Anda di halaman 1dari 31

Sistem Integumen

Integumen merupakan suatu system yang


sangat bervariasi; padanya terdapat
sejumlah organ ataupun struktur tertentu
dengan fungsi yang bermacam-macam.
Sistem integumen merupakan bagian
tubuh yang berada pada bagian terluar.
Sistem integumen terdiri dari kulit
sebenarnya dan derivat-derivatnya. Yang
termasuk derivat kulit adalah

sisik,
kelenjar lendir,
kelenjar racun,
pewarnaan dan
organ cahaya

Fungsinya

Pelindung thd gangguan


Alat ekskresi
Osmoregulasi
Pernapasan

Kulit
Terdiri dari dua bagian (Vertebrata):
- Lapisan epidermis
Pada ikan selalu basah, karena adanya lendir yang
dihasilkan oleh sel-sel yang berbentuk piala yang
terdapat di seluruh permukaan tubuhnya
mrp bag. Yang berhubungan langsung dgn
lingkungan.
Epidermis bagian dalam terdapat lapisan sel yang
disebut stratum germinativum (lapisan malphigi).
Lapisan ini sangat giat dalam melakukan
pembelahan untuk menggantikan sel-sel bagian luar
yang lepas dan untuk persediaan pengembangan
tubuh.

- Lapisan dermis
Didalamnya terkandung pembuluh
darah, saraf dan jaringan pengikat
memiliki struktur yang lebih tebal dan
sel-sel yang susunannya lebih kompak
dari pada epidermis.
Derivat-derivat kulit juga juga dibentuk
dalam lapisan ini.
Lapisan dermis berperan dalam
pembentukan sisik pada ikan yang
bersisik

Gambar 1. Struktur kulit ikan (Walker and Liem, 1994)

Sisik Ikan
Bentuk, ukuran dan jumlah sisik ikan dapat memberikan
gambaran bagaimana kehidupan ikan tersebut.
Sisik ikan mempunyai bentuk dan ukuran yang beraneka
macam, yaitu sisik ganoid merupakan sisik besar dan
kasar, sisik cycloid dan ctenoid merupakan sisik yang
kecil, tipis atau ringan dan sisik placoid merupakan sisik
yang lembut.
Umumnya tipe ikan perenang cepat atau secara terus
menerus bergerak pada perairan berarus deras
mempunyai tipe sisik yang lembut (placoid), sedangkan
ikan-ikan yang hidup di perairan yang tenang dan tidak
berenang secara terus menerus pada kecepatan tinggi
umumnya mempunyai tipe sisik yang kasar.
Sisik dibuat di dalam dermis sehingga sering diistilahkan
sebagai rangka dermis.
Berdasarkan bentuk dan bahan yang terkandung di
dalamnya, sisik ikan dapat dibedakan menjadi lima jenis,
yaitu Placoid, Cosmoid, Ganoid, Cycloid dan Ctenoid.

Gambar tipe2 sisik pada ikan

SISIK PLACOID
Jenis sisik ini karakteristik bagi golongan ikan bertulang
rawan (Chondrichthyes).
Bentuk sisik tersebut menyerupai bunga mawar dengan
dasar yang bulat atau bujur sangkar.
Sisik macam ini terdiri dari keping basal yang letaknya
terbenam di bagian dermis kulit, dan suatu bagian yang
menonjol berupa duri keluar dari permukaan epidermis.
Sisik tersebut merupakan struktur exoskeleton yang
primitive yang mempunyai titik perkembangan menuju
ke lembaran sisik yang biasa terdapat pada
osteichthyes yang terdiri atas lempeng dasar, tangkai
sentral dan duri.
Bagian yang lunak sisik placoid dibangunkan oleh
dentine sehingga sering disebut dermal denticle yang di
dalamnya terdapat rongga pulpa.

Pertumbuhan dari sisik


placoid menyerupai
pertumbuhan gigi, yaitu
dimulai dengan adanya
pengelompokan dari selsel dermis yang
seterusnya akan tumbuh
menjadi lebih nyata
membentuk papila
dermis yang mendesak
epidermis yang ada di
sebelah permukaan

SISIK COSMOID

Sisik ini hanya ditemukan pada ikan fosil dan ikan


primitive yang sudah punah dari kelompok
Crossopterygii dan Dipnoi.
Sisik ikan ini terdiri dari beberapa lapisan, yang
berturut-turut dari luar adalah vitrodentine, yang
dilapisi semacam enamel, kemudian cosmine
yang merupakan lapisan terkuat dan noncellular,
terakhir isopedine yang materialnya terdiri dari
substansi tulang.
Pertumbuhan sisik ini hanya pada bagian bawah,
sedangkan pada bagian atas tidak terdapat selsel hidup yang menutup prmukaan.
Tipe sisik ini ditemukan pada jenis ikan Latimeria
chalumnae

Type sisik ganoid pada family Latimeriidae (lobefins)

SISIK GANOID
Sisik ini terdiri dari beberapa
lapisan yakni lapisan terluar
disebut ganoine yang
materialnya berupa garamgaram an-organik, kemudian
lapisan berikutnya adalah
cosmine, dan lapisan yang
paling dalam adalah
isopedine.
Pertumbuhan sisik ini dari
bagian bawah dan bagian
atas.
Ikan bersisik type ini adalah
antara lain, Polypterus,
Lepisostidae, Acipenceridae
dan Polyodontidae.

SISIK CYCLOID DAN CTENOID

Sisik ini ditemukan pada golongan ikan teleostei,


yang masing-masing terdapat pada golongan
ikan berjari-jari lemah Malacoptrerygii) dan
golongan ikan berjari-jari keras
(Acanthopterygii).
Perbedaan antara sisik cycloid dengan ctenoid
hanya meliputi adanya sejumlah duri-duri halus
yang disebut ctenii beberapa baris di bagian
posteriornya.
Pertumbuhan pada tipe sisik ini adalah bagian
atas dan bawah, tidak mengandung dentine
atau enamel dan kepipihannya sudah tereduksi
menjadi lebih tipis, fleksibel dan transparan.

Perbedaan antara tipe sisik cycloid


dengan ctenoid adalah pada bagian
posterior sisik ctenoid dilengkapi
dengan ctenii (gerigi kecil).
Focus merupakan titik awal
perkembangan sisik dan biasanya
berkedudukan di tengah-tengah sisik.

TYPE SISIK CYCLOID

TYPE SISIK CTENOID

Kelenjar Lendir
Umumnya ikan yang tidak bersisik memproduksi
lendir yang lebih banyak dan tebal dibanding
dengan ikan yang bersisik.
Ketebalan lendir yang meliputi kulit ikan
dipengaruhi oleh kegiatan sel kelenjar yang
berbentuk piala yang terletak di dalam epidermis.
Kelenjar ini akan memproduksi lendir lebih banyak
pada saat tertentu, misalnya pada saat ikan
berusaha melepaskan diri dari bahaya/ genting
dibanding pada saat atau keadaan normal.

Fungsi lendir pada ikan antara lain adalah :


Mengurangi gesekan dengan air supaya ia dapat
berenang dengan lebih cepat
Mencegah infeksi dan menutup luka
berperan dalam osmoregulasi sebagai lapisan semipermiable yang mencegah keluar masuknya air melalui
kulit
Pada beberapa ikan tertentu menggunakan lendir
sebagai alat perlindungan pada saat terjadi kekeringan,
misalnya ikan paru-paru (Protopterus) yang
menanamkan diri pada lumpur selama musim panas
dengan membungkus tubuhnya dengan lendir hingga
musim penghujan tiba.
Beberapa ikan yang menggunakan lendirnya untuk
melindungi telur dari gangguan luar, misalnya anggota
dari genus Trichogaster.

Kelenjar Racun
Kelenjar
beracun
pada
ikan
merupakan derivate dari kulit yang
merupakan modifikasi kelenjar yang
mengeluarkan lendir.
Ikan-ikan yang kelejar integumennya
mengandung racun umumnya
dipergunakan ikan untuk
mempertahankan diri, menyerang
dan mencari makanan.

Pada ikan lepu (Synanceia verrucosa dan


Pterois volitans) memiliki alat beracun pada
daerah jari-jari keras sirip punggung, sirip
dubur dan sirip perut.
Umumnya ikan lepu ini tinggal di dasar
perairan yang dangkal berpasir atau berkarang
dan pada daerah terdapat vegetasi lamun.
Gerakannya lamban dengan warna permukaan
tubuh yang mirip dengan dasar perairan
menyebabkan ikan ini sulit untuk dilihat.
Beberapa jenis dari ikan memiliki racun yang
dapat mematikan manusia, misalnya jenis
Synanceia horrida.

Pada ikan pari (Dasyatis) kelenjar racunnya


terdapat pada duri di ekornya. Duri ini tersusun
dari bahan yang disebut vasodentine.
Sepanjang kedua sisi duri tersebut terdapat
gerigi yang bengkok ke belakang. Duri tersebut
ditandai oleh adanya sejumlah alur dangkal
yang sepanjang tepi alur terdiri celah berupa
jaringan kelabu spongi, lembut meluas
sepanjang celah panjang yang berfungsi
sebagai jaringan tempat dihasilkannya racun.
Ikan baronang (Siganus) memiliki kelenjar
beracun yang terdapat pada 13 jari-jari keras
sirip punggung, 4 jari-jari keras sirip perut dan 7
jari-jari keras sirip dubur.

Ikan-ikan yang system integumennya mengandung


kelenjar beracun antara lain ikan lele dan sebangsanya
(Siluroidea) dan golongan Elasmobranchii
(Chimaeridae, Myliobathidae dan Dasyatidae).
Beberapa jenis ikan buntal (Tetraodontidae) juga
dikenal beracun, tetapi racunnya bukan berasal dari
system integumennya, melainkan dari kelenjar
empedu.
Studi tentang racun ikan dikenal dengan
ichthyotoxisme. Ilmu ini mempelajari tentang racun
yang dikeluarkan oleh ikan serta gejala keracunan
dengan aspek- aspeknya.
Ichthyotoxisme meliputi Ichthyosarcotoxisme yang
mempelajari berbagai macam keracunan akibat makan
ikan beracun dan Ichthyoacanthotoxisme yang
mempelajari sengatan ikan berbisa.

Pewarnaan
Fungsi :
- Penyamaran dan penyembunyian
cth. Pada ikan yang memiliki pewarnaan
terpecah. Hal tsb. Mrp upaya mengaburkan
pandangan thd. Tubuh ikan

- Pemberitahuan
cth. Sejumlah anggota famili percidae yang
terdapat di air tawar dan sejumlah famili
yang ditemukan di laut memiliki corak
warna yang terang dan cemerlang sebagai
pengenalan seksual.

Sel pembentuk warna yaitu sel yaitu Iridocyte


(leucophore dan guanophore) dan Chromatophora.
Warna pada ikan sangat dipengaruhi oleh
schemachrome (konfigurasi fisik) dan biochrome
(pigmen pembawa warna).
Schemachrome warna putih ditemukan pada rangka,
gelembung renang, sisik dan testes; biru dan ungu
pada iris mata; warna pelangi pada sisik, mata dan
membrane anus.
Sedangkan tergolong ke dalam biochrome adalah:
Carotenoid (kuning, merah dan corak lainnya);
chromolipoid (kuning sampai coklat); indigoid (biru,
merah dan hijau); melanin (hitam dan coklat); flavin
(fluoresensi kehijau-hijauan); purin (putih atau
keperak-perakan); pterin (putih, kuning, merah dan
jingga).

Ikan yg hidup diperairan bebas


mempunyai warna tubuh yang
sederhana, bertingkat dari keputihputihan pada bagian perut, keperakperakan pada sisi tubuh bagian
bawah sampai warna kebiru-biruan
atau kehijau-hijauan pada sisi atas
dan kehitam-hitaman pada bagian
punggungnya

Masih Pewarnaan....
Ikan yang hidup di daerah dasar, bagian dasar
perutnya berwarna pucat dan bagian punggungya
berwarna gelap. Cth ikan pari dan ikan sebelah.
Ikan-ikan yang hidupnya di sekitar karang memiliki
warna yang cerah dan cemerlang misalnya ikan-ikan
family Chaetodontidae, Achanturidae, Apogonidae
dan sebagainya.
Pemiripan warna secara umum antara ikan dan latar
belakangnya baik secara perlahan maupun cepat
merupakan karakteristik dasar ikan untuk menyamai
lingkungan atau habitat mereka berada. Ikan laut
memiliki warna tubuh yang bertingkat, di bagian
dorsal berwarna biru, bagian sisi keperak-perakan,
dan putih di bagian perut.
Perubahan warna sering terjadi berhubungan dengan
kondisi lingkungan seperti siang dan malam, musim
dan keadaan habitat. Perubahan warna tersebut
diatur oleh intraksi saraf dan hormon.

Pewarnaan terpecah merupakan suatu upaya


ikan untuk mengaburkan pandangan
terhadap tubuh ikan. Bila tubuh permukaan
ikan mempunyai garis-garis warna atau corak
kontras yang tidak teratur, maka garis-garis
tersebut akan cenderung mengaburkan
pandangan hewan lain.
Pada ikan kupu-kupu (Forcipinger longirostris)
yang hidup di daerah karang mampu
memcahkan warna tubuhnya menjadi bentuk
organ tubuh, warna demikian dipergunakan
untuk memecah bentuk atau mengaburkan
bentuk asli ikan.

FUNGSI :
-

ORGAN
CAHAYA

Sbg tanda pengenal individu yang sejenis


Untuk mengikat mangsa
Menerangi lingkungan dan
Penciri ikan beracun.

Umumnya ikan-ikan yang memiliki


organ cahaya hidupnya pada daerah
laut dalam (antara 300 1000 m )
dengan warna biru atau biru kehijauhijauan yang biasa dikenal dengan
bioluminescens.

Namun telah ditemukan pula ikan laut yang hidup


di perairan dangkal memiliki organ cahaya seperti,
ikan leweri batu (Photoblepharon palpebratus) dan
ikan leweri air (Anomalops katopron).
Cahaya yang dikeluarkan berkedap-kedip secara
teratur yang dikendalikan oleh organ cahaya yang
keluar masuk suatu kantong pigmen hitam di
bawah mata.
Terdapat 2 kelompok ikan berdasarkan sumber
cahaya yang dikeluarkan yaitu
1.
kelompok ikan yang cahaya dikeluarkan oleh sel
pada kulit ikan itu sendiri (photophore = potocyt)
misalnya pada golongan elasmobranchii
(Etmopterus, Benthobatis dan Spinax) dan pada
golongan ikan teleostei (Batrachoididae dan
Stomiatidae).

2. Kelompok ikan yang mengeluarkan


cahaya dari bakteri yang bersimbiose
dengannya, misalnya pada ikan-ikan
family Monocentridae, Gadidae,
Leognathidae, Serranidae dan
Macroridae.
Note : Bakteri yang dapat
mengeluarkan cahaya terdapat di
dalam kantung kelenjar epidermis.

Pada ikan-ikan yang hidup di laut dalam, pengeluaran


cahayanya mempunyai peranan dalam pemijahan.
Pada musim pemijahan, ikan jantan berusaha
membimbing betina untuk mencari tempat yang baik
untuk memijah. Cahaya yang dikeluarkan memiliki
kekuatan panjang gelombang 400-600 m yang dapat
menerangi sejauh 10 meter.
Anglerfishes (Linophyrin brevibarbis) yang terdapat di
laut dalam mempunyai tentakel yang bercahaya.
Diduga pada tentakelnya mempunyai kultur bakteri
yang terdapat pada kulitnya. Tentakel yang ujungnya
mempunyai jaringan jaringan yang membesar itu
digosokkan di atas kultur bakteri tersebut, sehingga
bakteri yang bercahaya terbawa oleh tentakel untuk
menarik perhatian mangsanya.

Anda mungkin juga menyukai