Anda di halaman 1dari 16

ADAPTASI BIOTA TERHADAP PADA STRATIFIKASI LINGKUNGAN LAUT

DISUSUN OLEH:

NAMA : AKMAL HIDAYAT


NIM : L111 16 025

DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN


FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya


sehingga pembuatan Makalah Fisiologi Biota Laut yang berjudul “ADAPTASI
BIOTA TERHADAP PADA STRATIFIKASI LINGKUNGAN LAUT” dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit hambatan yang
ditemukan dan masukan dari berbagai pihak yang sangat membantu. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua dosen mata
kuliah Fisiologi Biota Laut yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada
kami. Serta kepada semua teman-teman seperjuangan atas kebersamaannya
dalam meniti jalan menuntut ilmu.
Penulis menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena
itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan. Semoga Makalah
Fisiologi Biota Laut ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin..!!

Makassar, April 2018

Penulis
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Estuari berasal dari kata aetus yang artinya pasang-surut. Estuari
didefinisikan sebagai badan air di wilayah pantai yang setengah tertutup, yang
berhubungan dengan laut bebas. Oleh karena itu ekosistem ini sangat dipengaruhi
oleh pasang surut dan air laut bercampur dengan air darat yang menyebabkan
salinitasnya lebih rendah daripada air laut. Muara sungai, rawa pasang-surut, teluk
di pantai dan badan air di belakang pantai pasir temasuk estuari. Estuaria adalah
wilayah pesisir semi tertutup yang mempunyai hubungan bebas dengan laut
terbuka dan menerima masukan air tawar dari daratan. Sebagian besar estuaria
didominasi oleh substrat berlumpur yang merupakan endapan yang dibawa oleh
air tawar dan air laut. Contoh dari estuaria adalah muara sungai, teluk dan rawa
pasang-surut.
Pada ekosistem estuari ini terbentuk habitat-habitat yang memiliki ciri khas
tersendiri dengan organisme-organisme penyusunnya yang spesifik seperti
Habitat Rawa Asin. Oleh karena itu ekosistem estuary sangat erat kaitannya
dengan habitat rawa asin. Hal ini disebabkan karena organisme tersebut harus
mampu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Respon dari tingkah laku
organisme tersebut dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya juga
beragam dan memiliki ciri khas tersendiri. Pada batas ambang toleransi organisme
terhadap lingkungan membatasi keberadaannya di suatu organisme. Organisme
yang mampu bertahap pada kondisi fisik dan kimia perairan dapat tetap hidup dan
tinggal nyaman di habitatnya, tetapi bagi organisme yang tidak mampu bertahan
pada ambang toleransinya akan menjadi organisme pengunjung transisi, dimana
pada saat sesuai dengan batas ambangnya organisme ini akan masuk ke habitat
di estuari, tetapi jika tidak maka organisme ini akan meninggalkan daerah estuari
ini.
Seperti halnya pada setiap ekosistem, pada ekosistem estuari ini juga
dibentuk oleh komponen biotic dan abiotik yang saling berinteraksi satu sama lain.
Keanekaragaman komponen biotic dan abiotik yang terdapat didalamnya
menyebabkan terjadinya interaksi yang cukup kompleks dan menarik untuk diteliti.
Namun ekosistem estuary ini ternyata tidak cukup dikenal oleh masyarakat pada
umumnya dan jarang sekali dibahas atau disosialisasikan, padahal ekosistem
estuary ini memiliki keanekaragaman yang cukup tinggi.
Oleh karena itu, makalah ini dibuat agar diketahui adaptasi dari organisme
yang hidup di estuari.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
a. Apa yang dimaksud Estuari?

C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu pembaca mampu memahami dan
mengetahui bagaimana peroses adaptasi yang terjadi pada daerah estuari
II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Estuari
Ekosistem estuary merupakan bagian dari ekosistem air laut yang terdapat
dalam zona litoral ( kelompok ekosistem pantai ). Estuaria merupakan tempat
pertemuan air tawar dan air asin. Estuaria adalah suatu perairan semi tertutup
yang terdapat di hilir sungai dan masih berhubungan dengan laut, sehingga
memungkinkan terjadinya percampuran air laut dan air tawar dari sungai atau
drainase yang berasal dari muara sungai, teluk, rawa pasang surut.
Ekosistem estuaria terdapat pada wilayah pertemuan antara sungai dan
laut. Tempat ini berperan sebagai daerah peralihan antara kedua ekosistem
akuatik. Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut.
Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa
garam. Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut.
Salinitas ini juga dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut airnya.
Nutrien dari sungai memperkaya daerah estuari.
Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam,
ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing,
kerang, kepiting, dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut
yang menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk menuju
habitat air tawar. Estuari juga merupakan tempat mencari makan bagi vertebrata
semi air, yaitu unggas air.
Bentuk estuaria bervariasi dan sangat bergantung pada besar kecilnya air
sungai, kisaran pasang surut, dan bentuk garis pantai. Kebanyakan estuaria
didominasi subtrat lumpur yang berasal dari endapan yang dibawa oleh air tawar
maupun air laut. Karena partikel yang mengendap kebanyakan bersifat organik,
subtrat dasar estuaria biasanya kaya akan bahan organik. Bahan organic ini
menjadi cadangan makanan utama bagi organisme estuaria.
Dengan kondisi lingkungan fisik yang bervariasi dan merupakan daerah
peralihan antara darat dan laut, estuari mempunyai pola pencampuran air laut dan
air tawar yang tersendiri. Menurut (Kasim, 2005), pola pencampuran sangat
dipengaruhi oleh sirkulasi air, topografi , kedalaman dan pola pasang surut karena
dorongan dan volume air akan sangat berbeda khususnya yang bersumber dari
air sungai. Berikut pola pencampuran antara air laut dengan air tawar:
1. Pola dengan dominasi air laut (Salt wedge estuary) yang ditandai dengan
desakan dari air laut pada lapisan bawah permukaan air saat terjadi
pertemuan antara air sungai dan air laut. Salinitas air dari estuaria ini
sangat berbeda antara lapisan atas air dengan salinitas yang lebih rendah
dibanding lapisan bawah yang lebih tinggi.
2. Pola percampuran merata antara air laut dan air sungai (well mixed
estuary). Pola ini ditandai dengan pencampuran yang merata antara air laut
dan air tawar sehingga tidak terbentuk stratifikasi secara vertikal, tetapi
stratifikasinya dapat secara horizontal yang derajat salinitasnya akan
meningkat pada daerah dekat laut.
3. Pola dominasi air laut dan pola percampuran merata atau pola
percampuran tidak merata (Partially mixed estuary). Pola ini akan sangat
labil atau sangat tergantung pada desakan air sungai dan air laut. Pada
pola ini terjadi percampuran air laut yang tidak merata sehingga hampir
tidak terbentuk stratifikasi salinitas baik itu secara horizontal maupun
secara vertikal.
4. Pada beberapa daerah estuaria yang mempunyai topografi unik, kadang
terjadi pola tersendiri yang lebih unik. Pola ini cenderung ada jika pada
daerah muara sungai tersebut mempunyai topografi dengan bentukan
yang menonjol membetuk semacam lekukan pada dasar estuaria. Tonjolan
permukaan yang mencuat ini dapat menstagnankan lapisan air pada dasar
perairan sehingga, terjadi stratifikasi salinitas secara vertikal. Pola ini
menghambat turbulensi dasar yang hingga salinitas dasar perairan
cenderung tetap dengan salinitas yang lebih tinggi.

B. Klasifikasi Estuaria
Berdasarkan stratifikasinya, estuaria diklasifikasikan menjadi tiga jenis,
yaitu :
1. Estuaria berstratifikasi nyata atau baji garam: Dicirikan oleh adanya batas
yang jelas antara air tawar dan air laut, didapatkan dilokasi dimana aliran
air tawar lebih dominan dibanding penyusupan air laut.
2. Estuaria bercampur sempurna atau estuaria homogen vertical: Pengaruh
pasang surut sangat dominant dan kuat sehingga air bercampur sempurna
dan tidak membentuk stratifikasi.
3. Estuaria berstratifikasi sebagian (moderat): Aliran air tawar seimbang
dengan masuknya air laut bersama arus pasang.

Berdasarkan salinitas ( kadar garamnya ), estuaria dibedakan menjadi tiga


jenis, yaitu :
1. Oligohalin yang berkadar garam rendah ( 0,5% – 3 % )
2. Mesohalin yang berkadar garam sedang ( 3% – 17 %)
3. Polihalin yang berkadar garam tinggi, yaitu diatas 17 %

C. Karakteristik Estuaria
Karakteristik ( ciri – ciri ) ekosistem estuaria adalah sebagai berikut :
1. Keterlindungan: Estuaria merupakan perairan semi tertutup sehingga biota
akan terlindung dari gelombang laut yang memungkinkan tumbuh
mengakar di dasar estuaria dan memungkinkan larva kerang-kerangan
menetap di dasar perairan.
2. Kedalaman: Kedalaman estuaria relatif dangkal sehingga memungkinkan
cahaya matahari mencapai dasar perairan dan tumbuhan akuatik dapat
berkembang di seluruh dasar perairan, karena dangkal memungkinkan
penggelontoran (flushing) dengan lebih baik dan cepat serta menangkal
masuknya predator dari laut terbuka (tidak suka perairan dangkal).
3. Salinitas air: Air tawar menurunkan salinitas estuaria dan mendukung biota
yang padat.
4. Sirkulasi air: Perpaduan antara air tawar dari daratan, pasang surut dan
salinitas menciptakan suatu sistem gerakan dan transport air yang
bermanfaat bagi biota yang hidup tersuspensi dalam air, yaitu plankton.
5. Pasang: Energi pasang yang terjadi di estuaria merupakan tenaga
penggerak yang penting, antara lain mengangkut zat hara dan plangton
serta mengencerkan dan meggelontorkan limbah.
6. Penyimpanan dan pendauran zat hara: Kemampuan menyimpan energi
daun pohon mangrove,lamun serta alga mengkonversi zat hara dan
menyimpanya sebagai bahan organik untuk nantinya dimanfaatkan oleh
organisme hewani.

D. Tipe-tipe Estuaria
Pembagian tipe-tipe estuari dapat dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu,
kekuatan gelombang, pasang surut dan keberadaan sungai. Kuat lemahnya ketiga
faktor ini tergantung dari bentuk geomorfologinya. Secara umum tipe-tipe estuari
dapat dibagi menjadi tujuh tipe, yaitu:
1. Embayments and drown river valleys (Teluk dengan sungai dari lembah
bukit)
2. Wave-dominated estuaries (Estuari dengan dominasi gelombang)
3. Wave-dominated deltas (Delta dengan dominasi gelombang)
4. Coastal lagoons and strandplains (Lagun dengan hamparan tanah datar)
5. Tide-dominated estuaries (Estuari dengan dominasi pasang surut)
6. Tide-dominated deltas (Delta dengan dominasi pasang surut)
7. Tidal creeks (Daerah pasang surut dengan banyak anak sungai)

E. Produktivitas Hayati Estuaria


Ekosistem estuaria merupakan ekosistem yang produktif. Produktivitas
hayatinya setaraf dengan prokduktivitas hayati hutan hujan tropik dan ekosistem
terumbu karang. Produktivitas hayati estuaria lebih tinggi dibandingkan dengan
produktivitas hayati perairan laut dan perairan tawar. Hal ini disebabkan oleh faktor
– faktor berikut :
1. Estuaria berperan sebagai penjebak zat hara. Jebakan ini bersifat fisik dan
biologis. Ekosistem estuaria mampu menyuburkan diri sendiri melalui :
 Dipertahankanya dan cepat didaur ulangnya zat-zat hara oleh hewan-
hewan yang hidup di dasar esutaria seperti bermacam kerang dan
cacing.
 Produksi detritus, yaitu partikel- partikel serasah daun tumbuhan akuatik
makro (makrofiton akuatik) seperti lamun yang kemudian dimakan oleh
bermacam ikan dan udang pemakan detritus.
 Pemanfaatan zat hara yang terpendam jauh dalam dasar lewat aktivitas
mikroba (organisme renik seperti bakteri ), lewat akar tumbuhan yang
masuk jauh kedalam dasar estuary atau lewat aktivitas hewan penggali
liang di dasar estuaria seperti bermacam cacing.

2. Di daerah tropik estuaria memperoleh manfaat besar dan kenyataanya


bahwa tetumbuhan terdiri dari bermacam tipe yang komposisinya
sedemikian rupa sehingga proses fotosintesis terjadi sepanjang tahun.
Estuaria sering memiliki tiga tipe tumbuhan, yaitu tumbuhan makro
(makrofiton) yang hidup di dasar estuary atau hidup melekat pada daun
lamun dan mikrofiton yang hidup melayang-layang tersuspensi dalam air
(fitoplankton). Proses fotosintesis yang berlansung sepanjang tahun ini
menjamin bahwa tersedia makanan sepanjang tahun bagi hewan akuatik
pemakan tumbuhan. Dalam hal ini mereka lebih baik, dinamakan hewan
akuatik pemakan detritus, karena yang dimakan bukan daun segar
melainkan partikel-partikel serasah makrofiton yang dinamakan detritus.
 Aksi pasang surut (tide) menciptakan suatu ekosistem akuatik yang
permukaan airnya berfluktuasi. Pasang umumnya makin besar
amplitudo pasang surut, makin tinggi pula potensi produksi estuaria,
asalkan arus pasang tidak tidak mengakibatkan pengikisan berat dari
tepi estuaria. Selain itu gerak bolak-balik air berupa arus pasang yang
mengarah kedaratan dan arus surut yang mengarah kelaut bebas,
dapat mengangkut bahan makanan, zat hara, fitoplanton, dan
zooplankton.

F. Biota Estuari
Sebagai wilayah peralihan atau percampuran, estuaria memiliki tiga
komponen biota, yakni fauna yang berasal dari lautan, fauna perairan tawar, dan
fauna khas estuaria atau air payau.
Fauna lautan yang tidak mampu mentolerir perubahan-perubahan salinitas
yang ekstrem biasanya hanya dijumpai terbatas di sekitar perbatasan dengan laut
terbuka, di mana salinitas airnya masih berkisar di atas 30‰. Sebagian fauna
lautan yang toleran (eurihalin) mampu masuk lebih jauh ke dalam estuaria, di mana
salinitas mungkin turun hingga 15‰ atau kurang.
Sebaliknya fauna perairan tawar umumnya tidak mampu mentolerir
salinitas di atas 5‰, sehingga penyebarannya terbatas berada di bagian hulu dari
estuaria.
Fauna khas estuaria adalah hewan-hewan yang dapat mentolerir kadar
garam antara 5-30‰, namun tidak ditemukan pada wilayah-wilayah yang
sepenuhnya berair tawar atau berair laut. Di antaranya terdapat beberapa jenis
tiram dan kerang (Ostrea, Scrobicularia), siput kecil Hydrobia, udang
Palaemonetes, dan cacing Polikaeta nereis. Di samping itu terdapat pula fauna-
fauna yang tergolong peralihan, yang berada di estuaria untuk sementara waktu
saja. Beberapa jenis udang Penaeus, misalnya, menghabiskan masa juvenilnya di
sekitar estuaria, untuk kemudian pergi ke laut ketika dewasa. Jenis-jenis sidat
(Anguilla) dan ikan salem (Salmo, Onchorhynchus) tinggal sementara waktu di
estuaria dalam perjalanannya dari hulu sungai ke laut, atau sebaliknya, untuk
memijah. Dan banyak jenis hewan lain, dari golongan ikan, reptil, burung dan lain-
lain, yang datang ke estuaria untuk mencari makanan (Nybakken, 1988).
Akan tetapi sesungguhnya, dari segi jumlah spesies, fauna khas estuaria
adalah sangat sedikit apabila dibandingkan dengan keragaman fauna pada
ekosistem-ekosistem lain yang berdekatan. Umpamanya dengan fauna khas
sungai, hutan bakau atau padang lamun, yang mungkin berdampingan letaknya
dengan estuaria. Para ahli menduga bahwa fluktuasi kondisi lingkungan, terutama
salinitas, dan sedikitnya keragaman topografi yang hanya menyediakan sedikit
relung (niche), yang bertanggung jawab terhadap terbatasnya fauna khas
setempat.

G. Adaptasi Biota di Estuari


ariasi sifat habitat estuaria, terutama dilihat dari fluktuasi salinitas dan suhu,
membuat estuaria menjadi habitat yang menekan dan keras. Bagi organisme, agar
dapat hidup dan berhasil membentuk koloni di daerah ini mereka harus memilki
adaptasi tertentu. Adaptasi tersebut antara lain:
 Adaptasi morfologis: organisme yang hidup di lumpur memiliki rambut-
rambut halus untuk menghambat penyumbatan permukaan ruang
pernafasan oleh partikel lumpur;
 Adaptasi fisiologis: berkaitan dengan mempertahankan keseimbangan ion
cairan tubuh;
 Adaptasi tingkah laku: pembuatan lubang ke dalam lumpur organisme
khususnya avertebrata.

Kebanyakan organisme yang menempati daerah ini menunjukkan adaptasi


dalam menggali dan melewati substrat yang lunak atau menempati saluran yang
permanen dalam substrat. Dikarenakan pantai lumpur juga agak tandus, hal ini
dapat dilihat dari sedikitnya organisme yang menempati permukaan daratan
lumpur. Kehadiran organisme di pantai berlumpur ditunjukkan oleh adanya
berbagai lubang di permukaan dengan ukuran dan bentuk yang berbeda. Jadi,
salah satu adaptasi utama dari organisme di daratan lumpur adalah kemampuan
untuk menggali substrat atau membentuk saluran yang permanen. Adaptasi utama
yang kedua berkaitan dengan kondisi anaerobik yang merata di seluruh substrat.
Jika organisme ingin tetap hidup ketika terkubur dalam substrat, mereka harus
beradaptasi untuk hidup dalam keadaan anaerobik atau harus membuat beberapa
jalan yang dapat mengalirkan air dari permukaan yang mengandung banyak
oksigen ke bawah. Untuk mendapatkan air dari permukaan yang kaya oksigen dan
makanan maka muncul berbagai lubang dan saluran di permukaan daratan
lumpur. Adaptasi yang umum terhadap rendahnya ketersediaan oksigen adalah
dengan membentuk alat pengangkut (misalnya, hemoglobin) yang dapat terus-
menerus mengangkut oksigen dengan konsertasi yang lebih baik dibandingkan
dengan pigmen yang sama pada organisme lain. (Nybakken, 1982)

 Tipe Organisme
Pantai berlumpur sering menhasilkan suatu pertumbuhan yang besar dari
berbagai tumbuhan. Di atas daratan lumpur yang kosong, tumbuhan yang paling
berlimpah adalah diatom, yang hidup di lapisan permukaan lumpur dan biasanya
menghasilkan warna kecoklatan pada permukaan lumpur pada saat terjadi
pasang-turun. Tumbuhan lain termasuk makroalga, Glacilaria, Ulva, dan
Enteromorpha. Pada daerah lain, khusus pada pasut terendah hidup berbagai
rumput laut, seperti Zostera.
Daratan berlumpur mengandung sejumlah besar bakteri, yang memakan
sejumlah besar bahan organik. Bakteri ini merupakan satu-satunya organisme
yang melimpah pada lapisan anaerobikdi pantai berlumpurdan membentuk
biomassa yang berarti. Bakteri ini dinamakan Bakteri Kemosintesis atau Bakteri
Sulfur, bakteri ini mendapatkan energi dari hasil oksidasi beberapa senyawa sulfur
yang tereduksi, seperti berbagai sulfida (misalnya, H2S). Mereka menghasilkan
bahan organik dengan menggunakan energi yang didapat dari oksidasi senyawa
sulfur yang tereduksi, berbeda dengan tumbuhan yang menghasilkan bahan
organik menggunakan energi matahari.
Karena bakteri ototrofik ini berlokasi di lapisan anaerobik di lumpur, maka
daratan lumpur merupakan daerah yang unik di lingkungan laut, mereka
mempunyai dua lapisan yang berbeda di mana produktivitas primer terjadi, daerah
tempat diatom, alga, dan rumput lautmelakukan fotosintesis, dan lapisan dalam
tempat bakteri melakukan kemosintesis. Mahluk dominan yang terdapat pada
daratan lumpur, yaitu cacing polichaeta, moluska bivalvia, dan krustacea besar
dan kecil, tetapi dengan jenis yang berbeda (Nybakken, 1982).

 Phytoplankton
Pertumbuhan phytoplankton di wilayah pantai estuaria berlumpur diatur
dengan suatu interaksi antara matahari, hujan, bahan gizi, dan gerakan massa air,
serta convergensi yang di akibatkan oleh arus laut. Sampai jumlah tertentu
produksi phytoplankton tergantung pada cuaca, dengan pencampuran dan
stratifikasi kolom air yang mengendalikan produktivitas utama. Percampuran
massa air vertikal yang kuat mempunyai suatu efek negatif terhadap produktivitas,
dengan mengurangi perkembangan phytoplankton maka terjadi penambahan
energi itu sendiri dan penting bagi fotosintesis. Bagaimanapun, pencampuran
vertikal adalah juga diuntungkan karena proses penambahan energi, yang
membawa bahan gizi (nutrient) dari air menuju ke permukaan di mana mereka
dapat digunakan oleh phytoplankton.

 Zooplankton dan Heterotrophs Lain


Zooplankton dan heterotrophs lain (suatu tingkatan organisma trophic
sekunder yang berlaku sebagai consumer utama organik) di dalam kolom air
mengisi suatu relung ekologis penting sebagai mata rantai antara produksi
phytoplankton utama dan produktivitas ikan. Ikan contohnya, dengan ukuran
panjang antara 50 - 200 milimeter, seperti; ikan herring juvenile dan dewasa, smelt,
stickleback, sand lance, dan ikan salem dewasa, minyak ikan, hake, pollock,
lingcod, sablefish, dan ikan hiu kecil, memperoleh bagian terbesar gizi mereka dari
zooplankton dan heterotrophs lain. Penambahan konsumen utama ini adalah
mangsa utama untuk sculpins, rockfish, ikan hiu, burung, dan paus ballen. Di
muara 4), ditemukan ikan salem mudasungai Duwamish (dengan
kedalaman memangsa gammarid amphipods yang lebih besar dari ukuran
tubuhnya. Selain itu, ikan salem juga menyukai jenis Corophium salmonis dan
Eogammarus confervicolus. Sebagai tambahan, gammarid amphipods, dalam
bentuk juvenille mengkonsumsi calanoid dan harpacticoid copepods. Merah muda
pemuda ikan salem, pada sisi lain, lebih menyukai harpacticoids yang diikuti oleh
calanoid copepods. Juvenille chinook mempercayakan kepada gammaridean
amphipods dan calanoid copepods sebagai betuk diet mereka. Menunjukkan
bahwa 85 sampai 92 % zooplankton di teluk adalah calanoid copepods. Secara
teknis, istilah zooplankton mengacu pada format hewan plankton, yang tinggal di
kolom air dan pergerakan utama semata-mata dikendalikan oleh keadaan insitu
lingkungan (current movement). Bagaimanapun, yang mereka lakukan akan
mempunyai kemampuan untuk berpindah tempat vertikal terhadap kolom air dan
boleh juga berpindah tempat secara horisontal dari pantai ke laut lepas sepanjang
yaitu musim semi dan musim panas dalam untuk mencari lokasi yang cocok untuk
pertumbuhan mereka. Migrasi vertikal menciptakan sonik lapisan menyebar ketika
zooplankton bergerak ke permukaan pada malam hari dan tempat yag terdalam
pada siang hari. Pada daerah berlumpur dengan olakan gelombang besar, migrasi
vertical zooplankton akan terhalang. Sedangkan, migrasi horisontal musiman
mengakibatkan zooplankton akan mengalami blooming (pengkayaan).

 Infauna dan Epifauna Benthic


Infauna Benthic (organisma yang tinggal di sedimen) dan epifauna
(organisma yang mempertahankan hidup di sedimen) adalah suatu kumpulan taxa
berbeda-beda mencakup clam, ketam, cacing, keong, udang, dan ikan.
Sedangkan burrowers, adalah binatang pemakan bangkai, pemangsa, dan
pemberi makan/tempat makan sejumlah phytoplankton, zooplankton, sedimen,
detritus dan nutrient lainnya.
Mereka berperan penting dalam jaring makanan di pantai berlumpur, juga
bertindak sebagai konvertor untuk pembuatan bahan-bahan organik pada
tingkatan trophic lebih tinggi, sehingga menyokong peningkatan produktivitas alam
bebas (wildlife) dan ikan. Di lain pihak, ikan-ikan demersal, neretic, dan pemangsa
terestrial contohnya elasmobranchs ( ikan hiu, skates dan manta rays-pari), flatfish
dan bottomdwelling jenis lainnya; shorebirds; mamalia laut, termasuk ikan paus
dan berang-berang laut; dan manusia. Dengan diuraikannya secara rinci
bagaimana berbagai rantai makanan terhubung ke dalam suatu jaringan makanan
terpadu pada benthic community dalam system dinamika pantai berlumpur adalah
penting untuk di jawab bahwa ekosistem pantai berlumpur ini berperan di dalam
keseimbangan produktifitas primer perairan. Zedler (1980)
Predator asli di dataran lumpur ini mencakup beberapa cacing polychaeta
seperti Glycera spp., siput bulan (Polinices, Natica) dan kepiting. Jadi, struktur
trofik dataran lumpur sering terbentuk berdasarkan dua hal, yaitu : berdasarkan
detritus – bakteri dan berdasarkan tumbuhan.
H. Peran Ekologis Estuaria
Secara singkat peran ekologi estuaria yang penting adalah sebagai berikut:
1. Merupakan sumber zat hara dan bahan organik bagi bagian estuari yang
jauh dari garis pantai maupun yang berdekatan denganya lewat sirkulasi
pasang surut (tidal circulation).
2. Menyediakan habitat bagi sejumlah spesies ikan yang ekonomis penting
sebagai tempat berlindung dan tempat mencari makan (feeding ground).
3. Memenuhi kebutuhan bermacam spesies ikan dan udang yang hidup
dilepas pantai, tetapi bermigrasi keperairan dangkal dan berlindung untuk
memproduksi dan/atau sebagai tempat tumbuh besar (nursery ground)
anak mereka.
4. Sebagai potensi produksi makanan laut di estuaria yang sedikit banyak
didiamkan dalam keadaan alami. Kijing yang bernilai komersial (Rangia
euneata) memproduksi 2900 kg daging per ha dan 13.900 kg cangkang per
ha pada perairan tertentu di texas.
5. Perairan estuaria secara umum dimanfaatkan manusia untuk tempat
pemukiman,
6. Tempat penangkapan dan budidaya sumberdaya ikan
7. Jalur transportasi, pelabuhan dan kawasan industri.
III. PENUTUP

A. Kesimpulan
Estuaria merupakan tempat pertemuan air tawar dan air asin.Tempat ini
berperan sebagai daerah peralihan antara kedua ekosistem akuatik. Estuari
(muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering dipagari
oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam. Salinitas air berubah
secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga dipengaruhi
oleh siklus harian dengan pasang surut aimya. Nutrien dari sungai memperkaya
estuari.
Ekosistem estuaria disusun oleh komponen bioti dan abiotik yang saling
melakukan interaksi. Biota yang menyusun estuaria diantaranya adalah berbagai
macam hewan dan tumbuhan.
Hewan yang mendiami estuaria dapat berbentuk spesies endemik (seluruh
hidupnya tinggal di estuaria) seperti berbagai macam kerang dan kepiting serta
berbagai macam ikan, spesies yang tinggal di estuaria untuk sementara seperti
larva, beberapa spesies udang dan ikan yang setelah dewasa berimigrasi ke laut
serta spesies ikan yang menggunakan estuaria sebagai jalur imigrasi dari laut ke
sungai dan sebaliknya seperti sidat dan ikan salmon.
Secara umum, tumbuhan yang hidup di ekosistem estuaria adalah
Tumbuhan Lamun (sea grass) dan Algae mikro yang hidup sebagai plankton
nabati atau hidup melekat pada daun lamun.
Organism – organism yang hidup di estuaria melakukan berbagai adaptasi
untuk mempertahankan hidupnya, seperti adaptasi morfologi yang berkaitan
dengan bentuk dan ukuran tubuh, adaptasi fisiologi yang berkaitan dengan
pengaturan osmosis dalam tubuh dan adaptasi tingkah laku ( behavioral ) yang
berkaitan dengan hubungan interaksi organisme.
Ekosistem estuaria memiliki beberapa peranan terhadap alam dan
organisme lainnya. Ekosistem estuaria mempunyai peranan yang cukup besar
terhadap keanekaragaman ekosistem di dunia ini. Oleh karena itu, ekosistem
estuaria perlu dijaga kelestariannya, karena dalam ekosistem estuaria terdapat
berbagai organisme yang turut menyusun keanekaragaman hayati.
DAFTAR PUSTAKA

Kasim, Ma’Ruf. 2005. Estuary : Lingkungan unik yang sangat penting.


http://maruf.wordpress.com/2005/12/27/estuary-lingkungan-unik-yang-
sangat-penting/. (Diakses 19 April 2018)
Kasim, Ma’Ruf. 2005. Pola Percampuran Estuary.
http://maruf.wordpress.com/2005/12/22/pola-percampuran-estuary/.
(Diakses Diakses 19 April 2018)
NIWA Science. 2007. New Zealand Estuaries.
http://www.niwa.cri.nz/edu/students/estuaries. (Diakses 19 April 2018)
Nybakken, James W. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta:PT.
Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai