Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH DASAR-DASAR KONSERVASI

“KONSERVASI EKOSISTEM MUARA”

DISUSUN OLEH:

MAYA AYUNI (18032127)

DOSEN PENGAMPU:

Dra. Vauzia, M. Si

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2021

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Dasar-Dasar Konservasi.
Terima kasih penulis ucapkan kepada ibu yang telah membantu dan membimbing kami.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung
tim penulis sehingga bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Penulis menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna
baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan
agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang. Semoga makalah ini bisa
menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan
peningkatan ilmu pengetahuan.

Pariaman, 27 April 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Muara sungai ( Estuari ) adalah perairan yang semi tertutup yang berhubungan
bebas dengan laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air
tawar. Pencampuran kedua macam air tersebut menghasilkan suatu sifat fisika dan kimia
lingkungan khusus yang tidak sama dengan sifat air sungai maupun sifat air laut. Tempat
bertemunya arus sungai dengan arus pasang surut, yang berlawanan menyebabkan suatu
pengaruh yang kuat pada sedimentasi, pencampuran air, dan ciri-ciri fisika lainnya, serta
membawa pengaruh besar pada biotanya.
Estuari sebagai suatu daerah perairan tempat bertemunya air tawar dari sungai dan
air laut. Dalam hal ini pembentukan daerah estuari diawali dari suatu aliran sungai yang
menuju laut, daerah ini dapat berupa muara sungai yang sangat lebar, rawa-rawa pantai
atau daerah lain yang tidak terlepas dari pengaruh air laut.
Seperti halnya pada setiap ekosistem, pada ekosistem estuari ini juga dibentuk
oleh komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi satu sama lain.
Keanekaragaman komponen biotik dan abiotik yang terdapat didalamnya menyebabkan
terjadinya interaksi yang cukup kompleks dan menarik untuk diteliti. Namun ekosistem
estuari ini ternyata tidak cukup dikenal oleh masyarakat pada umumnya dan jarang sekali
dibahas untuk disosialisasikan, padahal ekosistem estuari ini memiliki keanekaragaman
yang cukup tinggi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ekosistem muara?
2. Apa saja kerusakan atau permasalahan yang terjadi pada ekosistem muara?
3. Bagaimana upaya konservasi ekosistem muara
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian ekosistem muara
2. Untuk mengetahui kerusakan dan permasalahan serta ancaman ekosistem muara
3. Untuk mengetahui upaya konservasi ekosistem muara
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ekosistem Muara


Muara merupakan tempat pertemuan antara air laut dengan air sungai dan
merupakan bagian hilir dari sungai. Pada dasar perairan muara ini terjadi pengendapan
karena hal ini terjadi pertemuan partikel pasir/lumpur yang dibawa oleh arus sungai
bertemu dengan pasir yang berada di daerah sekitar pantai. Dengan demikian
percampuran pasir tersebut menghasilkan pengendapan lumpur yang sangat berpengaruh
pada perilaku kehidupan organisme muara. Selain itu salinitas yang terbentuk di muara
merupakan campuran antara salinitas air sungai dengan salinitas laut (Hutabarat, 1985).
Estuari adalah jenis perairan yang memiliki variasi yang tinggi ditinjau dari faktor
fisik, kimia, biologi, ekologi dan jenis habitat yang terbentuk di dalamnya. Oleh karena
itu, interaksi antara komponen fisik, kimia dan biologi yang membentuk suatu ekosistem
sangat kompleks. Hal ini disebabkan karena dinamika dari esturasi sangat besar, baik
dalam skala waktu yang pendek karena adanya pasang surut maupun dalam skala waktu
yang panjang karena adanya pergantian musim.
Ekosistem Muara biasa juga disebut dengan ekosistem estuari atau perairan estuari
dimana, muara merupakan percampuran air tawar dengan air laut.  Proses-proses alam
yang terjadi di perairan muara, mengakibatkan muara sebagai habitat disejajarkan dengan
ekosistem hutan hujan tropik dan ekosistem terumbu karang yaitu sebagai ekosistem
produktif alami.  Ekosistem estuari ini cenderung lebih produktif dibanding dengan
ekosistem pembentuknya, yaitu perairan tawar dan perairan laut (Soeyasa ,2001).
Pada ekosistem estuari ini terbentuk habitat-habitat yang memiliki ciri khas
tersendiri dengan organisme-organisme penyusunnya yang spesifik seperti Habitat Rawa
Asin. Oleh karena itu ekosistem estuari sangat erat kaitannya dengan habitat rawa asin.
Hal ini disebabkan karena organisme tersebut harus mampu untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Respon dari tingkah laku organisme tersebut dalam menyesuaikan
diri dengan lingkungannya juga beragam dan memiliki ciri khas tersendiri. Pada batas
ambang toleransi organisme terhadap lingkungan membatasi keberadaannya di suatu
organisme. Organisme yang mampu bertahap pada kondisi fisik dan kimia perairan dapat
tetap hidup dan tinggal nyaman di habitatnya, tetapi bagi organisme yang tidak mampu
bertahan pada ambang toleransinya akan menjadi organisme pengunjung transisi, dimana
pada saat sesuai dengan batas ambangnya organisme ini akan masuk ke habitat di estuari,
tetapi jika tidak maka organisme ini akan meninggalkan daerah estuari ini.
Secara umum, perairan estuari memiliki fungsi ekologis dan ekonomi. Menurut
Tiwow (2003), peran penting ekologis antara lain, sebagai sumber unsur hara dari bahan
organic yang berasal dari sirkulasi pasang surut, sebagai habitat bagi sejumlah spesies
hewan baik meliputi daerah pemijahan, pengasuhan dan tempat mencari makan atau
pembesaran. Sedangkan peran penting ekonomi antara lain, sebagai lahan perikanan
tangkap, sumber pendapatan dan sumber protein hewani. Peran penting ekonomi ini telah
banyak dirasakan dan memberikan sumbangan yang berarti untuk kehidupan masyarakat
terutama masyarakat nelayan.
Muara merupakan suatu tempat yang cukup sulit untuk di tempati, bersifat cukup
produktif yang dapat mendukung sejumlah besar biomassa. Secara umum muara hanya
dapat dihuni oleh beberapa spesies saja. Menurut Soeyasa, (2001), faktor-faktor yang
dapat menyebabkan daerah ini mempunyai nilai produktivitas yang tinggi adalah:
1. Terdapat penambahan bahan-bahan organik secara terus-menerus yang berasal
dari daerah aliran sungai
2. Perairan muara umumnya dangkal, sehingga cukup menerima sinar matahari
untuk menyokong kehidupan tumbuh-tumbuhan
3. Tempat yang relatif kecil menerima aksi gelombang, akibatnya detritus dapat
menumpuk di dalamnya,
4. Aksi pasang selalu mengaduk bahan-bahan organik yang berada di sekitar
tumbuh-tumbuhan
Daerah muara merupakan tempat hidup yang baik bagi populasi ikan jika
dibandingkan jenis hewan lain. Daerah ini merupakan tempat untuk berpijak dan
membesarkan anak-anaknya bagi beberapa spesies ikan (Hutabarat, 1985).
B. Permasalahan dan Ancaman pada Ekosistem Muara
1. Permasalahan ekosistem muara
Penanggulangan kerusakan muara sungai dapat dilakukan dengan mengetahui
secara pasti penyebab dominan permasalahan yang terdapat di muara sungai,
dengan mengetahui permasalahan tersebut, perencana akan lebih mudah mencari jalan
pemecahan masalah yang paling tepat dan yang sesuai dengan lingkungan sekitar.
Ada beberapa parameter dominan yang mempengaruhi kerusakan muara sungai
diantaranya yaitu:
a. Debit sungai
b. Angkutan sedimen sungai
c. Gelombang dan arus menyusur pantai
d. Angkutan sedimen pantai
e. Pasang surut dan arus pasang surut
Menurut Davis (1985), tipe muara sungai dan permasalahannya muara sungai
secara umum dapat dibagi menjadi tiga macam, sesuai dengan factor dominan yang
mempengaruhi muara. Ketiga macam tipe muara tersebut adalah sebagai berikut:
a. Muara yang didominasi gelombang laut (wave-dominated river mouth)
Tipe muara ini ditandai dengan angkutan sedimen menyusur pantai setiap
tahun cukup besar dan arus menyusur pantai cukup dominan dalam pembentukan
muara sungai. pada tipe ini biasanya muara tertutup oleh lidah pasir dengan pola
sedimentasi, pola sedimentasi yang terjadi di muara tersebut sangat tergantung pada
arah gelombang. Jika arah gelombang dominan menyudut terhadap pantai, akan
terjadi penutupan muara dengan arah penutupan sesuai dengan arah Gerakan pasir
menyusur pantai. Permasalahan utama pada muara sungai ialah saat awal musim
hujan, yaitu ketika endapan pasir dimuara cukup tinggi dan biasanya muara cukup
sempit. Muara tidak mampu menyalurkan air banjir diawal musim hujan. Jika sungai
tersebut juga digunakan untuk keperluan nelayan, nelayan tidak dapat atau sulit
memasuki muara sungai pada kondisi seperti itu. Jika arah gelombang dominan
menyudut, muara sungai akan sering berpindah sehingga dapat
menyulitkan pengendalian banjir ataupun pengelolaan daerah sekitar muara. 
b. Muara yang didominasi aliran sungai (river flow-dominated river mouth)
Tipe muara ini ditandai dengan debit sungai menyusur setiap tahunan cukup
besar sehingga debit tersebut merupakan parameter utama pembentukan muara
sungai. Pendangkalan yang serius biasanya tidak terjadi pada tipe muara ini. Hal ini
disebabkan aliran air sungai yang terjadi cukup besar sehingga mampu memelihara
atau merawat kedalaman alur sungai. Jika aliran sungai cukup banyak membawa
material sedimen, garis pantai akan cepat maju dan membentuk tanjungan.
Pendangkalan biasanya terjadi tidak pada alur sungai, tetap
terjadi pada pantai di depan muara tersebut. 
Di depan muara mungkin terjadi beberapa alur sungai yang akan berubah pada
setiap musim sesuai dengan arus laut dan angkutan pasir pada waktu itu. Hal ini
sangat penting diperhatikan, terutama untuk keperluan navigasi
c. Muara yang didominasi pasang surut (tide-dominated river mouth)
Tipe muara ini ditandai dengan fluktuasi pasang surut yang cukup besar
sehingga arus yang terjadi akibat pasang surut ini cukup potensial untuk membentuk
muara sungai. Pada tipe ini terjadi angkutan sedimen dua arah (arah laut dan arah
darat). Muara biasanya berbentuk corong atau lonceng (bell shape) dengan beberapa
alur dan pendangkalan. Permasalahan utama pada tipe muara ini bukan pada
penutupan muaranya, tetapi pendangkalan yang terjadi di muara sungai dapat
mengganggu pelayaran atau navigasi.
2. Ancaman Ekosistem Muara
Estuari merupakan wilayah yang sangat dinamis (dynamics area), rentan
terhadap perubahan dan kerusakan lingkungan baik fisik maupun biologi (ekosistem)
dari dampak aktifitas manusia di darat ataupun pemanfaatan sumber daya perairan
laut
secara berlebihan (over-exploited). Beberapa hal yang dimungkinkan menjadi sumber
kerusakan dan perubahan fisik lingkungan wilayah estuari antara lain:
a. Semakin meningkatnya penebangan hutan dan jeleknya pengelolaan lahan di
darat, dapat meningkatkan sedimentasi di wilayah estuari. Laju sedimentasi di
wilayah pesisir yang melalui aliran sungai bisa dijadikan sebagai salah satu
indikator kecepatan proses kerusakan pada wilayah lahan atas, sehingga dapat
menggambarkan kondisi pada wilayah lahan atas.  Sedimen yang tersuspensi
masuk perairan pantai dapat membahayakan biota laut, karena dapat menutupi
tubuh biota laut terutama bentos yang hidup di dasar perairan seperti rumput laut,
terumbu karang dan organisme lainnya. Meningkatnya kekeruhan akan
menghalangi penetrasi cahaya yang digunakan oleh organisme untuk pernapasan
atau berfotosintesis. Banyak-nya sedimen yang akhirnya terhenti atau terendapkan
di muara sungai dapat mengubah luas wilayah pesisir secara keseluruhan, seperti
terjadinya perubahan garis pantai, berubahnya mulut muara sungai, terbentuknya
delta baru atau tanah timbul, menurunnya kualitas perairan dan biota-biota di
muara sungai.
b. Pola pemanfaatan sumber daya hayati laut yang tidak memperhatikan daya
dukung produktivitas pada suatu kawasan estuari, seperti sumber daya perikanan,
sehingga kawasan muara sungai tersebut terus mendapat tekanan dan
menyebabkan menurunnya produktivitasnya
c. Meningkatnya pembangunan di lahan atas (up-land) menjadi kawasan Industri,
pemukiman, pertanian menjadikan sumber limbah yang bersama-sama dengan
aliran sungai akan memperburuk kondisi wilayah estuari.
d. Kegiatan-kegiatan konstruksi yang berkaitan dengan usaha pertanian, seperti
pembuatan saluran irigasi, drainase dan penebangan hutan akan mengganggu pola
aliran alami daerah tersebut. Gangguan ini meliputi aspek kualitas, volume, dan
debit air. Pengurangan debit air yang di alirkan bagi irigasi, dapat mengubah
salinitas dan pola sirkulasi air di daerah estuari dan menyebabkan jangkauan
intrusi garam semakin jauh ke hulu sungai. Hal ini akan mengakibatkan perubahan
pada sebagian ekosistem perairan pantai itu sendiri, juga pada ekosistem daratan
di sekitar perairan tersebut sehingga berakibat intrusi air laut pada air tanah.
C. Upaya konservasi di ekosistem muara
Estuari merupakan suatu perairan semi tertutup yang berada di bagian hilir sungai
dan masih berhubungan dengan laut, sehingga memungkinkan terjadinya percampuran
antara air tawar dan air laut. Salah satu bagian wilayah pesisir yang memiliki tingkat
kesuburan cukup tinggi adalah estuari (muara sungai). Daerah ini merupakan ekosistem
produktif yang setara dengan hutan hujan tropik dan terumbu karang, karena perannya
adalah sebagai sumber zat hara, memiliki komposisi tumbuhan yang beragam sehingga
proses fotosintesis dapat berlangsung sepanjang tahun, serta sebagai tempat terjadinya
fluktuasi permukaan air akibat aksi pasang surut. Kondisi ekosistem yang produktif ini
kemudian menjadikannya sebagai salah satu wilayah yang memiliki tingkat produktivitas
tinggi. Produktivitas merupakan suatu proses produksi yang menghasilkan bahan organik
yang meliputi produktivitas primer ataupun sekunder. Produktivitas primer pada wilayah
estuari dapat di artikan sebagai banyaknya energi yang diikat atau tersimpan dalam
aktivitas fotosintesis dari organisme produser, terutama tanaman yang berklorofil dalam
bentuk-bentuk substansi organik yang dapat digunakan sebagai bahan makanan.
Produktivitas ini dilakukan oleh organisme ‘autotrof’ seperti juga semua tumbuhan hijau
mengkonversi energi cahaya ke dalam energi biologi dengan fiksasi karbondioksida,
memisahkan molekuler air dan memproduksi karbohidrat dan oksigen.
Ancaman terhadap ekosistem estuaria memiliki dampak yang sangat besar
terhadap kehidupan organisme yang berada pada daerah tersebut. Dari berbagai ancaman
diatas yang dapat merusak ekosistem estuaria memiliki solusi dan upaya konservasi di
ekosistem muara:
1. Pada ancaman pendangkalan
Dapat di lakukan dengan cara reboisasi agar tidak terjadi erosi dan dapat
mempercepat laju sedimentasi yang mengakibatkan terjadinya pendangkalan.
2. Pada ancaman pencemaran
Dapat dilakukan dengan mengadakan sosialisasi terhadap warga yang tinggal
disekitar wilayah tersebut, kemudian diharapkan warga tersebut dapat
menyampaikannya pada wisatawan yang berkunjung. Selain itu penempatan tempat
sampah juga harus diperhatikan, seharusnya setiap sudut dari wilayah tersebut
diberikan tempat sampah agar warga tidak bingung dalam membuang sampah dan
tidak adanya sampah yang tersebar dimana – mana. Namun perlu diketahui juga
bahwa tidak semua orang mempunyai kesadaran besar untuk membuang sampah pada
tempatnya, sehingga perlu dibuat beberapa slogan yang menggambarkan dan
mengajak warga dan wisatawan untuk senantiasa membuang sampah pada tempat
yang telah disediakan.
3. Pada ancaman eutrofikasi
Dapat dilakukan yaitu pada manusia diharapkan memakai produk ramah
lingkungan, khususnya para petani yang banyak menyumbangkan pengaruh besar
terhadap terjadinya eutrofikasi. Para petani biasanya menggunakan pestisida atau
insektisida untuk memberantas hama tanaman agar tidak rusak dan limbah bahkan
wadah tersebut dibiarkan berserakan dan akibatnya pestisida tersebut akan berada
pada tempat lain yang bukan tempatnya jauh dari area pertanian dan mengalir hingga
sampai ke sungai – sungai bahkan ke laut. Gejala eutrofikasi terjadi dimana suatu
perairan mengalami proses pengayaan air dengan nutrient atau unsur hara berupa
bahan anorganik dan organik. Eutrofikasi dapat terlihat dari perubahan warna air
menjadi kehijauan, keruh dan berbau busuk. Selain itu juga dapat dilakukan dengan
pendekatan yang terintegrasi untuk  mengontrol dan mengatur semua masukan
nutrient, sehingga konsentrasi nutrien dapat direduksi menjadi cukup rendah dan perlu
meningkatkan sistem pengolahan limbah domestik.
4. Memperbaiki Daerah Lahan Atas (up-land)
Upaya yang dapat dilakukan dalam mengurangi dampak kerusakan pada
ekosistem perairan wilayah estuaria yaitu dengan menata kembali sistem pengelolaan
daerah atas. Khususnya penggunaan lahan pada wilayah daratan yang memiliki
sungai. Jeleknya pengelolaan lahan atas sudah dapat dipastikan akan merusak
ekosistem yang ada di perairan pantai. Oleh karena itu, pembangunan lahan atas harus
memperhitungkan dan mempertimbangkan penggunaan lahan yang ada di wilayah
pesisir.
5. Pemanfaatan Sumber daya Perairan Secara Optimal
Wilayah estuari yang berfungsi sebagai penyedia habitat sejumlah spesies
untuk berlindung dan mencari makan serta tempat reproduksi dan tumbuh, oleh
karenanya di dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan khususnya di wilayah
estuaria diperlukan tindakan-tindakan yang bijaksana yang berorientasi pemanfaatan
secara optimal dan lestari. Pola pemanfaatan sebaiknya memperhatikan daya dukung
lingkungan (carrying capacity).
6. Konservasi Hutan Mangrove
Perlindungan hutan mangrove pada wilayah estuari sangat penting, karena
selain mempunyai fungsi ekologis juga ekonomis. Secara ekologis hutan mangrove
adalah sebagai penghasil sejumlah besar detritus dari serasah, daerah asuhan (nursery
ground), mencari makan (feeding ground) dan sebagai tempat pemijahan (spawning
ground). Secara fisik, hutan mangrove dapat berperan sebagai filter sedimen yang
berasal dari daratan melalui sistem perakarannya dan mampu meredam terpaan angin
badai.
Salah satu contoh kerusakan yang terjadi di muara berok Padang. Kerusakan
ekosistem muara di muara berok ialah meningkatnya pembangunan di lahan atas yaitu
pembangunan diatas lahan tanpa terencana. Akibatnya terjadi akibat penyempitan
wilayah sungai dan sedimentasi, hilangnya daerah penyerapan air, sanitasi yang
buruk, Kualitas air sungai pun tampak kotor dan tercemar.
Upaya yang dapat dilakukan ialah dengan menata kembali sistem pengelolaan
daerah atas. Jeleknya pengelolaan lahan atas sudah dapat dipastikan akan merusak
ekosistem yang ada di muara. Selain itu juga dapat dilakukan langkah langkah yaitu :
1. Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam.
2. Perlu segera dicarikan jalan keluar terhadap penumpukan kapal-kapal di bantaran
Sungai Batang Arau yang menimbulkan dampak ikutan berupa kesan kumuh dan
pengotoran sungai dari air cucian kapal.
3. Diperlukan instalasi pengolahan air limbah domestik Kota Padang untuk
mengurangi beban pencemaran yang disebabkan oleh aktivitas domestik.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Muara merupakan tempat pertemuan antara air laut dengan air sungai dan merupakan
bagian hilir dari sungai.
2. Ekosistem perairan muara dipengaruhi oleh faktor biotik dan abiotik. Kedua faktor
tersebut akan menentukan kehidupan di muara karena kedua faktor tersebut saling
berkaitan dan tidak dapat terpisahkan.
DAFTAR PUSTAKA

Bengen DG. 2000. Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Bogor: Pusat Kajian
Sumberdaya Pesisr dan Laut, Institut Pertanian Bogor

Davis, Richard, A. Jr. 1985. Coastal Sedimentary Environtments. New York: Springerverlag

Hutabarat, S & Evans, S. M. (1985). Pengantar oseanografi. Jakarta: UI-Press.

Soeyasa. 2001. Ekologi Perairan. Jakarta. Departemen Kelautan dan Perikanan Dirjen.
Pendidikan Menengah Atas
https://safrinariris.wordpress.com/2013/05/02/konservasi-laut-konservasi-estuari/

Anda mungkin juga menyukai