Anda di halaman 1dari 56

MATERI UMUR IKAN

BAGIAN
IR. SYACHRADJAD FRAN, M.P
Dalam Biologi Perikanan pengetahuan mengenai Komposisi umur
dalam populasi atau komunitas ikan suatu perairan memegang
peranan penting, terutama kalau dihubungkan dgn produksi akan dpt
terlihat erat kaitannya dgn pengelolaan ikan sebagai sumber daya dr
suatu perairan. Ikan dlm suatu perairan sebagai suatu populasi atau
anggota komunitas bukan terdiri dr satu kelompok umur. Untuk
memudahkan pengertian selanjutnya , yg dipakai sebagai dasar ialah
satu populasi saja, kecuali ada pernyataan lain yg menunjukkan
komunitas atau multiple spesies. Satu populasi yg telah berhasil
mengadakan pemijahan menghasilkan sejumlah anak-anak ikan yg
bergantung pada fekunditas, keberhasilan pemijahan , dan mortalitas
dr anak-anak ikan tsb. Sisa anak-anak ikan yg tumbuh dan berhasil
hidup mencapai ukuran yg dpt dieksploitasi dinamakan rekruitmen.
Keadaan jumlah ikan dr tiap kelas dlm koposisi populasi yg ada dlm
perairan pd suatu saat tertentu bergantung kepada rekuitmen yg terjdi
tiap tahun dan jumlah ikan yg hilang dr perairan itu disebabkan krn
diambil oleh manusia atau dieksploitasi atau ikan itu mati secara
alami. Fluktuasi besarnya jumlah ikan dr tiap kelompok umur yg
membentuk populasi itu dpt memberikan sejarah daur hidup ikan dr
masing-masing kelompoknya atau cohort. Dengan mengetahui
umur ikan tsb dan komposisi jumlahnya yg ada dan berhasil hidup,
kita dpt mengetahui keberhasilan atau kegagalan reproduksi ikan dlm
thn tertentu, misalnya akibat musim panas yg berkepanjangan,
termasuk eksploitasi yg berlebihan atau tdk pd thn-thn tertentu.
Keadaan demikian dpt dilacak melalui penelusuran komposisi atau
struktur umur dgn anggotanya pd saat tertentu, dan dpt pula dipakai
memprediksi produksi perikanan pd saat mendatang.
Berbeda dgn kebanyakan golongan vertebrata lain seperti burung dan
mamalia, sebagian besar ikan mempunyai kapasitas meneruskan
pertumbuhan selama hidup bilamana kondisi dan makanan cukup
tersedia dgn baik walaupun pd umur tua pertumbuhan ikan hanya sedikit
saja. Dengan kata lain ikan tdk mempunyai limit tertentu utk membatasi
pertumbuhan (undeterminate growth), tdk seperti burung dan mamalia
akan berhenti tumbuh pd waktu mencapai ukuran dewasa yaitu
kematangan sexual (determinate growth).
Ikan berumur panjang ada kecendrungan mempunyai tanda-tanda umum
sbb:
1. Secara phylogenetis termasuk kedalam golongan ikan primitif.
2. Pergerakannya lamban.
3. Sebagai penghuni dasar atau perairan dangkal.
4. Mempunyai alat pernapasan tambahan
5. Luwes terhadap perubahan ekstrim zat asam, suhu, dan salinitas.
Sebagai contoh misalnya ikan sturgeon dan cucut. Namun ikan Mas ada
yg berumur panjang pula. Beberapa ikan yg berumur pendek tdk
mempunyai sifat seperti tsb di atas misalnya ikan salmon.
Dari kematian ikan secara alamiah sukar ditentukan umurnya. Tetapi dr
catatan penelitian, misalnya ikan sturgeon, ada yg berumur 152 thn. Ikan
yg dipelihara dlm akuarium di Amsterdam ada yg mencapai umur 69 thn
dan di Frankfurt mencapai umur 38 thn. Juga banyak ikan akuarium telah
dipelihara melebihi umur 20 thn.

PENENTUAN UMUR IKAN.


Mengetahui umur ikan merupakan alat penting dlm Biologi Perikanan .
Data umur yg dihubungkan dgn data panjang dan berat dpt memberikan
keterangan ttg umur pd waktu ikan pertama kali matang kelamin, lama
hidup, mortalitas , pertumbuhan dan reproduksi.
Sudah sejak lama orang berusaha utk dpt mengetahui umur ikan, yaitu
setelah Leeuwenhoek utk pertama kali melihat lingkaran-lingkaran pd
sisik dibawah mikroskop yg dianggap sebagai tanda pertumbuhan. Baru
pd thn 1898 Hoffbauwer mengembangkan dasar interprestasi tanda
tahun pd sisik ikan. Ia mempelajari pertumbuhan ikan Mas yg dipelihara
dlm kolam dlm waktu beberapa thn. Sisik ikan diambil dr waktu ke
waktu diikuti pola dan perkembangannya. Ia menemukan beberapa
tanda tahunan pd sisik itu dikenal sebagai annuli. Sejak itu para peneliti
di daerah bermusim empat dpt menginterprestasi umur ikan dr berbagai
perairan melalui sisik.
Penentuan umur ikan dgn menggunakan metode sisik berdasarkan kepada
tiga hal:
1. Bahwa jumlah sisik ikan tdk berubah dan tetap identitasnya selama
hidup.
2. Pertumbuhan tahunan pd sisik ikan sebanding dgn penambahan
panjang ikan selama hidupnya
3. Hanya satu annulus yg dibentuk pd tiap tahun.
Dari bermacam-macam sisik yg ada hanya sisk Cycloid dan Ctenoid yg
dpt digunakan utk menentukan umur ikan. Seiring dgn
pertumbuhan ikan, tumbuhlah lingkaran –lingkaran pd sisik yg
dinamakan circulus (jamaknya circuli). Mula-mula sirculus tumbuh
atau diletakkan pd bagian depan kemudian di sekeliling sisik. Ada
kalanya pertumbuhan circulus pd bagian pinggir yaitu pd bagian
atas atau bawah tdk baik atau tdk lengkap. Pada musim dingin
pertumbuhan ikan berjalan dgn lambat atau mungkin terhenti ,
maka penambahan circulus menjadi sangat berdekatan satu dgn yg
lainnya. Kerapatan letak circulus ini terjadi satu kali satu thn dan
menjadi tanda tahunan pd titik itu. Biasanya annulus terlihat jelas
pd bagian depan sisik. Pada bagian atas atau bawah sisik ketika
musim dingin tdk ada circuli sehingga terlihat seperti ada perletakan
circuli yg terlewat.
Ketiadaan circuli pd bagian inilah menjadi tanda yg paling dpt
dipercaya sebagai tanda tahunan. Apabila musim dingin telah selesai
suhu perairan pd musim semi menjadi bertambah tinggi
menyebabkan pertumbuhan ikan menjadi lebih cepat dr musim
dingin. Jadi setelah terjadi kekosongan perletakan circuli pd musim
dingin kemudian terdapat circuli baru. Dengan menghitung jumlah
circuli yg rapat pd bagian depan sisik atau ketiadaan circuli pd
bagian atas atau bawah yg terjadi satu kali satu tahun (annulus), kita
dpt menghitung umur ikan tsb. Namun sering pula ditemukan
annulus palsu disebabkan oleh gangguan yg menimpa ikan itu,
misalnya kekurangan makanan , suhu yg tdk sesuai sehingga
menghambat pertumbuhan ikan, akan tercatat pula pd sisik dgn
kelambatan peletakkan circuli. Hal ini menyebabkan kesukaran dan
menyebabkan kesalahan interprestasi dlm menghitung umur ikan
annulus palsu biasanya banyak terdapat pada sisik cycloid.
Selain annulus palsu pd ikan terdapat pula yg dinamakan sisik palsu. Tanda-
tanda kelainan sisik palsu dr sisik biasa ialah fokus sisik palsu lebih besar.
Dalam daerah fokus tadi tdk terdapat circulus atau circuli jadi merupakan
bagian licin. Bagian luar dr yg lebar memp tanda-tanda sama dgn sisik
normal. Sisik palsu tdk dpt sebgi alat penentu umur ikan krn sisik palsu
terjd sbgi pengganti sisik yg tanggal, jd stlh ikan mencapai ukuran dan
umur tertentu. Pd bgian sisik yg tanggal, mula-mula akan dibentuk satu
lapisan dr material sisik sebgi penutup (ini penyebab fokus menjadi
lebar), kemudian baru terjadi perletakkan c irculus seperti pd sisik lain.
Pada prinsipnya semua sisik penutup tubuh dpt dipakai sebgi alat penentu
umur. Namun btknya pd beberapa bagian tdk seragam, maka kalau
diambilnya dr berbagai tempat akan menimbulkan kesukaran terutama
dlm perhitungan-perhitungan utk data lain. Oleh krn itu pengambilan
sisik utk penentu umur ikan , hrs diambil dr daerah yg sama.
Sisik ini dinamakan sisik kunci. Pada golongan ikan berjari-jari sirip lemah
seperti ikan Mas , daerah sisik kuncinya ialah bagian depan antara garis
sisi (lenea lateralis) sebelah kiri dgn pangkal depan sirip punggung. Sisik
kunci utk golongan ikan berjari-jari sirip keras seperti ikan betok, kakap
dsb, ialah dibelakang ujung belakang sirip dada sebelah kiri setelah
diluruskan menuju ke ekor. Ada juga peneliti yg memakai sisik kuncinya
terletak diantara kedua daerah ujung sirip perut setelah diluruskan ke
belakang.
Penentuan umur dgn menggunakan sisik tdk selamanya seksama dimana
pembacaan sisik dlm jlh besar dan terdiri dr berbagai macam umur, akan
didapatkan ketidak sepakatan hsl bacaan satu orang dgn yg lain. Hal ini
disebabkan oleh semakin bertumpuk circuli atau semakin tdk jelas
annuli pd ikan berumur lebih dr empat atau lima thn. Oleh krn itu
menentukan umur ikan dgn menggunakan metode sisik sebaiknya hrs
dibantu dgn metode lainnya sebagai alat utk mencek agar lebih objektif
menginterpretasi data.
Bagian tubuh ikan yg dpt dipakai utk menentukan umur ikan ialah :
- Tulang operculum (bagian tutup ingsang)
- Batu telinga (otolith)
- Vertebrae (tulang punggung)
- Jari-jari keras sirip punggung.
Bagian-bagian tubuh ini dipakai terutama utk ikan yg tdk mempunyai
sisik seperti golongan ikan lele, baung dsb. Pd wkt terjadi kelambatan
pertumbuhan, misalnya krn musim dingin , kekurangan makanan atau
faktor lain, mk selain pd sisik tanda kelambatan pertumbuhan akan
tercatat pula pd bagian tubuh tsb di atas.
Tulang operculum yg telah dikupas kulitnya dlm keadaan kering, pd
bagian terjadinya kelambatan pertumbuhan mempunyai warna
berbeda dgn bagian lain yaitu lebih jernih. Hal ini disebabkan oleh
susunan material lebih pejal pd bagian yg tumbuhnya lambat.
Pembacaan umur ikan dgn menggunakan operculum jauh lebih mudah
dan jelas tampaknya walaupun tdk menggunakan alat optik tambahan.
Jarak antara satu tanda tahunan dgn lainnya utk ikan berumur tua
jarak tanda tahunan semakin berdekatan bahkan ada yg hampir
bertumpu. Pertumpuan ini disebabkan tanda tahunan tadi seperti
garis lebar dgn batas yg tdk begitu nyata, sedangkan pertumbuhan pd
ikan tua lambat.
Pembacaan umur dgn menggunakan tulang punggung yg telah
dikeringkan hampir sama saja dgn menggunakan tulang operculum.
Perbedaannya terletak pd ukuran . Tulang punggung ukurannya lebih
kecil dr pd tulang operculum. Namun tanda tahunan pd tulang
punggung masih nampak walaupun tdk menggunakan alat optik
tambahan.
Seiring dgn pertumbuhan, batu telinga (otolith) di dlm sacculus
menjadi bertambah besar. Pengendapan calcium disekeliling batu
telinga kurang rapat pd waktu ikan tumbuh cepat, tetapi pd waktu
terjadi kelambatan pertumbuhan endapan calcium tadi semakin
rapat. Dgn menentukan kerapatan letak endapan tadi yg terlihat
berbeda akan dpt diketahui umur ikan tadi. Proses dan keadaan yg
sama terjadi pula pd jari-jari sirip. Pembacaan umur dgn
menggunakan batu telinga atau jari-jari sirip keras tdk dpt secara
langsung seperti tulang oper culum atau tulang punggung, tetapi hrs
menggunakan alat tambahan yaitu kaca pembesar. Tanda tahunan pd
batu telinga ada yg dpt dibaca langsung di bawah mikroskop tetapi
kebanyakan tdk, melainkan hrs dihaluskan dulu permukaannya atau
dibuat menjadi tipis agar hasilnya baik. Demikian juga jari-jari sirip
hrs dibuat tipis terlebih dahulu dgn menggunakan gergaji yg khusus
dibut utk itu.
Tulang Otolith
Letak Tulang otolith.
 Otolith
 Otolith terbentuk dari kalsium karbonat yang mengeras didalam
saluran kanal dari sirkulasi pada tulang ikan yang menonjol, berperan
membantu dalam keseimbangan dan menanggapi bunyi (Victor, 1982).
 Sebagian diatom berbeda nyata pada diatom morfologi otolith yang
terjadi diantara ikan-ikan bertulang sejati yang memberi kesan bahwa
otolith ini mempunyai peranan penting untuk pendengaran. Otolith
terutama tambahan dari kristalisasi kalsium karbonat, dalm bentuk
magnetik dan berserabut. Kolagen yang mempunyai protein otoline
(Morals.nin, 1992)
 Pertumbuhan otolith mempunyai permukaan dan endapan material,
suatu proses yang berhubungan dengan masa peredarannya
bergantung pada laju dalam metabolisme kalsium dan pada asam
amino sintesis. Hasil tersebut merupakan formasi tambahan dari
pertumbuhan harian
1. Sisik Ctenoid

Sisik ctenoid bergerigi di tepi luarnya dan biasanya


ditemukan pada ikan-ikan yang memiliki sirip
berduri. Sisik ini memiliki stenii pada bagian
posteriornya dan bentukan sisir pada bagian
anteriornya
 2. Sisik Cycloid
Sisik ini merupakan sisik yang bentuknya melingkar dimana
didalamnya terdapat garis-garis melingkar disebut circulii,
anulii, radii, dan fokus.

3. Sisik Ganoid
Jenis sisik ini dimiliki oleh ikan-ikan Lepidosteus (Holostei) dan
Scaphyrynchus (Chondrostei). Sisik ini terdiri dari beberapa
lapisan, yakni lapisan terluar disebut ganoine yang neterialnya
berupa garam-garam an-organik, kemudian lapisan berikutnya
adalah cosmine, dan lapisan yang paling dalam adalah
isopedine. Pertumbuhan sisik ini dari bagian bawah dan bagian
atas. Ikan bertipe sisik ini antara lain, Polypterus, Lepisostidae,
 3 Metode Penentuan Umur Ikan
 Metode untuk menentukan umur suatu individu ikan dapat
dilakukan melalui 2 cara yaitu :
 Cara langsung, yang hanya dapat dilakukan pada individu
spesies ikan budidaya.
 Cara tidak langsung yaitu pada individu spesies ikan yang masih
hidup diperairan alami. Penentuan umur ikan secara tidak
langsung dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu :
a. Dengan mempelajari tanda-tanda tahunan (Annulus) atau
harian (Sirkulus) pada bagian-bagian tubuh yang keras.
b. Metoda prekuensi panjang (metoda petersen) yaitu melalui
pengukuran panjang tubuh ikan, metoda ini biasanya diterapkan
pada individu-individu spesies ikan yang hidup didaerah tropis
(Pulungan, 2006).
 Pada ikan di daerah tropis walaupun mengalami hidup
di dua musim, kenyataannya suhu lingkungan sekitar
tidak begitu mempengaruhi pertumbuhan sirkulasi
pada bagian tubuh yang keras. Jadi tanda tahunan dari
hasil susunan sirkuli yang rapat tidak begitu nyata
bentuknya (Effendie, 1997).
 Selain berdasarkan metode tersebut, untuk
menentukan umur ikan juga dapat menggunakan
metode, yaitu:
 Tanda tahunan
 Tanda tahunan terjadi karena adanya kelambatan pertumbuhan yang
disebabkan oleh musim dingin atau kekurangan makanan atau faktor
lain. Tanda tahunan yang biasanya digunakan untuk menentukan
umur ikan adalah sisik (squama), operculum, otolith, vertebrae dan jari
keras sirip dorsal (Effendie, 1997).
 Metoda penentuan umur berdasarkan tanda tahunan pada bagian
tubuh yang keras biasanya dilakukan pada daerah subtropis (4 musim).
Karena ikan-ikan yang hidup di daerah subtropis sangat dipengaruhi
oleh suhu lingkungannya, dimana pada musim dingin pertumbuhan
tubuh ikan hampir terhenti atau lambat sama sekali. Sehingga
mempengaruhi pertumbuhan pada sisik (squama), vertebrae, tulang,
operculum, duri sirip dan tulang otolith yang menyebabkan
terbentuknya susunan sirkulasi yang sangat rapat dan akhirnya
membentuk annulus (Effendie, 1997).
 Tanda tahunan terjadi karena adanya kelambatan pertumbuhan
yang disebabkan oleh musim dingin atau kekurangan makanan
atau faktor lain. Tanda tahunan yang biasanya digunakan untuk
menentukan umur ikan adalah sisik (squama), operculum,
otolith, vertebrae dan jari keras sirip dorsal (Effendie, 1997).
 Metoda penentuan umur berdasarkan tanda tahunan pada
bagian tubuh yang keras biasanya dilakukan pada daerah
subtropis (4 musim). Karena ikan-ikan yang hidup di daerah
subtropis sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungannya, dimana
pada musim dingin pertumbuhan tubuh ikan hampir terhenti
atau lambat sama sekali. Sehingga mempengaruhi pertumbuhan
pada sisik (squama), vertebrae, tulang, operculum, duri sirip dan
tulang otolith yang menyebabkan terbentuknya susunan
sirkulasi yang sangat rapat dan akhirnya membentuk annulus
(Effendie, 1997).
 Penentuan umur ikan dengan menggunakan tanda
tahunan berupa sisik berdasarkan kepada tiga hal,
yaitu:
 Jumlah sisik ikan tidak berubah dan tetap identitasnya
selama hidup.
 Pertumbuhan tahunan pada sisik ikan sebanding
dengan pertambahan panjang ikan selama hidupnya.
 Hanya satu annulus yang dibentuk pada tiap tahunnya
(Effendie, 1997).
 Metode frekuensi panjang, yaitu dengan metode Petersen
 Metode Petersen digunakan untuk ikan dengan masa pemijahan
pendek, dimana terjadi satu kali satu tahun dan umur ikan tidak
panjang. Metode ini tidak cocok untuk ikan dengan masa pemijahan
panjang karena menyebabkan terjadi pertumpuan ukuran dari umur
yan berbeda. Ikan yang pertumbuhannya lambat dari satu kelas umur
lebih tinggi, akan bertumpuk atau mempunyai ukuran sama dengan
ikan yang tumbuhnya lebih cepat pada umur yang lebih rendah
(Effendie, 1997).
 Tagging dan Marking
 Tagging adalah pemberian tanda berupa benda asing pada tubuh ikan,
dimana pada tanda tadi dapat diberi tanda-tanda lain berupa tanggal
nomor atau kode-kode lain (Effendie, 1997).
 Marking adalah pemberian tanda pada ikan bukan dengan benda asing
melainkan dengan jalan menghilangkan bagian tubuh ikan, misalnya
pemotongan sirip (Effendie, 1997).
 2.4 Otolith
 Otolith terbentuk dari kalsium karbonat yang mengeras didalam
saluran kanal dari sirkulasi pada tulang ikan yang menonjol, berperan
membantu dalam keseimbangan dan menanggapi bunyi (Victor, 1982).
 Sebagian diatom berbeda nyata pada diatom morfologi otolith yang
terjadi diantara ikan-ikan bertulang sejati yang memberi kesan bahwa
otolith ini mempunyai peranan penting untuk pendengaran. Otolith
terutama tambahan dari kristalisasi kalsium karbonat, dalm bentuk
magnetik dan berserabut. Kolagen yang mempunyai protein otoline
(Morals.nin, 1992)
 Pertumbuhan otolith mempunyai permukaan dan endapan material,
suatu proses yang berhubungan dengan masa peredarannya
bergantung pada laju dalam metabolisme kalsium dan pada asam
amino sintesis. Hasil tersebut merupakan formasi tambahan dari
pertumbuhan harian
 Tagging pemberian tanda pada tubuh ikan

 Tagging

Tagging ialah pemberian tanda kepada tubuh ikan dengan


membubuhkan benda asing. Benda yang digunakan ialah
benda-benda yang tidak mudah berkarat seperti perak,
alumunium, nikel, plastik, ebonit, selluloid, dan lain-lain.
Pada tag ini dapat diberi tanggal, nomor seri atau kode
lainnya yang dapat memberi keterangan atau pesanan
kepada yang menemukan ikan yang mempunyai tag
tersebut. Hal ini merupakan salah satu keuntungan
dibanding dengan marking sehingga memudahkan
identifikasi individu yang telah diberi tag.
 Bagian tubuh ikan yang biasa diberi tag ialah:
Bagian kepala :
– tulang rahang bawah
– tutup insang

Bagian tubuh :
– bagian depan sirip punggung
– bagian belakang sirip punggung
– bagian dalam tubuh
– bagian sirip lemak (adipose fin)
– batang ekor
 Tujuan pemberian tanda pada ikan ialah untuk mengenal
kembali ikan yang telah diberi tanda. Kegunaannya antara
lain untuk mempelajari:
A. Parameter populasi
1. Kepadatan
2. Kecepatan mortalitas
3. Kecepatan eksploitasi
4. Kecepatan recruitmen

B. Kecepatan dan arah ruaya


C. Pertumbuhan dan penentuan umur
D. Tingkah laku
 Beberapa pertimbangan dalam percobaan pemberian
tanda pada ikan ialah:
1. Tujuan percobaan pemberian tanda
2. Lamanya percobaan
3. Cara pengembalian ikan bertanda
4. Macam dan jumlah ikan yang terlibat
5. Tenaga kerja yang tersedia untuk beri tanda
 Berdasarkan pertimbangan di atas maka harus sampai kepada
keputusan pemilihan apakah marking atau tagging yang akan
digunakan dalam percobaan. Misalnya untuk studi parameter
populasi dengan menggunakan marking akan lebih baik karena
murah dan dapat dilakukan lebih cepat. Bila menggunakan
tagging, akibat luka pada waktu pemberian tanda pengaruhnya
lebih besar daripada dengan marking.

Selain dari itu akan lebih sukar daripada dengan marking.


Berhubung ikan yang tertangkap harus dilepaskan maka
seyogianya alat penangkapan dalam percobaan ini harus
merupakan alat sedemikian rupa sehingga ikan yang tertangkap
itu tidak menyebabkan kematian seketika atau dalam waktu
yang relatif tidak lama sesudah itu.
 Beberapa alat yang biasa dipakai dalam percobaan ini
antara lain:
1. "Electric shocker" akan menghasilkan ikan tangkapan
dalam kondisi baik jika arus listrik yang dipakai tidak
terlalu besar untuk membuat kejutan.
2. Bubu akan menghasilkan ikan dalam kondisi baik bila
frekuensi pengangkatan bubu sering dilakukan.
3. Gillnet menghasilkan tangkapan ikan yang kurang baik
karena akan merusak bagian tubuh ikan bahkan sering
ditemukan ikan yang mati bergantungan pada faring.
4. Seine, hasilnya bervariasi mulai dari kehilangan pada
ikan-ikan tertentu sampai rusaknya ikan berukuran kecil.
 kan-ikan yang sudah tertangkap ditaruh dalam suatu kurungan
ikan sebelum diberi tanda. Pengurung ikan ini bermacam-
macam. Ada yang merupakan bak yang dapat ditaruh di tanah
dan dapat dipindah-pindahkan. Ada yang merupakan kurungan
terapung dalam air yang cukup besar volumenya agar ikan tidak
terlalu berdesak-desakan. Semua tempat pengurungan ikan
diberi lindungan atau ditempatkan di tempat aman agar ikan
tidak terlalu banyak mendapat gangguan. Pada waktu akan
memberi tanda pada ikan, adakalanya airnya itu diberi zat
pembius seperti MS 222 untuk menghindarkan berontakan ikan
agar ikan itu tida luka atau orang pemberi tanda tidak tertusuk
duri sirip. Ikan yang terkena bius lebih mudah diperlakukan
untuk diberi tanda. Kekurangan dalam menggunakan zat
pembius ini ialah, apabila pemberian tanda telah selesai ada
kemungkinan ikan tersebut masih belum siuman dan belum
kembali seperti keadaan sebelum ditangkap.
 jadi dalam pemberian zat pembius ini harus tepat
dosisnya. Kalau berlebihan dapat mematikan ikan
tersebut. Oleh karena itu, kalau dapat diusahakan
jangan menggunakan zat pembius kecuali kalau
dianggap sangat penting sekali. Sebab dalam hal ini
harus diusahakan agar ikan itu kalaupun mendapat
gangguan ("stress") harus yang seminimal mungkin.
 Disebabkan banyak persoalan yang timbul sehubungan dengan pemberian
tanda yang cocok, maka pemberian tanda pada ikan itu harus memenuhi hal-
hal seperti berikut:
1. Tanda tidak berubah selama ikan itu hidup.
2. Tidak mengganggu tingkah laku ikan sehingga mudah ditangkap oleh
pemangsa.
3. Tidak menyebabkan mudah tersangkut pada ganggang atau tanaman
lainnya.
4. Tanda itu murah dan mudah diperoleh.
5. Tepat untuk tiap ukuran ikan dengan penyesuaian yang sesedikit mungkin.
6. Mudah diterapkan pada ikan tanpa menggunakan zat pembius dan
gangguan "stress" diusahakan sekecil mungkin.
7. Cukup banyak variasi untuk membedakan kelompok ikan yang kecil
perbedaannya.
8. Tidak menyebabkan kesehatan ikan terganggu.
9. Tidak berbahaya atau menyebabkan bahaya pada ikan sebagai ikan pangan.
10. Tanda ikan mudah dikenal oleh orang yang tidak mendapat latihan
sekalipun.
 Bila program untuk mengadakan penelitian dengan
menggunakan tanda pada ikan diperlukan koordinasi
diantara yang berkecimpung dalam bidang perikanan,
rencana yang baik dan mendetail mengenai
pengembalian tanda, personil yang cukup untuk
pemberian tanda dan untuk mengenai kembali tanda
pada ikan yang disertai dengan laporan yang cermat.
 Program ini, disebarluaskan melalui iklan di TV, radio,
surat kabar, penerangan-penerangan kelompok pada
masyarakat, dan lain-lain. Diusahakan agar para
nelayan yang membantu menemukan kembali tanda
yang terdapat pada ikan tetap bergairah. Sebab biasaya
dalam waktu satu atau dua tahun nelayan atau
masyarakat masih bergairah membantu tetapi pada
tahun berikutnya sudah kurang berkooperasi lagi.
 Oleh karena itu sudah wajar apabila orang yang
mengembalikan tanda pada ikan itu mendapat hadiah
yang menarik. Jadi keterangan yang tertera pada tanda
ikan itu harus informatif dan instruksi yang jelas untuk
megembalikan tanda. Tanda pada ikan itu dapat
diserahkan ke tempat di mana saja yang telah ditentukan
dan akan ditukar dengan hadiah yang telah dijanjikan
secara tunai. Namun harus diperhatikan bahwa apabila
tanda yang dikembalikan terlalu cepat, akan kurang
mempunyai arti sejarahnya baik dalam aktifitas ruaya,
pertumbuhan dan sebagainya.

Sumber : M. Ichsan Effendie, 1997


 Cara Menentukan Umur Ikan – Penentuan Umur Ikan
sangat perlu untuk seseorang yang ingin
berkecimpung dalam dunia budidaya perikanan.
Umur adalah masa kehidupan yang ditempuh oleh
suatu individu dari spesies ikan mulai dari lahir
hingga saat tertentu (kematian, baik secara alami
maupun disebabkan oleh hal lain).
 Berikut Kajian Dalam Penentuan Umur Ikan :
 Dapat menentukan komposisi dari suatu populasi,
(Didapatkannya umur dari yang terkecil hingga umur yang
terbesar dari suatu populasi ikan dalam perairan).
 Lama Hidup, (Diperoleh berapa lama ikan hidup dalam
suatu spesies perairan).
 Waktu matang gonad atau sperma pertama kali, (Dapat
ditentukan umur beberapa ikan mengalami matang
gonad/sperma untuk pertama kali, hal ini akan
menunjang/mendukung dalam hal pembenihan).
 Waktu kapan ikan mulai mencari/mengambil makanan,
(Dapat ditentukan pada umur berapa ikan mulai
mencari/mengambil makanan sendiri dari alam untuk
pertama kali dan pada umur berapa ikan mengadakan
perubahan makanan yang dimakan, hal ini sangat
diperlukan dalam hal pembenihan).
 Mortalitas, (Dari hal ini akan tergambar pada umur berapa
saja suatu spesies ikan mengalami tingkat kematian yang
tinggi).
 Pertumbuhan (Dapat diketahui pada umur berapa suatu
spesies ikan mengalami laju pertumbuhan yang cepat, hal
ini dapat dikaitkan dengan hal pemberian makanan pada
usaha budidaya).
 Terdapat 2 Cara Untuk Menentukan Umur Ikan :
 Cara Langsung
 Yaitu apabila kita mengetahui secara pasti jam dan tanggal
telur ikan menetas sampai pada batas waktu tertentu.
Melalui tagging, dan marking pada individu ikan.
 Tagging adalah pemberian tanda berupa benda asing pada
tubuh ikan, dimana pada tanda tersebut tercantum
beberapa informasi seperti tanggal, nomor atau kode-kode
lain. Tagging ini biasanya diletakkan pada rahang bawah,
tulang operculum, di belakang sirip punggung, dan batang
ekor.
 Marking adalah pemberian tanda pada ikan bukan dengan
benda asing melainkan dengan menghilangkan bagian tubuh
ikan, misalnya pemotongan sirip, pemberian lubang pada tutup
insang, dan pemberian tatoo.
 Kegunaan Pemberian tanda pada ikan antara lain untuk
memperlajari :
 Parameter populasi
 Kepadatan
 Laju mortalitas
 Laju eksploitasi
 Laju rekruitmen
 Kecepatan dan arah ruaya
 Pertumbuhan dan penentuan umur
 Tingkah laku
 Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian tanda pada ikan :
 Tanda tidak berubah selama ikan itu hidup
 Tidak mengganggu tingkah laku ikan sehingga ikan tidak
mudah ditangkap oleh pemangsanya
 Tidak menyebabkan mudah tersangkut pada ganggang
atau tanaman lainnya
 Tanda itu murah dan mudah diperoleh
 Tepat untuk tiap ukuran ikan dengan penyesuaian yang
sedikit mungkin
 Mudah diterapkan pada ikan tanpa menggunakan zat
pembius, dan gangguan stes diusahakan sekecil mungkin
 Cukup banyak catiasi untuk membedakan kelompok ikan yang
kecil perbedaannya
 Tidak menyebabkan kesehatan ikan terganggu
 Tidak berbahaya atau menyebabkan bahaya pada ikan sebagai
ikan pangan
 Tanda ikan mudah dikenal oleh orang yang tidak mendapat
latihan sekalipun
 Cara Tidak Langsung
 Yaitu cara yang banyak dilakukan, karena individu ikan yang
hidup di perairan tidak diketahui secara pasti jam dan tanggal
penetasannya. Penentuan umur dengan cara ini adalah bersifat
perkiraan/prediksi melalui tanda-tanda tahunan (annulus), yang
terdapat pada bagian tubuh ikan yang keras. Annulus adalah
susunan circuli yang terlalu rapat pada saat-saat/musim tertentu
 Cara ini dapat dilakukan dengan 2 hal, yaitu :
 Metode frekuensi panjang (Metode Petersen)
 Memperlajai tanda-tanda tahunan pada bagian subuh
ikan, seperti :
 Sisik
 Tulang punggung (Vertebrae)
 Duri sirip
 Tulang pendengaran atau batu telinga (Otoliths).

Anda mungkin juga menyukai