Anda di halaman 1dari 32

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kata oseanografi merupakan kombinasi dari dua kata yunani yaitu oceanus

(samudera) dan graphos (uraian/deskripsi) sehingga oseanografi memiliki arti

deskripsi tentang samudera. Namun lingkup oseanografi kenyataannya lebih dari

sekedar deskripsi mengenai samudra, karena samudera sendiri akan melibatkan

berbagai disiplin ilmu jika ingin diungkapkan. Dalam bahasa lain yang lebih lengkap,

oseanografi dapat diartikan sebagai studi dan penjajahan ilmiah mengenai laut dan

segala fenomenanya. Laut sendiri adalah bagian dari hidrosfer. Seperti diketahui

bahwa bumi terdiri dari bagian yang disebut litosfer, bagian cair yang disebut

hidrosfer dan bagian gas yang disebut atmosfer.

Oseanografi dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu ilmu yang

mempelajari lautan. Ilmu ini semata-mata bukanlah merupakan suatu ilmu yang

murni, tetapi merupakan perpaduan dari bermacam-macam ilmu dasar yang lain.

Ilmu-ilmu lain yang termasuk di dalamnya ialah ilmu tanah (geology). Ilmu bumi

(geography). Ilmu fisika (physics), ilmu kimia (chemistry). Ilmu hayat (biology) dan

ilmu iklim (metereology) (Hutabarat, 2008).

Laut, seperti halnya daratan, dihuni oleh biota, yakni tumbuh-tumbuhan,

hewan dan mikroorganisme hidup. Biota laut menghuni hampir semua bagian

laut, mulai dari pantai, permukaan laut sampai dasar laut yang teluk sekalipun.

Keberadaan biota laut ini sangat menarik perhatian manusia, bukan saja karena
kehidupannya yang penuh rahasia, tetapi juga karena manfaatnya yang besar

bagi kehidupan manusia (Romimohtarto, 2009).

Faktor lingkungan penentu perairan itu diperanguhi oleh pengelolaan dan

kelansungan hidup, kondisi fisik alam, pertumbuhan, atau reproduksi organisme

akuatik dapat dilihat dari sifat fisika, kimia dan biologi perairan itu. Tetapi dalam hal

ini kita membahas mengenai factor fisika dan kimianya. Faktor kimianya yaitu

salinitas dan PH sedangkan factor fisikanya meliputi Pasang surut, gelombang,

arus,kecerahan dan suhu.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud praktikum ini adalah praktikum mampu mengaplikasikan dan

menjelaskan perilaku cahaya lautan dengan mengukur suhu, gelombang, pasang

surut, arus, salinitas, dan pH. Sedangkan manfaat dari praktikum oseanografi adalah

agar praktikum dapat mengkaji perilaku cahaya di lautan dengan mengukur suhu air

laut, gelombang, pasang surut, salinitas dan pH.

Tujuan praktikum lapang pengantar oseanografi ini yaitu mengukur parameter

oseanografi fisika yang meliputi kecepatan arus, kecerahan, pasang surut, substrat

tinggi dan periode gelombang serta parameter kimia meliputi salinitas dan pH di

perairan Bungkutoko.

1.3. Waktu dan Tempat

Praktik Lapang Pengantar Oseanografi ini dilakukan pada hari Minggu

Tanggal 12 Mei 2019 mulai pukul 09:00 dan dilakukan selama 8 Jam di Perairan

Utara Bungkutoko Timur Kec. Abeli Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perairan laut

Gambar 1.PantaiBungkutoko

PerairanBungkutokomerupakansalahsatubagiandariwilayahkeruraha

nkelurahan Bungkutoko, kecamatan Abeli Kota kendari , Provinsi sulawesi tenggara.

Pantai ini mempunyai daya tarik tersendiri di bandingkan dengan pantai lainnya.

Keindahan Pantai ini tidak hanya pada pemandangannnya yang indah, tetapi juga

pantai ini sering di lewati oleh kapal-kapal, sebagai porosan untuk menuju pelabuhan.

Secara umum pantai Bungkutoko, yang terletak pada posisi astronomi 3 0, 58’, LS-30,

59’, 30” LS dan 1220, 35’, 15” BT-1220, 37’, 30”BT dengan luas wilayah ± 500 ha.

Adapun kondisi geografis perairan Pantai Pulau Bungkutoko sebagai berikut:

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Nambo


- Sebelah Barat berhadapan dengan Teluk Kendari
- Sebelah Utara berhadapan dengan Kelurahan Kasilampe
- Sebelah Timur berhadapan dengan Laut Banda
2.2 prameter fisika

2.2.1 suhu

Suhu perairan merupakan salah satu faktor yang amat penting bagi kehidupan

rganisme di perairan. Suhu merupakan salah satu faktor eksternal yang paling mudah

untuk diteliti dan ditentkan. Aktifitas metabolisme dan penyebaran organisme air

1banyak dipengaruhu olehh shu air (Nontji, 2010).

Kenaikan suhu dapat menyebapkan stratifikasi atau pelapisan air, stratifikasih air

ini dapat berpengaruh dalam rangka penyebaran oksigen sehingga dengan adanya

pelapisan air tersebut di lapisan dasar tidak menjadi anaerob. Perubahan suhu

permukaan dapat di pengaruhi terhadap proses fisik, kimia dan biologi di perairan

tersebut (Kusumaningtyas et al., 2014).

2.2.2 Kecepatan Arus

Arus merupakan gerakan air yang sangat luas yang terjadi pada seluruh lautan

di dunia. Pergerakan air ini merupakan hasil dari beberapa proses yang terdiri dari

adanya aksi angin di atas permukaan laut dan terjadinya perbedaan kerapatan air laut

yang disebabkan oleh pemanasan matahari. Arus dapat pula dihasilkan dari aktifitas

pasang surut dan pergerakan ombak di pantai. Berdasarkan proses pembangkitannya,

maka kita akan menjumpai beberapa jenis arus di pantai dan di laut seperti dibawah

ini :arus yang ditimbulkan oleh angin (wind driven currents),arus pasang surut (tidal
currents),arus susur pantai (longshore currents),arus yang ditimbulkan oleh

perbedaan.

2.2.3 kecerahan

Kecerahan perairan adalah suatu kondisi yang menunjukan kemampuan cahay

untuk menembus lapisan air pada kedalaman tertentu. Pada perairan alami kecerahan

sangat penting karena erat kaitanya dengan aktifitas fotosintesis. Kecerahan

merupakan faktor penting bagi prosese fotosintesis dan produksi primer dalam suatu

perairan. Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Keceraha merupakan

ukuran transparansi perairan, yang di tentukan secara visual dengan menggunakan

secchi disk (Efendi, 2015 ).

Kecerahan air memberikan petunjuk tentang daya tembus atau fenetrasi cahaya

kedalam air laut. Tingkat kecerahan perairan dapat menunjukan sampai sejauh mana

penetrasi cahaya kedalam air laut. Tingkat kecerahan sangat dipengaruhi oleh

kekeruhan perairan. Maka akan semakin rendah penetrasi cahaya yang menembus air

kolam, sehingga tingkat kecerahan semakin rendah (Widiatmoko, 2013).

2.2.4 Pasang surut

Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut karena adanya gaya tarik benda-

benda langit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air laut di bumi. Meskipun

massa bulan jauh lebih kecil dari massa matahari, tetapi karena jaraknya terhadap

bumi jauh lebih dekat, maka pengaruh gaya tarik bulan terhadap bumi lebih besar dari
pada pengaruh gaya tarik matahari. Gaya tarik bulan mempengaruhi pasang surut

adalah 2 kali lebih besar dari pada gaya tarik matahari (Siswanto, 2010).

Siswanto (2011) mendefinisikan pasang sebagai gelombang diperairan

dangkal yang digerakan oleh gaya gravitasi akibat posisi bulan dan matahari yang

berfariasi terhadap lautan.

2.2.5 Gelombang

Gelombang laut dapat ditinjau sebagai deretan pulau (pulau yang berurutan

yang terlihat sebagai perubahan ketinggian permukaan air laut, yaitu dari elevasi

maksimum (puncak) ke elevasi minimum (lembah). Gelombang yang kita amati di

laut biasanya memiliki pola yang rumit. Untuk menerangkan secara teoritis proses

terjadinya gelombang biasanya digunakan model yang sederhana yang

penampilannya menunjukkan adanya puncak dan lembah. Istilah(istilah dan

bagian(bagian dari gelombang seperti: Crest, Trough, Wave height (tinnggi

gelombang), Wavelength (panjang gelombang), wave period (periode gelombang),

wave steepness (kemiringan gelombang) (Mahatma & Suarni, 2011).

Gelombang sebagian ditimbulkan oleh dorongan angin di atas permukaan

laut dan sebagian lagi oleh tekanan tangensial pada partikel air. Angin yang bertiup di

permukaan laut mula – mula menimbulkan riak gelombang (ripples). Jika

kemudian angin berhenti bertiup maka riak gelombang akan hilang dan permukaan

laut merata kembali. Tetapi jika angin ini bertiup lama maka riak gelombang

membesar terus walaupun kemudian angin berhenti bertiup. Ombak yang sederhana

dapat dilihat sebagai alun (swell) yang terjadi pada keadaan laut tenang. Jika
diperhatikan, alun ini mempunyai puncak – puncak (crests) dan lembah –

lembah (troughs). Selagi gelombang berjalan bergerak di air, jarak anatara dua titik

serupa yang berurutan yakni antara satu puncak dan pucak berikutnya atau pada

antara satu lembah dan lembah berikutnya dinamakan panjang gelombang

(Romimahtarto, 2009)

2.3 Parameter kimia

2.3.1 pH

Derajat keasaman (pH) merupakan logaritma negatif dari konsentrai ion-ion

hidrogen yang terlepas dalam suatu cairan dan merupakan indikator baik buruknnya

suatu perairan, pH suatu perairan merupakan parameter kimia yang cukup pentig

dalam memantau kestabilan perairan (Simanjuntak, 2009).

Variasi nilai pH Fprairan sangat mempengaruhi biota di sutu perairan, Selain

itu, tingginya nilai pH sangat menentukan dominasi fitoplangkton yang

mempengaruhi tingkat produktifitas primer suatu perairan dimana keberadaan

fitoplangkton didukung oleh ketersediaanya nutrien di perairan laut (Megawati et al.,

2014)

Nilai pH pada perairan, sangat dipengaruhi oleeh kandungan karbondioksida

dalam peerairan. Jika kandungan karbondioksida tinggi, pH akan rendah. Sebaliknya,

jika kandungan karbondioksida menurun, pH akan meningkat. pH adalah suatu

ukuran beesarnya konsentrasi ion hidrogen dan menunjukkan apakah air itu bersifat

asam atau basa dalam reaksinya. Skala pH berkisar dari 0 sampai 14, denga pH 7
sebagai titik netral. Jadi air yang pH-nya di bawah 7 adalah asam dan air yang pH-

nya di atas 7 adalah basa. Makin beesar jarak pH tersebut dari pH 7, maka semakin

asam maupun basa. pH air netral paling dipengaruhi oleh konsetrasi karbondioksida,

sebagai subtansi asam (Kadim et al., 2017)

2.3.2 Salinitas

Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air.Pada

percobaan pengukuran salinitas yang telah kita lakukan di dapat nilai sebesar 290/oo

pada pagi hari.

Pada umumnya salinitas perairan laut memiliki salinitas normal yang berkisar

antara 32,0-34,0/oo. Untuk laut terbuka umumnya salinitas berkisar antara 33-37 0/oo

dengan rata-rata 350/oo (Widiatmoko, 2013).Salinitas di perairan Indonesia umumnya

berkisar antara 30-350/oo. Gambaran salinitas di perairan ini menginformasikan

bahwa besar kecinya fluktuasi salinitas diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor,

diantaranya oleh pola sirkulasi air, penguapan (evapora-si), curah hujan (presipitasi)

dan adanya aliran sungai (run off). Rendahnya salinitas di area pengukuran pantai

dan banyaknya muara sungai menunjukkan bahwa kecenderungan muara sungai

tersebut termasuk dalam kategori estuaria positif, yaitu sungai sangat memberikan

pengaruh besar terhadap rendahnya salinitas (Dahuri, 2016).


III. METODOLOGI

3.1 AlatdanFungsi

1. Parameter Fisika

a. Suhu
- Termometer Hg : Untukmengukursuhu di laut

b. KecepatanArus
- Taliraffia : Penghubungantarbotolbekas air mineral
- Botolbekas air mineral : Sebagaipemberatdanpelampung
(600ml) 2 buah
- Stopwatch : Menghitungwaktutempuh

c. Kecerahan
- Secchi disk : Mengukurkecerahan air laut
- Karetgelang : Menandai D1dan D2padatalisecchi disk
- Tongkatskala : Mengukurpanjangtali

d. PasangSurut
- Tide Staff : Mengukurpasangsurut air laut

e. Gelombang
- Tongkatskala 2 m : Mengukurtinggigelombang air laut
- Stopwatch : Digunakanuntukmenghitungwaktu

3.1.1.1.2. Parameter Kimia


a. pH
- pH meter : Mengukur pH air laut

b. Salinitas
- hand refraktometer : Mengukursalinitas air laut

3.1.2. Bahan dan Fungsi

3.1.1. Parameter Fisika

a. Suhu
- Air laut (perairan) : Sebagai media yang diukursuhunya

b. KecepatanArus
- Air laut (perairan) : Sebagai media yang diukurkecepatanarusnya

c. Kecerahan
- Air laut (perairan) : Sebagai media yang diukurkecerahannya

d. Gelombang
- Air laut (perairan) : Sebagai media perairan yang
diukurtinggigelombangdanperiodegelombang

e. PasangSurut
- Air Laut : Sebagai media yang diukurpasangsurutnya

3.2.2 Parameter Kimia


a. Ph
- air laut (perairan)
: Sebagai media yang diukur pH nya
- pH paper
: Untukmengukurkonsentrasi ion hidrogen
yang adadidalamperairan

b. Salinitas
- Tissue
: Mengeringkanmembranrefraktometer
- Air laut (perairan)
: Media yang diukursalinitasnya
- Aquades
: Membersihkanmembranrefraktometer

3.2 Sekemakerja

3.2.3 Parameter fisika

1. Suhu
Thermometer

 Diambil thermometer kemudian


dicelupkan kedalam air laut kra-kira
sekitar ± 3 menit
 Dilakukan pengukuran dengan cara
membelakangi arah cahaya matahari
 Dibaca nilai kenaikan suhu pada skala
yang tertera pada thermometer
 Dicatat hasilnya dalam skala °c

HasilPengamatan

2. Kecerahan
Sechi disk

 Disiakan angkaian secchi disk


 Kemudian diikatkan tali rafia sepanjang
10 meter sebagai alat ukur pada bagian
atas dan dipasangkan pemberat pada
bagian bawah
 Diturunkan pelan-pelan kedalam
perairan
 Di lihat sampai warna pada secchi disk
tidak terlihat
 Diangkat ke permukaan
 Dihitung kedalaman kecerahannya pada
tali yang telah dihubungkan dengan
sechi disk
 Dicatat hasil perhitunggannya

HasilPengamatan

3. Kecepatan Arus
LayanganArus

 Rangkaian baling-baling arus Diikat


pelampung pada bagian atas kemudian
di berikan pemberat bagian bawahnya
 Diikatkan tali rafia pada bagian
pelampung sepanjang 5 meter
 Baling-baling kemudian diletakan di
permukaan air laut
 Di hitung percepatan arus pada baling-
baling arus menggunakan stopwatch
 Dicatat waktu yang ditempuh botol
dilepaskan sampai tali menjadi tegang
atau lurus

HasilPengamatan

4. Pasang Surut
Tongkat 2 Meter
 Ditancapkan pada daerah perairan
pasang surut yang masih terendam air
laut pada jam 13:00 wita
 Dicatat perhitungan skala utama jam
13.00 wita sampai perhitungan skala ke
dua puluh satu pada jam 09:00 wita
 Dicatat hasil pengukuran pasang surut
tersebut (cm / jam )

HasilPengamatan

5. Gelombang

Tongkat 2 meter

 Ditancapkan tongkat skala dalam air laut


 Diukur selisih antara bukit dan
gelombang (Sebagai tinggi gelombang)
 Dilakukan pengukuran gelombang pada
tongkat skala
 Dicatat hasil pengamatannya

HasilPengamatan

3.2.2 Parameter Kimia

1. pH
KertasLakmus

 Dimasukkan pH paper ke dalam air


sekitar beberapa cm
 Ditnggu ± 3 menit kemudian di angkat
 Kemudian diangin-anginkan sampai
agak setengah kering
 Kemudian dicocokan perubahan
warnanya pada kotak standar ph

HasilPengamatan

2. Salinitas

Handrefractometer

 Menetralkan handrefraktometer
menggunakan aquades keudian di lap
menggunakan tisu
 Diambil setetes air laut kemudian
dilekakan pada kaca optic refraktometer
 Ditutup pelan-pelan kemudian diarahkan
kea rah matahari
 Ditentukan salinitas perairan dengan
melihat skala pada refraktometer
 Dicatat hasil pengamatannya

HasilPengamatan
IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan

a. Suhu
Hasil pengamatan untuk suhu di perairan Desa Bungkutoko dapat dilihat pada

tabel 1 berikut :

Tabel 1. Hasil Pengukuran Suhu di Perairan Desa Bungkutoko


NO Jam Suhu

1. 09:31 30

2. 10:02 29

3. 11:37 32

b. kecepatan arus

Hasil pengamatan untuk kecepatan arus di perairan Desa Bungkutoko dapat

dilihat pada tabel 2 berikut :

Tabel 2. Hasil Pengukuran Kecepatan Arus di Perairan Desa Bungkutoko

NO Jam Panjang Tali Lama Waktu


1. 10:10 10 M 161 detik
c. Gelombang

Hasil pengamatan untuk Gelombang di perairan Desa Bungkutoko dapat

dilihat pada tabel 3 berikut :

Tabel 3. Hasil Pengukuran Gelombang di Perairan Desa Bungkutoko

Pengukuran ke I II III Rata-rata


Puncak (cm) 91 95 97 94,33
Lembah (cm) 84 87 90 87
Selisih (cm) 7 8 7 7,3

d. pasang surut

Hasil pengamatan untuk Pasang Surut di perairan Desa Bungkutoko dapat

dilihat pada tabel 4 berikut :

Tabel 4. Hasil Pengukuran Pasang Surut di Perairan Desa Bungkutoko

No Jam Tinggi Pasang Surut

1 01.00 0,8
2 02.00 0,9
3 03.00 1,1
4 04.00 1,2
5 05.00 1,4
6 06.00 1,5
7 07.00 1,6
8 08.00 1,7
9 09.00 1,7
10 10.00 1,6
11 11.00 1,5
12 12.00 1,4
13 13.00 1,2
14 14.00 1,0
15 15.00 0,8
16 16.00 0,7
17 17.00 0,7
18 18.00 0,8
19 19.00 1,0
20 20.00 1,3
21 21.00 1,6
22 22.00 1,8
23 23.00 1,9
24 24.00 1,9

4.2 Pembahasan

Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut karena adanya gaya tarik benda-benda

langit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air laut di bumi. Meskipun massa

bulan jauh lebih kecil dari massa matahari, tetapi karena jaraknya terhadap bumi jauh

lebih dekat, maka pengaruh gaya tarik bulan terhadap bumi lebih besar dari pada

pengaruh gaya tarik matahari. Gaya tarik bulan mempengaruhi pasang surut adalah 2

kali lebih besar dari pada gaya tarik matahari (Siswanto, 2010).

Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut karena adanya gaya tarik benda-benda

langit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air laut di bumi. Meskipun massa
bulan jauh lebih kecil dari massa matahari, tetapi karena jaraknya terhadap bumi jauh

lebih dekat, maka pengaruh gaya tarik bulan terhadap bumi lebih besar dari pada

pengaruh gaya tarik matahari. Gaya tarik bulan mempengaruhi pasang surut adalah 2

kali lebih besar dari pada gaya tarik matahari (Siswanto, 2010).Gaya gravitasi benda-

benda luar angkasa seperti bulan mengarah ke atas atau menjauhi bumi akibatnya

massa air akan naik karena adanya gaya tarik bulan. Sedangkan surut terendah terjadi

ketika resultan gaya gravitasi benda-benda luar angkasa mengarah ke bawah atau

masuk ke bumi akibatnya massa air akan turun karena banyak tertarik oleh resultan

gaya Pada hasil pengamatan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pasang

tertinggi terjadi pada pukul 14.00, yaitu dengan ketinggian 110 cm. Pasang tertinggi

terjadi ketika resultan gravitasi tersebut.Pasang dan surut mengalami fluktuasi yang

hampir sama waktunya

Suhu perairan merupakan salah satu faktor yang amat penting bagi kehidupan

rganisme di perairan. Suhu merupakan salah satu faktor eksternal yang paling mudah

untuk diteliti dan ditentkan. Aktifitas metabolisme dan penyebaran organisme air

1banyak dipengaruhu olehh shu air (Nontji, 2010).Berdasarkan hasil pengukuran

suhu air dipeorleh suhu tertinggi adalah 32 ᵒC pada pukul 11.37 Sedangkan suhu air

terendah adalah 29 ᵒC pada pukul 10.02. Ketika air telah mendapatkan penyinaran

matahari dalam waktu yang cukup lama, yaitu sejak pagi hari. Akumulasi panas

selama penyinaran matahari yang terjadi dari pagi hingga siang mengakibatkan suhu
air naik. Hal ini juga dibuktikan dengan tinggi rendahnya suhu perairan yang juga

dipengaruhi oleh keadaan cuaca yang sebagian besar menentukan keadaan temperatur

air laut. Yang sekaligus menjadi faktor penyebab terjadinya naik dan turun suhu

prairan tersebut Tidak hanya itu saja, suhu air juga dipengaruh oleh musim, lintang,

ketinggian, waktu, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran serta kedalaman badan

air.

Selanjutnya, Kecerahan merupakan suatu ukuran dimana cahaya didalam air

yang disebabkan oleh adanya partikel-partikel kaloid dan suspense dari suatu bahan

pencemaran, antara lain bahan organik dari buangan-buangan industry, rumah tangga,

pertanian yang terkandung di perairan. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil

data kecerahan yang berbeda beda sesuai pada waktu dilakuakanya pengamatan yaitu

pada jam 11,28 didapatkan D1 yaitu 87 cm dan D2 56 cm. Selanjutnya pada jam

11.48 ditemukan D1 sebesar 71 cm dan D2 46 cm sedangkan pada pengamatan yang

dilakukan pada jam 12.08 adalah 89 cm untuk D1 dan 72 cm untuk D2. Keadaan

yang berubah ubah ini jelas dipengaruhi oleh keadaan perairan laut yang disebabkan

oleh beberapa fakto yakni iklim, aktivitas manusia dan lain lain. Hal ini menjadi

penting, sebab kecerahan merupakan ukuran transpantasi perairan yang ditentukan


secara visual. dengan menggunakan secchi disk kecerahan air memberikan petunjuk

tentang daya tembus atau penetrasi cahaya kedalam air laut. Tingkat kecerahan

perairan dapat menentukan sampai sejauh mana penetrasi sinar matahari dapat

menembus kolom perairan perairan. tingkat kecerahan sangat dipengaruhi oleh

kekeruhan perairan. Semakin tinggi kekeruhan perairan, maka akan semakin sulit

untuk penetrasi cahaya menembus kolom perairan ( Nuriya, 2010 ).

Pengukuran kecerahan dilakukan 3 kali yaitu pukul 11.28, 11.48 dan 12.08

dengan menyiapkan bahan yang dipperlukan untuk melakukan pengukuranyaitu

secchi disk, dilakukanlah pengukuran kecerahan dengan menurunkan seechi disk ke

dalam air laut. Hingga sampai ditemukan D1 yang ditandai dengan menghilangnya

alat ukur seechidisk oleh kekeruhan air pada kedalaman tertentu yang diukur

menggunakan tali dan meter. Delsnjutnya dilakukan lagi pengukuran d2 dengan

sedikit menaikan seechidisk hingga sampai sedikit tampak, kemudian di ukur lagi

dengan menggunakan metode yang sama pada pengukuran D1. Pengukuran

dilakukan sebanyak 3 kali dengan kurun waktu yang berbeda dan tempat yang

berbeda dari sebelumnya untuk mendapatkan perbandingan data yang akurat.

Pada lingkuangan perairan yang relative dangkal berkisar antara 1 – 2 meter

kecerahan air laut masih cukup jernihn, banyaknya sampah plastik dan limbah rumah
tangga tidak membuat perairan pulang bungku toko cocok dijadikan sebagai destinasi

wisata ataupun sebagai tempat untuk dilakukanya budidaya biota laut. Hal ini

dipengaruhi oleh adanya aktivitas jalur kapal dan nelayan, juga banyaknya limbah

yang membuat air tercemar. Parameter kualitas air laut adalah suhu, salinitas,

kecepatan arus, kadaroksigen terlarut, Fosfat, Nitrat, dan pH (Pulumahuny et al,

2004). Dari hasil pengukuran kecerahan yang didapatkan dengan menggunakan

rumus yang sudah diketahui, yaitu D=D1+D2. Hal ini banyak di pengaruhi oleh

lingkungan laut pada pukul 11:48

Didarat kita mengenal sungai yang mengalirkan airnya dari tempat tinggi ke

tempat yang rendah. Aliran sungai seperti keadaan diatas juga terjadi dilaut. Aliran

sungai tadi lebih dikenal dengan arus. Arus laut permukaan merupakan pencerminan

langsung dari pola angin yang bertiup pada waktu itu. Jadi arus permukaan ini

digerakkan oleh angin.

Berdasarkan hasil pengamatan arus di perairan pantai Pulau Bungkutoko

dapat diambil kesimpulan bahwa kecepatan arus yang telah dilakukan pada 3 kali

pengukuran dan di dapatkan hasil yang berbeda yaitu disebabkan oleh adanya faktor

angin dan gelombang.

Hasil pengukuran kecepatan arus pada hari minggutanggal 12 mei 2019 pukul

10:10 WITA, mendapatkan hasil kecepatan arus sebesar 0,06 m/s

perairan pantai .Bungkutoko arah arusnya pada pengamatan pertama yaitu mengarah

pada Barat Daya


tinggi gelombang (wave height) adalah jarak tegak antara puncak dan lembah

yang berubah ubah setiap waktu berdasarkankuat frekuensi pemicu gelombang

tersebut. selanjutnya pada pengamatan yang diambil saat melakukan praktikum

oseanografi yang bertempat di pulau bungkutoko mendapatkan Tinggi gelombang

yang terjadi pada saat pengukuran sangat beragam dan fluktuatif.Tinggi gelombang

tertinggi terjadi pada pukul 13:51 dengan nilai teramati sebesar 94,33cm.Tinggi

gelombang sangat dipengaruhi oleh kecepatan angin dan arah angin. Angin yang

berhembus sangat kencang akan meyebabkan terjadinya gelombang yang

cepat,tinggi, dan besar. Selain dipengaruhi oleh angin,gelombang juga dipengaruhi

oleh kontur atau topografi dasar perairan. Ketika terjadi surut, gelombang akan

melalui tinggi air yang kecil dan daerah yang lebih panjang dibandingkan pada waktu

terjadi pasang. Gelombang akan mengalami gesekan dengan dasar pantai yang

dipenuhi batuan karang, hal ini tentunya menghambat kecepatan gelombang sehingga

diperlukan waktu yang lebih lama untuk sampai ke pantai. Lintasan yang panjang

akan mengakibatkan ombak mempunyai kesempatan lebih lama dalam bentuknya

sebagai gelombang. Gelombang dan angin akan mempengaruhi perubahan bentuk

pantai dan struktur pantai. Semakin banyak gelombang yang terjadi di perairan maka
proses perubahan bentuk pantai juga semakin cepat. Gelombang pada dasarnya mulai

bergesekan dengan dasar laut ketika mendekati pantai disertai dengan terjadinya

turbulensi yang membawa material dari dasar laut atau menyebabkan terkikisnya

bukut-bukit pasir di pantai. Angin yang terjadi bersamaan dengan terjadinya

gelombang nantinya akan membawa atau menyapu pasir dibibir pantai sehingga akan

membentuk gurun pasir.

Pada umumnya salinitas perairan laut memiliki salinitas normal yang berkisar

antara 32,0-34,0/oo. Untuk laut terbuka umumnya salinitas berkisar antara 33-37 0/oo

dengan rata-rata 350/oo (Widiatmoko, 2013).Salinitas di perairan Indonesia umumnya

berkisar antara 30-350/oo. Gambaran salinitas di perairan ini menginformasikan

bahwa besar kecinya fluktuasi salinitas diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor,

diantaranya oleh pola sirkulasi air, penguapan (evapora-si), curah hujan (presipitasi)

dan adanya aliran sungai (run off). Rendahnya salinitas di area pengukuran pantai

dan banyaknya muara sungai menunjukkan bahwa kecenderungan muara sungai

tersebut termasuk dalam kategori estuaria positif, yaitu sungai sangat memberikan

pengaruh besar terhadap rendahnya salinitas (Dahuri, 2016).

Salinitas merupakan konsentrasi total ion yang terdapat di perairan. Salinitas

merupakan parameter penting dalam oseanografi. Salinitas berperan besar dalam

kehidupan plankton ( limiting faktor ). Salinitas rata- rata yang dijumpai di lautan
bebas adalah 30 ppt. Sedangkan pertumbuhan fitoplankton yang baik pada salinitas

250/00 – 400/00, dengan temperatur 250C – 300C.

Berdasarkan Pengamatan yang telah dilakukan, nilai salinitas yang di

dapatkan adalah sebesar 30 ppt pada pukul 09.31 berbeda,maka salinitas perairan

tidak dipengaruhi oleh factor-faktor yang terjadi disekitarnya misalnya, curah hujan,

pola sirkulasi air, penguapan, pasang surut, dan pergerakan air laut. Selain itu juga

tidak dipangaruhi oleh suhu udara dan suhu air di tempat tersebut yang dapat

mengakibatkan penguapan. Jika tingkat penguapan besar maka salinitas akan semakin

tinggi sebap, salinitas tertinggi terjadi pada siang hari. Hal ini dikarenakan suhu

perairan disiang hari mengalami peningkatan karena adanya sinar matahari yang

masuk keperairan. Peningkatan suhu perairan akan berdampak pada penguapan air

yang mengakibatkan kadar garam perairan menjadi lebih tinggi. Salinitas rendah

terjadi pada malam hari dimana perairan tidak mengalami penguapan. Oleh karena

hasil pengamatan yang dilakukan salinitasnya sama,maka salinitas periran tersebut

tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada di lingkungannya.

Hasil pengamatan mengenai pH perairan didapatkan bahwa tidak terjadi

fluktuasi perubahan pH yang signifikan.Nilai pH yang diperoleh sebesar 6 yang

terjadi pada pukul 10:34,dan umumnya pH air laut dipengaruhi oleh adanya CO2 dan
ion-ion karbonat dan bikarbonat.Jika semakin tinggi nilai pH, semakin tinggi pula

nilai alkalinitas dan semakin rendah nilai CO2 bebas. Nilai pH yang didapat dari

pengamatan ini tidak bervariatif. Nilai yang didapat hanya sebesar 6 Hal ini

menunjukkan bahwa perairan tersebut pH nya terbilang normal.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil pengamatan Praktek Lapang

Pengantar Oseanografi di perairan Tanjung Tiram adalah sebagai berikut:

1. Hasil pengukuran pasang surut di perairan Tanjung Tiram pasang tetinggi

terjadi pada pukul 11:00 WITA yaitu 174 Cm dan surut terendah terjadi

pada pukul 16:30 WITA yaitu 69 cm.

2. Hasil pengukuran suhu di perairan Tanjung Tiram diperoleh suhu yaitu 29


0
C.

3. Pada hasil pengukuran kecepatan arus diperoleh kecepatan arus yaitu

45.49 detik dengan arah angin 1410 tenggara, 02.30.31 menit, arah angin

1140tenggara.

4. Dari hasil pengukuran salinitas diperoleh nilai salinitas yaitu 29 ppt.

5. Pada hasil pengamatan gelombang, didapatkan gelombang naik tertinggi

100 cm dan gelombang turun 80 cm pada pukul 17.00 dan gelombang naik

yaitu 1 cm dan gelombang turun 130 cm pada pukul 05.00.

6. Pengukuran kecerahan di perairan Tanjung Tiram dilakukan sebanyak 1

kali. Pada hasil pengukuran kecerahan, kecerahan pada pukul 11.00 WITA

diperoleh hasil 50%, pada pukul 17.00 diperoleh hasil 65% dan pada

pukul 07.00 diperoleh hasil


5.2 Saran

Saran saya pada praktikum lapang kali ini yaitu sebaiknya pada praktikum

lapang selanjutnya alat-alat yang akan digunakan lebih diperbanyak lagi agar setiap

kelompok bisa memiliki keseluruhan alat dan bisa menggunakannya tanpa bergantian

dengan kelompok- kelompok yang lainnya.


KATA PENGANTAR

Puju syukur penulis hanturkan atas kehadirat Allah Subahanahu wa ta’ala,


karna berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Laporan Praktek Lapangan Pengantar Oseanografi tepat pada waktunya.
Dengan selesainya penyusunan laporan lengkap ini, penulis mengucapkan
terima kasih kepada asisten yang telah membimbing dalam pelaksanaan praktikum
sampai pembuatan laporan dan tanpa terkecuali pada teman-teman yang telah banyak
dalam penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karna itu, kritik dan saran yang membangun semangat penulis
harapkan dari berbagai pihak.
Semoga Allah Subahanahu wa ta’ala senantiasa melimpahkan rahmat serta
petunjuk kepada semua pihak yang telah banayak membantu penulis sehingga
laporan ini dapat terselesaikan, amin.

Kendari, 25 Mei 2019

Penulis
DAFTAR PUSTAKA

Efendi, H 2015. Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumber daya dan lingkungan
perairan: Karilus

Dahuri, R., Rais, J., Ginting, S.P., dan Sitepu,


M.J. 1996.

Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan


Secara Terpadu. Jakarta: Pradnya Paramita.

Kusumaningtyas, M.A., Bramawanto, R., Daulat, A., dan


Pranowo, W.S. 2014. Kualitas perairan Natuna pada
musimtransisi. Depik. 3(1), 10-20

Kadim, M.K., Pasisingi, N., dan Paramata, A.R. 2017. Kajian


kualitas perairan Teluk Gorontalo dengan
menggunakan metode STORET. Depik, 6(3), 235-241.

Megawati, C., Yusuf, M., dan Maslukah, L. 2014. Sebaran


kualitas perairan ditinjau dari zat hara, oksigen
terlarut dan pH di perairan selatan Bali Bagian
Selatan.
Jurnal Oseanografi, 3(2), 142-150

Nonji, A. 2005. Laut Nusantara. Jakarta: Penerbit


Djambatan.
Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology. Philadelphia: W.B
Sounders Company Ltd

Kusumaningtyas, M.A., Bramawanto, R., Daulat, A., dan


Pranowo, W.S. 2014. Kualitas perairan Natuna pada
musimtransisi. Depik. 3(1),

Simanjuntak, M. 2009. Hubungan faktor lingkungan kimia,


fisika terhadap distribusi plankton di perairan
Belitung Timur, Bangka Belitung. Journal of
Fisheries
Sciences, 11(1), 31-45
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGANTAR OSEANOGRAFI

Disusun
SYAHNUL IKSAN (I1B1 18 028)
Kelompok 2

PROGRAM STUDI BUDIBAYA PERAIRAN


JURUSAN BUDIBAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019

Anda mungkin juga menyukai