Anda di halaman 1dari 30

Tugas : Pengelolaan Kesehatan Pesisir dan Tambang

Dosen : Dr. Ridwan Adi Surya, S.Si.,M.Si

KERUSAKAN LINGKUNGAN PESISIR DAN LAUT

MUH. YAMIN SAMMA


NIM. M201801 044

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN & KESEHATAN KERJA

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
MANDALA WALUYA KENDARI
2019

Kerusakan Wilayah Pesisir dan Laut| 1


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT, yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah Pengelolaan Kesehatan Pesisir dan
Tambang dengan judul “Kerusakan Lingkungan Pesisir dan Tambang”
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Kendari Desember 2019

Penulis

Kerusakan Wilayah Pesisir dan Laut| 2


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ..................................................................................... i


KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Tujuan Makalah ................................................................................ 2
C. Manfaat Makalah .............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakekat Pesisir dan Laut ................................................................. 3
B. Kerusakan Lingkungan Pesisir dan Laut ......................................... 6
C. Sumber – Sumber Pencemaran Di Wilayah Pesisir .......................... 14
D. Dampak Pencemaran Di Wilayah Pesisir ......................................... 19
E. Pencegahan terjadinya Kecelakaan Kerja........................................ 22
BAB III PENUTUP ........................................................................................
A. Kesimpulan ..................................................................................... 25
B. Saran ................................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... iii

Kerusakan Wilayah Pesisir dan Laut| 3


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wilayah pesisir dan lautan Indonesia yang kaya dan beragam sumber daya
alamnya telah dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia sebagai salah satu sumber
bahan makanan utama khususnya protein hewani, sejak berabad – abad lamanya.
Sementara itu, kekayaan hidrokarbon dan mineral lainnya yang terdapat di
wilayah ini juga telah dimanfaatkan untuk menunjang pembangunan ekonomi
nasional. Selain menyediakan berbagai sumber daya tersebut, wilayah pesisir
dan lautan Indonesia memiliki berbagai fungsi lain, seperti transportasi dan
pelabuhan, kawasan industri, agribisnis dan agroindustri, rekreasi dan pariwisata
serta kawasan permukiman dan tempat pembuangan limbah.
Wilayah pesisir merupakan kawasan yang memiliki potensi memadai
untuk dikembangkan menjadi lebih baik. Dalam kaitan dengan ketersediaannya,
potensi sumber daya wilayah pesisir dan laut ini secara garis besar dapat dibagi
ke dalam tiga kelompok yaitu sumber daya dapat pulih (renewable resources),
sumber daya tak dapat pulih (non-renewable resources) dan jasa – jasa
lingkungan (environmental services). Ketiga potensi inilah walaupun telah
dimanfaatkan tetapi masih belum optimal dan terkesan tidak terencana dan
terprogram dengan baik. Di beberapa kawasan pesisir dan lautan yang padat
penduduk dan tinggi intensitas pembangunannya terdapat berbagai gejala
kerusakan lingkungan termasuk pencemaran degradasi fisik habitat utama pesisir
(mangrove, terumbu karang, estuaria, dll) dan abrasi pantai telah mencapai suatu
tingkat yang mengancam kapasitas keberlanjutan ekosistem pesisir dan lautan.
Pemanfaatan sumber daya alam dan jasa lingkungan pesisir dan laut untuk
kegiatan perikanan, pertambangan, perhubungan, industri, konservasi habitat,
pariwisata dan pemukiman telah menimbulkan berbagai permasalahan yang
berpotensi besar memicu konflik kepentingan antar pihak, sehingga berdampak
pada kelestarian fungsi dan kerusakan sumber daya alam.

Kerusakan Wilayah Pesisir dan Laut| 4


B. Tujuan Makalah
a. Untuk mengetahui arti kerusakan dan pencemaran di wilayah pesisir
b. Untuk mengetahui sumber-sumber kerusakan dan pencemaran di wilayah
pesisir
c. Untuk mengetahui dampak dari kerusakan dan pencemaran di wilayah pesisir
d. Untuk mengetahui cara menanggulangi kerusakan dan pencemaran di
wilayah pesisir

C. Manfaat Makalah
Melalui makalah ini manfaat yang dapat menambah wawasan atau
pengetahuan mengenai tentang kerusakan dan pencemaran di wilayah pesisir dan
cara menanggulanginya sehingga dapat memahami tentang masalah pencemaran
wilayah pesisir.

Kerusakan Wilayah Pesisir dan Laut| 5


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakekat Pesisir dan Laut


Sebelumnya perlu dipahami terlebih dulu tentang pengertian-pengertian
yang berkenaan dengan pesisir, pantai, dan laut. Sering ada kerancuan
terutama antara istilah pantai yang disamakan dengan pesisir. Padahal
keduanya memiliki pengertian berbeda.
Pantai (shore atau beach,) adalah penampakan alam yang menjadi batas
antara wilayah daratan dengan wilayah lautan. Wilayah pantai dimulai dari
titik terendah air laut pada saat surut hingga arah ke daratan sampai batas
paling jauh gelombang atau ombak menjangkau daratan. Tempat pertemuan
antara air laut dengan daratan tadi dinamakan dengan garis pantai (shore line).
Bentuk pantai ada yang landai dan ada pula yang terjal (cliff). Sedangkan pantai
yang berpasir disebut gisik (sand beach) dan pantai yang berlumpur disebut
(mud beaach).

Gambar 1: Batas wilayah indonesia

Sementara pesisir adalah suatu wilayah yang lebih luas dari pada pantai.
Wilayahnya mencakup wilayah daratan yang masih mendapat pengaruh laut
(pasang-surut, suara deburan ombak, rembesan air laut di daratan) dan wilayah
laut sejauh masih mendapat pengaruh dari darat (aliran air sungai dan
sedimentasi dari darat). Menurut Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan

Kerusakan Wilayah Pesisir dan Laut| 6


Nasional (BAKOSURTANAL), batas wilayah pesisir ialah daerah yang
masih ada pengaruh kegiatan bahari dan sejauh konsentrasi permukiman
nelayan.
Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut dengan
batas ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air
yang masih mendapat pengaruh sifat-sifat laut seperti angin laut, pasang surut,
perembesan air laut yang dicirikan oleh vegetasinya yang khas, sedangkan batas
wilayah pesisir kearah laut mencakup bagian atau batas terluar dari pada daerah
paparan benua, dimana ciri – crri perairan ini masih dipengaruhi oleh proses
alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar maupun proses
yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan
pencemaran (Bengen, 2002).
Wilayah pesisir/pantai adalah suatu hal yang lebarnya bervariasi yang
mencakup tepi laut yang meluas ke arah daratan hingga batas pengaruh marin
masih dirasakan (Bird, 1969 dalam Sutikno, 1990). Wilayah pesisir memiliki
keunikan ekosistem. Wilayah ini sangat rentan terhadap perubahan, baik karena
diakibatkan oleh aktifitas daerah hulu maupun karena aktifitas yang terjadi di
wilayah pesisir itu sendiri.
Dari definisi wilayah pesisir tersebut secara umum memberikan gambaran
besar, betapa kompleksitas aktivitas ekonomi dan ekologi yang terjadi di wilayah
ini. Kompleksitas aktivitas ekonomi seperti perikanan, pariwisata, pemukiman,
perhubungan dan sebagainya memberikan tekanan yang cukup besar terhadap
keberlanjutan ekologi wilayah pesisir seperti ekosistem mangrove, padang
lamun dan terumbu karang. Tekanan yang demikian besar tersebut jika tidak
dikelola secara baik akan menurunkan kualitas dan kuantitas sumber daya yang
terdapat di wilayah pesisir.
Laut adalah sekumpulan air yang sangat luas di permukaan bumi yang
memisahkan atau menghubungkan suatu benua atau pulau dengan benua
atau pulau lainnya. Umumnya perairan laut merupakan massa air asin dengan
kadar garam cukup tinggi (rata-rata 3.45%). Laut merupakan bagian dari

Kerusakan Wilayah Pesisir dan Laut| 7


samudera. Samudera adalah bentangan air asin yang menutupi cekungan yang
sangat luas.
Laut dapat diklasifikasikan menurut karakteristiknya masing-masing.
Berdasarkan kedalamannya laut dikelompokan kedalam empat zone, yaitu:
1) Zona litoral adalah wilayah laut yang pada saat terjadinya pasang naik
tertutup oleh air laut dan ketika air laut surut wilayah ini menjadi kering.
Zona ini sering disebut sebagai wilayah pasang surut.
2) Zona neritik adalah wilayah laut mulai zona pasang surut sampai
kedalaman 200 meter. Zona ini merupakan tempat terkonsentrasinya biota
laut, terutama berbagai jenis ikan. Zona neritik sering disebut wilayah laut
dangkal.
3) Zona batial adalah wilayah laut yang merupakan lereng benua yang
tenggelam di dasar samudra. Kedalaman zona ini berkisar di atas 200
meter-2000 meter.
4) Zona abisial adalah wilayah laut yang merupakan wilayah dasar
samudra. Kedalamannya di atas 2000 meter dan jenis biota yang ada pada
zona ini terbatas.
Laut banyak memberikan manfaat bagi kehidupan manusia diantaranya
sebagai sumber bahan makanan dan mineral. Di tepian laut terdapat ekosistem
pantai yang merupakan tatanan sebuah kesatuan lingkungan pantai secara utuh
dengan segenap unsur lingkungan hidup yang mempengaruhinya. Ekosistem
pantai memiliki arti penting sebagai tempat berkembang biaknya berbagai jenis
biota laut, tanaman bakau (mangrove) dan juga sebagai sarana pelestarian
pantai dari ancaman abrasi air laut.
Wilayah pesisir dan Lautan Indonesia juga kaya akan bahan tambang dan
mineral, seperti minyak dan gas, timah, biji besi, bauksit dan pasir kwarsa.
Wilayah pesisir dan lautan termasuk prioritas utama untuk pusat pengembangan
industri pariwisata.

Kerusakan Wilayah Pesisir dan Laut| 8


B. Kerusakan Lingkungan Pesisir dan Laut
Daerah pesisir dan laut merupakan salah satu dari lingkungan perairan
yang mudah terpengaruh dengan adanya buangan limbah dari darat. Wilayah
pesisir yang meliputi daratan dan perairan pesisir sangat penting artinya bagi
bangsa dan ekonomi Indonesia. Wilayah ini bukan hanya merupakan sumber
pangan yang diusahakan melalui kegiatan perikanan dan pertanian, tetapi
merupakan pula lokasi bermacam sumber daya alam, seperti mineral, gas dan
minyak bumi serta pemandangan alam yang indah, yang dapat dimanfaatkan
untuk kesejahteraan manusia, perairan pesisir juga penting artinya sebagai alur
pelayaran.
Di daratan pesisir, terutama di sekitar muara sungai besar, berkembang
pusat-pusat pemukiman manusia yang disebabkan oleh kesuburan sekitar
muara sungai besar dan tersedianya prasarana angkutan yang relatif mudah dan
murah, dan pengembangan industri juga banyak dilakukan di daerah pesisir.
Jadi tampak bahwa sumber daya alam wilayah pesisir Indonesia telah
dimanfaatkan secara beranekaragam. Namun perlu diperhatikan agar kegiatan
yang beranekaragaman dapat berlangsung secara serasi. Suata kegiatan dapat
menghasilkan hasil samping yang dapat merugikan kegiatan lain. Misalnya
limbah industry yang langsung dibuang ke lingkungan pesisir, tanpa
mengalami pengolahan tertentu sebelumnya dapat merusak sumber daya hayati
akuatik, dan dengan demikian merugikan perikanan.
Lingkungan pesisir terdiri dari bermacam ekosistem yang berbeda
kondisi dan sifatnya. Pada umumnya ekosistem kompleks dan peka terhadap
gangguan. Dapat dikatakan bahwa setiap kegiatan pemanfaatan dan
pengembangannya di manapun juga di wilayah pesisir secara potensial dapat
merupakan sumber kerusakan bagi ekosistem di wilayah tersebut. Rusaknya
ekosistem berarti rusak pula sumber daya di dalamnya. Agar akibat negatif
dari pemanfaatan beranekaragam dapat dipertahankan sekecil- kecilnya dan
untuk menghindari pertikaian antar kepentingan, serta mencegah kerusakan
ekosistem di wilayah pesisir, pengelolaan, pemanfaatan dan pengembangan

Kerusakan Wilayah Pesisir dan Laut| 9


wilayah perlu berlandaskan perencanaan menyeluruh dan terpadu yang
didasarkan atas prinsip-prinsip ekonomi dan ekologi.
Pencemaran laut didefinisikan sebagai peristiwa masuknya partikel
kimia, limbah industri, pertanian dan perumahan, kebisingan, atau penyebaran
organisme invasif (asing) ke dalam laut, yang berpotensi memberi efek
berbahaya.
Pencemaran laut menurut PP No. 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran dan/atau Perusakan Laut adalah mempunyai pengertian atau
definisi sebagai masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi,
dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan laut oleh kegiatan manusia
sehingga kualitasnya turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku mutu dan/atau fungsinya.
Secara garis besar gejala kerusakan lingkungan yang mengancam
kelestarian sumber daya pesisir dan lautan di Indonesia yaitu :
1. Pencemaran,
2. Degradasi fisik habitat,
3. Over eksploitasi sumber daya alam,
4. Abrasi pantai,
5. Konservasi kawasan lindung menjadi peruntukan pembangunan lainnya,
6. Bencana alam.
Dewasa ini sumber daya alam dan lingkungan telah menjadi barang
langka akibat eksploitasi yang berlebihan dan kurang memperhatikan aspek
keberlanjutan. Kendati secara ekonomi dapat meningkatkan nilai jual, namun
di sisi lain dapat menimbulkan ancaman kerugian ekologi yang jauh lebih
besar, seperti hilangnya lahan, langkanya air bersih, banjir, longsor, dan
sebagainya. Salah satu akibat dari kelangkaan tersebut adalah pemanfaatan
sumber daya alam (SDA) yang kini mulai bergeser dari SDA darat kearah
pemanfaatan SDA pesisir dan laut.
Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago state) yang
memiliki garis pantai terpanjang di dunia (61.000 km). Kita juga memiliki
wilayah laut yang sangat luas di mana terdapat tiga macam wilayah perairan

Kerusakan Wilayah Pesisir dan Laut| 10


berdasarkan Konvensi Hukum Laut Internasional, yaitu perairan laut teritonial,
Zone Ekonomi Eksklusif (ZEE), dan landas kontinen. Sehingga wajar apabila
sekarang ini wilayah pesisir dan laut Indonesia merupakan sasaran dan harapan
baru dalam memenuhi kesejahteraan rakyatnya.
Beralihnya pemanfaatan SDA pesisir dan laut tidak hanya didasarkan
pada alasan kekayaan SDA tersebut yang kita miliki. Melainkan ada alasan lain
dimana sepanjang 2-3 dasawarsa terakhir ini, pengelolaan sumberdaya di darat
telah menimbulkan degradasi lahan, hutan, dan air serta kerusakan lingkungan
yang mengancam kelestariannya. Bukan mustahil, apabila kedepan wilayah
pesisir dan laut Indonesia juga akan mengalami nasib sama seperti di darat,
karena pengelolaannya yang kurang baik. Gejala-gejala kearah sana,
sesungguhnya sudah mulai nampak saat ini. Kasus di Teluk Buyat,
penambangan pasir di Riau, pendangkalan Sagaraanakan, dan sebagainya
merupakan bukti-bukti yang dapat kita saksikan sebagai bentuk kerusakan
lingkungan di wilayah pesisir dan laut.
Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan wilayah pesisir dan laut,
khususnya di Indonesia yaitu pemanfaatan ganda, pemanfaatan tak seimbang,
pengaruh kegiatan manusia, dan pencemaran wilayah pesisir.
1. Pemanfaatan Ganda
Konsep pemanfaatan ganda perlu memperhatikan keterpaduan dan
keserasian berbagai macam kegiatan. Sementara itu, batas kegiatan perlu
ditentukan. Dengan demikian pertentangan antar kegiatan dalam jangka
panjang dapat dihindari atau diperkecil. Salah satu contoh penggunaan
wilayah untuk pertanian, kehutanan, perikanan, alur pelayaran, rekreasi,
pemukiman, lokasi industri dan juga sebagai tempat pembuangan
sampah dan air limbah.
Pemanfaatan ganda wilayah pesisir yang serasi dapat berjalan untuk
jangka waktu tertentu, kemudian persaingan dan pertentangan mulai
timbul dengan berjalannya waktu, pemanfaatan telah melampaui daya
dukung lingkungan. Untuk beberapa hal, keadaan ini mungkin dapat
diatasi dengan teknologi mutakhir. Akan tetapi, perlu dijaga agar cara

Kerusakan Wilayah Pesisir dan Laut| 11


pemecahan itu tidak mengakibatkan timbulnya dampak negatif atau
pertentangan baru.
2. Pemanfaatan Tak Seimbang
Masalah penting dalam pemanfaatan dan pengembangan wilayah
pesisir di Indonesia adalah ketidakseimbangan pemanfaatan sumber daya
tersebut, ditinjau dari sudut penyebarannya dalam tata ruang nasional.
Hal ini merupakan akibat dari ketimpangan pola penyebaran penduduk
semula disebabkan oleh perbedaan keunggulan komparatif (comparative
advantage) keaadaan sumber daya wilayah pesisir Indonesia.
Pengembangan wilayah dalam rangka pembangunan nasional
harus juga memperhatikan kondisi ekologis setempat dan faktor-faktor
pembatas. Melalui perencanaan yang baik dan cermat, serta dengan
kebijaksanaan yang serasi, perubahan tata ruang tentunya akan menjurus
ke arah yang lebih baik.
3. Pengaruh Kegiatan Manusia
Pemukiman di sekitar pesisir menghasilkan pola-pola penggunaan
lahan dan air yang khas, yang berkembang sejalan dengan tekanan dan
tingkat pemanfaatan, sesuai dengan keadaan lingkungan wilayah pesisir
tertentu. Usaha-usaha budidaya ikan, penangkapan ikan, pembuatan
garam, eksploitasi hutan rawa, pembuatan perahu, perdagangan dan
industri, merupakan dasar bagi tata ekonomi masyarakat pedesaan wilayah
pesisir.
Tekanan penduduk yang besar sering mengakibatkan rusaknya
lingkungan, pencemaran perairan oleh sisa-sisa rumah tangga, meluasnya
proses erosi, kesehatan masyarakat yang memburuk dan terganggunya
ketertiban dan keamanan umum. Karena itu, perlu diperoleh pengertian
dasar tentang proses perubahan yang terjadi di wilayah pesisir. Dengan
demikian, pemanfaatan sumber daya yang terkandung di dalamnya dapat
dikelola dengan baik. Perlu dihayati pula bahwa sekali habitat atau suatu
ekosistem rusak maka sukar untuk diperbaiki kembali.

Kerusakan Wilayah Pesisir dan Laut| 12


Selain beberapa hal tersebut yang dapat memicu terjadinya
kerusakan lingkungan pesisir dan laut, juga terdapat faktor lain.
Kegagalan pengelolaan SDA dan lingkungan hidup ditengarai akibat
adanya tiga kegagalan dasar dari komponen perangkat dan pelaku
pengelolaan :
1. Akibat adanya kegagalan kebijakan (lag of policy) yang menjadikan
aspek lingkungan hanya menjadi variable minor. Padahal, dunia
internasional saat ini selalu mengaitkan segenap aktivitas ekonomi
dengan isu lingkungan hidup, seperti green product, sanitary safety,
dan sebagainya. Salah satu contoh dari kegagalan kebijakan tersebut
adalah berkenaan dengan kebijakan penambangan pasir laut. Di satu
sisi, kebijakan tersebut dibuat untuk membantu menciptakan peluang
investasi terlebih pasarnya sudah jelas. Namun di sisi lain telah
menimbulkan dampak yang cukup signifikan dan sangat dirasakan
langsung oleh nelayan dan pembudidaya ikan di sekitar kegiatan.
Bahkan secara tidak langsung dapat dirasakan oleh masyarakat di
daerah lain. Misalnya terjadi gerusan/abrasi pantai, karena karakteristik
wilayah pesisir bersifat dinamis.

Gambar 2: Fenomena abrasi di pantai


sumber: google.image

Kerusakan Wilayah Pesisir dan Laut| 13


2. Adanya kegagalan masyarakat (lag of community) sebagai bagian dari
kegagalan pelaku pengelolaan lokal akibat adanya beberapa persoalan
mendasar yang menjadi keterbatasan masyarakat.
Kegagalan masyarakat terjadi akibat kurangnya kemampuan
masyarakat untuk dapat menyelesaikan persoalan lingkungan secara
sepihak, disamping kurangnya kapasitas dan kapabilitas masyarakat
untuk memberikan masukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan
dan berkewajiban mengelola dan melindungi lingkungan.
Ketidakberdayaan masyarakat tersebut semakin memperburuk
posisi tawar (bargaining position) masyarakat sebagai pengelola lokal
dan pemanfaat SDA dan lingkungan. Misalnya saja, kegagalan
masyarakat melakukan penanggulangan masalah pencemaran yang
diakibatkan oleh kurang perdulinya publik swasta untuk melakukan
internalisasi eksternalitas dari kegiatan usahanya. Contoh kongkrit
adalah banyaknya pabrik-pabrik yang membuang limbah yang tidak
diinternalisasi ke DAS yang pasti akan terbuang ke laut atau kebocoran
pipa pembuangan residu dari proses ekstrasi minyak yang tersembunyi,
dan sebagainya.
3. Penanggulangan permasalahan lingkungan yang ada masih bersifat
parsial dan kurang terkoordinasi. Dampaknya, proses penciptaan co-
existence antar variabel lingkungan yang menuju keharmonisan dan
keberlanjutan antar variabel menjadi terabaikan. Misalnya, solusi
pembuatan tanggul-tanggul penahan abrasi yang dilakukan di beberapa
daerah Pantai Utara (Pantura) Jawa, secara jangka pendek mungkin
dapat menanggulangi permasalahan yang ada, namun secara jangka
panjang persoalan lain yang mungkin sama atau juga mungkin lebih
besar akan terjadi di daerah lain karena karakteristik wilayah pesisir dan
laut yang bersifat dinamis.

Kerusakan Wilayah Pesisir dan Laut| 14


Gambar 3 : Pencemaran di laut akibat pembuangan limbah

Gambar 4: Beberapa kasus kerusakan pesisir pantai diakibatkan oleh abrasi,


akresi, penambangan pasir, dan perubahan fungsi lahan
Sumber: BPLHD, Jabar.

Jika dilihat dari sumber (asal) kejadiaanya, jenis kerusakan


lingkungan ada yang dari luar sistem wilayah pesisir dan juga dari dalam
wilayah pesisir itu sendiri. Pencemaran berasal dari limbah yang
dibuang oleh berbagai kegiatan pembangunan (seperti tambak,
perhotelan, pemukiman dan industri) yang terdapat di dalam wilayah
pesisir, dan juga berupa kiriman dari berbagai kegiatan pembangunan di
daerah lahan atas.

Kerusakan Wilayah Pesisir dan Laut| 15


Sumber pencemaran perairan pesisir dan laut biasa terdiri dari
limbah industri, limbah cair pemukinan (sewage), limbah cair perkotaan
(urban stormwater), pelayaran (shipping), pertanian, dan perikanan
budidaya. Bahan pencemar utama yang terkandung dalam buangan limbah
tersebut berupa: sedimen, unsur hara (nutriens), logam beracun (toxic
metals), pestisida, organisme eksotik, organisme pathogen, sampah dan
oxygen depleting substances (bahan-bahan yang menyebabkan oksigen
yang terlarut dalam air laut berkurang).
Bahan pencemar yang berasal dari berbagai kegiatan industri,
pertanian, rumah tangga di daratan akhirnya dapat menimbulkan dampak
negatif bukan saja pada perairan sungai tetapi juga perairan pesisir dan
lautan. Dampak yang terjadi kerusakan ekosistem bakau, terumbu karang,
kehidupan dari jenis-jenis biota (ikan, kerang, keong), terjadi abrasi,
hilangnya benih banding dan udang. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
terhadap bahan-bahan yang akan dibuang ke perairan, termasuk perairan
wilayah pesisir yaitu :
1) Macam, sifat, banyaknya dan kontinuitas bahan buangan;
2) Kemampuan daya angkut dan pengencer perairan yang berkaitan
dengan kondisi oseanografi setempat;
3) Kemungkinan interaksi antara sifat-sifat kimia dan biologi bahan
buangan dengan lingkungan perairan.
4) Pengaruh bahan buangan terhadap kehidupan dan rantai makanan;
5) Proses degradasi dan perubahan biogeokimia;
6) Prognose terhadap jumlah dan macam tambahan bahan pencemar di
masa depan;
7) Faktor-faktor lain yang khas.

Kerusakan Wilayah Pesisir dan Laut| 16


Gambar 5 : Beberapa kasus kerusakan pesisir pantai diakibatkan oleh abrasi,
penambangan pasir besi, sampah, dan perubahan fungsi lahan
Sumber: BPLHD, Jabar.

C. Sumber – Sumber Pencemaran Di Wilayah Pesisir


Seiring bertambahnya pertumbuhan jumlah penduduk yang mendiami
wilayah pesisir dan meningkatnya kegiatan pariwisata juga akan meningkatkan
jumlah sampah dan kandungan bakteri yang dapat menyebabkan berbagai
kerugian bagi lingkungan pesisir.
Penggunaan pupuk untuk menyuburkan areal persawahan di sepanjang
daerah aliran sungai yang berada di atasnya serta kegiatan-kegiatan industri di
darat yang membuang limbahnya ke dalam badan sungai yang kemudian
terbawa sampai ke laut melalui wilayah pesisir. Hal ini akan memperbesar
tekanan ekologis wilayah pesisir. Sumber pencemaran yang berasal dari limbah
industri dan kapal-kapal disepanjang wilayah pesisir umumnya mengandung
logam berat. Kandungan logam berat di perairan diperkirakan akan terus
meningkat dan akan mengakibatkan terjadinya erosi dan pencucian tanah,
masuknya sampah industri dan pembakaran bahan bakar fosil ke perairan dan
atmosfer serta pelepasan sedimentasi logam dari lumpur aktif secara langsung.

Kerusakan Wilayah Pesisir dan Laut| 17


Adapun ciri – ciri pencemaran pesisir dan pantai :
1. Adanya limbah industri di sungai yang meresap ke tanah
2. Terdapat banyak sampah – sampah di daerah pesisir dan pantai. Sampah yang
bersifat organik maupun non organik juga dibuang ke laut melalu sistem DAS
3. Terjadinya perubahan kondisi alam menjadi lingkungan buatan dengan
dibangunnya beberapa fasilitas penunjang yang diperlukan.
4. Adanya pencemaran limbah minyak yang terjadi di pantai baik yang di
sengaja maupun yang tidak di sengaja
5. Rusaknya hutan mangrove di daerah pesisir pantai
6. Hancurnya organisme yang membuat laut menjadi semakin tidak subur
Beberapa kegiatan manusia yang dapat menyebabkan pencemaran pesisir
dan pantai adalah sebagai berikut :
1. Penambangan karang dengan atau tanpa bahan peledak. Penangkapan ikan
menggunakan racun sianida dan bahan peledak
2. Penambatan jangkar perahu
3. Pembuangan sampah rumah tangga
4. Pembukaan lahan untuk pertanian, pengembangan kota dan industri,
penebangan kayu dan penambangan di daerah aliran sungai (DAS)
mengakibatkan terjadinya pencemaran dan perubahan lingkungan wilayah
pesisir.
5. Pembukaan hutan mangrove untuk kepentingan pemukiman, pembangunan
infra struktur dan perikanan tambak dapat mengakibatkan erosi pantai.
Sedangkan sumber pencemaran pesisir dan pantai dapat dikelompokkan
menjadi 5 bagian yaitu :
1. Limbah industri
2. Limbah cair pemukiman (sewage)
3. Limbah cair perkotaan
4. Pertambangan
5. Pelayaran (shipping)

Kerusakan Wilayah Pesisir dan Laut| 18


Faktor – Faktor penyebab pencemaran di wilayah pesisir adalah:
1. Erosi dan sedimentasi yang disebabkan oleh rusaknya hutan di daerah hulu
sungai yang bermuara ke laut serta penggalian pasir dan kerikil di sungai –
sungai tersebut.
2. Limbah pertanian berupa sisa pestisida dan pupuk yang digunakan dalam
usaha peningkatan produksi pertanian yang masuk ke dalam sistem perairan
dan akhirnya sampai ke perairan laut.
3. Air selokan dari kota yang mengandung berbagai bahan, yang kemudian
masuk melalui sungai dan bermuara ke perairan.
4. Permasalahan yang pokok dari aktifitas perminyakan yang dapat
menimbulkan pencemaran adalah :
a) Masalah operasional berupa ceceran minyak dan buangan secara
kontinyu, pembuangan air bekas pencucian tangki dan kapal,
b) Masalah kecelakaan berupa gangguan transportasi seperti pecahnya
pipa - pipa penyalur tangki penimbunan, kandasnya kapal tangki dan
tumpahan minyak yang berasal dari kegiatan di pelabuhan.
5. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berupa air panas yang berasal dari
air pendingin yang dibuang ke perairan sehingga akan meningkatkan suhu
perairan, akibat pembuangan air panas tersebut akan menimbulkan masalah
lingkungan terutama bagi organisme akuatik yang hidup di sekitar perairan
tersebut.
6. Industri, peningkatan jumlah industri yang pesat disamping member
dampak positif terhadap peningkatan perekonomian penduduk, juga
menimbulkan masalah terhadap lingkungan,akibat limbah yang dihasilkan
oleh industri.
Sebagian besar sumber pencemaran laut berasal dari daratan, baik
tertiup angin, terhanyut maupun melalui tumpahan. Berikut beberapa sumber
polutan yang masuk ke laut.
1. Buangan Kapal
Kapal dapat mencemari sungai dan samudera dalam banyak cara.
Antara lain melalui tumpahan minyak, air penyaring dan residu bahan

Kerusakan Wilayah Pesisir dan Laut| 19


bakar. Polusi dari kapal dapat mencemari pelabuhan, sungai dan lautan.
Kapal juga membuat polusi suara yang mengganggu kehidupan liar alam,
dan air dari balast tank dapat menyebarkan ganggang/alga berbahaya dan
spesies asing yang dapat mempengaruhi ekosistem lokal.
Salah satu kasus terburuk dari satu spesies invasif menyebabkan
kerugian bagi suatu ekosistem, yang tampaknya tidak berbahaya salah
satunya adalah ubur-ubur. Mnemiopsis leidyi, suatu spesies ubur-ubur yang
tersebar, sehingga sekarang mendiami muara di banyak bagian dunia.
Pertama kali ditemukan pada tahun 1982, dan diduga telah dibawa
ke Laut Hitam dalam air pemberat kapal. Populasi ubur-ubur melonjak
secara eksponensial dan pada tahun 1988, hal tersebut mendatangkan
malapetaka atas industri perikanan lokal.
2. Plastik
Plastik telah menjadi masalah global. Sampah plastik yang dibuang,
terapung dan terendap di lautan. 80% dari sampah di laut adalah
plastik, sebuah komponen yang telah dengan cepat terakumulasi sejak akhir
Perang Dunia II. Massa plastik di lautan diperkirakan yang menumpuk
hingga seratus juta metrik ton.
Plastik dan turunan lain dari limbah plastik yang terdapat di laut
berbahaya untuk satwa liar dan perikanan. Organisme perairan dapat
terancam akibat terbelit, sesak napas, maupun termakan. Jaring ikan yang
terbuat dari bahan plastik, kadang dibiarkan atau hilang di laut. Jaring ini
dikenal sebagai hantu jala sangat membahayakan lumba-lumba, penyu, hiu,
dugong, burung laut, kepiting, dan makhluk lainnya. Plastik yang membelit
membatasi gerakan, menyebabkan luka dan infeksi, dan menghalangi
hewan yang perlu untuk kembali ke permukaan untuk bernapas.
3. Racun
Selain plastik, ada masalah-masalah tertentu dengan racun yang
tidak hancur dengan cepat di lingkungan laut. Terbagi dua, pertama
kelompok racun yang sifatnya cenderung masuk terus menerus seperti
pestisida, furan, dioksin dan fenol. Terdapat pula logam berat, suatu unsur

Kerusakan Wilayah Pesisir dan Laut| 20


kimia metalik yang memiliki kepadatan yang relatif tinggi dan bersifat
racun atau beracun pada konsentrasi rendah. Contoh logam berat yang
sering mencemari adalah air raksa, timah, nikel, arsenik dan kadmium.
Ketika pestisida masuk ke dalam ekosistem laut, mereka segera
diserap ke dalam jaring makanan di laut. Dalam jarring makanan, pestisida
ini dapat menyebabkan mutasi, serta penyakit, yang dapat berbahaya bagi
hewan laut , seluruh penyusun rantai makanan termasuk manusia.
Racun semacam itu dapat terakumulasi dalam jaringan berbagai
jenis kehidupan air dalam proses yang disebut bioakumulasi. Racun ini juga
diketahui terakumulasi dalam dasar perairan, seperti muara dan teluk
berlumpur. Bahan-bahan ini dapat menyebabkan mutasi keturunan dari
organisme yang tercemar serta penyakit dan kematian secara massal seperti
yang terjadi pada kasus yang terjadi di Teluk Minamata.
4. Eutrofikasi
Peristiwa Eutrofikasi adalah kejadian peningkatan/pengkayaan
nutrisi, biasanya senyawa yang mengandung nitrogen atau fosfor, dalam
ekosistem. Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan produktivitas primer
(ditandai peningkatan pertumbuhan tanaman yang berlebihan dan
cenderung cepat membusuk). Efek lebih lanjut termasuk penurunan kadar
oksigen, penurunan kualitas air, serta tentunya menganggu kestabilan
populasi organisme lain. Muara merupakan wilayah yang paling rentan
mengalami eutrofikasi karena nutrisi yang diturunkan dari tanah akan
terkonsentrasi. Nutrisi ini kemudian dibawa oleh air hujan masuk ke
lingkungan laut , dan cenderung menumpuk di muara.
The World Resources Institute telah mengidentifikasi 375 hipoksia
(kekurangan oksigen) wilayah pesisir di seluruh dunia. Laporan ini
menyebutkan kejadian ini terkonsentrasi di wilayah pesisir di Eropa Barat,
Timur dan pantai Selatan Amerika Serikat, dan Asia Timur, terutama di
Jepang. Salah satu contohnya adalah meningkatnya alga merah secara
signifikan (red tide) yang membunuh ikan dan mamalia laut serta

Kerusakan Wilayah Pesisir dan Laut| 21


menyebabkan masalah pernapasan pada manusia dan beberapa hewan
domestik. Umumnya terjadi saat organisme mendekati ke arah pantai.
5. Peningkatan keasaman
Lautan biasanya menyerap karbondioksida dari atmosfer. Karena
kadar karbon dioksida atmosfer meningkat, lautan menjadi lebih asam.
Potensi peningkatan keasaman laut dapat mempengaruhi kemampuan
karang dan hewan bercangkang lainnya untuk membentuk cangkang atau
rangka.
6. Polusi Kebisingan
Kehidupan laut dapat rentan terhadap pencemaran kebisingan atau
suara dari sumber seperti kapal yang lewat, survei seismik eksplorasi
minyak, dan frekuensi sonar angkatan laut. Perjalanan suara lebih cepat di
laut daripada di udara. Hewan laut, seperti paus, cenderung memiliki
penglihatan lemah, dan hidup di dunia yang sebagian besar ditentukan oleh
informasi akustik. Hal ini berlaku juga untuk banyak ikan laut yang hidup
lebih dalam di dunia kegelapan. Dilaporkan bahwa antara tahun 1950 dan
1975, ambien kebisingan di laut naik sekitar sepuluh desibel (telah
meningkat sepuluh kali lipat).
Jelas sekarang bahwa sumber pencemaran sangat bervariasi. Tidak
hanya dari hal-hal yang menurut kita hanya bisa dilakukan oleh industri besar,
namun juga bisa disebabkan oleh aktiftas harian kita.
Tingkat pencemaran laut di Indonesia masih sangat tinggi. Pencemaran
berat terutama terjadi di kawasan laut sekitar dekat muara sungai dan kota-kota
besar. Tingkat pencemaran laut ini telah menjadi ancaman serius bagi laut
Indonesia dengan segala potensinya.

D. Dampak Pencemaran Di Wilayah Pesisir


Dampak negatif dari pencemaran tidak hanya membahayakan kehidupan
biota dan lingkungan laut, tetapi juga dapat membahayakan kesehatan manusia
atau bahkan menyebabkan kematian, mengurangi atau merusak nilai estetika
lingkungan pesisir dan lautan sehingga menimbulkan kerugian secara sosial

Kerusakan Wilayah Pesisir dan Laut| 22


ekonomi. Kerusakan garis pantai Indonesia diakibatkan oleh perubahan
lingkungan dan abrasi pantai. Akibat dari rusaknya garis pantai ini dapat
memberikan pengaruh pada berbagai sektor seperti pariwisata, transportasi laut,
keberadaan lahan produktif, keanekaragaman hayati hingga pergeseran batas
Negara.
1. Dampak pencemaran air di kawasan pesisir.
Bahan pencemar yang berasal dari berbagai kegiatan industri, pertanian,
rumah tangga di daratan akhirnya dapat menimbulkan dampak negatif bukan
saja pada perairan sungai tetapi juga perairan pesisir dan lautan. Dampak yang
ditimbulkan diantaranya :
a. Kerusakan ekosistem bakau,
b. Terumbu karang,
c. Kehidupan dari jenis-jenis biota (ikan, kerang, keong),
d. Terjadi abrasi,
e. Hilangnya benih banding dan udang.
2. Dampak Pencemaran Udara Di Kawasan Pesisir
a. Dampak terhadap kesehatan.
Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam
tubuh melalui sistem pernapasan. Jauhnya penetrasi zat pencemar ke
dalam tubuh bergantung kepada jenis pencemar. Partikulat berukuran
besar dapat tertahan di saluran pernapasan bagian atas, sedangkan
partikulat berukuran kecil dan gas dapat mencapai paru-paru. Dari paru-
paru, zat pencemar diserap oleh sistem peredaran darah dan menyebar ke
seluruh tubuh. Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut), termasuk di antaranya, asma,
bronkitis, dan gangguan pernapasan lainnya. Beberapa zat pencemar
dikategorikan sebagai toksik dan karsinogenik.

Kerusakan Wilayah Pesisir dan Laut| 23


Secara umum efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan
dapat menyebabkan terjadinya:
1. Iritasi pada saluran pernafasan. Hal ini dapat menyebabkan pergerakan
silia menjadi lambat, bahkan dapat terhenti sehingga tidak dapat
membersihkan saluran pernafasan.
2. Peningkatan produksi lendir akibat iritasi oleh bahan pencemar.
3. Produksi lendir dapat menyebabkan penyempitan saluran pernafasan.
4. Rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan.
5. Pembengkakan saluran pernafasan dan merangsang pertumbuhan sel,
sehingga saluran pernafasan menjadi menyempit.
6. Lepasnya silia dan lapisan sel selaput lendir.
7. Akibat dari hal tersebut di atas, akan menyebabkan terjadinya kesulitan
bernafas sehingga benda asing termasuk bakteri/mikroorganisme lain
tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan dan hal ini akan
memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan.
b. Dampak terhadap tanaman.
Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara
tinggi dapat terganggu pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara lain
klorosis, nekrosis, dan bintik hitam. Partikulat yang terdeposisi di
permukaan tanaman dapat menghambat proses fotosintesis.
c. Dampak terhadap lingkungan
Hujan asam pH biasa air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer.
Pencemar udara seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan
membentuk asam dan menurunkan pH air hujan. Dampak dari hujan asam
ini antara lain :
(a) Mempengaruhi kualitas air permukaan;
(b) Merusak tanaman;
(c) Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga
mempengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan
(d) Bersifat korosif sehingga merusak material dan bangunan

Kerusakan Wilayah Pesisir dan Laut| 24


E. Strategi Penanggulangan Kerusakan dan Pencemaran di Daerah Pesisir
dan Laut
Menurut Jeffers (1978), strategi penanggulangan kerusakan dan
pencemaran di daerah pesisir dan laut ada tiga, yaitu:
a. Strategi Pencegahan Secara keseluruhan.
Terdapat dua strategi dasar pencegahan pencemaran lingkungan laut yang
berasal dari daratan (land – based) maupun dari lautan (sea – based) , yaitu:
1. Analisis dampak lingkungan (environmental impact assessment), yang
pada dasarnya merupakan proses dan prosedur untuk menprediksi
dampak ekologis dan sosial dari suatu proyek pembangunan sehingga
selanjutnya keputusan tentang alternatif proyek-proyek dan lokasi serta
pilihan disain proyek dapat dibuat.
2. Kajian bahan kimia berbahaya (chemical hazard assessment), yang
merupakan pendekatan yang digunakan dalam studi manufaktur dan
pengembangan bahan kimia beracun dan berbahaya seperti peptisida, dan
bahan kimia industri.
b. Strategi pengendalian.
Dalam penyusunan strategi pengendalian pencemaran, ada tiga langkah
yang harus di perhatikan, yaitu:
1. Pengendalian Kualitas Lingkungan Laut (Marine Environmental Quality
Controls) Standar kualitas lingkungan laut (marine environmental
quality standards) disusun berdasarkan batasan kualitas air, biodata, dan
sedimen yang harus dijaga untuk suatu tingkat pemanfaatan tertentu.
2. Pengendalian Emisi atau Sumber Pencemaran (Emission Suorces
Controls). Penentuan standar emisi (effluent) pada suatu jenis kegiatan
sebagai sumber pencemaran umumnya didasarkan pada kemampuan atau
ketersediaan teknologi yang dapat digunanakan untuk mengurangi emisi
atau effluent kontaminan dari kegiatan tersebut.
c. Strategi Pengelolaan.
Strategi pengelolaan pencemaran berasal dari daratan (land–based
pollution) di kembangkan dengan beberapa aspek pendekatan meliputi :

Kerusakan Wilayah Pesisir dan Laut| 25


1. Pengelolaan limbah (waste management).
Metoda pendekatan dalam pengelolaan limbah dapat berpariasi dari satu
jenis limbah dengan jenis limbah lainnya. Berbagai stratus upaya
pengelolaan berbagai jenis limbah dapat diuraikan secara singkat berikut
ini:
a. Limbah Padat (solid waste) Limbah padat domestik atau perkotaan
umumnya dibuang ke tempat pembuanagan terbuka (open dumping).
Teknis pnanganan yang umum nya digunakan terhadap limbah padat
tersebut adalah pembakaran terbuka (open burning), meskipun
teknik ini kurang direkomendasikan.
Teknik penanganan yang direkomendasikan adalah teknik sanitariy
landfill, inceneraor, serta pengomposan. Metoda pembuangan
limbah padat yang selama ini diterapkan (1993) adalah 80% dibuang
ke landfill, 5% diincenerasi, 10% dikomposkan dan 5% dengan
teknis lainnya.
b. Limbah Cair Domestik (Sewage) Sistem pengolahan limbah cair
domestic (sewage treatment plant) adalah teknik yang
direkomendasikan bagi penanganan limbah cair domestik meskipun
di Indonesia teknik ini belumbanyak diterapkan.
c. Limbah Industri (Industrial Waste) Berbagai teknologi dan metoda
penanganan limbah cair industri dapat diterapkan baik secara biologis,
kimiawi maupun finis tergantung pada jenis limbah yang ada.
Kemampuan dan ketersediaan teknologi yang ada dalam penanganan
limbah cair industri merupakan dasar dalam penentuan standar baku
mutu limbah cair industri yang telah ditetepkan selama ini (Kepmen
No. : KEP – 51/ MENLH / 10 / 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair
Bagi Kegiatan Industri).
d. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Hazardous Waste)
Pengelolalaan terhadap limbah B3 di Indonesia telah dilakukan
dengan didirikannya Pusat pengolahan limbah B3 di Cileungsi,
Bogor, yang dikelola oleh PT. PPLI dibawah pengawasan Bapedal.

Kerusakan Wilayah Pesisir dan Laut| 26


Pengolahan limbah dilakukan dengan serangkaian teknik seperti
stabilisasi dan landfiling.
2. Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu (Integrated Constal Zone
Management) Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu mencakup
suatu kesatuan di dalam perencanaan, penggunaan lahan, pemeliharaan,
kontrol, efaluasi dan restorasi, rehabilitasi, pembangunan, dan konservasi
lingkungan pesisir. Pendekatan ini ditujukan untuk mengalokasikan atau
memamfaatkan sumber daya dukung lingkungan wilayah pesisir yang
dimaksud. Pendekatan ini memberikan jalan keluar untuk memilih antara
jalan keluar untuk memilih antara pemamfaatan sumberdaya yang saling
bertentangan dan menetepkan batasan tentang laju kegiatan
pembangunan secara berkelanjutan. Perencanaan untuk pemanfaatan
sumberdaya pesisir berkelanjutan didasarkan pada skala prioritas yang
ditentukan oleh pertimbangan teknis, sosial ekonomi dan budaya, dan
lingkungan. Kemungkinan, segenap prioritas ini diterjemahkan menjadi
kebijakan, strategi, dan program pembangunan dengan tujuan yang ingin
dicapai.
d. Program Pemantauan Pencemaran Laut dan Pesisir.
Program pemantauan pencemaran laut dan pesisir merupakan
kegiatan atau program secara berkelanjutan dan pengukuran, analisis, dan
sintesis untuk mengkuantifikasi dan menggambarkan kadar kontaminan atau
zat pencemar lingkungan. Informasi yang dihasilkan dari program
pemantauwan tersbut merupakan dasar untuk pengambilan keputusan
langkah pengelolaan dan penanganan lebih lanjut yang diperlukan.
Pemantauan dapat dilaksanakan dengan fokus dan sasaran antara lain :
1. Kualitas buangan (effluent/emission)
2. Penataan hukum dan peraturan
3. Dampak dari buangan limbah
4. Daya dukung lingkungan
5. Model prediksi perubahan lingkungan

Kerusakan Wilayah Pesisir dan Laut| 27


BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Pemanfaatan sumber daya alam (SDA) yang kini mulai bergeser dari SDA
darat kearah pemanfaatan SDA pesisir dan laut. Hal ini didasarkan pada
alasan masih besarnya potensi yang belum dieksploitasi dan telah terjadi
degradasi lahan, hutan, dan air serta kerusakan lingkungan yang
mengancam kelestariannya akibat eksploitasi selama ini.
2. Pesisir adalah suatu wilayah yang lebih luas dari pada pantai. Wilayahnya
mencakup wilayah daratan yang masih mendapat pengaruh laut (pasang-
surut, suara deburan ombak, rembesan air laut di daratan) dan wilayah
laut sejauh masih mendapat pengaruh dari darat (aliran air sungai dan
sedimentasi dari darat).
3. Laut adalah sekumpulan air yang sangat luas di permukaan bumi yang
memisahkan atau menghubungkan suatu benua atau pulau dengan benua
atau pulau lainnya.
4. Wilayah pesisir dan Lautan Indonesia juga kaya akan bahan tambang dan
mineral, seperti minyak dan gas, timah, biji besi, bauksit dan pasir kwarsa.
Wilayah pesisir dan lautan termasuk prioritas utama untuk pusat
pengembangan industri pariwisata.
5. Kerusakan lingkungan hidup, khususnya wilayah pesisir dan laut
ditengarai akibat adanya kegagalan dasar dari komponen perangkat dan
pelaku pengelolaan. Beberapa kerusakan lingkungan di wilayah ini seperti
pencemaran, rusaknya terumbu karang, hilangnya sumber makanan ikan
karena pencemaran, abrasi pantai, pendangkalan, alih fungsi lahan, dan
lain-lain.
6. Proses pengelolaan lingkungan pesisir dan laut, sebaiknya dilakukan
dengan lebih memandang situasi dan kondisi lokal agar pendekatan
pengelolaannya dapat disesuaikan dengan kondisi lokal daerah yang akan
dikelola. Karena setiap masyarakat memiliki nilai-nilai dan norma-norma

Kerusakan Wilayah Pesisir dan Laut| 28


yang dianut dan merupakan kearifan masyarakat dalam pengelolaan
sumberdaya alam dan lingkungan.

B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti menyarankan:
a. Sebaiknya pihak pemerintah dalam melaksanakan perannya dalam
pelestarian ekosistem di pesisir dan laut dilakukan dengan perencanaan
yang matang dan melibatkan peran serta masyarakat pesisir, sehingga
pelestarian ekosistem pesisir dan laut dapat berjalan maksimal dan
berhasilguna.
b. Sebaiknya upaya-upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam
pelestarian ekosistem di pesisir dan laut dilakukan secara
berkesinambungan, tidak hanya sebatas kegiatan insidental saja. Apabila
upaya-upaya yang dilakukan hanya sebatas kegiatan insidental saja,
pelestarian ekosistem pesisir dan laut tidak akan tercapai secara maksimal.
c. Sebaiknya oleh pemerintah lebih menguapayakan kerjasama dengan instansi
lain dan Lembaga Swadaya Masyarakat dalam memberikan pendidikan dan
penyuluhan mengenai pentingnya menjaga kelestarian lingkungan kepada
masyarakat pesisir.

Kerusakan Wilayah Pesisir dan Laut| 29


DAFTAR PUSTAKA

Fuad Anugra1), Husain Umar2), Bau Toknok2), Tingkat Kerusakan Hutan


Mangrove Pantai Di Desa Malakosa Kecamatan Balinggi Kabupaten
Parigi Moutong, Fakultas Kehutanan, Universitas Tadulako, WARTA
RIMBA ISSN: 2406-8373.

Herry Djainal1, Reklamasi Pantai Dan Pengaruhnya Terhadap Lingkungan Fisik


Di Wilayah Kepesisiran Kota Ternate

Heru Setiawan, Pencemaran Logam Berat Di Perairan Pesisir Kota Makassar Dan
Upaya Penanggulangannya, Balai Penelitian Kehutanan Makassar

Kurnia Damaywanti, Dampak Abrasi Pantai terhadap Lingkungan Sosial (Studi


Kasus di Desa Bedono, Sayung Demak), Prosiding Seminar Nasional
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan 2013.

Pieter Th Berhitu*, Abraham Kalalimbong, Studi kerusakan wilayah pesisir pantai


kec. Nusaniwe dan kec sirimau dengan analisis fisik untuk perencanaan
tata ruang pesisir, Jurnal TEKNOLOGI, Volume 6 Nomor 2, 2009; 708-
716

Yustina Wahyu Litasari, Pengaruh Dimensi Ekonomi, Sosial dan Lingkungan


terhadap Perencanaan Pembangunan Kawasan Pesisir yang Berkelanjutan
di Kabupaten Malang, Jurnal Ilmiah Administrasi Publik (JIAP)

Zamdial, Dede Hartono, Deddy Bakhtiar, Eko Nofridiansyah, Studi Identifikasi


Kerusakan Wilayah Pesisir Di Kota Bengkulu, E-ISSN: 2527-5186. P-
ISSN:2615-5958 Jurnal Enggano Vol. 3, No. 1, April 2018: 65-80

Kerusakan Wilayah Pesisir dan Laut| 30

Anda mungkin juga menyukai