Saat ini perikanan budidaya yang dikembangkan pada skala industri antara lain
adalah budidaya laut (mutiara, finfish), budidaya tambak (udang, bandeng, rumput
laut), dan budidaya air tawar (finfish). Rencana peningkatan produksi ikan budidaya
hingga 353% memang tepat bila dilihat dari potensi lahan yang masih luas tersedia
serta kondisi alam Indonesia yang sangat sesuai bagi pembudidayaan ikan.
Banyaknya pulau besar dan kecil dengan teluk-teluk yang terlindung serta bentangan
pesisir yang panjang merupakan daerah ideal bagi pembudidayaan ikan. Lebih dari
itu sifat iklim tropik dengan suhu air yang relatif tinggi dan stabil sepanjang tahun
(Poemomo ,2016)
keterbatasan induk dan benih, degradasi lingkungan, belum adanya tata ruang yang
memadai, kurang tersedianya sarana dan prasarana pendukung dan lemahnya modal
yang dimiliki pembudidaya. Hingga saat ini masalah penyakit masih belum
penyakit semakin meningkat, yang memicu pengobatan yang semakin intensif pula.
Akibatnya, resistensi ikan terhadap jenis penyakit pun meningkat karena jenis
1
penyebab penyakit mengalami mutasi mengikuti obat-obatan yang diberikan. Benih
induk dan benih dalam hal jumlah, jenis, ukuran, dan lain-lain. Kontinuitas suplai
benih sangat diperlukan di samping adanya jaminan mutu benih. Namun terlepas dari
itu semua Inovasi sistem atau model industri yang sesuai dengan sumberdaya, baik
sumberdaya ikan, sarana dan prasarana, serta sumberdaya manusia yang perlu
bioteknologi, bioremediasi serta pembersihan air dan lingkungan dan yang terakhir
Inovasi sistem kebijakan industri yang sesuai dengan kondisi fisik dan sosial,
kegiatan budidaya perikanan serta antisipasi tantangan dalam isu-isu global kegiatan
budidaya perikanan budidaya dalam hal ini adalah bagaimana merancang untuk
(AMDAL) ataupun Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL) namun dalam ini adalah
2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Adapun klasifikasi ikan nila menurut Amri dan Khairuman (2007) yaitu:
Kingdom : Animalia Filum : Chordata Sub Filum : Vertebrata Kelas : Pisces Sub
Adapun morfologi ikan nila menurut Amri dan Khairuman (2007) yaitu lebar
badan ikan nila umumnya sepertiga dari panjang badannya. Bentuk tubuhnya
memanjang dan ramping, sisik ikan nila relatif besar, matanya menonjol dan besar
dengan tepi berwarna putih. Ikan nila mempunyai lima buah sirip yang berada di
punggung, dada, perut, anus, dan ekor. Pada sirip dubur (anal fin) memiliki 3 jari-jari
keras dan 9-11 jari-jari sirip lemah. Sirip ekornya (caudal fin) memiliki 2 jari-jari
lemah mengeras dan 16-18 jari-jari sirip lemah. Sirip punggung (dorsal fin) memiliki
17 jari-jari sirip keras dan 13 jari-jari sirip lemah. Sementara sirip dadanya (pectoral
3
fin) memiliki 1 jari-jari sirip keras dan 5 jari-jari sirip lemah. Sirip perut (ventral fin)
memilki 1 jari-jari sirip keras dan 5 jari-jari sirip lemah. Ikan nila memiliki (Lukman,
2014).
Nila jantan mempunyai bentuk tubuh membulat dan agak pendek dibandingkan
dengan nila betina. Warna ikan nila jantan umumnya lebih cerah dibandingkan
dengan betina. Pada bagian anus ikan nila jantan terdapat alat kelamin yang
memanjang dan terlihat cerah. Alat kelamin ini semakin cerah ketika telah dewasa
atau matang gonad dan siap membuahi telur. Sementara itu, warna sisik ikan nila
betina sedikit kusam dan bentuk tubuh agak memanjang. Pada bagian anus ikan nila
betina terdapat dua tonjolan membulat. Satu merupakan saluran keluarnya telur dan
yang satunya lagi saluran pembuangan kotoran. Ikan nila mencapai masa dewasa
pada umur 4 sampai 5 bulan. Induk betina bertelur 1.000 sampai 2.000 butir. Setelah
telur dibuahi oleh induk, telur akan dierami dimulut induk betina hingga menjadi
Secara umum tingkatan teknologi budidaya tambak dibedakan menjadi tiga yaitu
budidaya ini dilihat dari dari padat tebar benih yang diusahakan, jenis pakan yang
diberikan, serta kincir air untuk menambahkan supply oksigen dalam air (Ula dan
4
menumbuhkan pakan alami, pemberian pakan tambahan, pemberantasan hama dan
intensif digunakan oleh petani ketika akan meningkatkan produktivitas lahan yang
memiliki padat tebar benih bandeng yang lebih banyak dibanding teknologi
2.3 FaktorTeknis
Faktor teknis ini meliputi sumber air, warna perairan, kontinuitas air, dan
kualitas air. Yang dimana sumber air untuk budidaya ikan nila sistem Semi Intensif
didapatkan dari air sumur suntik (Artesis) dan bendungan terdekat yang tidak
tercemari limbah industry. Sedangkan warna perairan budidaya ikan nila sistem semi
intensif yaitu berwarna hijau dan berbau Amis, Usaha budidaya ini Berkelanjutan
penguraian oleh mikroalga seperti lumut dan mikroorganisme seperti ikan mas yang
dipelihara dalam kolam semi intensif. Kualitas Airnya meliputi faktor fisika, kimia,
dan biologi yaitu ph, DO, suhu, eceng gondok, untuk menetralisir zat-zat kapur
diperairan dan Ikan mas digunakan sebagai mematikan Amoniak yang ada diperairan.
Faktor non teknis meliputi jenis kultivan Ikan Mas, skala usaha budidaya ikan
masih swasta/UPR (unit percontohan rakyat). Dengan sistem semi intensif yang
didukung oleh sarana prasarana dimana kolam beton berukuran 80x450 m dengan
bentuk persegi panjang dengan saluran air meliputi pemasukan Air (Intlet) dari
5
tandon dan artesis, untuk pembuangan ( Outlet) limbah budidaya ikan ini langsung
6
BAB 3. METODE PRAKTEK
10 April 2020, pukul 08.00 WITA - selesai. Bertempat di UPR Saluyu, Desa potoya,
3.3 MetodePengambilan
Metode yang digunakan dalam praktek ini adalah metode pengumpulan data
metode pengumpulan data dengan wawancara atau tanya jawab yang dilakukan oleh
7
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
UPR Saluyu, Desa Potoya, Kec. Dolo Barat, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.
Untuk skala kegiatan budidayanya yakni Ekstensif, Semi Intensif, Intensif dan sistem
Biofloc, yang terdiri dari beberapa organisme budidaya seperti Ikan Nila
(Oreocromis niloticus) Ikan lele, (Clarias) Ikan Mas (Cyprinus carpio) Ikan Patin,
Adapun organisme yang dibudidayakan dalam kolam semi intensif adalah ikan
Nila (Oreochromis niloticus). Kolam ini berbentuk persegi panjang yang berukuran
8
pengkuran kualitas air suda menggunakan alat teknologi yang berupa Termometer
untuk mengukur suhu, DO dan pH. Sedangkan padat tebar untuk kolam ikan Nila
4.1.3 FaktorTeknis
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan di UPR Saluyu pada kolam
Semi Intensif Ikan NIla (Oreochromis niloticus) terdapat beberapa faktor teknis yang
9
Tabel 4.2. Topografi
No Kegiatan Hasilpengamatan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan di UPR saluyu pada kolam Semi
intensif Ikan NIla (Oreocrhomis niloticus) terdapat beberapa faktor non teknis yang
10
oleh pembudidaya ikan) menguasai semua teknologi yang digunakan
dalam proses budidaya ikan Nila di kolam
Semi Intensif dan sistem biofloc
dikarenakan rata-rata berasal dari lulusan
perikanan.
6. Aspek legalitas dan Unit Percontohan Rakyat yang tela di akui
kelembagaan oleh masyarakat dan suda terpecaya
kedepannya
4.2 Pembahasan
11
Adapun hasil yang diperoleh dari praktek lapang tersebut yakni organisme yang
Intensif, untuk ukuran kolam tersebut Berbentuk persegi panjang dengan ukuran 80 X
50 m2. Skala usaha yang dikembangkan masi skala swasta (UPR) namun suda ada
budidaya yakni sistem biofloc. Saluran airnya sendiri berasal dari gumbasa yang
ditampung di tandon dan sumur suntik (Artesis), untuk outlatenya yakni langsung
upaya Biosecuritynya suda melakuakn monitoring kultivan air, dan untuk mencegah
papaya dan daun lamtoro (secara alami) selain itu pemberian blucoper dan boster
(secara kimia). Kemudian hasil dari wawancara dilapangan oleh teknisi UPR Saluyu
nantinya akan dikembangkan lagi terkait sistem Monitoring Kualitas Air dan
Automatic Feeder yakni pemberian pakan secara otomatis dengan tujuan untuk
12
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Metode yang digunakan dalam praktek ini adalah metode pengumpulan data
metode pengumpulan data dengan wawancara atau tanya jawab yang dilakukan oleh
praktikum ini bukan hanya dalam penguasan teknis dilapangan yang perlu
ditingkatkan namun kapasitas SDM dan ilmu pengatahuan serta sentuhan teknologi
yang perlu ditingkatkan, Karena kedepannya akuakultur akan berhadapan dengan era
5.2 Saran
Praktikum jarak jauh merupakan hal yang unik dan pengalaman baru bagi
esensinya adalah praktikumnya harus dilaksanakan secara tatap muka. Untuk itu
13
DAFTAR PUSTAKA
Ula, M, dan Kusnadi, N. 2015. Analisis Usaha Budidaya Tambak Bandeng Bandeng
Bogor
Lukman., Mulyana, dan Mumpuni, FS. 2014. Effectiveness Of Tuba Root (Derris
Jayadi., Asni, A., Ilmiah, dan Rosada, I. 2020. Effectiveness Of Tuba Root (Derris
14