Dosen Pengampu :
Dr. Ir. Elmi Nurhaidah Z., Dess.
Kelompok 4 :
Budidaya Perairan
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Hasanuddin
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Jenis-jenis
organisme perikanan yang berpotensi menghasilkan produk biotek" dengan tepat
waktu.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Elmi Nurhaidah Z.,
Dess., selaku dosen Mata Kuliah Pengantar Bioteknologi Akuakultur. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada semua anggota kelompok yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan
1. Mangrove
2. Lamun
1. Mikroalga
Mikroalga adalah keanekaragaman hayati yang sangat besar dimana sekitar
40.000 telah dijelaskan atau dianalisis . Mikroalga dibagi menjadi 10
(sepuluh) divisi dan delapan dari mereka adalah bentuk uniseluler. Dari
delapan divisi, enam telah digunakan sebagai pakan alami untuk budidaya
ikan. Setiap divisi alga tidak hanya memiliki fungsi khusus yang memberikan
kontribusi untuk karakter kelompok tetapi juga merupakan spesies yang juga
membedakan nomor dari spesies lain. Chlorophyta adalah mikroalga
keturunan kuno memiliki beragam taksonomi dan sudah dijelaskan sekitar
8.000 spesies dan tetap belum terdeskripsikan setidaknya 5.000 spesies,
dalam memperkirakan nilai, terutama di daerah tropis dan subtropics.
Eksploitasi alga sebagian besar terbatas untuk digunakan sebagai pakan alami
bagi ikan budidaya. Namun, mikroalga dapat digunakan sebagai suplemen
makanan bergizi tinggi. Alga merupakan sumber komponen bioaktif yang
bermanfaat bagi kehidupan. Misalnya, Chlorella sp. banyak digunakan
sebagai suplemen karena mengandung asam lemak tak jenuh (omega 3, 6,
dan 9), serat, vitamin, protein, dan mineral. Chlorella sp. dan Spirulina juga
dapat digunakan sebagai antioksidan untuk potensi dan sifat dari N. oculata
mikroalga menunjukkan kelayakan sebagai bahan baku untuk biofuel.
Potensi pengembangan mikroalga lebih tinggi dibandingkan dengan
tumbuhan tingkat tinggi, sebab :
1. Ukuran lebih kecil dengan luas permukaan untuk masa yang sama lebih
tinggi, sehingga kemampuan berfotosintesis lebih baik dikarenakan
kerapatan klorofil lebih tinggi yang berpengaruh kepada laju fotosintesis.
2. Dapat dikultur dalam dimensi volume sehingga pemanfaatan luas lahan
sama hasil akan lebih efisien dan lebih besar.
3. Daur hidup yang pendek mampu berkembang dengan cepat dalam waktu
yang singkat (3 – 7 hari setelah inkubasi).
4. Kandungan nutrisi, kandungan proksimat mikroalga lebih lengkap dan
nilai nutrisi dapat dimanipulasi dengan cara manipulasi genetik.
1. Fitoplankton
Hidup bebas mengambang/ melayang di air. Cara bergerak terbawa bebas
mengikuti arus air (pasif). Ada yang aktif disebut neuston.
2. Fitobentos
Hidup melekat pada substrat/ sesuatu di dasar perairan. Berdasarkan
ukuran dibedakan menjadi makroalga bentos dan mikroalga bentos.
Tergantung tipe substrat, rerumputan/ tumbuhan air dan arus air. Tipe
substrat: stabil misalnya batu dan tidak stabil misalnya pasir.
3. Alga simbiotik
Hidup bersama dan saling berasosiasi dengan organisme lain. Keuntungan
adanya simbion adalah inang mendapat makanan sedangkan alga mendapat
perlindungan/ lingkungan tetap dan zat-zat makanan. Kerugiannya daerah
penyerapan hara/ sinar untuk inang berkurang/ sempit.
a. Lichen a Alga (phycobion)
Chlorophyta : Trebouxia, Pseudotrebouxia
Cyanobacteria : Nostoc, Chroococcus
b. Binatang à di atas rambut-rambut mati, cangkang siput, dan di dalam
kerangka
serangga/laba-laba. Contoh: Zoochlorella pada cangkang
siput, Cladophora pada sel kura-kura laut.
4. Aerial algae
Tumbuh di permukaan tanah yang lembab dan cukup sinar matahari untuk
fotosintesis. Contoh:
1. alga hijau di tanah asam, Cyanobacteria di tanah netral.
2. Permukaan batu, di antara batu dan banyak (endolitic), bentuk coccoid.
Contoh: Cyanobacteria
3. Manfaat Mikroalga
Sebagai energy terbaharukan
Energi terbarukan dan bersih telah diteliti untuk menggantikan bahan
bakar fosil untuk kepentingan energi berkelanjutan dan lingkungan global.
Mikroalga sebanding dengan sumber energi terbarukan lainnya dalam hal
tingkat kelimpahan dan produksi. Per satuan luas, energi yang dihasilkan
oleh mikroalga adalah 30-100 kali lebih besar dari tanaman terestrial.
Aplikasi mikroalga dalam energi dapat memiliki CO bersih nol 2 emisi
karena karbon yang berupa CO 2 adalah tetap melalui fotosintesis selama
pertumbuhan mikroalga. Sekitar 1,83 ton CO 2 dikonsumsi oleh 1 ton
biomassa alga selama budidaya karenanya, produksi besar-besaran dari
biomassa mikroalga secara signifikan akan memberikan kontribusi untuk
mitigasi pemanasan global, dan pemanfaatan biomassa mikroalga di
pembangkit listrik yang ada sangat menarik (Sukarni et al 2018).
Baik untuk bahan baku biofuel adalah Nannochloropsis oculata (N.
Oculata). mikroalga ini milik Eustigmatophyceae kelas, dan uniseluler
alga hijau kecil yang ditandai oleh bentuk-bentuk coccoid dengan diameter
2-5 um. Spesies ini tidak mengandung klorofil b atau pigmen xantofil
seluler. Dinding sel yang hadir, terdiri dari komponen fibrillar dan amorf.
Selulosa, polimer dari 1,4 terkait D-glukosa, merupakan komponen fibril
yang paling umum. Bagian urat saraf tertanam dalam materi mucilaginous
amorf terdiri dari polisakarida, protein, dan lipid. Kadang-kadang, kalsium
karbonat, silika, atau sporopollenin, yang luar biasa bahan tahan, juga
hadir sebagai encrusting zat. Ada kloroplas tanpa korset lamella dan
kloroplas luar membran retikulum endoplasma dengan koneksi membran
langsung ke membran amplop nuklir luar. Spesies ini umumnya
dibudidayakan di industri akuakultur untuk hewan air belakang, terutama
hidup organisme makanan seperti rotifera.
Menurut Sukarni et al (2014),Di luar potensi mikroalga untuk bahan
bakar dalam waktu yang disebutkan di atas, memanfaatkan energi dari
mikroalga harus diperhatikan dalam transparansi penuh sifat fisik dan
kimia. sifat ini adalah parameter penting untuk bahan baku bahan bakar
biomassa karena mereka akan mempengaruhi karakteristik pembakaran
dan mode penanganan yang tepat dalam tungku. Kadar air properti yang
sangat penting yang mempengaruhi karakteristik pembakaran
biomassa,Terutama karena yang diperlukan energi untuk melepaskan
sebelum proses pembakaran berlangsung. Oleh karena itu, akan
mengurangi suhu di dalam ruang bakar. Untuk memastikan proses
pembakaran berkelanjutan, parameter ini harus tepat terkenal. konten
materi yang mudah menguap juga telah ditunjukkan untuk mempengaruhi
perilaku termal dari bahan bakar padat. Tingkat rilis stabil dan kuantitas
menentukan flame pengapian, stabilitas, dan suhu pro fi le di bagian
radiasi dari tungku. Sifat kimia dari biomassa juga parameter kritis karena
mereka menentukan jumlah energi yang terkandung dalam biomassa.
Demikian juga, kehadiran komponen anorganik dalam biomassa di
memengaruhi dalam pembentukan abu,deposito terak, korosi komponen
boiler, dan aerosol. Umumnya konstituen anorganik biomassa adalah Si,
Ca, K, Na, Mg, S, Fe, Mn, dan Al dan konsentrasi setiap elemen dalam
biomassa bervariasi sesuai dengan jenis spesies dan lingkungan tumbuh.
Plankton bisa menjadi peneduh yang melindungi biota air karena dapat
merasa aman dari sifat kanibalisme.
Semua biota air memakan fitoplankton sebagai produsen primer. Jika
fitoplankton berjumlah sedikit atau sama sekali tidak ada, maka konsumen
di perairan akan menjadi kanibalisme. Kehidupan plankton yang
mengambang bisa meneduhkan perairan karena sinar matahari sebagian
terserap oleh fitoplankton yang akan digunakannya untuk berfotosintesis.
Fitoplankton dapat menambah kadar oksigen terlarut dalam air (DO) yang
diberikan melalui proses fotosintesis, sehingga kadar oksigen terlarut
bertambah.
Namun hal itu hanya terjadi pada siang hari. Pada saat malam hari
proses fotosintesis tidak terjadi karena tidak adanya cahaya matahari
sehingga suplai oksigen berkurang. Dalam kondisi ini bakteri pengurai
bekerja secara anaerob. Zat yang dihasilkan bersifat toksik yang
berakibatkan buruk bagi organisme perairan. Namun pada siang hari pun
terdapat kemungkinan proses fotosintesis tidak berjalan dengan baik
karena nilai TDS (ukuran zat terlarut baik bahan organic maupun
anorganik yang terdapat pada sebuah larutan) yang tinggi. Jika nilai TDS
tinggi maka penetrasi cahaya akan berkurang akibatnya proses fotosintesis
juga akan berkurang. Beberapa plankton dapat menurunkan zat beracun.
Dengan cara mengikat zat - zat beracun juga timbal logam yang
terkandung di perairan tersebut lalu mengendapkannya di bawah.
Plankton dapat menjaga kestabilan suhu air.
Plankton hidup mengambang dan juga plankton tersebut menutupi
permukaan di perairan sehingga biota laut yang ada di dalamnya
terlindungi karena fitoplankton membutuhkan sinar matahari untuk
berfotosintesis, sehingga sinar matahari tidak langsung masuk ke dalam
air, jadi suhunya dapat distabilkan. Plankton sebagai katalisator penyerap
karbon. Phytoplankton berada dalam berbagai bentuk dan simbion,
sehingga perannya sangat vital dalam kehidupan dan rantai energi di laut.
Misalnya, phytoplankton jenis zooxanthellae melakukan simbiosis dengan
binatang karang dan mampu menyerap CO2 menjadi karbonat yang
selanjutnya tersimpan dalam bentuk kerangka kapur. Sebagian besar
phytoplankton akan segera mati dan tergantikan oleh proses reproduksi.
Jika bisa dikendalikan, sejumlah besar phytoplankton yang sudah
menyerap CO2, bisa dikirim ke dasar laut sebagai karbon. Saat ini banyak
penelitian para ahli untuk mengembangkan cara menampung CO2 melalui
phytoplankton dan menyimpan di dasar laut.
Mengobati penyakit pada ikan
C.vulgaris ekstrak dengan dosis 33 mg / mL dapat lebih
meningkatkan ekspresi HSP70. Bila dibandingkan dengan pengobatan
AV1 yang sama, menginfeksi VNN dan memberikan C.vulgaris Ekstrak
yang sama, dalam pengobatan AV2 ini nilai DAB lebih tinggi, adalah
mungkin bahwa administrasi C.vulgaris ekstrak dengan dosis 33 mg / mL
memiliki efek lebih baik dalam meningkatkan ekspresi HSP70 dalam
tubuh Kerapu clumpy. Nilai ini meningkat dibandingkan dengan enam
perlakuan sebelumnya, seperti hasil pengobatan K, V, A1, A2, A3, namun
menurun dibandingkan dengan AV1 dan AV2. Hal ini disebabkan adanya
infeksi VNN dan administrasi C.vulgaris ekstrak dalam perawatan ini,
yang dapat mengaktifkan ekspresi HSP70. Namun, jika dibandingkan
dengan nilai-nilai DAB AV1 dan AV2, dalam pengobatan ini penurunan
ekspresi HSP70, adalah mungkin penambahan C.Vulgaris ekstrak dengan
dosis 17 mg / mL dan 33 ug / mL lebih baik dibandingkan dosis 50 ug / ml
(Yanuhar et al,2019).
Dua jenis respon imun yang dikembangkan pertahanan host
terhadap infeksi virus adalah tubuh yang dimediasi antibodi (kekebalan
antibodi dimediasi, AMI) dan sel-dimediasi kekebalan (imunitas seluler
dimediasi, CMI). Sistem AMI melibatkan antibodi yang disintesis oleh
sel plasma yang berasal dari sel B Untuk mengaktifkan sel B antibodi
sintesis, antigen memasuki tubuh disajikan oleh APC (sel antigen
menyajikan) melalui molekul MHC II bagi sel-sel CD4 + T (sel T helper).
Sel Th maka akan mensekresikan sitokin yang memberikan sinyal ke sel
B untuk melakukan proliferasi dan diferensiasi menjadi sel plasma dan sel
memori B sedangkan CMI dimaksudkan untuk antigen yang terdapat di
dalam sel. Antigen akan dipecah oleh protease menjadi molekul yang
lebih kecil kemudian terikat dengan molekul MHC saya untuk presentasi
ke permukaan sel untuk sel CD8 + T (sel T sitotoksik). sel Tc yang
diaktifkan akan mencari sel target yang ditandai dengan ekspresi
permukaan sel MHC saya di antigen asing ini. sel Tc akan mengikat sel
target melalui Fas dan Fas ligand dan mensekresi perforin dan granzim
yang menginduksi apoptosis pada sel target (Yanuhar et al 2017).
A. DALAM INDUSTRI
1. Agar
Agar merupakan produk utama yang dihasilkan dari rumput laut terutama
dari kelas Rhodopycea, seperti Gracilaria, Sargassum dan Gellidium. Agar
memiliki kemampuan membentuk lapisan gel atau film, sehingga banyak
dimanfaatkan sebagai bahan pengemulsi (emulsifier), penstabil (stabilizer),
pembentuk gel, pensuspensi, pelapis, dan inhibitor. Pemanfaatan agar dalam
bidang industri antra lain: industri makanan dan minuman, farmasi, kosmetik,
pakan ternak, keramik, cat, tekstil, kertas, fotografi. Dalam industri makanan,
agar banyak dimanfaatkan pada industri es krim, keju, permen, jelly, dan susu
coklat, serta pengalengan ikan dan daging, Agar juga banyak digunakan
dalam bidang bioteknologi sebagai media pertumbuhan mikroba, jamur,
yeast, dan mikroalga, serta rekombinasi DNA dan elektroforesis. Contoh
produk agar dari Gracilaria disajikan pada Gambar 2.
2. Pikokoloid
Pikokoloid merupakan golongan polisakarida yang dihasilkan melalui
ekstraksi rumput laut. Pikokoloid mampu membentuk gel sehingga banyak
dimanfaatkan sebagai bahan pengental (emulsifyer) dan stabilisator atau
penstabil makanan. Selain itu, pikokoloid juga dapat digunakan dalam industri
farmasi dan kosmetika. Pikoloid banyak dihasilkan rumput laut dari spesies
alga merah. A
Pemanfaatan pikokoloid berkembang sejak tahun 1990-an dalam industri
makanan, obat-obatan, dan industri-industri lainnya. Pikokoloid dimanfaatkan
dalam industri susu, roti, kue, es krim, permen, bumbu salad, selai, bir,
pengalengan ikan, juga industri farmasi seperti suspensi, salep, dan tablet.
Pikokoloid juga digunakan sebagai penstabil susu kocok dan mencegah
terbentuknya kristal es pada es krim. Pada beberapa cairan obat, pikokoloid
digunakan untuk meningkatkan viskositas dan menjaga suspensi padatan dan
bahan penstabil pasta.
3. Karagenan
Bahan mentah yang terpenting untuk produksi karagenan adalah
carrageenate dan derivatnya (turunan) seperti Chondrus crispus dan berbagai
macam species Gigartina, khususnya Gigartina stellata dan juga Eucheuma
serta species Hypnea. Selain itu sumber bahan mentah lainnya adalah
Chondrococcus hornemannii, Halymenia venusta, Laurencia papillosa,
Sarconema filiforme, dan Endocladia, Gelidium tertentu, Gymnogongrus,
Rhodoglossum, Rissoella, Yatabella species dan Rumput laut Merah lainnya.
Karagenan sering kali digunakan dalam industri farmasi sebagai
pengemulsi (sebagai contoh dalam emulsi minyak hati), sebagai larutan
granulasi dan pengikat (sebagai contoh tablet, elexier, sirup, dll). Disebutkan
bahwa depolimerisasi yang tinggi dari jota-karagenan digunakan sebagai obat
dalam terapi gastrik yang bernanah, yang mungkin tidak mempunyai efek
fisiologis sampingan. Karagenan digunakan juga dalam industri kosmetika
sebagai stabiliser, suspensi, dan pelarut. Produk kosmetik yang sering
menggunakan adalah salep, kream, lotion, pasta gigi, tonic rambut, stabilizer
sabun, minyak pelindung sinar matahari, dan lainnya. Karagenan juga
digunakan dalam industri kulit, kertas, tekstil, dan sebagainya.
B. RUMPUT LAUT SEBAGAI BAHAN BIODIESEL
Pemanfaatan alga sebagai biodiesel sebetulnya menjawab pertentangan
dua kutub dalam memanfaatkan biodisel yang berasal dari tanaman daratan,
yaitu kutub yang berorientasi pada penggunaan lahan untuk pangan dan kutub
yang cenderung mengkonversi lahan untuk bahan baku biodiesel dari tanaman
sebagai energi terbarukan. Keberadaan rumput laut sebagai sumber energi
alternatif tidak akan mengganggu pemanfaatan lahan daratan. Kegunaan
rumput laut sangat luas, dan dekat sekali dengan kehidupan manusia.
Saat ini sumber energi dunia masih didominasi oleh sumber yang tidak
terbarukan (minyak, batubara, dan gas), yakni sekitar 80,1%, dimana masing-
masing adalah minyak sebesar 35,03%, batubara sebanyak 24,59% dan gas
20,44%. Sumber energi terbarukan, tapi mengandung risiko tinggi adalah
energi nuklir sekitar 6,3%. Sumber energi yang terbarukan baru sekitar
13,6%, terutama biomassa tradisional sekitar 8,5%. Yang tergolong
terbarukan disini termasuk tenaga surya, angin, tenaga air, panas bumi dan
bio-energi. Keuntungan penerapan bionergi sudah jelas, yakni: (1) terbarukan
dan berkelanjutan, (2) bersih dan efisien, (3) netral dari unsur karbon, malah
bisa berdampak negatif terhadap karbon, (4) dapat menggantikan bahan bakar
minyak untuk transportasi, (5) mengurangi pemanasan global (global
warning) dan pencemaran udara, pencemaran air, dan (6) menjawab
ketergantungan pada energi yang tak terbarukan.
2. Mineral
Kandungan mineral rumput laut tidak tertandingi oleh sayuran yang
berasal dari darat. Fraksi mineral dari beberapa rumput laut mencapai lebih
dari 36% berat kering. Dua mineral utama yang terkandung pada sebagian
besar rumput laut adalah iodin dan kalsium (Fitton, 2005). Laminaria sp.,
rumput laut jenis coklat merupakan sumber utama iodin karena kandungannya
mampu mencapai 1500 sampai 8000 ppm berat kering. Rumput laut juga
merupakan sumber kalsium yang sangat penting. Kandungan kalsium dalam
rumput laut dapat mencapai 7% dari berat kering dan 25-34% dari rumput
laut yang mengandung kapur.
Kandungan mineral seperti yang telah disebutkan di atas memberikan efek
yang sangat baik bagi kesehatan. Iodin misalnya, secara tradisional telah
digunakan untuk mengobati penyakit gondok. Iodin mampu mengendalikan
hormon tiroid, yaitu hormon yang berperan dalam pembentukan gondok.
Mereka yang telah membiasakan diri mengkonsumsi rumput laut terbukti
terhindar dari penyakit gondok karena kandungan iodin yang tinggi di dalam
rumput laut. Kandungan mineral lain yang juga tak kalah penting adalah
kalsium. Konsumsi rumput laut sangat berguna bagi ibu yang sedang hamil,
para remaja, dan orang lanjut usia yang kemungkinan dapat terkena risiko
kekurangan (defisiensi) kalsium.
3. Protein
Kandungan protein rumput laut coklat secara umum lebih kecil dibanding
rumput laut hijau dan merah. Pada rumput laut jenis coklat, protein yang
terkandung di dalamnya berkisar 5-15% dari berat kering, sedangkan pada
rumput laut hijau dan merah berkisar 10-30% dari berat kering. Beberapa
rumput laut merah, seperti Palmaria palmate (dulse) dan Porphyra tenera
(nori), kandungan protein mampu mencapai 35-47% dari berat kering. Kadar
ini lebih besar bila dibandingkan dengan kandungan protein yang ada di
sayuran yang kaya protein seperti kacang kedelai yang mempunyai
kandungan protein sekitar 35% berat kering.
5. Vitamin
Rumput laut dapat dijadikan salah satu sumber Vitamin B, yaitu vitamin
B12 yang secara khusus bermanfaat untuk pengobatan atau penundaan efek
penuaan (antiaging), Chronic Fatique Syndrome (CFS), dan anemia. Selain
vitamin B, rumput laut juga menyediakan sumber vitamin C yang sangat
bermanfaat untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh, meningkatkan
aktivitas penyerapan usus terhadap zat besi, pengendalian pembentukan
jaringan dan matriks tulang, dan juga berperan sebagai antioksidan dalam
penangkapan radikal bebas dan regenerasi vitamin E. Kadar vitamin C dapat
mencapai 500-3000 mg/kg berat kering dari rumput laut hijau dan coklat,
100-800 mg/kg pada rumput laut merah. Vitamin E yang berperan sebagai
antioksidan juga terkandung dalam rumput laut. Vitamin E mampu
menghambat oksidasi Low Density Lipoprotein (LDL) atau kolesterol buruk
yang dapat memicu penyakit jantung koroner (Ramazanov, 2005).
Ketersediaan vitamin E di dalam rumput laut coklat lebih tinggi dibanding
rumput laut hijau dan merah. Hal ini dikarenakan rumput laut coklat
mengandung α, β, dan γ-tokoferol, sedangkan rumput laut hijau dan merah
hanya mengandung α- tokoferol. Di antara rumput laut coklat, kadar paling
tinggi yang telah diteliti adalah pada Fucuceae, Ascophyllum dan Fucus sp
yang mengandung sekitar 200-600 mg tokoferol/kg berat kering.
6. Polifenol
Polifenol rumput laut dikenal sebagai florotanin, memiliki sifat yang khas
dibandingkan dengan polifenol yang ada dalam tumbuhan darat. Polifenol
dari tumbuhan darat berasal dari asam galat, sedangkan polifenol rumput laut
berasal dari floroglusinol (1,3,5-trihydroxybenzine). Kandungan tertinggi
florotanin ditemukan dalam rumput laut coklat, yaitu mencapai 515% dari
berat keringnya.
Polifenol dalam rumput laut memiliki aktivitas antioksidan, sehingga
mampu mencegah berbagai penyakit degeneratif maupun penyakit karena
tekanan oksidatif, di antaranya kanker, penuaan, dan penyempitan pembuluh
darah. Aktivitas antioksidan polifenol dari ekstrak rumput laut tersebut telah
banyak dibuktikan melalui uji in vitro sehingga tentunya kemampuan
antioksidannya sudah tidak diragukan lagi. Selain itu, polifenol jugaterbukti
memiliki aktivitas antibakteri, sehingga dapat dijadikan alternatif bahan
antibiotik. Salah satunya terbukti bahwa rumput laut mampu melawan bakteri
1. ` Klorofil
Klorofil merupakan pigmen utama yang berperan dalam proses
fotosintesis dengan menyerap dan menggunakan energi cahaya matahari
untuk mensintesis oksigen dan karbohidrat yang dibutuhkan sebagai nutrisi
alga. Klorofil merupakan pigmen pembawa warna hijau. Struktur dasar
klorofil adalah porpirin, dimana atom nitrogen pada keempat cincin pirol
dalam makrosiklik membentuk ikatan kovalen dengan ion Mg 2+ yang
merupakan pusat dari molekul klorofil.
Klorofil a merupakan pigmen utama yang terdapat pada hampir semua
organisme fotosintetik oksigenik, terletak pada pusat reaksi dan bagian tengah
antena. Klorofil a merupakan pigmen utama yang bertanggung jawab
terhadap proses fotosintesis. Oleh karena itu, pigmen ini menjadi penting bagi
pertahanan hidup rumput laut atau untuk berkompetisi dengan organisme lain
dalam sebuah habitat tertentu. Keberadaan klorofil a pada rumput laut
dilengkapi dengan pigmen pendukung (aksesori) yaitu klorofil b, c, atau d dan
karotenoid yang berfungsi melindungi klorofil a dari foto-oksidasi.
Produk kekian merupakan salah satu dari produk diversifikasi perikanan dimana
tekstur menjadi salah satu parameter penting dalam penentuan mutu. Mutu yang
diharapkan oleh konsumen tentunya kekian memiliki tekstur yang kenyal dan
padat, tanpa menghilangkan cita rasanya yang khas dan enak. Bahan baku utama
dalam pembuatan kekian berasal dari surimi. Surimi merupakan bahan baku
antara atau setengah jadi (intermediate)yang potensial untuk pembuatan berbagai
produk makanan berbasis surimi (surimi based product) seperti bakso ikan,
kekian, sosis ikan dan lain lain. ambahan daging ikan nila, ikan kakap dan ikan
belanak pada produk kekian saat dilakukan pengolahan adalah salah satu upaya
meningkatkan mutu. Mutu yang diharapkan oleh konsumen tentunya kekian
memiliki tekstur yang kenyal dan padat tanpa menghilangkan cita rasanya yang
enak. Penambahan daging yang berbeda digunakan sebagai perlakuan guna untuk
melihat perbedaan tekstur dari kekian selain itu sebagai variasi dari produk kekian
itu sendiri supaya konsumen tidak jenuh dalam menikmati produk diversifikasi
perikanan.Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan Kakap Merah
(Lutjanus sanguineus). Proses pembuatan surimi dari ikan kakap sebagai bahan
baku utama. Ikan Kakapdicuci hingga bersih, kemudian ikan dipotong dalam
bentuk fillet dan dipisahkan dari kulit, tulang dan kepalanya. Fillet ikan kemudian
digiling menggunakan penggiling daging hingga berbentuk lumatan daging.
Pencucian dilakukan sebanyak 3 kali dan pada pencucian terakhir diberi tambahan
garam 0,3%. Penambahan garam (NaCl) 0,3% dilakukan pada pencucian terakhir
agar mudah mengurangi kadar air di dalam daging. Setelah itu daging ikan yang
dihasilkan dan telah melalui tahapan pencucian dilakukan pengepresan
menggunakan kain blacu dan dongkrak press untuk menghilangkan sisa yang
masih terkandung di dalamnya. Setelah surimi telah dihasilkan, tahap selanjutnya
adalah melakukan penyiangan terhadap ikan Belanak, ikan Nila Merah dan ikan
Kakap Merah yang akan dugunakan sebagai tambahan pada proses pembuartan
kekian. Ikan kemudian dibersihkan dan disiangi, kemudian dipotong dalam bentuk
fillet dan dagingnya digiling menggunakan penggiling daging hingga berbentuk
lumatan daging. Pembuatan kekian dilakukan dengan cara surimi yang telah
dihasilkan kemudian ditimbang dan dimasukkan ke dalam food processor untuk
dicampur dengan bumbu-bumbu dan bahan tambahan yang dibutuhkan termasuk
ditambahkan lumatan daging ikan yang berbeda habitatnya. Bahan tersebut
kemudian dicampur hingga menjadi adonan yang telah rata. Adonan yang telah
tercampur rata lalu dipindahkan ke dalam wadah. Proses pencetakan adonan
dilakukan diatas kembang tahu. Suhu yang digunakan dalam pemanasan awal
yaitu 40°C selama 30 menit dan pemasakan 90°C selama 20 menit. Kekian yang
telah matang segera diangkat.
Ikan kakap
Ikan kurisi
Ikan nila
2. Molluska
Mollusca adalah hewan lunak dan tidak memiliki ruas. Tubuh hewan ini
tripoblastik, bilateral simetri, umumnya memiliki mantel yang dapat
menghasilkan bahan cangkok berupa kalsium karbonat. Cangkok tersebut
berfungsi sebagai rumah (rangka luar) yang terbuat dari zat kapur misalnya
kerang, tiram, siput sawah dan bekicot. Namun ada pula Mollusca yang tidak
memiliki cangkok, seperti cumi-cumi, sotong, gurita atau siput telanjang.Sampai
saat ini, banyak orang Indonesia yang kurang paham, manakah yang disebut
"siput", "keong" atau "kerang". Cumi-cumi atau sotong kadangkala disebut "ikan
cumi-cumi/sotong" (padahal tidak ada hubungannya dengan ikan).
3. Kerang
Seperti yang kita ketahui bahwa aplikasi bioteknologi sangat beragam yang
meliputi berbagai aspek yaitu pada bidang pangan, pertanian, perikanan dan juga
kesehatan. Mikroorganisme yang paling sering digunakan dalam bioteknologi
perikanan yaitu bakteri, fungi dan virus. Bakteri merupakan salah satu mikroba
yang tergolong prokariot, yaitu suatu struktur sel yang tidak mempunyai inti
sejati. Dalam bioteknologi perikanan, bakteri memiliki peran nyata dalam
menunjang keberhasilan budidaya perikanan, dimana kemampuan bakteri dalam
mereduksi limbah budidaya menjadi senyawa yang aman bagi ikan yang akan
dipelihara dan lingkungan semakin prospektif untuk dikembangkan seiring
kesadaran budidaya ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Fungi adalah sel eukariotik yang tidak memiliki klorofil, tumbuh sebagai hifa,
memiliki dinding sel yang mengandung kitin, bersifat heterotrof, menyerap
nutrien melalui dinding selnya, mengekskresikan enzim ekstraselular ke
lingkungan melalui spora, dan melakukan reproduksi secara seksual dan aseksual.
Fungi adalah organisme yang dapat bertahan hidup pada berbagai lingkungan
dengan media yang berbeda-beda, serta memperoleh makanannya dari media
tempat jamur tersebut tumbuh. Jamur juga dapat hidup pada sisa tumbuhan atau
hidup melekat pada organisme lain. Jamur memiliki kemampuan dan fungsi yang
berbeda-beda sesuai dengan lingkungan yang ditinggalinya.
Virus adalah mikroba yang tidak bisa hidup tanpa menempel pada inangnya.
Ukuran virus juga jauh lebih kecil daripada bakteri. Setiap virus memiliki material
genetik, antara RNA atau DNA. Virus baru bisa memperbanyak diri bila
menempel dengan makhluk hidup lain. Virus merupakan materi genetik yang
diselubungi oleh lapisan protein atau disebut kapsid dan hidup pada sel inang.
Berdasarkan definisi tersebut, virus dikategorikan bukan termasuk makhluk hidup.
Adapun ciri-ciri virus, yaitu: tidak dapat melakukan metabolisme sendiri, tidak
dapat melakukan replikasi tanpa sel inang, tidak tumbuh, dan tidak merespons
lingkungannya.
diproduksi melalui dua cara, yaitu menggunakan sintesis kimiawi dan fermentasi
mikrob. Produksi asam laktat dengan menggunakan fermentasi mikroba memiliki
beberapa keunggulan, diantaranya asam laktat yang dihasilkan memiliki
kemurnian yang tinggi (90-95%) dengan L (+) asam laktat optis memiliki
kristalinitas dan titik leleh yang tinggi, sedangkan asam laktat yang diproduksi
dengan sintesis kimiawi menghasilkan asam laktat rasemisasi campuran, yaitu
berbentuk konfigurasi D-L. Namun demikian, proses fermentasi untuk produksi
asam laktat dengan bantuan mikroorganisme memiliki kelemahan, misalnya
media untuk pertumbuhan bakteri yang pada umumnya tidak ekonomis, karena
terdiri dari beberapa komposisi bahan yang mahal, seperti ekstrak ragi dan pepton.
Oleh karena itu, pencarian terhadap sumber media fermentasi asam laktatterus
dilakukan untuk mengurangi biaya produksi serta meningkatkan efisiensi proses
fermentasi asam laktat.
Prosedur pembuatan bakteri asam laktat yaitu dengan bahan baku limbah
kubis, yang pertama yaitu kubis tersebut dicuci dan digiling halus, kemudian
ditambahkan larutan garam 25% atau 1000 gram garam ke dalam setiap 4 liter air
bersih (25 gram/liter air). Setelah itu. kubis dan larutan garam dicampur di dalam
wadah dengan perbandingan jumlah 1:4, artinya setiap kilogram kubis dicampur
dengan 4 liter larutan garam 25%, selanjutnya kubis dan larutan garam ditutup
dengan rapat di dalam wadah dan biarkan proses selama 4-5 hari, kemudian
larutan disaring, lalu dimasukkan ke dalam toples. Larutan sudah jadi dan yang
dihasilkan adalah bakteri asam laktat.Setelah membuat bakteri asam laktat,
kemudian membuat silase ikan rucah dengan memanfaatkan bakteri asam laktat.
Proses pembuatan silase ikan rucah yaitu 1 kg ikan rucah dicincang halus dan
dimasukkan ke dalam toples, kemudian tambahkan larutan kubis dan garam yang
sudah menjadi bakteri asam laktat ke dalam wadah perlakuan kemudian diaduk
dengan rata agar bahan dan larutan tersebut tercampur merata. Selanjutnya
tambahkan 200gram tepung kanji, kemudian wadah ditutup rapat dan difermentasi
selama 7 hari.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan