Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH BUDIDAYA TIRAM MUTIARA

METODE BUDIDAYA TIRAM MUTIARA

OLEH :

NAMA : KORENA VERA KUSAINI


NIM : 190104140
SEMESTER/KELAS : V/F

JURUSAN TADRIS IPA BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kehadiran Allah SWT. Yang telah memberikan
kita karunianya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah “budidaya tiram
mutiara”. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan alam
Nabi besar Muhamad SAW, selaku pembawa rahmat bagi kita semua dengan kata
lain mahluk diseluruh alam.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada bapak selaku dosen pengapu
mata kuliah genetika dasar ,serta teman-teman yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.
Selanjutnya penyusun yang sifatnya membangun dan bermanfaat sangat
penulis harapkan untuk kebaikan makalah ini menjadi lebih baik. Semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa khususnya dan penyusun pada
umumnya.

Mataram, 30 September 2021

penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 4

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 4

B. Rumusan masalah ................................................................................................... 5

C. Tujuan ..................................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 6

A. Pengertian budidaya tiram mutiara ......................................................................... 6

B. Klasifikasi kerang mutiara ...................................................................................... 8

C. Morfologi dan anatomi kerang mutiara................................................................... 8

D. Manfaat kerang mutiara .......................................................................................... 9

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 10

A. Kesimpulan.............................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada prinsipnya, moluska bercangkang berpeluang menghasilkan mutiara secara
alami. Namun tidak semua kerang bisa menghasilkan mutiara yang bagus dan memiliki
nilai beli yang lumayan. Kerang penghasil mutiara umumnya berasal dari famili
Pteriidae yang hidup di laut. Sedangkan moluska lain penghasil mutiara yang sejauh ini
dikenal berasal dari kelompok abalone dan beberapa gastropoda lain serta beberapa jenis
kerang bivalvia air tawar.
Setiap jenis kerang mutiara menghasilkan mutiara dengan spesifikasi yang
berbeda. Pinctada maxima menghasilkan mutiara relatif lebih besar dari semua jenis
kerang penghasil mutiara, berwarna perak, emas dan krem. Jenis ini banyak
dibudidayakan di Indonesia, Birma, Thailand dan Australia. Sedangkan kerang jenis
Pinctada margaritifera merupakan primadona negara-negara pasifik selatan. Mutiara
yang dihasilkannya bervariasi dari warna krem sampai warna hitam. Warna hitam
merupakan warna yang diminati pelanggan mutiara dunia saat ini. Dengan demikian
harganya sangat mahal.
Diameter mutiara yang dihasilkan umumnya lebih kecil daripada yang diproduksi
Pinctada maxima. Sementara Pinctada fucata adalah jenis yang banyak dibudidayakan di
Jepang dan Pteria penguin tidak banyak dibudidayakan karena sejauh ini hasilnya
diperuntukkan hanya pada kalangan tertentu mengingat bentuk mutiara yang
dihasilkannya umumnya tidak bundar. Mutiara semula hanya diperoleh dari tiram
mutiara yang hidup alami di laut.
Berkat kemajuan teknologi saat ini, mutiara sudah dapat dibudidayakan, walaupun
sebagian besar teknologinya masih didominasi atau dikuasai oleh bangsa lain. Di negara
kita tiram mutiara yang banyak dibudidayakan adalah jenis Pinctada maxima. Jenis ini
banyak ditemukan di perairan Indonesia Bagian Timur (Maluku, Nusa Tenggara Timur/
Barat, Sulawesi, Irian Jaya dan gugusan laut Arafura). Indonesia memiliki laut yang
begitu luas dengan kondisi perairan yang sangat baik untuk usaha budidaya tiram
mutiara serta iklim tropis.
4
B. Rumusan masalah
1. Apakah yang diaksud dengan budidaya tiram mutiara?
2. Apa saja klasifikasi dari kerang tiram mutiara?
3. Bagaimana morfologi dan anatomi dari kerang tiram mutiara?
4. Apa saja manfaat kerang mutiara?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian budidaya tiram mutiara
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari kerang tiram mutiara
3. Untuk mengetahui morfologi dan anatomi kerang tiram mutiara
4. Untuk mengetahui manfaat dari kerang mutiara

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian budidaya tiram mutiara
Mutiara merupakan salah satu komoditas yang mempunyai nilai eksport tinggi.
Pada umumnya mutiara dihasilkan oleh bivalvia laut antara lain dari spesies Pinctada sp
dan Pteria sp. Tiram mutiara (Pinctada maxima) merupakan salah satu sumberdaya biota
laut yang memiliki nilai estetika. . Hampir semua bagian tubuh dari organisme ini
(cangkang dan butiran mutiara) dapat di jual dan diminati oleh konsumen. Dalam kondisi
hidup, Pinctada maxima dapat dijual dalam bentuk spat atau induk, dan dalam bentuk
butiran mutiara memiliki nilai ekonomis penting dengan nilai jual yang tinggi dan mahal.
Disamping itu cangkang tiram mutiara dapat dijadikan sebagai bahan kosmetik dan
berbagai barang kerajinan tangan. Melihat dari nilai dan manfaatnya tersebut serta
ketersediaannya di alam yang semakin terbatas, maka perlunya dikembangkan teknik
budidaya tiram mutiara dengan memperbanyak bibit tiram dengan sistim
pemijahan/hatchery guna memperoleh benih yang berlimpah dan sehat sehingga
menghasilkan kualitas mutiara yang terbaik (Anonim, 2010).
Tiram mutiara (Pinctada maxima) merupakan salah satu sumber daya laut yang
berpotensi ekonomi tinggi tetapi persediaannya dari alam tidak sebanding dengan pesatnya
kebutuhan pasar untuk produk ini, sehingga populasi tiram mutiara makin menipis dan
harganya pun terus meningkat. Permasalahan tersebut dapat ditanggulangi dengan usaha
budidaya dan padat penebaran adalah satu faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan
usaha budidaya.
Budidaya tiram mutiara sudah dimulai di jepang sejak tahun 1892, namun
keberhasilan yang nyata baru terlihat pada tahun 1968 (Imai, 1971, Monma, 1993).
Kendala dalam budidaya tiram mutiara di Asia tenggara termasuk Indonesia adalah
keterbatasan benih/bibit . Budidaya tiram mutiara (Pinctada maxima) di Indonesia telah
berkembang dengan baik seperti di Maluku, Sulawesi, Nusatenggara, Lampung dan Bali,
namun sebagian besar benihnyapun masih mengandalkan pasokan dari alam. Saat ini
penyediaan benih (spat) semakin sulit diperoleh yang disebabkan oleh semakin langkanya
benih alam serta belum banyaknya informasi tentang lokasi dan potensi benih alam.
Sedangkan usaha pembenihannya masih mengalami kendala pada tingkat sintasan spat
yang sangat rendah, maka usaha pembesaran spat yang dihasilkan dari panti-panti benih
6
melalui teknik pemijahan buatan merupakan alternatif pemecahannya guna memenuhi
permintaan benih yang akan menghasilkan butiran mutiara kelak.
Pembenihan dan pendederan tiram mutiara merupakan salah satu rangkaian
kegiatan dalam usaha budidaya mutiara. Pada saat ini hasil pandederan memiliki nilai
ekonomis dan banyak dibutuhkan perusahaan mutiara untuk meningkatkan target produksi
mutiaranya. Akan tetapi, kendala yang dihadapi pada kegiatan pendederan adalah
tingginya tingkat mortalitas hingga mencapai 98 % mulai dari awal pemeliharaan di laut
hingga mencapai ukuran 7 – 8 cm (Aprisanto dkk., 2008).
Beberapa jenis tiram mutiara penghasil mutiara yang terdapat diperairan Indonesia
antara lain :
1. Pinctada maxima (Gold lip Pearl Oyster)
2. Pinctada margaritifera (Blacklip Pearl Oyester)
3. Pinctada fucata
4. Pinctada chemnittzi
5. Pteria penguin
Menurut Tin Tun (1987) dalam Tjahjo Winanto (1992), jenis tiram mutiara yang
sesuai untuk dibudidayakan di Perairan Indonesia adalah jenis P.maxima, Pinctada
margaritifera, Pteria penguin. Jenis-jenis Pinctada spp. yang lain berukuran kecil (4-6 cm),
banyak ditemukan di Perairan Indonesia tetapi kurang ekonomis.
Habitat dan Penyebaran pada kerang mutiara adalah P. maxima biasa ditemukan
pada kedalaman 20 m - 75 m, dengan dasar perairan berpasir atau pasir berkarang. Daerah
penyebarannya mulai dari laut Arafuru, kepulauan Aru, laut Banda, Ambon, laut Seram
kepulauan Bacaan, Australia bagian utara, Burma, Thailand, Philipina. Pinctada
margaritifera dapat ditemukan dari perairan laut dangkal sampai dalam, pada 1 m - 20 m.
Tiram ini menggunakan bisusnya untuk menempelkan diri pada substrat yang keras,
seperti karang atau batu, umumnya hidup pada salinitas tinggi 35 ppt atau lebih.
Dearah penyebarannya antara lain di perairan Indo-Pasifik, Teluk California, Teluk
Panama, Teluk Persia, Sudan, Laut Merah, Kepulauan 7 Seycnell, Papua New Guinea,
Australia, Trech Polynesia, Indonesia, Kepulauan Andaman, Nicobar, Samudra India
sebelah barat daya dan Jepang. Pinctada fucata tersebar luas di perairan-perairan terumbu
karang, menempel pada batu karang atau substrat yang keras, pada daerah pasang surut
sampai kedalaman 12 m – 25 m, lokasi cukup terlindung di daerah tropis maupun sub-
7
tropis, seperti Teluk Persia, Laut merah, India, China, Korea, Jepang, Indonesia,
Venezuela, dan lautan pasifik bagian barat. Pteria penguin hidup pada kedalaman 5 m – 30
m, dengan salinitas kurang lebih 30 ppt, jenis ini kadang-kadang ditemukan menempel
pada ranting-ranting karang hitam (Black corals).
B. Klasifikasi kerang tiram mutiara

Klasifikasi tiram mutiara menurut Burnes et al. (1988) dan Mac donald (1982)
dalam Anonim (2011) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Invertebrata
Phillum : Mollusca
Kelas : Bivalvia
Sub Kelas : Lamellibranchiata
Ordo : Pteriidae
Sub Ordo : Pteriomorpha
Famili : Pteridae
Sub Famili : Pteriacea
Genus : Pinctada
Spesies : Pinctada maxima
Jenis-jenis tiram mutiara lain yang ada di Indonesia umumnya adalah P.
margaritifera, P. fucuta, P. chemnitis dan Pteria penguin. Tetapi penghasil Mutiara yang
terpenting ada tiga jenis, yaitu Pteria penguin, Pinctada maxima dan, P. Margaritifera
(Sutaman, 1993).
C. Anatomi dan morfologi dari kerang tiram mutiara
Tubuh tiram mutiara ditutupi oleh sepasang cangkang yang tidak sama bentuknya,
kulit sebelah kanan agak pipih, sedang sebelah kiri lebih cembung. Mulyanto (1987)
dalam Hidayat (2008) cangkang tersebut bersatu pada punggung (dorsal) yang
8
dihubungkan oleh engsel (hinge) untuk membuka dan menutup cangkang. Dorsal
berbentuk datar, permukaan dorsal cangkang terdapat bagian yang berbentuk seperti
tombol yang disebut umbo yang selalu mengarah ke interior. Disamping itu, dalam
cangkang terdapat mother of pearl atau lapisan induk mutiara serta nacre yang dapat
membentuk lapisan mutiara. Hidayat (2008) dalam Mulyanto (1987). Morfologi P.
Maxima.
Sutaman (1993) menjelaskan bahwa anatomi tiram mutiara terdiri dari tiga bagian
yaitu kaki/byssus, mantel dan organ dalam (visceral mass) yaitu :
1. Kaki merupakan salah satu bagian tubuh yang bersifat elastik, terdiri dari susunan
jaringan otot, dapat merenggang atau memanjang sampai tiga kali dari keadaan
normal, menurut Cahn (1949) dalam Tjahjo winanto 1992, kaki berfungsi sebagai
alat gerak sewaktu muda sampai saat menemukan tempat yang cocok untuk
menempel dan juga sebagai alat pembersih.
2. Mantel terdiri dari selaput (intigument) yang membungkus visceral mass, mantel
tergantung seperti tirai pada kedua sisi organ tubuh , terletak antara tubuh dan
cangkang. Mantel mengelurakan zat yang membentuk cangkang.
3. Organ dalam adalah bagian yang tersembunyi setelah bagian mantel dan
merupakan aktivitas kehidupan tiram mutiara tersebut. Organ dalam ini terdiri dari
otot, insang, mulut, lambung, usus, jantung, susunan syaraf, dan alat kelamin
D. Manfaat dari kerang mutiara
Kerang selain menjadi makanan konsumsi. kerang juga menghasilkan mutiara dan
sering dibuat menjadi perhiasaan seperti, dibuat menjadi kalung, gelang, cincin dan dibuat
perhiasan lainnya, selain itu cangkangnya dibuat acsesoris. Mutiara inilah yang kemudian
banyak dimanfaatkan sebagai perhiasan yang memiliki harga cukup tinggi. Namun di
masa lalu, mutiara juga digunakan sebagai hiasan pada pakaian – pakaian mewah. Mutiara
juga dapat dihancurkan dan digunakan dalam kosmetik, obat – obatan, atau dalam formula
cat.
Biasanya kerang yang menghasilkan mutiara yang paling bagus akan dipergunakan
lagi untuk memproduksi mutiara berikutnya, namun untuk pemanenan mabe, biasanya
kerang akan dibunuh dan mabe diambil, atau juga cangkangnya akan menjadi bahan
kerajinan tangan.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mutiara merupakan salah satu komoditas yang mempunyai nilai eksport tinggi.
Pada umumnya mutiara dihasilkan oleh bivalvia laut antara lain dari spesies Pinctada sp
dan Pteria sp. Tiram mutiara (Pinctada maxima) merupakan salah satu sumberdaya biota
laut yang memiliki nilai estetika. Tiram mutiara (Pinctada maxima) merupakan salah satu
sumber daya laut yang berpotensi ekonomi tinggi tetapi persediaannya dari alam tidak
sebanding dengan pesatnya kebutuhan pasar untuk produk ini, sehingga populasi tiram
mutiara makin menipis dan harganya pun terus meningkat.
Klasifikasi tiram mutiara menurut Burnes et al. (1988) dan Mac donald (1982)
dalam Anonim (2011) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Invertebrata
Phillum : Mollusca
Kelas : Bivalvia
Sub Kelas : Lamellibranchiata
Ordo : Pteriidae
Sub Ordo : Pteriomorpha
Famili : Pteridae
Sub Famili : Pteriacea
Genus : Pinctada
Spesies : Pinctada maxima
Tubuh tiram mutiara ditutupi oleh sepasang cangkang yang tidak sama bentuknya,
kulit sebelah kanan agak pipih, sedang sebelah kiri lebih cembung. Mulyanto (1987)
dalam Hidayat (2008) cangkang tersebut bersatu pada punggung (dorsal) yang
dihubungkan oleh engsel (hinge) untuk membuka dan menutup cangkang. Dorsal
berbentuk datar, permukaan dorsal cangkang terdapat bagian yang berbentuk seperti
tombol yang disebut umbo yang selalu mengarah ke interior. Disamping itu, dalam
cangkang terdapat mother of pearl atau lapisan induk mutiara serta nacre yang dapat
membentuk lapisan mutiara. Hidayat (2008) dalam Mulyanto (1987).
Biasanya kerang yang menghasilkan mutiara yang paling bagus akan dipergunakan
lagi untuk memproduksi mutiara berikutnya, namun untuk pemanenan mabe, biasanya

1
0
kerang akan dibunuh dan mabe diambil, atau juga cangkangnya akan menjadi bahan
kerajinan tangan.

1
1
DAFTAR PUSTAKA
Winanto, T. 2004. Memproduksi Benih Tiram Mutiara. Penebar Swadaya, Jakarta. 95 ha

Tomas, Carmelo R. 1997. Identifying Marine Phytoplankton. Academic Press, USA. 253 pp

ILMU KELAUTAN. Maret 2007. Vol. 12 (1) : 31 – 38

Prosiding Seminar Nasional KSP2K II, 1 (2) : 228 – 244

Anonim, 2012, Petunjuk teknis budidaya mutiara . Balai budidaya laut Lombok, Nusatenggara

barat.

Agromania . 2007. Seputar Budidaya Tiram Mutiara. http://dir.groups.yahoo.com/

group/agromania/message/10652 Blogspot.com. 2009. Budidaya Tiram Mutiara

https://aswarpunyainfo.blogspot.com/2012/11/budidaya-tiram-mutiara.html

1
2

Anda mungkin juga menyukai