Anda di halaman 1dari 10

PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP

(ABKC-5501)
“PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PADA EKOSISTEM ESTUARIA”

Dosen Pembimbing:
Yudha Irhasyuarna, M. Pd.
Ratna Yulinda, M. Pd.
Sauqina, S. Pd., M. A.

Oleh:
Kelompok VI
Erma Ratnasari (1710129320002)
Evie Laila (1710129120002)
Ihsanul Mukhlas (1710129310003)
Selvia (1710129220020)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
SEPTEMBER
2019
KATA PENGANTAR

1
DAFTAR ISI

2
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan

3
BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Ekosistem Estuaria


Estuari merupakan wilayah diantara laut dan sungai,daerah estuari yang dekat
dengan laut akan terpengaruh oleh pasang-surut air laut sedangkan estuari yang
berhubungan dengan sungai cenderung stabil karena tidak terpengaruh oleh pasang-surut
air laut. Estuari dapat dianggap sebagai zona transisi antara habitat air tawar dan habitat
lautan (Wahyuni, 2016).
Estuari adalah tempat air tawar dan air laut bertemu dan bercampur, sehingga
organisme-organisme yang tinggal didalamnya harus dapat beradaptasi baik itu jenis-jenis
endemik dan jenis-jenis yang datang dari laut, ditambah dengan jenis-jenis organisme
yang mampu berosmoregulasi untuk menembus ke arah atau dari lingkungan air tawar.
Ciri khas estuari cenderung lebih produktif daripada laut ataupun pembuangan air tawar
(Odum, 1994).

Gambar 1. Estuaria
Faktor - faktor lingkungan di estuari yang memengaruhi kehidupan organisme-
organisme yang hidup didalamnya, yaitu :
a. Salinitas
Salinitas sangat mempengaruhi kehidupan organisme, apabila salinitas tinggi
maka osmoregulasi pada tubuh makhluk hidup akan terganggu. Pada daerah estuari
yang dekat dengan perairan laut memiliki kadar garam yang bervariasi, hampir sama

4
dengan air tawar atau memiliki kadar yang hampir sama dengan air laut. “Kadar garam
juga bervariasi seiring pasang naik dan pasang surutair laut” (Campbell, 2010).
b. Suhu
Faktor lingkungan pada estuari salah satunya adalah suhu, suhu air di estuari
lebih bervariasi daripada di perairan pantai di dekatnya. Hal ini dikarenakan estuari
memiliki volume air yang lebih kecil sedangkan luas permukaan lebih besar, kondisi
atmosfer yang ada, air estuari lebih cepat panas atau lebih cepat dingin. Suhu
merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur proses kehidupan dan
penyebaran organisme”(Suganda, 2016).
c. Oksigen
Oksigen sangat dibutuhkan makhluk hidup untuk bernapas, pada estuari
kandungan oksigen sangat ditentukan oleh keadaan sekitar estuari, apabila disekitar
estuari banyak ditumbuhi oleh pepohonanserta dipengaruhi oleh produktifitas
organisme didalam air yang dapat menghasilkan oksigen, maka kandungan oksigen
banyak, begitupun sebaliknya. Jumlah oksigen dalam air akan bervariasi sesuai dengan
variasi suhu dan salinitas. Terisolasinya perairan di bagian dalam dari percampuran
dengan sumber oksigen, dibarengi dengan tingginya aktivitas biologis yang dilakukan
oleh organisme, dapat mengurangi kondisi oksigen di perairan dalam. Akibatnya,
Oksigen sangat berkurang di dalam substrat Tingginya kandungan bahan organik dan
tingginya populasi bakteri di sedimen menyebabkan besarnya kebutuhan oksigen.
Ukuran partikel sedimen yang halus membatasi pertukaran antara air interstitial dengan
kolam air di atasnya sehingga oksigen sangat cepat berkurang. Oleh karenaitu sedimen
estuari pada kedalaman beberapa sentimeter yang pertama bersifat anoksik kecuali jika
ukuran partikelnya besar. Sebagian besar estuaria didominasi oleh substrat berlumpur
yang berasal dari sedimen yang dibawa melalui air laut (Wahyuni, 2016).
d. Substrat
Faktor lingkungan yang cukup penting di estuari, adalah substrat, dimana substrat
di estuari rata-rata termasuk kedalam substrat yang berlumpur. Sebagian besar partikel
lumpur estuaria bersifat organik, bahanorganik ini menjadi cadangan makanan yang
penting bagi organisme estuaria. Peranan estuaria sebagai penyimpan. Zat organic
sangat besar,di estuari terdapat produsen-produsen sepertipohon mangrove dan lamun
serta ganggang yang dapat mengkonversi zat hara dan menyimpannya sebagai bahan
organik yang akan digunakan kemudian oleh organisme hewani (Kurniawati, 2014).

5
B. Klasifikasi Ekosistem Estuaria
Estuaria dapat diklasifikasikan berdasarkan pada karakteristik, yaitu :
1. Geomorfologis
Lembah sungai tergenang, estuaria jenis fyord, estuaria bentukan tanggul dan
estuaria bentukan tektonik.
2. Estuaria daratan pesisir
Paling umum dijumpai, dimana pembentukannya terjadi akibat penaikan permukaan
air laut yang menggenangi sungai bagian pantai yang landai.
3. Laguna (Gobah) atau teluk semi tertutup
Terbentuk oleh adanya beting pasir yang terletak sejajar dengan garis pantai
sehingga menghalangi interaksi langsung dan terbuka dengan perairan laut.
4. Fyords
Estuaria yang dalam, terbentuk oleh aktivitas glester yang mengakibatkan
tergenangnya lembah es oleh air laut.
5. Estuaria tektonik
Terbentuk akibat aktivitas tektonik (gempa bumi atau letusan gunung berapi), yang
mengakibatkan turunnya permukaan tanah yang kemudian digenangi oleh air laut pada
saat pasang.
Sedangkan berdasarkan stratifikasinya, estuaria diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Estuaria berstratifikasi nyata atau baji garam
Dicirikan oleh adanya batas yang jelas antara air tawar dan air laut, didapatkan
dilokasi dimana aliran air tawar lebih dominan dibanding penyusupan air laut.
2. Estuaria bercampur sempurna atau estuaria homogen vertical
Pengaruh pasang surut sangat dominant dan kuat sehingga air bercampur
sempurna dan tidak membentuk stratifikasi.
3. Estuaria berstratifikasi sebagian (moderat)
Aliran air tawar seimbang dengan masuknya air laut bersama arus pasang.
Kemudian, berdasarkan salinitas (kadar garamnya), estuaria dibedakan menjadi
tiga jenis, yaitu :
1. Oligohalin yang berkadar garam rendah ( 0,5% – 3 % ).
2. Mesohalin yang berkadar garam sedang ( 3% – 17 %).
3. Polihalin yang berkadar garam tinggi, yaitu diatas 17 %.

6
C. Sifat – Sifat Ekologi Estuaria
Sebagai tempat pertemuan air laut dan air tawar, salinitas di estuaria sangat
bervariasi.Baik menurut lokasinya di estuaria, ataupun menurut waktu.Secara umum
salinitas yang tertinggi berada pada bagian luar, yakni pada batas wilayah estuaria dengan
laut, sementara yang terendah berada pada tempat-tempat di mana air tawar masuk ke
estuaria.Pada garis vertikal, umumnya salinitas di lapisan atas kolom air lebih rendah
daripada salinitas air di lapisan bawahnya. Ini disebabkan karena air tawar cenderung
‘terapung’ di atas air laut yang lebih berat oleh kandungan garam. Kondisi ini disebut
‘estuaria positif’ atau ‘estuaria baji garam’ (salt wedge estuary). Akan tetapi ada pula
estuaria yang memiliki kondisi berkebalikan, dan karenanya dinamai ‘estuaria
negatif’.Misalnya pada estuaria-estuaria yang aliran air tawarnya sangat rendah, seperti di
daerah gurun pada musim kemarau. Laju penguapan air di permukaan, yang lebih tinggi
daripada laju masuknya air tawar ke estuaria, menjadikan air permukaan dekat mulut
sungai lebih tinggi kadar garamnya. Air yang hipersalin itu kemudian tenggelam dan
mengalir ke arah laut di bawah permukaan.Dengan demikian gradien salinitas airnya
berbentuk kebalikan daripada ‘estuaria positif’.Oleh karena itu, dinamika pasang surut air
laut sangat mempengaruhi perubahan-perubahan salinitas dan pola persebarannya di
estuaria.Pola ini juga ditentukan oleh geomorfologi dasar estuaria.
Sementara perubahan-perubahan salinitas di kolom air dapat berlangsung cepat dan
dinamis, salinitas substrat di dasar estuaria berubah dengan sangat lambat.Substrat estuaria
umumnya berupa lumpur atau pasir berlumpur, yang berasal dari sedimen yang terbawa
aliran air, baik dari darat maupun dari laut.Sebabnya adalah karena pertukaran partikel
garam dan air yang terjebak di antara partikel-partikel sedimen, dengan yang berada pada
kolom air di atasnya berlangsung dengan lamban (Nybakken, 1988).

7
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

8
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A. & J.B. Reece. (2010). 3. Biologi, Edisi Kedelapan Jilid 3 Terjemahan:
Damaring Tyas Wulandari. Jakarta: Erlangga.
Kurniawati, T. 2014. Buku Ajar Kependudukan dan Pelayanan KB. Jakarta: EGC
Nybakken. J. W. 1988. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. PT Gramedia. Jakarta.
Odum, E.P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Terjemahan Tjahjono Samingan. Edisi Ketiga.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Suganda Husein.,dkk, 2016. Petunjuk Pengambilan Contoh Tanah. Balittanah.
Wahyuni, Tri. 2016. Indonesia Penyumbang Sampah Plastik Terbesar Ke-2 Dunia. CNN
Indonesia.
Rositasari, R., & Rahayu, S.K. (1994). Sifat-Sifat Estuari dan Pengelolaannya. Jurnal
Oseana. 19(3) : 21-31.

Anda mungkin juga menyukai