Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
Kelompok III
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
izin dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini guna
melaksanakan tugas Makalah Produktivitas Perairan dan untuk
memperdalam materi yang kami pelajari ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
3
3
BAB II ISI...............................................................................................................4
2.1 Produktivitas Primer......................................................................................4
2.2 Cara Menghitung Produktivitas Primer.........................................................5
2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Primer.......................................7
2.4 Produktivitas Danau....................................................................................10
2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Danau......................................11
2.6 Contoh Produktivitas Danau Yang Baik Dan Buruk...................................12
14
4
4
5
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
konsumen dimulai dengan zooplankton dan diikuti oleh kelompok organisme
lainnya.
Desa Sipinggan merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan
Nainggolan yang berada di tepi Danau Toba dan terdapat satu tempat pelabuhan
kapal dan digunakan juga sebagai tempat wisata serta berbagai aktivitas masyarakat
seperti mencuci, mandi dan memancing yang dikhawatirkan akan menyebabkan
penurunan kualitas air. Selain itu, adanya aktivitas penyebrangan yang dilakukan
masyarakat di dermaga dan keramba jaring apung yang berada di tepi Danau Toba.
Danau Toba merupakan salah satu danau yang ada di Indonesia yang banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai daerah tujuan wisata. Danau Toba memiliki
peran yang cukup penting baik dari aspek ekologi dan ekonomi. Secara ekologi,
danau toba merupakan habitat bagi banyak organisme air tawar. Secara ekonomis,
perairan Danau Toba dimanfaatkan sebagai sumber air minum, penunjang
perekonomian masyarakat melalui budidaya perikanan dengan kerambah jarring
apung (KJA), pariswisata, kegiatan transportasi air, dan penunjang berbagai jenis
industri seperti kebutuhan air minum. Berbagai aktivitas masyarakat tersebut
dipastikan dapat mempengaruhi faktor fisik dan kimia ekosistem danau yang salah
satunya adalah produktivitas primer ( Harianja et al., 2018).
Produktivitas primer perairan merupakan salah satu faktor penting dalam
ekosistem perairan, karena berperan dalam siklus karbon dan rantai makanan untuk
organisme heterotrof. Pada ekosistem akuatik sebagian besar produktivitas primer
perairan dilakukan olah fitoplankton dan kurang lebih produksi primer di perairan
berasal dari fitoplankton ( Nuzapril et al., 2017).
Keberadaan fitoplankton di perairan memegang peranan yang sangat penting
sebagai produsen primer dan awal rantai makanan dalam jaring makanan yang
menyebabkan fitoplankton sering dijadikan indikator ukuran kesuburan satu
ekosistem. Fitoplankton merupakan parameter biologi yang dapat dijadikan
bioindikator untuk mengevaluasi kualitas dan tingkat kesuburan suatu perairan, serta
mengetahui jenis-jenis fitoplankton yang mendominasi, adanya jenis fitoplankton
2
yang dapat hidup karena zat-zat tertentu yang sedang melimpah, dapat memberikan
gambaran mengenai keadaan perairan yang sesungguhnya ( Kawirian et al., 2018).
Fitoplankton dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk mengetahui kualitas
dan kesuburan suatu perairan yang sangat diperlukan untuk mendukung pemanfaatan
sumberdaya perairan. Terdapat hubungan positif antara kelimpahan fitoplankton
dengan produktivitas perairan. Jika kelimpahan fitoplankton di suatu perairan tinggi
maka perairan tersebut cenderung memiliki produktivitas yang tinggi pula. Salah satu
cara untuk pemantauan kualitas perairan dapat dilakukan penelitian secara biologi
menggunakan indikator fitoplankton. Fitoplankton dijadikan sebagai indikator
kualitas perairan karena siklus hidupnya pendek, respon yang sangat cepat terhadap
perubahan lingkungan dan merupakan produsen primer yang menghasilkan bahan
organik serta oksigen yang bermanfaat bagi kehidupan perairan dengan cara
fotosintesis (Ramadhania et al., 2015).
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
organisme itu sendiri maupun organisme lain dengan bantuan energi
matahari maupun melalui mekanisme kemosintesis.
Menurut Chen et al. (2017), menyebutkan bahwa produktivitas primer
merupakan laju produksi karbon organik (karbohidrat) per satuan waktu dan
volume melalui proses fotosintesis yang dilakukan oleh organisme
tumbuhan hijau. Dalam konsep produktivtas, dikenal istilah produktivitas
primer kotor (gross primary productivity) dan produktivitas primer bersih
(net primary productivity).Dengan tersedianya biomassa tumbuhan dan
oksigen yang cukup dapat mendukung perkembangan ekosistem perairan
(Rahayu et al. 2017). Produktivitas perairan yang terlalu tinggi dapat
mengindikasikan telah terjadi eutrofikasi, sedangkan yang terlalu rendah
dapat memberikan indikasi bahwa perairan tidak produktif atau miskin.
Dengan kata lain produktivitas perairan juga dapat digunakan dalam
pengelolaan sumberdaya perairan dan pemantaun kualitas perairan).
Keterangan:
5
PN = Produktivitas Bersih
R = O2 awal – O2 akhir pada botol gelap (mgC/m3 /hari)
Pg = O2 akhir pada botol terang – O2 akhir pada botol gelap (mgC/m3 /hari)
Untuk mengubah nilai mg/l oksigen menjadi C/m3 , maka nilai dalam mg/l
dikalikan dengan 375.36, hal ini akan menghasilkan mg C/m3 untuk jangka waktu
pengukuran. Untuk mendapatkan nilai produktivitas dalam satuan hari, maka nilai
perjam harus dikalikan dengan 12, mengingat cahaya matahari hanya selama 12 jam
per hari.
Menurut Setiawan., et al (2015), Produktivitas primer diamati dengan metode
oksigen (botol gelap-botol terang) dengan inkubasi didalam kolom air dengan selang
waktu dan kedalaman tertentu. Botol Winkler gelap dan terang yang telah di isi air
sampel dengan volume yang sama direndam pada badan perairan dengan selang
waktu 6 jam dengan kedalaman 20 cm. Untuk menghitung produktivitas primer kotor
dihitung menggunakan rumus Umaly dan Culvin (1998).
Keterangan:
FB = Produktivitas primer kotor (mgC/m3 / jam)
BT = Konsentrasi oksigen terlarut dalam botol terang (mg/ l)
BG = Konsentrasi oksigen terlarut dalam botol gelap (mg/ l)
T = Waktu inkubasi (jam)
0,375 = Faktor konversi dari oksigen terlarut ke karbon
PQ = Koefisien fotosintesis (1,2)
Menurut Nuzapril., et al (2017), Klorofil-a merupakan indikator kelimpahan
fitoplankton di perairan yang berperan dalam proses fotosintesis. Fitoplankton
berkontribusi secara besar untuk mengetahui produktivitas primer di
perairan.Produksi karbon organik selama proses fotosintesis didefinisikan sebagai
6
produktivitas primer atau produktivitas primer bersih (Net Primary Productivity).
Produktivitas primer bersih merupakan kunci pengukuran kesehatan lingkungan dan
pengelolaan sumberdaya laut. primer kotor merupakan laju total fotosintesis,
termasuk bahan organik yang dimanfaatkan untuk respirasi selama jangka waktu
tertentu disebut juga produksi total atau asimilasi total. Produktivitas bersih
merupakan laju penyimpanan bahan organik di dalam jaringan setelah dikurangi
untuk pemanfaatan untuk respirasi selama jangka waktu tertentu. Produktivitas
primer perairan memiliki peran penting dalam siklus karbon dan rantai makanan serta
perannya sebagai pemasok kandungan oksigen terlarut di perairan. Pengukuran
produktivitas primer merupakan satu syarat dasar untuk mempelajari struktur dan
fungsi ekosistem perairan. Bahkan (Behrenfald et al. 2005) menyebutkan bahwa
produktivitas primer bersih merupakan kunci pengukuran kesehatan lingkungan dan
pengelolaan sumberdaya laut. Tingkat produktivitas primer suatu perairan
memberikan gambaran bahwa, suatu perairan cukup produktif dalam menghasilkan
biomassa tumbuhan, termasuk pasokan oksigen yang dihasilkan dari proses
fotosintesis. Dengan tersedianya biomassa tumbuhan dan oksigen yang cukup dapat
mendukung perkembangan ekosistem perairan (Rahayu et al. 2017). Produktivitas
perairan yang terlalu tinggi dapat mengindikasikan telah terjadi eutrofikasi,
sedangkan yang terlalu rendah dapat memberikan indikasi bahwa perairan tidak
produktif atau miskin. Dengan kata lain produktivitas perairan juga dapat digunakan
dalam pengelolaan sumberdaya perairan dan pemantaun kualitas perairan).
c. Kekeruhan
Selain cahaya, zat hara, suhu dan derajat keasaman, kekeruhan juga
mempengaruhi produktivitas primer perairan. Menurut Effendi (2003), turbiditas atau
nilai kekeruhan juga mempengaruhi produktivitas primer di perairan danau.
Peningkatan turbiditas sebesar 5 NTU dapat mengurangi produktivitas primer sebesar
75%. Kekeruhan dipengaruhi oleh adanya bahan organik dan anorganik yang
tersuspensi dan terlarut di perairan. Menurut Hariyadi et al (2010) dalam Muhtadi
(2017). Tingginya kekeruhan akan mengurangi penetrasi cahaya yang masuk ke
perairan yang akan berdampak pada penurunan produktivitas primer perairan
Kedalaman lapisan produktif hanya sekitar 30-40 cm di lapisan permukaan yang
hanya sekitar 6 - 8% dari kedalaman perairan, tergolong sangat rendah.
2. Parameter Kimia
a. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) salah satu merupakan parameter yang dapat
mempengaruhi produktivitas suatu perairan. Derajat keasaman (pH) merupakan
derajat keasaman atau kebasaan dari suatu zat. Kondisi perairan yang bersifat sangat
asam atau basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme, karena akan
mengakibatkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi. Batas toleransi
organisme terhadap pH bervariasi, sebagian besar biota akuatik memiliki sifat
sensitive terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH antara 7- 8,5 (Effendi, 2003).
b. Zat Hara
Zat-zat hara anorganik utama yang mempengaruhi produktivitas primer ialah
nitrat (NO3) dan fosfar (PO4 2- ). Sumber nutrien dapat berasal dari perairan tersebut
dan lingkungan sekitar. Sumber nutrien dari perairan itu sendiri artinya bahwa
komposisi tanah dasar yang mengandung nutrien N dan P, sedangkan sumber nutrien
dari sekitar perairan diantaranya berasal dari pemukiman, pertanian, perkebunan,
9
kehutanan, akumulasi sisa pakan kegiatan budidaya ikan (Asriyana dan Yuliana,
2012). Nitrogen dan fosfor merupakan zat-zat hara atau nutrien utama yang
dibutuhkan untuk tumbuh dan berkembangnya fitoplankton. Zat-zat hara lain baik
organik maupun anorganik hanya diperlukan dalam jumlah sedikit (Kurniawan,
2018).
3. Parameter Biologi
a. Klorofil- a
Menurut Muhtadi (2017) , Konsentrasi klorofil-a merupakan indikator utama
untuk mengestimasi produktivitas primer dan merupakan variabel penting dalam
proses fotosintesis Klorofil–a fitoplanton adalah suatu pigmen aktif dalam sel
tumbuhan yang mempunyai peranan penting didalam proses berlangsungnya
fotosintesis diperairan semua sel berfotosintesis mengandung satu atau beberapa
pigmen klorofi l ( hijau coklat, merah atau lembayung) Sebaran dan tinggi rendahnya
konsentrasi klorofil-a sangat terkait dengan biomassa organisme autotrof yang
tentunya berkaitan dengan kondisi suatu perairan. Parameter fisik-kimia yang
mengontrol dan mempengaruhi sebaran klorofil-a, adalah intensitas cahaya, nutrien
(terutama nitrat, fosfat dan silikat). Perbedaan parameter fisika-kimia tersebut secara
langsung merupakan penyebab bervariasinya produktivitas primer.
12
bebas, alkalinitas, suhu dan kecerahan.
Namun, berdasarkan pada nilai yang terukur dari kandungan phosfat, nitrat
biomasa fitoplankton, produktivitas primer, dan kadar klorofil-a,
mengklasifikasikan Danau Towuti dalam tingkatan oligo mesotrofik yaitu tingkat
kesuburan perairan rendah sampai sedang. Hasil pengukuran kualitas air antara lain
pH dalam kisaran 6,20-8,84, oksigen terlarut 5,16-7,63 mg/L, dan alkalinitas 50-
106 mg/L. Dari data kualitas air tersebut perairan Danau Towuti mendukung
kehidupan organisme perairan termasuk ikan dan organisme air lainnya.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Produktivitas Primer adalah kecepatan organisme autotrof sebagai
produsen mengubah energi cahaya matahari menajdi energi kimia dalam
bentuk organik. Hanya sebagian kecil energi cahaya yang dapat diserap
oleh produsen. Produktivitas primer berbeda pada setiap ekosistem.
Produktivitas primer diamati dengan metode oksigen (botol gelap-botol
terang) dengan inkubasi didalam kolom air dengan selang waktu dan
kedalaman tertentu. Botol Winkler gelap dan terang yang telah di isi air
sampel dengan volume yang sama direndam pada badan perairan dengan
selang waktu 6 jam dengan kedalaman 20 cm. faktor yang mempengaruhi
produktivitas primer suatu perairan yaitu klorofil a fitoplankton, zat hara,
cahaya, suhu, kekeruhan, dan juga pH. Kandungan klorofil-a fitoplankton
pada suatu perairan berbeda-beda, khususnya danau kerena dipengaruhi
oleh faktor fisika-kimia dan biologi dari suatu perairan. Danau dibedakan
atas danau tektonik, danau vulkanik, danau tektono-vulkanik, danau karst,
dan danau glacial. faktor yang memepengaruhi produktivitas primer pada
perairan danau adalah letak geografis, cuaca, angin, kekeruhan periaran,
suhu.
3.2 Saran
Penyusun menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan
dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah
tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, K., E.Banowati dan A. Aji (2016). Analisis pemanfaatan sumber daya
alam Danau Rawa Pening Kabupaten Semarang . Geo Image.
Behrenfald M.J., Boss E, Siegel DA, Shea DM. 2005. Carbon-based ocean
productivity and phytoplankton physiology from space. Global
Biogeochemical Cycles. Vol 19.