurnya masa air laut dengan air tawar menjadikan kawasan estuari
memiliki keunikan tersendiri, yaitu dengan terbentuknya air payau dengan salinitas
yang berfluktuasi. Menurut Indarto (2001) perubahan salinitas ini dipengeruhi oleh air
pasang dan surut serta musim. Selama musim kemarau, volume air sungai berkurang
sehingga air laut dapat masuk sampai ke area hulu,dan menyebabkam salinitas di
kawasan estuari menjadi meningkat. Pada musim penghujan air tawar mengalir dari
hulu ke kawasan estuari dalam jumlah besar, sehingga salinitas menjadi turun/rendah.
Secara umum, kondisi estuari dapat dibagi menjadi dua fungsi yaitu sebagai
biochemical dan geochemical filter. Perbadaan keduanya terletak pada kondisi
salinitas yang menjadi pembatasnya. Geochemical filter dibatasi dengan nilai salinitas
yang randah dengan kisaran nilai salinitas 0-15‰ dan tinggi akan bahan partikulat.
Sedangkan biochemical filter dibatasi oleh nilai salinitas dengan kisaran 15-30‰, dan
daerah ini memiliki produktifitas biologi ang tinggi. (Effendi, 2003)
Densitas air laut dipengaruhi oleh tiga faktor diatas, yaitu suhu, salinitas dan
tekanan. Berat jenis naik seiring dengan kenaikan salinitas atau tekanan, tetapi
menurun seiring meningkatna suhu., (Mukhtasor, 2007). Penyebaran yang luas dari air
laut dapat ditentukan oleh adanya perbedaan densitas dari masa air yang ada
didekatnya, terutama disebabkan karena adanya pebedaan suhu dan salinitas,
(Hutabarat, 1986)
Distribsi densitas dalam perairan laut dapat dilihat melalui stratifikasi densitas
secara vertikal di dalam kolom perairan, dan perbedaan horizontal yang disebabkan
oleh arus. Distribusi densitas berhubungan dengan karakter arus dan daya tenggelam
suatu masa air yang berdensitas tinggi pada lapisan permukaan ke kedalaman tertentu.
Densitas air laut tergantung pada suhu dan salinitas serta semua proses yang
mengakibatkan berubahnya suhu dan salinitas. Densitas permukaan laut berkurang
karena ada pemanasan, presipitasi, run off dari daratan serta meningkat jika terjadi
evaporasi dan menurunnya suhu permukaan.
Estuari dapat dianggap sebagai zona transisi antara habitat laut dan perairan
tawar sehingga memperlihatkan suatu karakteristik perairan yang khas. Dalam
sirkulasi estuari ini terjadi keseimbangan antar tekanan dan gesekan internal yang
disebabkan oleh viskositas air. Perbadaan densitas antara tekanan perairan estuari dan
air laut sekitarnya bergantung pada debit sungai (tawar) dan kekuatan pasang surut di
daerah tersebut (Stewart, 2002).
LEEDER, M.R 1982. Sedimentology, Process and Product. Chapman & Hall, 2-6
Boundaty Row, London tp:284.
Indarto. H.S., (2001). Dinamika Estuary Tropic. Oseana, Volume XXVI, Nomor 4,
2001:1-11
Furqan, 2007. Tipe Estuari Binuangeun (Banten) Berdasarkan Distribusi Suhu Dan
Salinitas Perairan. Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI Diakses pada tanggal 23
Januari 2015. 19.15
Nurhayati, 2006. Distribusi Vertikal Suhu, Salinitas Dan Arus diperairan Morotai,
Maluku Utara, Oseanologi dan Limnologi Laut, Pusat Penelitian
Widiadmoko, W. 2013. Pemantauan Kualitas Air Secara Fisika dan Kimia di Perairan
Teluk Hurun. Bandar Lampung: Balai Besar Pengambangan Budidaya Laut (BBPBL)
Lampung.