Anda di halaman 1dari 17

i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.


Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia – Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas
modul ini yang berjudul “Ekosistem Pantai” dengan tepat waktu tanpa ada halangan suatu
apapun. Modul yang berjudul “Ekosistem Pantai” ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Ekologi oleh dosen pengampu mata kuliah Prof. Dr. Sri Ngabekti, M. S. dan
Rifa’atunnisa, S. Hut., M. Si., Ph.D. Diharapkan modul ini bisa menjadi salah satu sumber yang
dapat menambah pengetahuan tentang Ekosistem Pantai bagi masyarakat luas.
Dalam modul ini diuraikan tentang ekosistem pantai mulai dari pengertian ekosistem
pantai, kondisi fisik ekosistem pantai, flora dan fauna ekosistem pantai, manfaat ekosistem
pantai, pencemaran yang ada pada ekosistem pantai dan juga cara pencegahan pencemaran
tersebut. Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung
penyusunan modul pembelajaran ini. Oleh karena itu, saran dari berbagai pihak sangat
diharapkan demi kemajuan selanjutnya.
Wassalamu’alaikum wr. wb.

Semarang, 26 Mei 2022

Penulis

ii
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii


DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. iii
I. PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1 Deskripsi...................................................................................................................... 1
1.2 Petunjuk Menggunakan Modul ................................................................................... 1
1.3 Kompetensi.................................................................................................................. 1
II. EKOSISTEM PANTAI ......................................................................................................... 2
2.1 Pengertian Ekosistem Pantai ................................................................................... 2
2.2 Kondisi Fisik Ekosistem Pantai ............................................................................... 3
2.3 Jenis Pantai .............................................................................................................. 5
2.4 Flora dan Fauna Ekosistem Pantai........................................................................... 7
2.5 Manfaat Ekosistem Pantai ....................................................................................... 8
2.6 Ancaman Kelestarian Ekosistem Pantai .................................................................. 9
2.7 Penanggulangan Pencemaran pada Ekosistem Pantai ........................................... 10
III. TES FORMATIF ............................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 14

iii
I. PENDAHULUAN

1.1 Deskripsi
Modul yang berjudul Ekosistem Pantai ini terdiri dari 3 bab yaitu pendahuluan,
pembelajaran, dan penutup yang disusun sedemikian rupa dan diharapkan akan
memberikan penguatan dan wawasan bagi mahasiswa dalam kegiatan perkuliahan ekologi.
Modul ini disusun sebagai bahan pembelajaran mata kuliah ekologi dan disusun sebagai
tugas secara individu yang harus diselesaikan,
Adapun hasil belajar yang diharapkan setelah mempelajari modul ini antara lain,
mahasiswa dapat :
1. Pengertian Ekosistem Pantai
2. Kondisi Fisik Ekosistem Pantai
3. Flora dan Fauna pada Ekosistem Panta
4. Manfaat Ekosistem Pantai
5. Ancaman Kelestarian Ekosistem Pantai
6. Penanggulangan Pencemaran pada Ekosistem Pantai

1.2 Petunjuk Menggunakan Modul


Untuk memperoleh prestasi belajar secara maksimal, maka langkah – langkah yang
perlu dilaksanakan dalam modul ini antara lain :
1. Membaca modul ini secara berurutan.
2. Bila terdapat hal yang kurang dimingerti / dipahami, dapat bertanya.
3. Kerjakan semua tugas sesuai dengan petunjuk yang ada.
4. Kerjakan soal yang ada pada setiap tes formatif
5. Untuk lebih memperluas wawasan, pelajari referensi yang berhubungan dengan
modul ini.
1.3 Kompetensi
Kompetensi yang akan dibentuk atau dipelajari pada modul ini adalah mahasiswa
mampu memahami materi Ekosistem Pantai dan bisa mendeskripsikan serta menguasi
materi dengan benar dan efesien. Daat mengembangkan dan mampu memahami
komponen – komponen yang ada dalam ekosistem pantai.

1
II. EKOSISTEM PANTAI
2.1 Pengertian Ekosistem Pantai
Secara sederhana ekosistem dapat diartikan sebagai suatu sistem ekologi yang
terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara
segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi.
Ekosistem Pantai merupakan ekosistem yang ada di wilayah perbatasan antara air laut
dan daratan, yang terdiri dari komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik
pantai terdiri dari tumbuhan dan hewan yang hidup di daerah pantai, sedangkan komponen
abiotik pantai terdiri dari gelombang, arus, angin, pasir, batuan dan sebagainya.
Istilah pantai sering rancu dalam pemakainya antara pesisir (coast) dan pantai (shore).
Definisi pesisir adalah daerah darat di tepi laut yang masih mendapat pengaruh laut seperti
pasang surut, angin laut, dan perembesan air laut. Sedang pantai adalah daerah di tepi
perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut terendah. Daerah daratan
adalah daerah yang terletak diatas dan dibawah permukaan daratan dimulai dari batas garis
pantai. Daerah lautan adalah daerah diatas dan dibawah permukaan laut dimulai dari sisi
laut pada garis surut terendah, termasuk dasar laut dan bagian bumi di bawahnya. Garis
pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan air laut, dimana posisinya tidak tetap
dan dapat berpindah sesuai pasang surut air laut dan erosi yang terjadi. Sempadan pantai
adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian fungsi pantai.

Gambar 1. Daerah Pantai


Komunitas tumbuhan berturut-turut dari daerah pasang surut ke arah darat dibedakan
sebagai berikut :
1. Formasi pres caprae
Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir adalah
tumbuhan Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin
serta tumbuhan ini menjalar dan berdaun tebal. Tumbuhan lainnya adalah Spinifex
littorius (rumput angin), Vigna, Euphorbia atoto, dan Canaualia martina. Lebih ke arah
darat lagi ditumbuhi Crinum asiaticum (bakung), Pandanus tectorius (pandan), dan
Scaeuola Fruescens (babakoan).
2. Formasi Baringtonia
Daerah ini didominasi tumbuhan baringtonia, termasuk di dalamnya Wedelia,
Thespesia, Terminalia, Guettarda, dan Erythrina. Bila tanah di daerah pasang surut
2
berlumpur, maka kawasan ini berupa hutan bakau yang memiliki akar napas. Akar
napas merupakan adaptasi tumbuhan di daerah berlumpur yang kurang oksigen. Selain
berfungsi untuk mengambil oksigen, akar ini juga dapat digunakan sebagai penahan
dari pasang surut gelombang. Yang termasuk tumbuhan di hutan bakau antara lain
Nypa, Acathus, Rhizophora, dan Cerbera. Jika tanah pasang surut tidak terlalu basah,
pohon yang sering tumbuh adalah Heriticra, Lumnitzera, Acgicras, dan Cylocarpus.

2.2 Kondisi Fisik Ekosistem Pantai


Ekosistem Pantai merupakan ekosistem yang ada di wilayah perbatasan antara air laut
dan daratan, yang terdiri dari komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik
pantai terdiri dari tumbuhan dan hewan yang hidup di daerah pantai, sedangkan komponen
abiotik pantai terdiri dari gelombang, arus, angin, pasir, batuan dan sebagainya. Pantai
merupakan salah satu ekosistem yang berada di wilayah pesisir, dan terletak antara garis
air surut terendah dengan air pasang tertinggi. Ekosistem ini berkisar dari daerah yang
substratnya berbatu dan berkerikil (yang mendukung flora dan fauna dalam jumlah
terbatas) hingga daerah berpasir aktif (dimana populasi bakteri, protozoa, metazoa
ditemukan) serta daerah bersubstrat liat, dan lumpur (dimana ditemukan sebagian besar
komunitas binatang yang jarang muncul ke permukaan (infauna). Pantai yang terbuka
biasanya memiliki kondisi lingkungan yang kurang baik, yakni kondisi fisik yang tidak
stabil akibat fluktuasi suhu, salinitas, dan kelembaban yang tinggi. Secara biologi,
karakteristik pesisir dapat diketahui dari persebaran ke arah darat biota pantai, baik
persebaran vegetasi maupun persebaran hewan pantai. Secara klimatologi, karakteristik
pesisir ditentukan berdasarkan pengaruh angin laut. Secara hidrologi, karakteristik pesisir
ditentukan seberapa jauh pengaruh pasang air laut yang masuk ke darat.
Susunan faktor-faktor lingkungan dan kisaran yang dijumpai di zona intertidal/ zona
pasang surut disebabkan zona ini berada di udara terbuka selama waktu tertentu dalam
waktu setahun, dan kebanyakan faktor fisiknya menunjukkan kisaran yang lebih besar di
udara daripada di air. Adapun faktor-faktor pembatas yang menjadi indikator di wilayah
pesisir dapat disebutkan sebagai berikut:
1. Pasang Surut (Tide)
Naik turunnya permukaan laut secara periodik selama satu interval waktu
disebut pasang-surut. Pasang surut merupakan faktor lingkungan yang paling penting
yang mempengaruhi kehidupan di zona intertidal. Tanpa adanya pasang-surut atau hal-
hal lain yang menyebabkan naik turunnya permukaan air secara periodik, zona ini tidak
akan seperti itu, dan faktor-faktor lain akan kehilangan pengaruhnya. Ini diakibatkan
kisaran yang luas pada banyak faktor fisik akibat hubungan langsung yang bergantian
antara keadaan terkena udara terbuka dan keadaan yang terendam air. Jika tidak ada
pasang surut, fluktuasi yang besar ini tidak akan terjadi. Dengan pengecualian,
kebanyakan daerah pantai di dunia mengalami pasang surut Laut-laut besar yang sangat
kurang mengalami pasang surut adalah laut tengah dan laut baltik. Di daerah ini,
fluktuasi permukaan air di garis pantai terutama yang disebabkan oleh pengaruh angin
(gerakan air) yang mendorong air laut ini. Tetapi, hal ini tidak berarti bahwa semua
pantai mengalami kisaran atau tipe pasang surut yang sama.

3
Penyebab terjadinya pasang surut dan kisaran yang berbeda, sangat kompleks
dan berhubungan dengan interaksi tenaga penggerak pasang surut, matahari dan bulan,
rotasi bumi, geomorfologi pasu samudra, dan osilasi alamiah berbagai pasu samudera.
Naik turunnya muka laut dapat terjadi sekali sehari atau sering juga disebut pasang
surut diurnal, atau dua kali sehari atau disebut juga pasang surut semi diurnal. Dan ada
juga yang berperilaku diantara keduanya disebut dengan pasang surut campuran.
2. Gelombang
Di zona intertidal, gerakan ombak mempunyai pengaruh yang terbesar terhadap
organisme dan komunitas dibandingkan dengan daerah-daerah laut lainnya. Pengaruh
in terlihat nyata baik secara langsung maupun tidak langsung. Aktivitas gelombang
mempengaruhi kehidupan pantai secara langsung dengan dua cara utama.
a. Pengaruh mekaniknya menghancurkan dan menghanyutkan benda yang
terkena. Sering terjadi penghancuran bangunan-bangunan buatan manusia yang
disebabkan oleh berbagai jenis gelombang badai dan hal ini terjadi juga di zona
intertidal. Jadi mahluk apapun yang mendiami zona ini harus beradaptasi
dengan mekanisme penghancuran gelombang ini. Pada pantai-pantai yang
memiliki pasir atau kerikil, kegiatan ombak yang besar dapat membongkar
substrat yang ada disekitarnya, sehingga mempengaruhi bentuk zona . Terpaan
ombak dapat menjadi pembatas bagi organisme yang tidak dapat menahan
terpaan tersebut, tetapi diperlukan bagi organisme lain yang tidak dapat hidup
selain di daerah dengan ombak yang kuat.
b. Kegiatan ombak dapat memperluas batas zona intertidal. Ini terjadi karena
penghempasan air yang lebih tinggi di pantai dibandingkan yang terjadi pada
saat pasang surut yang normal. Deburan ombak yang terus-menerus ini
membuat organime laut dapat hidup di daerah yang lebih tinggi di daerah yang
terkena terpaan ombak daripada di daerah tenang pada kisaran pasang surut
yang sama.
3. Suhu dan Salinitas
Merupakan parameter yang sangat penting apabila kita menyelidiki tentang asal-usul
dari air tersebut. Kedua parameter ini menentukan densitas air laut. Perbedaan densitas
antara dua tempat akan menghasilkan perbedaan tekanan yang kemudian memicu aliran
massa air dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah.
Disamping itu, dengan menggabungkan suhu dan salinitas dalam suatu diagram
(dikenal sebagai T-S diagram) kita dapat melacak asal-usul dari massa air tesebut. Suhu
suatu perairan dipengaruhi oleh:
• Radiasi surya
• Posisi surya
• Letak geografis
• Musim
• Kondisi awan
• Serta proses antara air tawar dan air laut (seperti penguapan dan hembusan
angin).
Salinitas juga dipengaruhi oleh :
• lingkungan (muara sungai atau gurun pasir)

4
• musim
• interaksi antara air dan udara (penguapan dan hembusan angin, percampuran
antara sungai dan laut, dan interaksi antara laut dengan daratan/gunung es).
Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah
pasang surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut.
Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat
melekat erat di substrat keras. Daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang
naik tinggi. Hempasan gelombang dan hembusan angin menyebabkan pasir dari
pantai membentuk gundukan ke arah darat. Setelah gundukan pasir itu biasanya
terdapat hutan yang dinamakan hutan pantai. Gumukan pasir (sand dunes) adalah
bentuk lahan asal proses aktivitas angin (aeolin depositional landform), lahan ini
terbentuk jika ada material klastik dan lepas-lepas seperti pasir dan tenaga angin
yang memindahkan material tersebut. Proses ini juga dikenal dengan deflation
processes.
Di daerah pasang surut sendiri dapat terbentuk hutan, yaitu hutan bakau. Hutan
bakau biasanya sangat sukar ditempuh manusia karena banyaknya akar dan
dasarnya terdiri atas lumpur. Bila tanah di daerah pasang surut berlumpur, maka
kawasan ini berupa hutan bakau yang memiliki akar napas. Akar napas merupakan
adaptasi tumbuhan di daerah berlumpur yang kurang oksigen. Selain berfungsi
untuk mengambil oksigen, akar ini juga dapat digunakan sebagai penahan dari
pasang surut gelombang.

2.3 Jenis Pantai


a. Pantai Berbatu
Pantai berbatu merupakan salah satu jenis pantai yang tersusun oleh batuan
induk yang keras seperti batuan beku atau sedimen yang keras atau secara umum
tersusun oleh bebatuan. Keadaan ini berlawanan dengan penampilan pantai berpasir
dan pantai berlumpur yang hampir tandus. Dari semua pantai, pantai ini memiliki
berbagai organisme dengan keragaman terbesar baik untuk spesies hewan maupun
tumbuhan.

Gambar 2. Pantai Berbatu

Pantai berbatu menyediakan habitat untuk tumbuhan dan hewan. Habitat ini
berperan sebagai substrat, tempat mencari makan, tempat persembunyian serta

5
tempat berinteraksinya berbagai macam organisme khususnya yang memiliki
hubungan rantai makanan. Daerah intertidal khususnya pantai berbatu meruapakan
zona yang penting untuk manusia dan organisme lain. Daerah ini banyak dihuni
hewan coelenterata, moluska, crustaceae dan tumbuhannya adalah alga bersel
tunggal, alga hijau, dan alga merah.

b. Pantai Berpasir
Pantai berpasir merupakan lingkungan yang sangat dinamis, dimana struktur
fisik habitatnya digambarkan dengan adanya interaksi antara pasir, gelombang, dan
pasang surut air laut. Pantai berpasir merupakan salah satu jenis pantai yang dinamis
karena kemampuannya untuk menyerap energy gelombang. Energi gelombang ini
dikeluarkan melalui pergerakan airnya yang membawa pasir pantai ke luar wilayah
pantai pada saat gelombang besar dan membawanya kembali ke wilayah pantai
pada saat gelombang dalam keadaan tenang.

Gambar 3. Pantai Berpasir

Pantai berpasir merupakan tempat yang dipilih untuk melakukan berbagai


aktivitas rekreasi. Pantai pasir kelihatan tidak dihuni oleh kehidupan makroskopik.
Organisme tentu saja tidak tampak karena faktor-faktor lingkungan yang beraksi di
pantai ini membentuk kondisi dimana seluruh organisme mengubur dirinya dalam
pasir – pasir dalam. Adapun kelompok makhluk hidup yang mendiami habitat
ekosistem pantai berpasir terdiri dari kelompok invertebrate dan makrofauna bentik.
c. Pantai Berlumpur
Pantai berlumpur ini merupakan pantai yang lebih terlindung dari gerakan
ombak, keduanya cenderung mempunyai butiran yang lebih halus dan
mengumpulkan lebih banyak bahan organik sehingga menjadi “berlumpur”. Pantai
berlumpur memiliki substrat yang sangat halus dengan diameter kurang dari 0.002
mm. Pantai berlumpur tidak dapat berkembang dengan hadirnya gerakan
gelombang. Karena itu, pantai berlumpur hanya terbatas pada daerah intertidal yang
benar-benar terlindungi dari aktivitas gelombang laut terbuka.

6
Gambar 4. Pantai Berlumpur
Pantai berlumpur dapat berkembang dengan baik jika ada suatu sumber partikel
sedimen yang butirannya halus. Pantai berlumpur berada di berbagai tempat,
sebagian di teluk yang tertutup, gobah, pelabuhan, dan terutama estuaria. Pantai
berlumpur cenderung untuk mengakumulasikan bahan organik, yang berarti bahwa
tersedia cukup banyak makanan yang potensial untuk organisme penghuni pantai,
tetapi berlimpahnya partikel organik yang halus yang mengendap di daratan lumpur
juga mempunyai kemampuan untuk menyumbat permukaan alat pernapasan.

2.4 Flora dan Fauna Ekosistem Pantai


Daerah pantai merupakan daerah perbatasan antara ekosistem laut dan ekosistem darat,
laut, dan daerah pasang surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut
laut. Di daerah pasang surut sendiri dapat terbentak hutan, yaitu hutan bakau. Hutan bakau
biasanya sangat sukar ditempuh manusia karena banyaknya akar dan dasarnya terdiri atas
lumpur. Bila tanah di daerah pasang surut berlumpur, maka kawasan ini berupa hutan bakau
yang memiliki akar napas. Akar napas merupakan adaptasi tumbuhan di daerah berlumpur
yang kurang oksigen. Selain berfungsi untuk mengambil oksigen, akar ini juga dapat
digunakan sebagai penahan dari pasang surut gelombang. Yang termasuk tumbuhan di
hutan bakau antara lain Nypa, Acathus, Rhizophora, dan Cerbera. Jika tanah pasang surut
tidak terlalu basah, pohon yang sering tumbuh adalah: Heriticra, Lumnitzera, Acgicras, dan
Cylocarpus.
Tumbuhan pada hutan pantai cukup beragam. Tumbuhan tersebut bergerombol
membentuk unit-unit tertentu sesuai dengan habitatnya. Suatu unit vegetasi yang terbentuk
karena habitatnya disebut formasi. Setiap formasi diberi nama sesuai dengan spesies
tumbuhan yang paling dominan. Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi
struktural sehingga dapat melekat erat di substrat keras.
Berdasarkan tempatnya atau daerahnya, ekosistem hutan pantai dapat dibedakan
menjadi,yaitu:
• Pada daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah ini
dihuni oleh beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi konsumsi
bagi kepiting dan burung pantai.
• Pada daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang rendah. Daerah
ini dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut, remis dan kerang, siput herbivora
dan karnivora, kepiting, landak laut, bintang laut, dan ikan-ikan kecil.

7
• Pada daerah pantai terdalam terendam saat air pasang maupun surut. Daerah ini
dihuni oleh beragam invertebrata dan ikan serta rumput laut.
Berdasarkan susunan vegetasinya, ekosistem hutan pantai dapat dibedakan menjadi 2, yaitu
formasi Pres-Caprae dan formasi Baringtonia.
1. Formasi Pres-Caprae
Pada formasi ini, tumbuhan yang dominan adalah Ipomoea pes-caprae,
tumbuhan lainnya adalah Vigna, Spinifex littoreus (rumput angin), Canavalia
maritime, Euphorbia atoto, Pandanus tectorius (pandan), Crinum asiaticum
(bakung), Scaevola frutescens (babakoan).
2. Formasi Baringtonia
Vegetasi dominan adalah pohon Baringtonia (butun), tumbuhan lainnya adalah
Callophylum inophylum (nyamplung), Erythrina, Hernandia, Hibiscus tiliaceus
(waru laut), Terminalia catapa (ketapang).
Di ekosistem pantai batu yang merupakan ekosistem yang terbentuk dari bongkahan-
bongkahan batu granit yang besar atau berupa batuan padas yang terbentuk dari proses
konglomerasi , biasanya didominasi vegetasi jenis Sargassum atau Eucheuma. Sedangkan
tumbuhan berbiji yang hidup di daerah ini beradaptasi pada habitat tanah berpasir.
Sedangkan ekosistem pantai lumpur yang terbentuk dari pertemuan antara endapan lumpur
sungai dengan tumbuhannya adalah Tricemia, Skeratia, dan rumput laut atau Enhalus
acoroides. Ekosistem ini merupakan habitatnya berbagai jenis biota ikan gelodok.

Gambar 5. Beberapa contoh flora dan fauna di ekosistem pantai


2.5 Manfaat Ekosistem Pantai
Ekosistem pantai memiliki banyak manfaat, antara lain sebagai berikut:

1. Sumber protein hewani.

8
Pantai adalah tempat para nelayan memulai hari untuk mencari ikan dan banyak
sekali sumber daya hewani yang beraneka ragam. Pantai yang landai merupakan daerah
potensial untuk budi daya udang windu dan ikan bandeng.
2. Areal tambak garam
Indonesia memiliki wilayah laut yang lebih luas daripada dataran sehingga
memungkinkan beberapa wilayah Indonesia yang dekat dengan pesisir pantai dapat
digunakan sebagai areal tambak garam. Jika area tambak garam ini dibudidayakan
secara maksimal maka garam yang dihasilkan dapat menjadi komoditas bernilai jual
dan berkualitas.
3. Daerah pertanian pasang surut
Daerah pantai sering kali dianggap sebagai lahan yang tidak produktif untuk
pertanian. Namun jika dikaji lebih dalam ternyata di Indonesia sudah banyak pantai
yang dijadikan tempat pertanian pasang surut.
4. Wilayah perkebunan kelapa dan pisang
Pohon kelapa dan pisang merupakan dua jenis tanaman yang mudah tumbuh di
mana pun sehingga dua jenis tanaman ini dapat di tanam di pantai.
5. Objek wisata
Wilayah pantai paling banyak dijadikan sebagai objek wisata.
6. Pengembangan Kerajinan tangan
Hewan – hewan laut seperti kerang sering dijadikan sebagai kerajinan tangan warga
di pesisir pantai.
2.6 Ancaman Kelestarian Ekosistem Pantai
Ancaman paling besar bagi kelestarian ekosistem pantai adalah segala aktifitas manusia
yang dapat berdampak pada wilayah pantai. Hasil akhir dari aktifitas manusia yang dapat
berdampak buruk pada ekosistem pantai diantara lain adalah sampah limbah domestik,
limbah sektor perikanan, pembangunan fasilitas-fasilitas wisata.
Sampah – sampah yang banyak terapung di laut dapat terbawa ke tepi oleh ombak
maupun arus laut. Kemudian pada saat surut, sampah – sampah tersebut akan tertinggal di
antara biota – biota daerah terumbu karang, ataupun tertimbun pasir pantai. Timbunan
sampah – sampah ini kadang dihanyutkan kembali aleh ombak dan arus laut, sehingga
pantai ataupun biota yang tertempel dapat bersih kembali. Tetapi terkadang ketika
penghanyutan kembali, sampah – sampah tersebut tidak terbawa semua, bahkan kadang
bertambah banyak sehingga akhirnya terjadi kebusukan di lokasi tersebut. Hal ini ditinjau
dari segi estetika maupun efek biologisnya jelas sangat merugikan.
Dalam usaha perikanan selain menghasilkan nilai ekonomis yang tinggi, tetapi juga ikut
berperan dalam menghasilkan limbah. Limbah yang dominan dari usaha perikanan adalah
limbah dan pencemaran yang berupa limbah cair yang membususk sehingga menghasilkan
bau amis/busuk yang sangat mengganggu estetika lingkungan. Limbah yang dihasilkan dari
industri pengolahan hasil perikanan umumnya dapat digolongkan menjadi :
a. Limbah padat : basah dan kering
b. Limbah cair
c. Limbah sampingan
Limbah padat basah yaitu berupa potongan – potongan ikan yang tidak dimanfaatkan.
Limbah ini berasal dari proses pembersihan ikan sekaligus mengeluarkan isis perutnya

9
yang berupa jerohan dan gumpalan – gumpalan darah. Selain itu limbah ini juga berasal
dari proses cleaning, yaitu membuang kepala, ekor, kulit dan bagian tubuh ikan yang lain,
seperti sisik dan insang.
Limbah padat kering berupa sisa/potongan karton kemasan, plastic, kertas, kaleng, tali
pengemas, label kemasan dan potongan sterofoam dan sebagainya. Kondisi limbah ini
dapat dalam keadaan bersih (belum terkontaminasi oleh bahan lain) maupun sudah
terkontaminasi bahan lain seperti ikan/udang, bahan pencuci produk, darah dan lendir ikan.
Adanya limbah tersebut menimbulkan masalah yang serius terhadap lingkungan bila tidak
dikelola dengan baik. Permasalah yang mungkin timbul adanya bau amis yang disertai bau
bususk karena proses pembusukannya sehingga mengundang datangnya berbagai vector
penyakit diantaranya adalah lalat dan tikus.
Limbah cair berupa sisa cucian ikan/udang, darah dan lender ikan, yang banyak
mengandung minyak ikan sehingga menimbulakan bau amis yang menyengat. Limbah cair
juga berasal dari sanitasi dan toilet pada lokasi usaha tersebut.
Limbah sampingan berupa jenis – jenis ikan hasil tangkapan yang tidak/kurang
ekonomis untuk diolah lanjut sehingga kemudian dibuang ke laut tanpa melaui IPAL
(instalasi pengolahan air limbah). Biasanya ini biasa dilakukan oleh pengolahan tradisional
yang dilaksanakan dirumah – rumah yang berlokasi di pinggir pantai, ataupun di atas
permukaan air laut.
Selanjutnya adalah ancaman yang berasal dari proses pembagunan fasilitas-fasilitas
wisata. Misalnya saja pembangunan hotel atau penginapan yang ada disekitar pantai atau
restoran di sekitar pantai. Ini mengakibatkan wilayah pantai yang awalnya didominasi oleh
tumbuhan kini menjadi bangunan-bangunan baru yang menyebabkan tak ada lagi
tombuhan yang dapat menahan pasir-pasir pantai agar tak terjadi abrasi.

2.7 Penanggulangan Pencemaran pada Ekosistem Pantai


Tidak semua efek dari pembuangan sampah ke laut buruk. Pada kasus pembuangan
sampah berupa kerangka mobil bekas, ban roda atau bahan karung dapat turun kedasar laut
dan menjadi habitat buatan untuk organisme laut. Binatang – binatang laut dapat tinggal
didalam atapun berada didekat struktur. Keberadaan habitat buatan ini dapat
mempengaruhi perubahan lokal pada habitat dan distribusi ikan disekitar lokasi tersebut.
Untuk itu diperlukan kegiatan memilah – memilah sampah, organik dan anorganik atau
sampah yang masih bisa dimanfaatkan kembali.
Mendorong masyarakat untuk berperan serta dalam pengendalian pencemaran laut
dapat dilakukan melalui penerapan 4R : reduce, reuse, recycle, dan replant dalam upaya
mengurangi terjadinya pencemaran laut. Selain itu, penerapan tersebut dapat juga
digunakan sebagai sumber alternatif pendapatan keluarga bagi masyarakat pesisir, seperti
pengolahan sampah menjadi kertas daur ulang atau pupuk kompos, sedangkan limbah atau
sisa pemanfaatan ikan dapat diolah menjadi makan ikan, pembuatan kerupuk, terasi atau
produk makanan lainnya.
Upaya penanggulangan pencemaran laut akibat sampah dapat juga dilakukan dengan
Gerakan Bersih Pantai dan Laut. Pembersihan sampah dilakukan pada wilayah/ daerah
aliran sungai, muara, pantai dan laut, serta pemukiman masyarakat pesisir dan kemudian
memisahkannya menjadi sampah organik dan non organik. Hal ini dilakukan secara

10
periodik dengan mengerahkan komponen masa, dari kelompok anak – anak sekolah dasar
hingga mahasiswa, organisasi pemuda, nelayan, pembudidaya ikan, masyarakat umum,
serta segenap organisasi – organisasi dan partai akan cukup efektif sebagai media
informasi, disamping tindakan nyata yang dilakukan, kepada masyarakat akan pentingnya
lingkungan yang bersih dan sehat, termasuk juga lingkungan pesisir dan laut.
Bentuk kampaye dan penyebarluasan informasi mengenai pencemaran pesisir dan laut
harus selalu digalakan terhadap seluruh masyarakat, berikut berbagai aspek yang terkait
dengan bahayanya, seperti dengan mengurangi limbah plastik, mengurangi limbah B3,
menggunakan bahan ramah lingkungan, menjaga kebersihan pantai dan laut terutama dari
sampah non organik agar mengurangi beban nelayan karena dirugikan oleh adanya limbah
terutama sampah. Sedangkan pembersihan pantai akibat limbah dari tumpahan minyak,
dimana pantai merupakan wilayah yang berhubungan langsung dengan manusia, sehingga
pembersihan tumpahan minyak menjadi suatu keharusan yang dituntut oleh banyak pihak.
Secara umum ada tiga metode yang dapat dipakai untuk membersihkan minyak yaitu :
• Pembersihan secara fisik, dengan cara menyapu/mengangkut material pantai yang
terkena minyak. Ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat grader, buldoser, front
loader atau jika skalanya kecil dapat dengan menggunakan sekop dan keranjang.
Penggunaan alat berat kadang menyebabkan sejumlah bessar pasir terangkut.
Untuk daerah pantai berbatu pembersihannya lebih sulit dilakukan karena tumpahan
minyak dapat masuk kesela – sela batu dan teresap sampai ke dalam pori – pori batu.
Sehingga untuk kasus – kasus tertentu, dibiarkan saja merupakan langkah yang baik.
Pembersihan minyak yang ada pada batu dapat menggunakan alat high pressure water
jets atau dengan steam. Cara ini memang menghilangkan minyak tetapi berpengaruh
juga pada organisme yang hidup di batu. Penggunaan absorben juga telah di gunakan
dengan menyebarkan absorben ke lokasi tumpahan minyak untuk menghalangi
penyebaran minyak lebih luas dan kerusakan lebih lanjut. Namun langkah ini tidak
begitu berhasil, karena hanya menyerap minyak seberat absorben itu sendiri sehingga
memerlukan jumlah absorben yang besar.
• Dispersan, ada dua fungsi penggunaan dispersan, yaitu dispersan dengan konsentrasi
rendah digunakan untuk mencegah minyak masuk ke dalam pantai (disebarkan pasang
surut) dan dispersan dengan konsentrasi tinggi digunakan untuk pembersihan tumpahan
minyak. Namun penggunaan dispersan menyebabkan kerusakan lain, yaitu dispersan
terlalu masuk kedalam material pasir daripada tersebar ke arah laut. Ditambah sifak
toksisitas dari dispersan sendiri membawa pengaruh buruk terhadap ekosistem sekitar.
• Pembakaran dan Pemotongan, pembakaran merupakan pilihan yang memungkinkan
dalam upaya membersihkan tumpahan minyak di pantai. Tetapi pembakaran di pantai
yang dekat dengan populasi manusia dan organisme lain akan membawa dampak yang
lebih basar. Pemotongan tumbuhan yang tekena minyak bisa dilakukan untuk
mengurangi pengaruhnya pada perkembangan tumbuhan. Tetapi hal ini juga tidak dapat
dilakukan secara besar – besaran, karena akan dapat merusak ekosistem secara
keseluruhan.
• Pembuangan Material akibat tumpahan minyak, pembersihan tumpahan minyak
tidaklah cukup tapi juga harus dilakukan pembuangan material yang terkena tumpahan
minyak, misalnya rumput laut, tumbuhan, hewan, pasir, lumpur dan sampah lainnya.
Jika sampah dan material yang terkena minyak tersebut ditimbun di suatu tempat, maka
11
dikhawatirkan akan mencemari tanah. Namun biasanya sampah ini digunakan sebagai
land fill, dengan catatan perlu diperhatikan juga saluran drainase untuk leachetenya,
sehingga tidak mencemari tanah.
• Metode lain adalah, membiarkannya pada tempat terbuka sampai beberapa minggu.
Kemudian kadar oksigen, kelembapan, dan nutrien yang cukup akan menyebabkan
minyak terbiodegradasi.
Solusi secara garis besar, haruslah dimulai dari pemerintah, walaupun yang mencemari
lingkugan adalah rakyat bukan pemerintah. Pemerintah bekerjasama dengan pengusaha,
karena dengan adanya pabrik – pabrik dapat mendukung anggaran pembelanjaan daerah
yang salah satunya merupakan hal yang harus dipenuhi. Sehingga, pemerintah seharusnya
mengambil jalan tengah yang bijaksana jika pemerintah mewajibkan tiap – tiap pabrik
harus mempunyai filter atau penyaring terhadap limbah yang dihasilkannya, yang sekarang
lazim di sebut IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah). Sehingga air limbah yang
tercemar itu tidak langsung menuju ke air yang merupakan sumber kehidupan bagi
makhluk hidup yang ada di sekitarnya termasuk manusia.

12
III. TES FORMATIF
1. Dari semua pantai, pantai ini memiliki berbagai organisme dengan keragaman terbesar
baik untuk spesies hewan maupun tumbuhan adalah....
a. Pantai berlumpur
b. Pantai berbatu
c. Pantai berpasir
d. Pesisir pantai
e. Pantai landai
2. Tumbuhan pantai yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin serta tumbuhan
ini menjalar dan berdaun tebal adalah...
a. Spinifex littoreus
b. Pandanus tectorius
c. Crinum asiaticum
d. Scaevola frutescens
e. Ipomoea pes caprae
3. Secara biologi, karakteristik pesisir dapat diketahui dari...
a. Persebaran ke arah darat biota pantai, baik persebaran vegetasi maupun persebaran
hewan pantai.
b. Berdasarkan pengaruh angin laut.
c. Seberapa jauh pengaruh pasang air laut yang masuk ke darat.
d. Kondisi lingkungan yang kurang baik, yakni kondisi fisik yang tidak stabil akibat
fluktuasi suhu, salinitas, dan kelembaban yang tinggi.
e. Banyak sedikitnya organisme yag menetap.
4. Naik turunnya permukaan laut secara periodik selama satu interval waktu disebut...
a. Pasang
b. Surut
c. Pasang surut
d. Erosi
e. Fluktuasi
5. Naik turunnya muka laut yang terjadi dua kali sehari atau disebut...
a. Internal
b. Eksternal
c. Diunal
d. Semi diunal
e. Pasang surut campuran

KUNCI JAWABAN
1. B
2. E
3. A
4. C
5. D

13
DAFTAR PUSTAKA

Baderan, D. W. K., & Utina, R. (2021). Biodiversitas Flora Dan Fauna Pantai Biluhu Timur
(Suatu Tinjauan Ekologi-Lingkungan Pantai). Deepublish.
Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut. Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia.
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Morotai, K. P. (2019). Analisis Ekosistem Pantai Sebagai Ekowisata Bahari di Pulau Kokoya.
Nybakken, James. 2001. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama
Van Zuidam, R.A., 1986, Aerial Photo Interpretation in Terrain Analsys and Global Mega-
Geomorphology, Proc, Oracle, AZ.

14

Anda mungkin juga menyukai