Anda di halaman 1dari 18

A.

Pengertian Estuaria dan Klasifikasinya

Estuaria adalah wilayah pesisir semi tertutup yang mempunyai hubungan bebas dengan laut
terbuka dan menerima masukan air tawar dari daratan.Secara sederhana estuaria didefinisikan
sebagai tempat pertemuan air tawar dan air asin (Nybakken, 1988).Sebagian besar estuaria
didominasi oleh substrat berlumpur yang merupakan endapan yang dibawa oleh air tawar dan
air laut.

Model Perairan Estuari

Estuaria merupakan perairan yang semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut,
sehingga laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar (Bengen, 2002).
Kombinasi pengaruh air laut dan air tawar akan menghasilakan suatu komunitas yang khas,
dengan lingkungan yang bervariasi (Supriharyono, 2000), antara lain:

1. Tempat bertemunya arus air dengan arus pasang-surut, yang berlawanan menyebabkan
suatu pengaruh yang kuat pada sedimentasi, pencampuran air dan ciri-ciri fisika lainnya,
serta membawa pengaruh besar pada biotanya.

2. Pencampuran kedua macam air tersebut menghasilkan suatu sifat fisika lingkungan khusus
yang tidak sama dengan sifat air sungai maupun air laut.

3. Perubahan yang terjadi akibat adanya pasang-surut mengharuskan komunitas mengadakan


penyesuaian secara fisiologis dengan lingkungan sekelilingnya.

4. Tingkat kadar garam didaerah estuaria tergantung pada pasang-surut air laut, banyaknya
aliran air tawar dan arus-arus lainnya, serta topografi daerah estuaria tersebut.
Estuaria dapat diklasifikasikan berdasarkan pada karakteristik, diantaranya:

o Geomorfologis: lembah sungai tergenang, estuaria jenis fyord, estuaria bentukan tanggul dan
estuaria bentukan tektonik.

o Estuaria daratan pesisir, paling umum dijumpai, dimana pembentukannya terjadi akibat
penaikan permukaan air laut yang menggenangi sungai bagian pantai yang landai

o Laguna (Gobah) atau teluk semi tertutup, terbentuk oleh adanya beting pasir yang terletak
sejajar dengan garis pantai sehingga menghalangi interaksi langsung dan terbuka dengan
perairan laut.

o Fyords, merupakan estuaria yang dalam, terbentuk oleh aktivitas glester yang mengakibatkan
tergenangnya lembah es oleh air laut

o Estuaria tektonik, terbentuk akibat aktivitas tektonik (gempa bumi atau letusan gunung berapi),
yang mengakibatkan turunnya permukaan tanah yang kemudian digenangi oleh air laut pada
saat pasang.

Sedangkan berdasarkan stratifikasinya, estuaria diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu :

o Estuaria berstratifikasi nyata atau baji garam, dicirikan oleh adanya batas yang jelas antara air
tawar dan air laut, didapatkan dilokasi dimana aliran air tawar lebih dominan dibanding
penyusupan air laut.

o Estuaria bercampur sempurna atau estuaria homogen vertical, pengaruh pasang surut sangat
dominant dan kuat sehingga air bercampur sempurna dan tidak membentuk stratifikasi.

o Estuaria berstratifikasi sebagian (moderat), aliran air tawar seimbang dengan masuknya air
laut bersama arus pasang.

Kemudian, berdasarkan salinitas (kadar garamnya), estuaria dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :

o Oligohalin yang berkadar garam rendah ( 0,5% 3 % ).

o Mesohalin yang berkadar garam sedang ( 3% 17 %).

o Polihalin yang berkadar garam tinggi, yaitu diatas 17 %.

Bentuk estuaria bervariasi dan sangat bergantung pada besar kecilnya air sungai,kisaran
pasang surut, dan bentuk garis pantai.Kebanyakan estuaria didominasi subtrat lumpur yang
berasal dari endapan yang dibawa oleh air tawar maupun air laut. Karena partikel yang
mengendap kebanyakan bersifat organik, subtrat dasar estuaria biasanya kaya akan bahan
organik. Bahan organic ini menjadi cadangan makanan utama bagi organisme estuaria.

Dengan kondisi lingkungan fisik yang bervariasi dan merupakan daerah peralihan antara darat
dan laut, estuari mempunyai pola pencampuran air laut dan air tawar yang tersendiri. Menurut
(Kasim, 2005), pola pencampuran sangat dipengaruhi oleh sirkulasi air, topografi, kedalaman
dan pola pasang surut karena dorongan dan volume air akan sangat berbeda khususnya yang
bersumber dari air sungai. Berikut pola pencampuran antara air laut dengan air tawar:

1. Pola dengan dominasi air laut (Salt wedge estuary) yang ditandai dengan desakan dari air laut
pada lapisan bawah permukaan air saat terjadi pertemuan antara air sungai dan air laut.
Salinitas air dari estuaria ini sangat berbeda antara lapisan atas air dengan salinitas yang lebih
rendah dibanding lapisan bawah yang lebih tinggi.

2. Pola percampuran merata antara air laut dan air sungai (well mixed estuary). Pola ini ditandai
dengan pencampuran yang merata antara air laut dan air tawar sehingga tidak terbentuk
stratifikasi secara vertikal, tetapi stratifikasinya dapat secara horizontal yang derajat salinitasnya
akan meningkat pada daerah dekat laut.

3. Pola dominasi air laut dan pola percampuran merata atau pola percampuran tidak merata
(Partially mixed estuary). Pola ini akan sangat labil atau sangat tergantung pada desakan air
sungai dan air laut. Pada pola ini terjadi percampuran air laut yang tidak merata sehingga hampir
tidak terbentuk stratifikasi salinitas baik itu secara horizontal maupun secara vertikal.

4. Pada beberapa daerah estuaria yang mempunyai topografi unik, kadang terjadi pola tersendiri
yang lebih unik. Pola ini cenderung ada jika pada daerah muara sungai tersebut mempunyai
topografi dengan bentukan yang menonjol membetuk semacam lekukan pada dasar estuaria.
Tonjolan permukaan yang mencuat ini dapat menstagnankan lapisan air pada dasar perairan
sehingga, terjadi stratifikasi salinitas secara vertikal. Pola ini menghambat turbulensi dasar yang
hingga salinitas dasar perairan cenderung tetap dengan salinitas yang lebih tinggi.

B. Sifat-Sifat Ekologis Estuari

Sebagai tempat pertemuan air laut dan air tawar, salinitas di estuaria sangat bervariasi.Baik
menurut lokasinya di estuaria, ataupun menurut waktu.Secara umum salinitas yang tertinggi
berada pada bagian luar, yakni pada batas wilayah estuaria dengan laut, sementara yang
terendah berada pada tempat-tempat di mana air tawar masuk ke estuaria.Pada garis vertikal,
umumnya salinitas di lapisan atas kolom air lebih rendah daripada salinitas air di lapisan
bawahnya. Ini disebabkan karena air tawar cenderung terapung di atas air laut yang lebih berat
oleh kandungan garam. Kondisi ini disebut estuaria positif atau estuaria baji garam (salt wedge
estuary) (Nybakken, 1988).Akan tetapi ada pula estuaria yang memiliki kondisi berkebalikan, dan
karenanya dinamai estuaria negatif.Misalnya pada estuaria-estuaria yang aliran air tawarnya
sangat rendah, seperti di daerah gurun pada musim kemarau. Laju penguapan air di permukaan,
yang lebih tinggi daripada laju masuknya air tawar ke estuaria, menjadikan air permukaan dekat
mulut sungai lebih tinggi kadar garamnya. Air yang hipersalin itu kemudian tenggelam dan
mengalir ke arah laut di bawah permukaan.Dengan demikian gradien salinitas airnya berbentuk
kebalikan daripada estuaria positif.Oleh karena itu, dinamika pasang surut air laut sangat
mempengaruhi perubahan-perubahan salinitas dan pola persebarannya di estuaria.Pola ini juga
ditentukan oleh geomorfologi dasar estuaria.

Sementara perubahan-perubahan salinitas di kolom air dapat berlangsung cepat dan dinamis,
salinitas substrat di dasar estuaria berubah dengan sangat lambat.Substrat estuaria umumnya
berupa lumpur atau pasir berlumpur, yang berasal dari sedimen yang terbawa aliran air, baik dari
darat maupun dari laut.Sebabnya adalah karena pertukaran partikel garam dan air yang terjebak
di antara partikel-partikel sedimen, dengan yang berada pada kolom air di atasnya berlangsung
dengan lamban.

C. Produktivitas di Perairan Estuaria

Salah satu bagian wilayah pesisir yang memiliki tingkat kesuburan cukup tinggiadalah estuaria
(muara sungai). Daerah ini merupakan ekosistem produktif yang setaradengan hutan hujan
tropik dan terumbu karang, karena perannya adalah sebagai sumberzat hara, memiliki komposisi
tumbuhan yang beragam sehingga proses fotosintesis dapatberlangsung sepanjang tahun, serta
sebagai tempat terjadinya fluktuasi permukaan airakibat aksi pasang surut. Kondisi ekosistem
yang produktif ini kemudian menjadikannyasebagai salah satu wilayah yang memiliki tingkat
produktifitas tinggi. Produktifitasmerupakan suatu proses produksi yang menghasilkan bahan
organik yang meliputiproduktifftas primer ataupun sekunder. (Anonim, 2011dalam Hafazah,
2012).

Produktifitas estuaria, pada kenyataannya bertumpu atas bahan-bahan organik yang terbawa
masuk estuaria melalui aliran sungai atau arus pasang surut air laut.Produktifitas primernya
sendiri, karena sifat-sifat dinamika estuaria sebagaimana telah diterangkan di atas dan karena
kekeruhan airnya yang berlumpur, hanya dihasilkan secara terbatas oleh sedikit jenis alga,
rumput laut, diatom bentik dan fitoplankton.Meski demikian, bahan-bahan organik dalam rupa
detritus yang terendapkan di estuaria membentuk substrat yang penting bagi tumbuhnya alga
dan bakteri, yang kemudian menjadi sumber makanan bagi tingkat-tingkat trofik di atasnya.
Banyaknya bahan-bahan organik ini dibandingkan oleh Odum dan de la Cruz (1967), dalam
Nybakken (1988) yang mendapatkan bahwa air drainase estuaria mengandung sampai 110 mg
berat kering bahan organik per liter, sementara perairan laut terbuka hanya mengandung bahan
yang sama 1-3 mg per liter.Oleh sebab itu, organisme terbanyak di estuaria adalah para
pemakan detritus, yang sesungguhnya bukan menguraikan bahan organik menjadi unsur hara,
melainkan kebanyakan mencerna bakteri dan jasad renik lain yang tercampur bersama detritus
itu. Pada gilirannya, para pemakan detritus berupa cacing, siput dan aneka kerang akan
dimakan oleh udang dan ikan, yang selanjutnya akan menjadi mangsa tingkat trofik di atasnya
seperti ikan-ikan pemangsa dan burung.

Melihat banyaknya jenis hewan yang sifatnya hidup sementara di estuaria, bisa disimpulkan
bahwa rantai makanan dan rantai energi di estuaria cenderung bersifat terbuka.Dengan pangkal
pemasukan dari serpih-serpih bahan organik yang terutama berasal dari daratan (sungai, rawa
asin, hutan bakau), dan banyak yang berakhir pada ikan-ikan atau burung yang kemudian
membawa pergi energi keluar dari sistem.

D. Sumber daya Biota Estuari

Sebagai wilayah peralihan atau percampuran, estuaria memiliki tiga komponen biota, yakni
fauna yang berasal dari lautan, fauna perairan tawar, dan fauna khas estuaria atau air
payau.Fauna lautan yang tidak mampu mentolerir perubahan-perubahan salinitas yang ekstrem
biasanya hanya dijumpai terbatas di sekitar perbatasan dengan laut terbuka, di mana salinitas
airnya masih berkisar di atas 30. Sebagian fauna lautan yang toleran (eurihalin) mampu masuk
lebih jauh ke dalam estuaria, di mana salinitas mungkin turun hingga 15 atau kurang.Sebaliknya
fauna perairan tawar umumnya tidak mampu mentolerir salinitas di atas 5, sehingga
penyebarannya terbatas berada di bagian hulu dari estuaria.

Lingkunganperairan estuary merupakan lingkungan yang sangat kaya akan nutrient yang
menjadiunsur terpenting bagi pertumbuhan phytoplankton. Inilah sebenarnya kunci dari
keunikanlingkungan estuari. Sebagai kawasan yang sangat kaya akan unsur hara (nutrient)
estuari dikenal dengan sebutan daerah pembesaran (nursery ground) bagi berjuta
ikan,invertebrate (Crustacea, Bivalvia, Echinodermata, Annelida dan masih banyak lagikelompok
infauna). Tidak jarang ratusan jenis ikan-ikan ekonomis penting sepertisi, baronang, sunu dan
masih banyak lagi menjadikan daerah estuari sebagai daerahpemijahan dan pembesaran.
Udangniaga yang memijah di laut lepas membesarkanlarvanya di ekosistem ini
denganmemanfaatkannya sebagai sumber makanan.

Fauna khas estuaria adalah hewan-hewan yang dapat mentolerir kadar garam antara 5-30,
namun tidak ditemukan pada wilayah-wilayah yang sepenuhnya berair tawar atau berair laut. Di
antaranya terdapat beberapa jenis tiram dan kerang (Ostrea, Scrobicularia), siput kecil Hydrobia,
udang Palaemonetes, dan cacing (polikaeta) Nereis.Di samping itu terdapat pula fauna-fauna
yang tergolong peralihan, yang berada di estuaria untuk sementara waktu saja.Beberapa jenis
udang Penaeus, misalnya, menghabiskan masa juvenilnya di sekitar estuaria, untuk kemudian
pergi ke laut ketika dewasa. Jenis-jenis sidat (Anguilla) dan ikan salem (Salmo, Onchorhynchus)
tinggal sementara waktu di estuaria dalam perjalanannya dari hulu sungai ke laut, atau
sebaliknya, untuk memijah. Dan banyak jenis hewan lain, dari golongan ikan, reptil, burung dan
lain-lain, yang datang ke estuaria untuk mencari makanan (Nybakken, 1988).Berdasarkan
adaptasinya organisme di lingkungan estuaria mempunyai 3 (tiga)tipe adaptasi untuk
mempertahankan hidupnya (Kennish, 1990). yaitu :

1. Adaptasi morfologis yaitu : organisme yang hidup di lumpur memiliki rambut-rambut halus
(setae) untuk menghambat penyumbatan-penyumbatan permukaan ruang pernapasan oleh
partikel lumpur.

2. Adaptasi fisiologis yaitu : berkaitan dengan mempertahankan keseimbangan ion cairan


tubuh dalam menghadapifluktuasi salinitas eksternal.

3. Adaptasi tingkah laku pembuatan lubang ke dalam lumpur oleh rganisme, khususnya
invertebrata.

Berikut gambar berapa spesies yang mendiami daerah estuari :

1. Anthozoa Polychaeta

Anemones Worms

Diadumene lineate Ficopomatus enigmaticus

2. Gastropoda

Snails

Iliyanassa obselata Busycotypus canaliculatus


3. Bivalvia

Clams, mussel, etc

Geukensia demissa

4. Crustacea

Barnacles, Crabs, Etc.

Carcinus maenas

5. Bryozoa

Moss Animals

Watersipora subtorquata
6. Tunicata

Sea Squirts

Botrylloides violaceus Botryllus schlosseri Styela clava

Sumber gambar :Center for Research on Aquatic Bioinvasions and the San Francisco Estuary
Institute.

E. Komponen Flora

Hampir semua bagian esturari terendam terdiri dari subtrat lumpur dan tidak cocok untuk
melekatnya makroalga.Selain karena substrat, pengaruh sinar cahayayang minim menyebabkan
terbentuknya dua lapisan.Lapisan bawah tanpa tumbuhanhidup dan lapisan atas mempunyai
tumbuhan yang terbatas. Di daerah hilir estuary terdapat padang rumput laut (Zostera dan
Cymodeca). Selain itu terdapat padang lamun. Lamun didefinisikan sebagai satu-satunya
tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang mampu beradaptasi secara penuh di perairan yang
salinitasnya cukup tinggi atau hidup terbenam di dalam air dan memiliki rhizoma, daun, dan akar
sejati. Beberapa ahli juga mendefinisikan lamun (Seagrass) sebagai tumbuhan air berbunga,
hidup di dalam air laut, berpembuluh, berdaun, berimpang, berakar, serta berbiak dengan biji
dan tunas. Selain miskin dengan jumlah fauna estuari juga miskin dengan flora. Keruhnya
perairan estuari menyebabkan hanya tumbuhan yang mencuat yang dapat tumbuh
mendominasi, mungkin terdapat padang rumput laut (Zosfera thalassia, Cymodocea) selain
ditumbuhi oleh alga hijau dari Genera Ulva, Entheromorpha dan Chadophora. Estuaria berperan
sebagai perangkap nutrien (nutrient trap) yang mengakibatkan semua unsur-unsur esensial
dapat didaur ulang oleh bermacam kerang, cacing dan oleh detritusatau bekteri secara
berkesinambungan sehingga terwujud produktivitas primer yang tinggi. Plankton estuaria miskin
dalam jumlah spesies. Dengan demikian, yang ditemukan hanya jenis diatom dan dinoflagellata.
Jenis diatom yang dominan adalah Skeletonema, Asterionella dan Melosira. Sedangkan
dinoflagellata yang melimpah adalah Gymnodinium, Gonyaulax dan Ceratium. Banyaknya
zooplankton yang berkembang membuktikan bahwa terjadi keterbatasan produktivitas
fitoplankton.

Gambar fauna di daerah estuary :

Phaeophyta

Brown Seaweeds

Sargassum muticum

Porifera

Sponges

Clathria prolifera
F. Komposisi Fauna

Di perairan estuaria terdapat 3 komponen fauna yaitu: fauna laut, fauna air tawar dan fauna
payau. Komponen fauna yang terbesar adalah fauna air laut yaitu hewan stenohaline yang
terbatas kemampuannya dalam mentolelir perubahan salinitas (umumnya >= 30) dan hewan
euryhaline yang mempunyai kemampuan untuk mentolerirberbagai perubahan atau penurunan
salinitas di bawah 30. Fauna lautan yang tidak mampu mentolerir perubahan-perubahan salinitas
yang ekstrem biasanya hanyadijumpai terbatas di sekitar perbatasan dengan laut terbuka, di
mana salinitas airnya masih berkisar di atas 30. Sebagian fauna lautan yang toleran (eurihalin)
mampumasuk lebih jauh ke dalam estuaria, di mana salinitas mungkin turun hingga 15 atau
kurang.Sebaliknya fauna perairan tawar umumnya tidak mampu mentolerir salinitas di atas 5,
sehingga penyebarannya terbatas berada di bagian hulu dari estuaria.

Fauna khas estuaria adalah hewan-hewan yang dapat mentolerir kadar garam antara 5-30,
namun tidak ditemukan pada wilayah-wilayah yang sepenuhnya berairtawar atau berair laut. Di
antaranya terdapat beberapa jenis tiram dan kerang (Ostrea,Scrobicularia), siput kecil Hydrobia,
udang Palaemonetes, dan cacing polikaeta Nereis.Di samping itu terdapat pula fauna-fauna
yang tergolong peralihan, yangberada di estuaria untuk sementara waktu saja. Beberapa jenis
udang Penaeus,misalnya, menghabiskan masa juvenilnya di sekitar estuaria, untuk kemudian
pergi kelaut ketika dewasa. Jenis-jenis sidat (Anguilla) dan ikan salem (Salmo,Onchorhynchus)
tinggal sementara waktu di estuaria dalam perjalanannya dari hulusungai ke laut, atau
sebaliknya, untuk memijah. Dan banyak jenis hewan lain, darigolongan ikan, reptil, burung dan
lain-lain, yang datang ke estuaria untuk mencarimakanan (Nybakken, 1988). Akan tetapi
sesungguhnya, dari segi jumlah spesies,fauna khas estuaria adalah sangat sedikit apabila
dibandingkan dengan keragaman fauna pada ekosistem-ekosistem lain yang berdekatan.
Umpamanya dengan faunakhas sungai, hutan bakau atau padang lamun, yang mungkin
berdampingan letaknyadengan estuaria. Para ahli menduga bahwa fluktuasi kondisi lingkungan,
terutamasalinitas, dan sedikitnya keragaman topografi yang hanya menyediakan sedikit relung
(niche), yang bertanggung jawab terhadap terbatasnya fauna khas setempat sehingga jumlah
spesies organisme yang mendiami estuari jauh lebih sedikit jika dibandingkandengan organisme
yang hidup di perairan tawar dan laut.Hal ini karena ketidakmampuan organisme air tawar
mentolerir kenaikan salinitas dan organisme air laut mentolerir penurunan salinitas
estuaria.Akibatnya hanya spesies yang memiliki kekhususan fisiologi yang mampu bertahan
hidup di estuari.

G. Rantai makanan di Estuari

Rantai makanan adalah perpindahan energi makanan dari sumber daya tumbuhan melalui seri
organisme atau melalui jenjang makan (tumbuhan-herbivora-carnivora).Pada setiap tahap
pemindahan energi, 80%-90% energi potensial hilang sebagai panas, karena itu langkah-
langkah dalam rantai makanan terbatas 4-5 langkah saja. Dengan perkataan lain, semakin
pendek rantai makanan semakin besar pula energi yang tersedia (Christoper, 2012). Oleh
karena itu, pada ekosistem estuaria dikenal 3 (tiga ) tipe rantai makanan yang didefinisikan
berdasarkan bentuk makanan atau bagaimana makanan tersebut dikonsumsi : grazing, detritus
dan osmotik. Fauna diestuaria, seperti udang, kepiting, kerang, ikan, dan berbagai jenis cacing
berproduksi dan saling terkait melalui suatu rantai dan jaring makanan yang kompleks
(Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan
fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan.
Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut yang menjadikan estuari sebagai tempat
kawin atau bermigrasi untuk menuju habitat air tawar.Estuari juga merupakan tempat mencari
makan bagi vertebrata semi air, yaitu unggas air.

Ada dua tipe dasar rantai makanan:

1. Rantai makanan rerumputan (grazing food chain). Misalnya: tumbuhan-herbivora-


carnivora.

2. Rantai makanan sisa (detritus food chain). Bahan mati mikroorganisme (detrivora atau
organisme pemakan sisa) predator.

Suatu rantai adalah suatu pola yang kompleks saling terhubung, rantai makanan di dalam suatu
komunitas yang kompleks antar komunitas, selain daripada itu, suatu rantai makanan adalah
suatu kelompok organisme yang melibatkan perpindahan energi dari sumber utamanya (yaitu.,
cahaya matahari, phytoplankton, zooplankton, larval ikan, kecil ikan, ikan besar, binatang
menyusui). Jenis dan variasi rantai makanan adalah sama banyak seperti jenis/spesies di antara
mereka dan tempat kediaman yang mendukung mereka. Selanjutnya, rantai makanan dianalisa
didasarkan pada pemahaman bagaimana rantai makanan tersebut memperbaiki mekanisme
pembentukannya.Ini dapat lebih lanjut dianalisa sebab bagaimanapun jenis tunggal boleh
menduduki lebih dari satu tingkatan trophic di dalam suatu rantai makanan.(Johannessen et al,
2005dalam Christoper, 2012).

Di perairan estuary terdapat tiga bagian terbesar dalam rantai makanan yaitu: phytoplankton,
zooplankton, dan infauna benthic. Sebab phytoplankton dan zooplankton adalah komponen
rantai makanan utama dan penting, dimana bagian ini berisi informasi yang mendukung
keberadaan organisme tersebut. Sedangkan, infauna benthic adalah proses yang melengkapi
pentingnya rantai makanan di dalam ekosistem pantai berlumpur. Selanjutnya, pembahasan ini
penekananya pada bagaimana mata rantai antara rantai makanan dan tempat
berlindungnya(Johannessen et al, 2005 dalam Christoper, 2012).
Keruhnya perairan estuaria menyebabkan hanya tumbuhan mencuat yang dapat tumbuh
mendominasi.Rendahnya produktivitas primer di kolom air, sedikitnya herbivora dan terdapatnya
sejumlah besar detritus menunjukkan bahwa rantai makanan pada ekosistem estuaria
merupakan rantai makanan detritus.Detritus membentuk substrat untuk pertumbuhan bakteri dan
algae yang kemudian menjadi sumber makanan penting bagi organisme pemakan suspensi dan
detritus.Suatu penumpukan bahan makanan yang dimanfaatkan oleh organisme estuaria
merupakan produksi bersih dari detritus ini.Fauna di estuaria, seperti ikan, kepiting, kerang, dan
berbagai jenis cacing berproduksi dan saling terkait melalui suatu rantai makanan yang
kompleks (Bengen, 2002).

H. Produsen primer di Estuari

Di dalam ekosistem estuari dapat dijumpai berbagai jenis produsen primer. Pada paparan pasir
atau lumpur, dapat dijumpai lamun (Enhalus acoroides) yang merupakan tumbuhan berbunga,
dan beberapa jenis algae, antara lain algae berfilamen seperti Enteromorpha sp., dan Padina sp.
Di dalam kolom air estuari dijumpai fitoplankton, seperti diatom atau dinoflagellata.Produktivitas
primer jenis-jenis tumbuhan tersebut sudah tentu tergantung pada sinar matahari dan suhu,
serta juga dipengaruhi oleh adanya nutrisi, terutama nitrogen dan fosfat. Begitu tingginya tingkat
produktivitas primer di estuari disbanding dengan di laut ini terutama disebabkan oleh tingginya
tingkat nutrisi di estuari. Nutrisi ini sangat banyak terdapat di perairan estuari, baik yang datang
dari laut, sungai, atau daratan di sekitar estuari. Di dalam estuari, nutrisi itu digunakan oleh
tumbuhan. Tumbuhan yang mati kemudian didaur ulang oleh bakteri pembusuk atau
decomposer menjadi nutrisi kembali untuk dimanfaatkan lagi oleh tumbuhan.Tentang peran
produsen primer di dalam ekosistem estuari ini, detritus juga memegang peranan penting.
Detritus yang terdiri dari sisa-sisa pembusukan tumbuhan produsen primer dan mikroba,
mempunyai peran penting dalam menjaga kestabilan ekosistem estuari. Keberadaan detritus
menjamin suplai makanan sepanjang tahun dan diabsorbsinya kembali nutrisi yang telah larut.

I. Konsumen Primer di Estuari

Zooplankton dan heterotrophs lain (suatu tingkatan organisme trophic sekunder yang berlaku
sebagai consumer utama organik) di dalam kolom air mengisi suatu relung ekologis penting
sebagai mata rantai antara produksi phytoplankton utama dan produktivitas ikan.
Secara teknis, istilah zooplankton mengacu pada format hewan plankton, yang tinggal di kolom
air dan pergerakan utama semata-mata dikendalikan oleh keadaan insitu lingkungan (current
movement). Bagaimanapun, yang mereka lakukan akan mempunyai kemampuan untuk
berpindah tempat vertikal terhadap kolom air dan boleh juga berpindah tempat secara horisontal
dari pantai ke laut lepas sepanjang yaitu musim semi dan musim panas dalam untuk mencari
lokasi yang cocok untuk pertumbuhan mereka. Migrasi vertikal menciptakan sonik lapisan
menyebar ketika zooplankton bergerak ke permukaan pada malam hari dan tempat yag terdalam
pada siang hari. Pada daerah berlumpur dengan olakan gelombang besar, migrasi vertical
zooplankton akan terhalang. Sedangkan, migrasi horisontal musiman mengakibatkan
zooplankton akan mengalami blooming (pengkayaan).

J. Konsumen Sekunder di Estuari

Estuari kaya akan sumber makanan bagi konsumen primer dari rantai makanan. Sumber
makanan utama diperoleh dari besarnya jumlah detritus yang melimpah di dalam kolom air dan
di dasar estuari.Sebagian besar hewan konsumen primer terdapat di dasar estuari, seperti teritip
(Krustasea, Cirripedia), kerang dan keong (Bivalvia dan Gastropoda) yang berada di permukaan
dasar estuari, ataupun hewan lainnya yang hidup di dalam lumpur, seperti cacing.Zooplankton
biasanya berada di kolom air. Akan tetapi, adanya arus pasang surut dan aliran sungai yang
masuk ke estuari ditambah lagi dengan keterbatasan yang ditimbulkan dari kekeruhan, membuat
zooplankton mempunyai peran kecil dalam rantai makanan estuari dibanding dengan perannya
di laut. Makanan zooplankton dan bentos kebanyakan berada dalam bentuk partikel organik
halus, apakah itu berupa fitoplankton hidup atau macam-macam fragmen hasil pembusukan
yang menjadi detritus.

1. Bentos yang hidup di estuari

Bentos dalam estuari dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

a. Yang hidup di permukaan lumpur, contohnya seperti Perna viridis (kerang hijau) dan
siput Strombus sp

Kerang Hijau
Strombus adalah karnivorus (pemakan jenis siput yang lebih kecil) di permukaan paparan
lumpur estuari, hidupnya merayap,sedangkan kerang hijau, Perna viridis, hidup menempel di
permukaan dan mendapatkanmakanannya dengan jalan menyaring partikel-partikel organik
yang ada dalam kolom air dan terbawa oleh arus.

b. Yang hidup di dalam lumpur, contohnya cacing Marphysa sp. dan Branchimaldane sp.

Cacing (Marphysa sp)

Cacing ini memakan benda-benda organik (detritus), diatom yangterdapat di dasar, atau benda
organic yang tersuspensi pada waktu air pasang dansurut Cacing Marphysa sp. terutama
terdapat di dasar perairan dengan sedimen tidak lebih kecil dari 80m. Biomassa cacing ini
tergantung dari banyak sedikitnya senyawa organik di dalam lumpur.

2. Krustasea

Berbagai macam jenis krustasea ditemukan dalam habitat estuari mulai dari yang besar sampai
yang kecil.Komponen utama dari krustasea yang hidup di estuari adalah amfipod (Amphipoda)
yang hidup di dalam lumpur dekat permukaan. Amfipod membuat liang yang khas berbentuk U.
Binatang ini memakan berbagai detritus organik dan keluar dari liang untuk mencari fragmen
detritus di sekitarnya. Selain Amphipoda, krustasea lain yang biasa ditemukan adalah kelompok
kepiting (Brachyura), kelomang (Anomura), dan udang-udangan (Macrura).

Udang dan Kepiting

3. Meiofauna

Meiofauna adalah hewan bentik bersel banyak (multiseluler) yang mempunyai ukuran tubuh
antara 32mm-1000mm. Mereka hidup di antara rongga-rongga butiran pasir sehingga tidak
pernah membuat liang. Seluruh siklus hidupnya tidak pernah mengalami fase planktonik
sehingga fase larva juga hanya terjadi di lingkungan bentik. Keberadaan meiofauna dapat
dijumpai di perairan pasang surut sampai dengan dasar perairan laut dalam. Termasuk
meiofauna adalah hewan yang dapat melewati lubang saringan berukuran 0.5 mm. Sebagai
contoh adalah Copepoda Harpacticoida yang hidup di dasar perairan.

Organisme Meiofauna

K. Konsumen Tingkat Ketiga

1. Ikan

Berbagai jenis ikan ditemukan di perairan estuari. Ikan-ikan ini ada yang menetap, ada yang
datang untuk mencari makan dan bertumbuh besar, atau untuk bertelur. Ikan-ikan ini memakan
biota yang lebih kecil (pemangsa), memakan tumbuhan (herbivor), atau menyaring busukan
organik (detritus) dengan cara memasukkan lumpur ke dalam mulutnya lalu memuntahkannya
kembali setelah menyaring fragmen-fragmen organiknya seperti yang dilakukan oleh ikan-ikan
Belanak (Mugilidae).

Ilustrasi Ikan.
2. Avertebrata

Berbagai jenis hewan avertebrata ditemukan menghuni perairan estuari.Sebagaimana halnya


dengan ikan, avertebrata yang ditemukan di perairan estuari sebagian merupakan penghuni
tetap, sebagian lagi datang untuk mencari makan, membesar, atau bertelur.Salah satu contoh
adalah udang satang (Macrobrachium sp.) yang datang ke perairan estuari dari hulu untuk
bertelur.Avertebrata lainnya adalah larva udang penaeid yang bergerak dari laut menuju perairan
estuaria untuk membesar.

Udang satang.

3. Burung

Burung-burung laut yang datang mencari makan di perairan estuari sebagian adalah burung
bermigrasi. Burung bermigrasi ini mengunjungi perairan estuari tropik selama musim dingin di
tempat mereka tinggal untuk bertelur.

Burung
Jumlah hewan dan tumbuhan yang hidup di estuari lebih kecil dari yang hidup di laut atau di air
tawar. Berkurangnya jumlah jenis hewan dan tumbuhan itu dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu
kadar garam dan substrat. Perbedaan yang terjadi ditunjukkan dengan berkurangnya
keanekaragaman jenis, tetapi jumlah individu tiap jenis itu dapat sangat banyak.

Referensi
Agus salim - Widyaiswara BPPP Ambon . http://bp3ambon-kkp.org/identifikasi-
kekayaan-sumberdaya-ekosistem-estuari/

Bengen, D. G. 2002. Ekosistem dan sumber daya pesisir dan laut serta pengelolaanterpadu dan
berkelanjutan.Makalah Prosiding Pelatihan Pengelolaan WilayahPesisir Terpadu.PKSSPL-IPB.
Bogor.

Christopher, M. 2012. Ekosistem Estuari dan pesisir pantai.

Hafazah, E. 2012. Perairan Estuary. Http://Www.Scribd.Com/Doc/110478894/Makalah-Estuari.

Kasim,M.2005.Pola Percampuran Estuary.http://maruf.wordpress.com/2005/12/22/pola-


percampuran-estuary/.

Kenish, M. J. 1990.Ecology of Estuaries. Vol II: Biological. CRC Press, Inc Boca Raton. USA.
391p.

Nabila, A.2012.Ekosistem Estuari http://nabilaarifannisa.blogspot.com/2012/06/800600-normal-


0-false-false-false-in-x.html.

Nybakken, James W. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta:PT. Gramedia.

Supriharyono, M. S. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan di Wilayah


Pesisir Tropis Jakarta.Gramedia.

Suyasa, N.I, M. Nurhudah & S. Rahardjo. 2010. Ekologi perairan. Sekolah Tinggi Perikanan
Jakarta.Penerbit STP Press. Jakarta.

Tiwow, C. 2003. Kawasan pesisir penentu stok ikan di laut.Makalah Pengantar Sains. Program
Pasca Sarjana IPB.

Anda mungkin juga menyukai