Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PRODUKTIVITAS PERAIRAN

“ PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN DANAU ”

Dosen Pengampu:

Dr. Ir. Evi Veonica, MS

Disusun oleh:

Kelompok III

1. James Ekstrada Sitanggang ( CDA118024 )


2. Devi Elfiana Purba ( CDA 118 027)
3. Linna Heriana Pandiangan ( CDA 118 059)
4. Upik Lestari Gea ( CDA 118 033)
5. Putry Sartika Tambun ( CDA 118 015)

PRODI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

JURUSAN PERIKANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PALANGKARAYA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
izin dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini guna
melaksanakan tugas Makalah Produktivitas Perairan dan untuk
memperdalam materi yang kami pelajari ini.

Semoga makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi


untuk menambah pengetahuan mengenai materi Produktivitas Perairan. Kami
menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penyusunan makalah ini.
Oleh karena itu segala bentuk kritik dan saran akan kami terima guna
menjadi acuan untuk penyusunan makalah selanjutnya.

Palangka Raya, April


2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
3
3
BAB II ISI...............................................................................................................4
2.1 Produktivitas Primer......................................................................................4
2.2 Cara Menghitung Produktivitas Primer.........................................................5
2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Primer.......................................7
2.4 Produktivitas Danau....................................................................................10
2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Danau......................................11
2.6 Contoh Produktivitas Danau Yang Baik Dan Buruk...................................12
14
4
4
5

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di perairan Indonesia, produksi bagi ekosistem merupakan proses pemasukan


penyimpanan energi dalam ekosistem. Pemasukan energi dalam ekosistem yang
dimaksud adalah pemindahan energi cahaya menjadi energi kimia oleh produsen.
Kegiatan tersebut di sebit produktivitas primer. Produktivitas primer dari suatu
ekosistem didefinisikan sebagai jumlah energi cahaya yang diserap dan kemudia
disimpan oleh organismen melalui kegiatan fotosintesis. Produktivitas primer
terjadi di semua perairan Indonesia, seperti danau, rawa, sungai, dan lain
sebagainya. Salah satu perairan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
danau.
Sumber energi primer bagi ekosistem adalah cahaya matahari. Energi cahaya
matahari hanya dapat diserap oleh organisme fotosintetik (autotrof). Energi cahaya
digunakan untuk mensintesis molekul anorganik menjadi molekul organik yang kaya
energi. Molekul tersebut selanjutnya disimpan dalam bentuk makanan dalam
tubuhnya dan menjadi sumber bahan organik bagi organisme lain yang heterotrof.
Organisme yang memiliki kemampuan untuk mengikat energi dari lingkungan
disebut produsen. (Barus, 2004).
Danau sebagai habitat perairan air tawar yang menggenang merupakan suatu
ekosistem bagi organisme akuatik. Organisme produsen sebagai penghasil
produktivitas primer yang yang memanfaatkan energi cahaya matahari  sehingga
dapat berfotosintesis menghasilkan oksigen. Produktivitas primer sendiri berarti hasil
proses fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan berklorofil. Dalam perairan yang
melakukan aktivitas fotosintesis adalah fitoplankton, hasil dari fotosintesisnya
merupakan sumber nutrisi utama bagi organisme air lainnya yang berperan sebagai

1
konsumen dimulai dengan zooplankton dan diikuti oleh kelompok organisme
lainnya. 
Desa Sipinggan merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan
Nainggolan yang berada di tepi Danau Toba dan terdapat satu tempat pelabuhan
kapal dan digunakan juga sebagai tempat wisata serta berbagai aktivitas masyarakat
seperti mencuci, mandi dan memancing yang dikhawatirkan akan menyebabkan
penurunan kualitas air. Selain itu, adanya aktivitas penyebrangan yang dilakukan
masyarakat di dermaga dan keramba jaring apung yang berada di tepi Danau Toba.
Danau Toba merupakan salah satu danau yang ada di Indonesia yang banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai daerah tujuan wisata. Danau Toba memiliki
peran yang cukup penting baik dari aspek ekologi dan ekonomi. Secara ekologi,
danau toba merupakan habitat bagi banyak organisme air tawar. Secara ekonomis,
perairan Danau Toba dimanfaatkan sebagai sumber air minum, penunjang
perekonomian masyarakat melalui budidaya perikanan dengan kerambah jarring
apung (KJA), pariswisata, kegiatan transportasi air, dan penunjang berbagai jenis
industri seperti kebutuhan air minum. Berbagai aktivitas masyarakat tersebut
dipastikan dapat mempengaruhi faktor fisik dan kimia ekosistem danau yang salah
satunya adalah produktivitas primer ( Harianja et al., 2018).
Produktivitas primer perairan merupakan salah satu faktor penting dalam
ekosistem perairan, karena berperan dalam siklus karbon dan rantai makanan untuk
organisme heterotrof. Pada ekosistem akuatik sebagian besar produktivitas primer
perairan dilakukan olah fitoplankton dan kurang lebih produksi primer di perairan
berasal dari fitoplankton ( Nuzapril et al., 2017).
Keberadaan fitoplankton di perairan memegang peranan yang sangat penting
sebagai produsen primer dan awal rantai makanan dalam jaring makanan yang
menyebabkan fitoplankton sering dijadikan indikator ukuran kesuburan satu
ekosistem. Fitoplankton merupakan parameter biologi yang dapat dijadikan
bioindikator untuk mengevaluasi kualitas dan tingkat kesuburan suatu perairan, serta
mengetahui jenis-jenis fitoplankton yang mendominasi, adanya jenis fitoplankton
2
yang dapat hidup karena zat-zat tertentu yang sedang melimpah, dapat memberikan
gambaran mengenai keadaan perairan yang sesungguhnya ( Kawirian et al., 2018).
Fitoplankton dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk mengetahui kualitas
dan kesuburan suatu perairan yang sangat diperlukan untuk mendukung pemanfaatan
sumberdaya perairan. Terdapat hubungan positif antara kelimpahan fitoplankton
dengan produktivitas perairan. Jika kelimpahan fitoplankton di suatu perairan tinggi
maka perairan tersebut cenderung memiliki produktivitas yang tinggi pula. Salah satu
cara untuk pemantauan kualitas perairan dapat dilakukan penelitian secara biologi
menggunakan indikator fitoplankton. Fitoplankton dijadikan sebagai indikator
kualitas perairan karena siklus hidupnya pendek, respon yang sangat cepat terhadap
perubahan lingkungan dan merupakan produsen primer yang menghasilkan bahan
organik serta oksigen yang bermanfaat bagi kehidupan perairan dengan cara
fotosintesis (Ramadhania et al., 2015).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Produktivitas Primer?
2. Bagaimana cara menghitung produktivitas primer?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi produktivitas primer?
4. Bagaimana produktivitas danau?
5. Apa saja faktor yang mempengaruhi produktivitas danau?
6. Apa saja contoh produktivitas danau yang baik dan buruk?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian produktivitas primer
2. Untuk mengetahui menghitung primer
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi produktivitas primer
4. Untuk mengetahui produktivitas danau
5. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi danau
6. Untuk mengetahui contoh produktivitas yang baik dan buruk

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Produktivitas Primer


Produktivitas Primer adalah kecepatan organisme autotrof sebagai
produsen mengubah energi cahaya matahari menajdi energi kimia dalam
bentuk organik. Hanya sebagian kecil energi cahaya yang dapat diserap oleh
produsen. Produktivitas primer berbeda pada setiap ekosistem, yang
terbesar terdapat pada ekosistem hutan hujan tropis dan ekosistem hutan
bakau. Seluruh bagian organik yang dihasilkan dari proses fotosintesis pada
organisme fotoautrotof disebut Produktivitas Primer Kotor (PPK). Lebih
kurang 20 % dari PPK digunakan oleh organisme fotoautotrof untuk
respirasi, tumbuh, dan berkembang. Sisa PPK yang baru disimpan dikenal
sebagai Produktivitas Primer Bersih (PPB). Biomassa organisme autotrof
(produsen) dipeerkirakan mencapai 50 % - 90 % dari seluruh bahan organik
hasil fotosintesis. Hal ini menunjukkan simpanan energi kimia yang dapat
ditransfer ke trofik selanjutnya melalui hubungan makan dan dimakan
dalam ekosistem. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas primer
yaitu suhu, cahaya, air, curah hujan, kelembapan, Nutrien, Tanah,
Herbivora.
Menurut Asriana dan Yuliana (2012), Produktivitas perairan merupakan
laju penambatan atau penyimpanan energi (cahaya matahari) oleh
komunitas autotrof di dalam sebuah ekosistem perairan. Produktivitas itu
sendiri terdiri dari produktivitas primer (produsen) dan produktivitas
skunder (konsumen: zoo plankton, ikan, benthos, dll)). Menjelaskan
produktivitas primer adalah jumlah bahan organik yang dihasilkan oleh
organisme autotrof, yaitu organisme yang mampu merombak bahan
anorganik menjadi bahan organik yang langsung dapat dimanfaatkan oleh

4
organisme itu sendiri maupun organisme lain dengan bantuan energi
matahari maupun melalui mekanisme kemosintesis.
Menurut Chen et al. (2017), menyebutkan bahwa produktivitas primer
merupakan laju produksi karbon organik (karbohidrat) per satuan waktu dan
volume melalui proses fotosintesis yang dilakukan oleh organisme
tumbuhan hijau. Dalam konsep produktivtas, dikenal istilah produktivitas
primer kotor (gross primary productivity) dan produktivitas primer bersih
(net primary productivity).Dengan tersedianya biomassa tumbuhan dan
oksigen yang cukup dapat mendukung perkembangan ekosistem perairan
(Rahayu et al. 2017). Produktivitas perairan yang terlalu tinggi dapat
mengindikasikan telah terjadi eutrofikasi, sedangkan yang terlalu rendah
dapat memberikan indikasi bahwa perairan tidak produktif atau miskin.
Dengan kata lain produktivitas perairan juga dapat digunakan dalam
pengelolaan sumberdaya perairan dan pemantaun kualitas perairan).

2.2 Cara Menghitung Produktivitas Primer


Menurut Pardede., et al (2016), Pengukuran produktivitas primer perairan
dilakukan dengan cara mengambil contoh air pada setiap lokasi penelitian
menggunakan botol Winkler yang terdiri dari botol terang (light bottle), botol gelap
(dark bottle), satu botol winkler untuk Initial Bottle sebagai oksigen awal (DOo).
Botol Terang dan botol gelap setelah terisi sampel air diinkubasi di perairan selama 3
jam. Setelah itu diukur kandungan oksigen terlarutnya dengan menggunakan metode
winkler, kemudian dihitung nilai produktivitasnya. Botol – botol winkler gelap dan
terang yang telah diinkubasi selama 3 jam di perairan lalu diangkat dari setiap stasiun
dan dihitung nilai oksigen terlarutnya dengan menggunakan metode winkler,
kemudian dihitung nilai produktivitasnya. Produktivitas Primer dapat diukur sebagai
produktivitas kotor dan produktivitas bersih. Hubungan antara keduanya dapat
dinyatakan dengan:

PN = Produktivitas Kotor (PG) – Respirasi (R)

Keterangan:

5
PN = Produktivitas Bersih
R = O2 awal – O2 akhir pada botol gelap (mgC/m3 /hari)
Pg = O2 akhir pada botol terang – O2 akhir pada botol gelap (mgC/m3 /hari)
Untuk mengubah nilai mg/l oksigen menjadi C/m3 , maka nilai dalam mg/l
dikalikan dengan 375.36, hal ini akan menghasilkan mg C/m3 untuk jangka waktu
pengukuran. Untuk mendapatkan nilai produktivitas dalam satuan hari, maka nilai
perjam harus dikalikan dengan 12, mengingat cahaya matahari hanya selama 12 jam
per hari.
Menurut Setiawan., et al (2015), Produktivitas primer diamati dengan metode
oksigen (botol gelap-botol terang) dengan inkubasi didalam kolom air dengan selang
waktu dan kedalaman tertentu. Botol Winkler gelap dan terang yang telah di isi air
sampel dengan volume yang sama direndam pada badan perairan dengan selang
waktu 6 jam dengan kedalaman 20 cm. Untuk menghitung produktivitas primer kotor
dihitung menggunakan rumus Umaly dan Culvin (1998).

Keterangan:
FB = Produktivitas primer kotor (mgC/m3 / jam)
BT = Konsentrasi oksigen terlarut dalam botol terang (mg/ l)
BG = Konsentrasi oksigen terlarut dalam botol gelap (mg/ l)
T = Waktu inkubasi (jam)
0,375 = Faktor konversi dari oksigen terlarut ke karbon
PQ  = Koefisien fotosintesis (1,2)
Menurut Nuzapril., et al (2017), Klorofil-a merupakan indikator kelimpahan
fitoplankton di perairan yang berperan dalam proses fotosintesis. Fitoplankton
berkontribusi secara besar untuk mengetahui produktivitas primer di
perairan.Produksi karbon organik selama proses fotosintesis didefinisikan sebagai

6
produktivitas primer atau produktivitas primer bersih (Net Primary Productivity).
Produktivitas primer bersih merupakan kunci pengukuran kesehatan lingkungan dan
pengelolaan sumberdaya laut. primer kotor merupakan laju total fotosintesis,
termasuk bahan organik yang dimanfaatkan untuk respirasi selama jangka waktu
tertentu disebut juga produksi total atau asimilasi total. Produktivitas bersih
merupakan laju penyimpanan bahan organik di dalam jaringan setelah dikurangi
untuk pemanfaatan untuk respirasi selama jangka waktu tertentu. Produktivitas
primer perairan memiliki peran penting dalam siklus karbon dan rantai makanan serta
perannya sebagai pemasok kandungan oksigen terlarut di perairan. Pengukuran
produktivitas primer merupakan satu syarat dasar untuk mempelajari struktur dan
fungsi ekosistem perairan. Bahkan (Behrenfald et al. 2005) menyebutkan bahwa
produktivitas primer bersih merupakan kunci pengukuran kesehatan lingkungan dan
pengelolaan sumberdaya laut. Tingkat produktivitas primer suatu perairan
memberikan gambaran bahwa, suatu perairan cukup produktif dalam menghasilkan
biomassa tumbuhan, termasuk pasokan oksigen yang dihasilkan dari proses
fotosintesis. Dengan tersedianya biomassa tumbuhan dan oksigen yang cukup dapat
mendukung perkembangan ekosistem perairan (Rahayu et al. 2017). Produktivitas
perairan yang terlalu tinggi dapat mengindikasikan telah terjadi eutrofikasi,
sedangkan yang terlalu rendah dapat memberikan indikasi bahwa perairan tidak
produktif atau miskin. Dengan kata lain produktivitas perairan juga dapat digunakan
dalam pengelolaan sumberdaya perairan dan pemantaun kualitas perairan).

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Primer


Salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas primer suatu perairan yaitu
klorofil a fitoplankton. Kandungan klorofil-a fitoplankton pada suatu perairan
berbeda-beda, khususnya danau kerena dipengaruhi oleh faktor fisika-kimia dan
biologi dari suatu perairan (Manurung, et al., 2015). Menurut Asriyana dan Yuliana
(2012) faktor kimia perairan yang dapat mempengaruhi produktivitas primer yaitu
7
peningkatan suplai zat hara dan tersedianya zat hara khususnya nitrogen dan fosfor
serta faktor fisika cahaya matahari dan temperatur.
Menurut Kurniawan (2018), proses aktivitas produktivitas primer di perairan,
fitoplankton memiliki peran paling besar dalam mengikat energi dan menyediakan
energy untuk tingkat trofik yang lain. Fitoplankton dapat digunakan untuk
mengetahui secara umum kondisi perairan. Oleh karena itu, untuk bisa memahami
faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas primer, maka faktor-faktor yang
mempengaruhi kehidupan fitoplankton bisa dijadikan sebagai acuan. Faktor kimia
dan fisika lingkungan perairan merupakan faktor utama yang mempengaruhi aktivitas
produktivitas primer di perairan. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah cahaya,
suhu, kadar zat-zat hara dan juga faktor hidrografi.
1. Parameter Fisika
a. Cahaya
Cahaya matahari merupakan salah satu faktor fisika yang memegang peranan
penting dalam perubahan produktivitas primer. Ketersediaan cahaya dalam badan air
baik secara kuantitatif maupun kualitatif sangat tergantung pada waktu (harian,
musiman, tahunan), tempat (letak geografis, kedalaman), kondisi pravalen di atas
permukaan air (penutupan awan, inklinasi matahari) atau dalam perairan (refleksi,
absorpsi oleh air dan materi-materi terlarut, serta penghamburan oleh partikel-partikel
tersuspensi). Intensitas cahaya matahari semakin berkurang dengan bertambahnya
kedalaman perairan. Nilai cahaya yang semakin berkurang akan menyebabkan nilai
produktivitas primer semakin rendah (Asriyana dan Yuliana, 2012).
b. Suhu
Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian dari
permukaan laut (altitude), waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, dan
aliran serta kedalaman badan air. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika,
kima dan biologi badan air. Suhu juga sangat berperan mengendalikan kondisi
ekosistem perairan (Effendi, 2003). Menurut Asriyana dan Yuliana (2012), kisaran
suhu yang optimum bagi pertumbuhan fitoplankton yaitu 20oC-30oC. Setiap jenis
8
fitoplankton tersebut memiliki suhu optimum sendiri dan sangat bergantung pada
faktor lainnya.

c. Kekeruhan
Selain cahaya, zat hara, suhu dan derajat keasaman, kekeruhan juga
mempengaruhi produktivitas primer perairan. Menurut Effendi (2003), turbiditas atau
nilai kekeruhan juga mempengaruhi produktivitas primer di perairan danau.
Peningkatan turbiditas sebesar 5 NTU dapat mengurangi produktivitas primer sebesar
75%. Kekeruhan dipengaruhi oleh adanya bahan organik dan anorganik yang
tersuspensi dan terlarut di perairan. Menurut Hariyadi et al (2010) dalam Muhtadi
(2017). Tingginya kekeruhan akan mengurangi penetrasi cahaya yang masuk ke
perairan yang akan berdampak pada penurunan produktivitas primer perairan
Kedalaman lapisan produktif hanya sekitar 30-40 cm di lapisan permukaan yang
hanya sekitar 6 - 8% dari kedalaman perairan, tergolong sangat rendah.
2. Parameter Kimia
a. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) salah satu merupakan parameter yang dapat
mempengaruhi produktivitas suatu perairan. Derajat keasaman (pH) merupakan
derajat keasaman atau kebasaan dari suatu zat. Kondisi perairan yang bersifat sangat
asam atau basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme, karena akan
mengakibatkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi. Batas toleransi
organisme terhadap pH bervariasi, sebagian besar biota akuatik memiliki sifat
sensitive terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH antara 7- 8,5 (Effendi, 2003).
b. Zat Hara
Zat-zat hara anorganik utama yang mempengaruhi produktivitas primer ialah
nitrat (NO3) dan fosfar (PO4 2- ). Sumber nutrien dapat berasal dari perairan tersebut
dan lingkungan sekitar. Sumber nutrien dari perairan itu sendiri artinya bahwa
komposisi tanah dasar yang mengandung nutrien N dan P, sedangkan sumber nutrien
dari sekitar perairan diantaranya berasal dari pemukiman, pertanian, perkebunan,
9
kehutanan, akumulasi sisa pakan kegiatan budidaya ikan (Asriyana dan Yuliana,
2012). Nitrogen dan fosfor merupakan zat-zat hara atau nutrien utama yang
dibutuhkan untuk tumbuh dan berkembangnya fitoplankton. Zat-zat hara lain baik
organik maupun anorganik hanya diperlukan dalam jumlah sedikit (Kurniawan,
2018).
3. Parameter Biologi
a. Klorofil- a
Menurut Muhtadi (2017) , Konsentrasi klorofil-a merupakan indikator utama
untuk mengestimasi produktivitas primer dan merupakan variabel penting dalam
proses fotosintesis Klorofil–a fitoplanton adalah suatu pigmen aktif dalam sel
tumbuhan yang mempunyai peranan penting didalam proses berlangsungnya
fotosintesis diperairan semua sel berfotosintesis mengandung satu atau beberapa
pigmen klorofi l ( hijau coklat, merah atau lembayung) Sebaran dan tinggi rendahnya
konsentrasi klorofil-a sangat terkait dengan biomassa organisme autotrof yang
tentunya berkaitan dengan kondisi suatu perairan. Parameter fisik-kimia yang
mengontrol dan mempengaruhi sebaran klorofil-a, adalah intensitas cahaya, nutrien
(terutama nitrat, fosfat dan silikat). Perbedaan parameter fisika-kimia tersebut secara
langsung merupakan penyebab bervariasinya produktivitas primer.

2.4 Produktivitas Danau


Fitoplankton merupakan kelompok tumbuhan mikroskopis yang berperan
penting pada siklus hara di perairan dan mampu menghasilkan bahan organik melalui
fotosintesis. Hasil fotosintesis yang dilakukan oleh fitoplankton disebut dengan
produktivitas primer. Salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas primer
suatu perairan yaitu klorofil-a fitoplankton.
Klorofil-a fitoplankton merupakan pigmen yang terdapat pada semua jenis
fitoplankton dan terlibat langsung dalam fotosintesis. Klorofil-a dapat digunakan
sebagai indikator tinggi rendahnya produktivitas primer suatu perairan atau indikator
10
tentang tingkat kesuburan suatu ekosistem perairan. Hasil penelitian Sukiman (2010),
menunjukkan bahwa tingkat kesuburan Danau Sarantangan Singkawang Kalimantan
Barat tergolong rendah dengan nilai rata-rata kandungan klorofil-a fitoplankton
sebesar 0,03 mg/m3 dengan kelimpahan fitoplankton berkisar antara 18,12 - 440,73
ind/L. Hasil penelitian Zulfia dan Aisyah (2013), diketahui bahwa tingkat kesuburan
Danau Rawa Pening tergolong hipereutrofik dengan nilai ratarata kandungan klorofil-
a berkisar antara 4.670- 7.220 mg/m3 pada bulan Mei dan 4.710-7.300 mg/m3 pada
bulan Juni. Kandungan klorofil-a fitoplankton pada suatu perairan berbeda-beda,
khususnya danau kerena dipengaruhi oleh faktor fisika-kimia dan biologi dari suatu
perairan.

2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Danau


Pada ekosistem tawar, terutama danau dangkal dan rawa produktivitas dari
tanaman air lebih tinggi dibanding produktivitas plankton. Hal ini juga seperti yang
dikemukakan dan ditemukan oleh Tamire & Mengistou (2014), bahwa produktivitas
tumbuhan air pada danau-danu dangkal dan rawa lebih tinggi daripada produktivitas
plankton.
Menurut Latuconsina (2019), faktor yang memepengaruhi produktivitas primer
pada perairan danau adalah sebagai berikut :
1. Letak geografis yang berkaitan dengan panjang dan pendeknya periode siang
dan malam hari
2. Cuaca yang berkaitan erat dengan udara, berawan atau cerah
3. Angina yang ,menimbulkan gelombang perairan, dimana gelombang dapat
memantulkan sebagian besar sinar matahari
4. Kekeruhan periaran yang disebakan oleh gelombang dan sedimen dapat
mengurangi penetrasi cahaya matahari yang masuk kekolom perairan
5. Suhu periaran yang dapat menghilangkan lapisan termoklin dan mendorong
permukaan masa air yang menyediakan zat hara untuk fotosintesis. Suhu juga
11
mengandung daya larut gas-gas yang diperlukan untuk fotosintesis seperti
CO2 dan O2 yang mudah larut dalam periaran dengan suhu rendah
dibandingkan suhu tinggi, akibatnya kecepatan fotosintesis ditingkatkan oleh
suhu rendah.
Pada ekosistem akuatik sebagian besar produktivitas primer dilakukan oleh
fitoplankton. Produktivitas primer perairan sangat dipengaruhi oleh cahaya, suhu
dan unsur hara dan bagi diatom bentik tipe sedimen juga sangat mempengaruhi
produktivitas primernya. Diatom bentik memiliki peranan yang sangat besar
sebagai penyumbang produktivitas primer bagi organisme heterotrof dalam rantai
makanan selanjutnya di lingkungan bentik. Diatom bentik berperan penting sebagai
sumber makanan bagi meiofauna dan microfauna grazer pada ekosistem dangkal
dengan produktivitas yang sangat tinggi. Tingginya kelimpahan diatom bentik akan
menyebabkan produktivitas primer pada lingkungan bentik menjadi tinggi pula
(Padang , 2012).

2.6 Contoh Produktivitas Danau Yang Baik Dan Buruk


Produktivitas primer perairan Danau Towuti ditentukan dengan cara mengukur
kadar oksigen terlarut dalam botol gelap dan terang. Pengukuran produktivitas
primer di perairan Danau Towuti dilakukan tiga kali survei pada enam stasiun.
Nilai rata-rata produktivitas primer pada survei pertama dari keenam stasiun adalah
1,872 g C/m2/hari. Dibandingkan dengan ciri-ciri danau oligotrop seperti Danau
Toba yang mempunyai nilai produktivitas primer antara 2,060 -6,690g C/m 2/hari
(Kartamihardja,1987) dan juga mengacu pada referensi terhadap klasifikasi danau
oligotrofik yang dikatakan Jorgensen (1980); Goldman & Horne (1983), maka
berdasarkan pada nilai produktivitas primer, Danau Towuti termasuk dalam
klasifikasi danau oligotrofik yaitu danau dengan tingkat kesuburan rendah. Perairan
Danau Towuti termasuk perairan yang ideal untuk mendukung kehidupan ikan
berdasarkan pada nilai yang terukur terhadap parameter pH, oksigen terlarut, CO2

12
bebas, alkalinitas, suhu dan kecerahan.
Namun, berdasarkan pada nilai yang terukur dari kandungan phosfat, nitrat
biomasa fitoplankton, produktivitas primer, dan kadar klorofil-a,
mengklasifikasikan Danau Towuti dalam tingkatan oligo mesotrofik yaitu tingkat
kesuburan perairan rendah sampai sedang. Hasil pengukuran kualitas air antara lain
pH dalam kisaran 6,20-8,84, oksigen terlarut 5,16-7,63 mg/L, dan alkalinitas 50-
106 mg/L. Dari data kualitas air tersebut perairan Danau Towuti mendukung
kehidupan organisme perairan termasuk ikan dan organisme air lainnya.

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Produktivitas Primer adalah kecepatan organisme autotrof sebagai
produsen mengubah energi cahaya matahari menajdi energi kimia dalam
bentuk organik. Hanya sebagian kecil energi cahaya yang dapat diserap
oleh produsen. Produktivitas primer berbeda pada setiap ekosistem.
Produktivitas primer diamati dengan metode oksigen (botol gelap-botol
terang) dengan inkubasi didalam kolom air dengan selang waktu dan
kedalaman tertentu. Botol Winkler gelap dan terang yang telah di isi air
sampel dengan volume yang sama direndam pada badan perairan dengan
selang waktu 6 jam dengan kedalaman 20 cm. faktor yang mempengaruhi
produktivitas primer suatu perairan yaitu klorofil a fitoplankton, zat hara,
cahaya, suhu, kekeruhan, dan juga pH. Kandungan klorofil-a fitoplankton
pada suatu perairan berbeda-beda, khususnya danau kerena dipengaruhi
oleh faktor fisika-kimia dan biologi dari suatu perairan. Danau dibedakan
atas danau tektonik, danau vulkanik, danau tektono-vulkanik, danau karst,
dan danau glacial. faktor yang memepengaruhi produktivitas primer pada
perairan danau adalah letak geografis, cuaca, angin, kekeruhan periaran,
suhu.

3.2 Saran
Penyusun menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan
dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah
tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.
DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, K., E.Banowati dan A. Aji (2016). Analisis pemanfaatan sumber daya
alam Danau Rawa Pening Kabupaten Semarang . Geo Image.

Asriyana dan Yuliana. 2012. Produktivitas Perairan. Bumi Aksara: Jakarta.

Behrenfald M.J., Boss E, Siegel DA, Shea DM. 2005. Carbon-based ocean
productivity and phytoplankton physiology from space. Global
Biogeochemical Cycles. Vol 19.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan


Lingkungan Perairan. Kanisius: Yogyakarta

Manurung, N., T. R. Setyawati dan Mukarlina. 2015. Produktivitas primer


Danau Lait Kecamatan Tayan Hilir ditinjau dari kelimpahan dan
kandungan klorofil-a fitoplankton. Protobiont.

Muhtadi , A.2017. Produktivitas primer perairan. Universitas Sumatera Utara


Pardede, D., T. A. Barus., R. Leidonald. 2016. Laju produktivitas primer
perairan Rawa Kongsi Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli
Serdang Provinsi Sumatera Utara. Aquacoastmarine.

Setiawan, N. E., Suryanti., C. Ain. 2015. Produktivitas primer dan kelimpahan


fitoplankton pada area yang berbeda di Sungai Betahwalang,
Kabupaten Demak. Diponegoro Journal Of Maquares.

Siahaan, F.T., H.Wahyuningsih dan Z.A. Harahap. Analisis Parameter Fisika


Kimia Air di Danau Buatan Perumnas Griya Martubung Kota
Medan (Parameter Analysis of Physics and Chemical Water on
Artificial Lake Perumnas Griya Martubung, Medan
City).AQUACOASTMARINE

Wisudo, S.H. 2014. Wilayah Perairan Indonesia. Konservasi Sumberdaya


Perairan.

Silalahi,J.2009.Analisis kualitas air dan hubungannya dengan keanekaragaman


vegetasi akuatik diperairan balige danau toba. Tesis. Universitas
Sumatera Utara. Medan

Ardiwijaya, RR, 2002, Distribusi Horizontal Klorofil-a dan Hubungannya dengan


Kandungan Unsur Hara serta Kelimpahan Fitoplankton di Teluk
Semangka, Lampung, Skripsi, FPIK Institut Pertanian Bogor,
Bogor

Anda mungkin juga menyukai