Oleh
Departemen Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Hasanuddin
2020
I
DAFTAR ISI
Daftar Isi........................................................................................................ ii
Bab I Pendahuluan......................................................................................... 1
Bab II Pembahasan........................................................................................ 3
Daftar Pustaka................................................................................................ 11
II
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
menggunakan sumber daya yang dimiliki guna melakukan pembangunan,
terutama sumber daya manusia, dalam hal ini masyarakat yang bertindak sebagai
subyek pembangunan. Pemerintah berperan dalam usaha untuk meningkatkan
peran serta masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan. Pemerintah hendaknya
dapat mengurangi campur tangan yang selama ini dominan dalam berbagai hal
dan saatnya memberikan keleluasaan bagi masyarakat untuk menentukan
nasibnya dengan asumsi bahwa masyarakat tersebut mengetahui apa yang
menjadi kebutuhan dan keinginannya.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
a. Perencanaan mencerminkan kepentingan dan kebutuhan
semua pihak.
b. Proses perencanaan berlangsung secara berkelanjutan dan
proaktif.
4. Sinergitas
a. Harus menjamin keterlibatan semua pihak
b. Selalu menekankan kerjasama antar wilayah administrasi dan
geografi
c. Setiap rencana yang akan dibangun sedapat mungkin mejadi
kelengkapan yang sudah ada, sedang atau dibangun.
d. Memperhatikan interaksi yang terjadi diantara stakeholder
5. Legalitas
a. Perencanaan pembangunan dilaksanakan dengan mengacu
pada semua peraturan yang berlaku.
b. Menjunjung etika dan tata nilai masyrakat.
c. Tidak memberikan peluang bagi penyalahgunaan wewenang
dan kekuasaan.
6. Fisibilitas (Realistis) perencanaan harus bersifat spesifik, terukur,
dapat dijalankan, dan mempertimbangkan waktu.
4
dari program atau proyek pembangunan akan lebih mudah dicapai, apalagi
dalam kondisi kontribusi masyarakat dapat mengurangi beban biaya yang
harus dikeluarkan untuk suatu implementasi pembangunan; dan (3) partisipasi
secara etik-moral merupakan hak demokrasi bagi rakyat, sehingga dengan
partisipasi yang maksimal pemerintah sudah otomatis meredam potensi
resistensi dan proses sosial bagi efek-efek samping pembangunan.
Dalam proses pembangunan tidak ada satu pun pihak yang boleh puas
hanya berperan selaku "penonton" yang pasif dan pasrah terhadap keadaan,
akan tetapi seyogianya dalam batas-batas tertentu turut aktif sebagai "pemain"
yang bertanggung jawab sesuai dengan kapasitas dan proporsinya.
Konsekuensi logis dari pernyataan bahwa pelaksanaan pembangunan
merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan seluruh lapisan
masyarakat ialah bahwa seluruh masyarakat, baik secara sendiri-sendiri
maupun secara formal melalui berbagai jenis organisasi yang terdapat dalam
masyarakat, memungkinkan dan berkesempatan untuk aktif dalam proses
pembangunan. Pelibatan masyarakat dalam urusan-urusan publik yang
merupakan pencerminan dari hak demokrasi inilah yang lazim dikenal dengan
istilah peran serta atau biasa dipadankan dengan istilah partisipasi masyarakat
(public participation, inspraak).
5
Dalam kaitan ini secara teoritis Lothar Gundling mengemukakan beberapa
manfaat dan dasar bagi peran serta masyarakat sebagai berikut:
6
C. CONTOH KASUS PENERAPAN PERENCANAAN PARTISIPATIF
Contoh kasus yang saya ambil dari jurnal yang ditulis Gita Febi Putri
Purwandari yang berjudul Perencanaan Partisipatif dalam Penyusunan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa di Desa Bunisari Kecamatan
Cigugur Kabupaten Pangandaran.
7
dalam pelaksanaannya hal ini dibuktikan dengan ditemukan
beberapa permasalahan dengan indikator:
Dalam pengajuan gagasan pembangunan di tingkat dusun
hanya masyarakat tertentu saja yang aktif dalam
mengajukan usulan pembangunan di tingkat dusun,
contohnya tokoh masyarakat yang “dituakan” di tingkat
dusun saja sehingga usulan yang dirumuskan dalam daftar
gagasan pembangunan tingkat dusun belum tentu mewakili
semua unsur masyarakat.
Penentuan prioritas dalam Musyawarah Rencana
Pembangunan Desa belum mampu mengakomodir semua
kepentingan masyarakat karena musyawarah hanya diwakili
oleh tokoh-tokoh masyarakat, RT/RW, dan Kepala Dusun.
2. Dalam Implementasi Program
Hasil penelitian menunjukan bahwa perencanaan partisipatif
dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
di Desa Bunisari Kecamatan Cigugur Kabupaten Pangandaran
sudah baik dalam pelaksanaan di lapangannya.
Tetapi kurangnya pelibatan gender dalam pelaksanaan
Musyawarah Rencana Pembangunan Desa, dapat dilihat bahwa
dalam pelaksanaan Musrenbang Desa sendiri kelompok wanita
hanya diwakili oleh kelompok Pemberdayaan dan Kesejahteraan
Keluarga (PKK) atau hanya satu orang kader Pemberdayaan
Kesejahteraan Keluarga (PKK) dari masing-masing dusun.
3. Dalam Monitoring atau Pemantauan Pelaksanaan Program
Pelaksanaan suatu program pembangunan dilakukan dengan
melibatkan masyarakat sehingga masyarakat dapat secara langsung
memantau kegiatan yang sedang atau sudah dilakukan. Akses
8
masyarakat Pelaksanaan suatu program pembangunan dilakukan
dengan melibatkan masyarakat sehingga masyarakat dapat secara
langsung memantau kegiatan yang sedang atau sudah dilakukan.
4. Akses Masyarakat dalam Evaluasi program
Masih terdapat beberapa indikator yang belum optimal
misalnya belum adanya pengkajian dan analisa secara khusus dalam
mengidentifikasi masalah di semua bidang, belum mampu
terakomodirnya seluruh kebutuhan dan kepentigan masyarakat,
kurangnya pelibatan keterwakilan perempuan dalam Musrenbang
Desa, belum optimalnya peranan BPD, kurangnya pelibatan
masyarakat dalam musyawarah dusun, masyarakat tidak banyak
yang mengetahui terkait teknis selanjutnya setelah pengusulan di
dusun karena merupakan kewenangan dari pemerintah desa.
9
BAB III
PENUTUP
10
DAFTAR PUSTAKA
11