Anda di halaman 1dari 13

PERENCANAAN PARTISIPATIF

(Perencanaan Partisipatif dalam Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka


Menengah Desa di Desa Bunisari Kecamatan Cigugur Kabupaten
Pangandaran).

Oleh

MUHAMMAD AFIN UMAR SAID (E031181507)

Departemen Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Hasanuddin
2020

I
DAFTAR ISI

Daftar Isi........................................................................................................ ii

Bab I Pendahuluan......................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1


B. Rumusan Masalah.............................................................................. 2
C. Tujuan Masalah.................................................................................. 2

Bab II Pembahasan........................................................................................ 3

A. Konsep Perencanaan Pembangunan Partisipatif................................ 3


B. Peran Masyarakat Dalam Pembangunan........................................... 5
C. Contoh Kasus Penerapan Perencanaan Partisipatif............................ 7

Bab III Penutup.............................................................................................. 8

Daftar Pustaka................................................................................................ 11

II
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perencanaan merupakan suatu proses penentuan pilihan terhadap tujuan-


tujuan yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu, penentuan pilihan terhadap
alternatif-alternatif tindakan yang perlu dilakukan, kemudian mengarahkan setiap
tindakan agar pelaksanaannya tidak terjadi penyimpangan. Dalam mencapai
tujuan pada suatu organisasi perlu dibuat perencanaan. Perencanaan diperlukan
karena adanya kelangkaan/keterbatasan sumber daya termasuk sumber dana yang
tersedia sehingga mengharuskan mempertimbangkan skala prioritas dalam
menentukan suatu pilihan kegiatan yang akan dilaksanakan. Perencanaan
merupakan suatu proses untuk memikirkan permasalahan yang sedang dihadapi
dan memikirkan alternatif pemecahannya serta memikirkan kondisi ideal yang
diharapkan.

Dalam kaitannya dengan perencanaan, partisipasi memberikan ruang bagi


masyarakat untuk turut mempengaruhi suatu kebijakan sejak awal yaitu mulai
dari proses perencanaan, pelaksanaan dan pemantauannya. Perencanaan
partisipatif merupakan salah satu proses pembelajaran yang penting bagi
masyarakat. Perencanaan partisipatif adalah perencanaan yang dalam tujuannya
melibatkan kepentingan masyarakat, dan dalam prosesnya melibatkan masyarakat
baik langsung maupun tidak langsung.

Partisipasi memberikan legitimasi bagi pemerintah dalam melaksanakan


kegiatannya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui
proses pembangunan karena upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah
tersebut mendapatkan legitimasi dari masyarakat. Pemerintah daerah

1
menggunakan sumber daya yang dimiliki guna melakukan pembangunan,
terutama sumber daya manusia, dalam hal ini masyarakat yang bertindak sebagai
subyek pembangunan. Pemerintah berperan dalam usaha untuk meningkatkan
peran serta masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan. Pemerintah hendaknya
dapat mengurangi campur tangan yang selama ini dominan dalam berbagai hal
dan saatnya memberikan keleluasaan bagi masyarakat untuk menentukan
nasibnya dengan asumsi bahwa masyarakat tersebut mengetahui apa yang
menjadi kebutuhan dan keinginannya.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan konsep perencanaan pembangunan partisipatif?


2. Bagaimana seharusnya peran masyarakat dalam pembangunan?
3. Bagaimanakah contoh kasus perencanaan partisipatif?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui konsep perencanaan pembangunan partisipatif


2. Untuk mengetahui peran masyarakat dalam pembangunan
3. Untuk mengetahui contoh kasus perencanaan partisipatif

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

Menurut Abe, perencanaan partisipatif adalah perencanaan yang dalam


tujuannya melibatkan masyarakat, dan dalam prosesnya melibatkan
masyarakat (baik secara langsung maupun tidak langsung). Abe juga
menawarkan dua bentuk perencanaan partisipatif yaitu: pertama, perencanaan
yang langsung disusun bersama rakyat, berupa perencanaan lokasi setempat
(menyangkut daerah di mana masyarakat berada) dan berupa perencanaan
wilayah yang disusun dengan melibatkan masyarakat secara perwakilan;
kedua, perencanaan yang disusun melalui mekanisme perwakilan sesuai
institusi yang sah (seperti parlemen).

Kemudian Wicaksono dan Sugiarto dalam (Wibowo, 2009:74), lebih


lanjut mengemukakan ciri-ciri perencanaan partisipatif sebagai berikut :

1. Terfokus pada kepentingan masyarakat


a. Perencanaan program berdasarkan pada masalah dan
kebutuhan yang dihadapi masyarakat.
b. Perencanaan disipakan dengan memperhatikan aspirasi
masyrakat yang memenuhi sikap saling percaya dan terbuka.
2. Partisipatoris (keterlibatan) setiap masyarakat melalui forum
pertemuan, memperoleh peluang yang sama dalam sumbangan
pemikiran tanpa dihambat oleh kemampuan bicara, waktu dan
tempat.
3. Dinamis

3
a. Perencanaan mencerminkan kepentingan dan kebutuhan
semua pihak.
b. Proses perencanaan berlangsung secara berkelanjutan dan
proaktif.
4. Sinergitas
a. Harus menjamin keterlibatan semua pihak
b. Selalu menekankan kerjasama antar wilayah administrasi dan
geografi
c. Setiap rencana yang akan dibangun sedapat mungkin mejadi
kelengkapan yang sudah ada, sedang atau dibangun.
d. Memperhatikan interaksi yang terjadi diantara stakeholder
5. Legalitas
a. Perencanaan pembangunan dilaksanakan dengan mengacu
pada semua peraturan yang berlaku.
b. Menjunjung etika dan tata nilai masyrakat.
c. Tidak memberikan peluang bagi penyalahgunaan wewenang
dan kekuasaan.
6. Fisibilitas (Realistis) perencanaan harus bersifat spesifik, terukur,
dapat dijalankan, dan mempertimbangkan waktu.

Esensi pembangunan partisipatif adalah pembangunan yang


dilaksanakan dengan mengoptimalkan pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen;
pembangunan yang mengaktualkan perilaku kepublikan (transparansi,
konsistensi, akuntabilitas dan kepastian hukum); pembangunan yang
berorientasi pada peningkatan kemandirian, kredibilitas, kemitraan dan
keunggulan (K4). Conyers menjelaskan tiga alasan utama mengapa partisipasi
masyarakat penting dalam proses pembangunan, yaitu: (1) partisipasi
masyarakat dapat menjadi “telinga” untuk memperoleh informasi mengenai
kondisi, permasalahan dan kebutuhan masyarakat; (2) efektifitas dan efesiensi

4
dari program atau proyek pembangunan akan lebih mudah dicapai, apalagi
dalam kondisi kontribusi masyarakat dapat mengurangi beban biaya yang
harus dikeluarkan untuk suatu implementasi pembangunan; dan (3) partisipasi
secara etik-moral merupakan hak demokrasi bagi rakyat, sehingga dengan
partisipasi yang maksimal pemerintah sudah otomatis meredam potensi
resistensi dan proses sosial bagi efek-efek samping pembangunan.

B. PERAN MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN

Dalam proses pembangunan tidak ada satu pun pihak yang boleh puas
hanya berperan selaku "penonton" yang pasif dan pasrah terhadap keadaan,
akan tetapi seyogianya dalam batas-batas tertentu turut aktif sebagai "pemain"
yang bertanggung jawab sesuai dengan kapasitas dan proporsinya.
Konsekuensi logis dari pernyataan bahwa pelaksanaan pembangunan
merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan seluruh lapisan
masyarakat ialah bahwa seluruh masyarakat, baik secara sendiri-sendiri
maupun secara formal melalui berbagai jenis organisasi yang terdapat dalam
masyarakat, memungkinkan dan berkesempatan untuk aktif dalam proses
pembangunan. Pelibatan masyarakat dalam urusan-urusan publik yang
merupakan pencerminan dari hak demokrasi inilah yang lazim dikenal dengan
istilah peran serta atau biasa dipadankan dengan istilah partisipasi masyarakat
(public participation, inspraak).

Peran serta masyarakat adalah sebagai bagian sentral dalam strategi


pembangunan dalam segala bidang. Bila masyarakat mulai berperan serta
dalam seluruh aspek pembangunan, yaitu mulai dari proses pengambilan
keputusan, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi, hingga penerimaan manfaat,
maka tujuan-tujuan pembangunan akan tercapai pula dengan sendirinya.

5
Dalam kaitan ini secara teoritis Lothar Gundling mengemukakan beberapa
manfaat dan dasar bagi peran serta masyarakat sebagai berikut:

a. Memberi informasi kepada pemerintah


b. Meningkatkan kesediaan masyarakat untuk menerima keputusan
c. Membatu perlindungan hukum
d. Mendemokratisasikan pengambilan keputusan

Perhatian terhadap arti pentingnya peran serta masyarakat untuk


keberhasilan pembangunan muncul sebagai akibat pergeseran orientasi
pembangunan dari capital investment growth model pada tahun 1960-an ke
orientasi people centered basic needs approach pada tahuh 1970-an.
Perubahan orientasi pembangunan tersebut bertolak dari kenyataan bahwa
golongan miskin dalam pembangunan ekonomi tidak banyak terangkat dalam
kemajuan pembangunan. Selanjutnya timbullah perhatian terhadap strategi
pembangunan lainnya yaitu pembangunan yang bukan hanya mencakup soal
pemerataan, tetapi juga mengatasi kemiskinan. Salah satu model
pembangunan yang berbasis masyarakat ini dilaksanakan dengan cara
memadukan antara peran pemerintah dan peran serta masyarakat secara serasi
dan proporsional. Tujuan pembangunan model ini adalah antara lain untuk:

a. meningkatkan produksi dan produktivitas;


b. meningkatkan pemerataan dalam memperoleh sumber pendapatan,
jasa pemerintahan, dan pelayanan publik;
c. menyediakan kesempatan kerja;
d. meningkatkan harga diri dan kepercayaan diri;
e. menumbuhkan keterlibatan masyarakat secara genuine;
f. mempertegas titik keseimbangan dalam pengelolaan sumber daya
alam antara pemanfaatan dan pelestarian.

6
C. CONTOH KASUS PENERAPAN PERENCANAAN PARTISIPATIF

Contoh kasus yang saya ambil dari jurnal yang ditulis Gita Febi Putri
Purwandari yang berjudul Perencanaan Partisipatif dalam Penyusunan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa di Desa Bunisari Kecamatan
Cigugur Kabupaten Pangandaran.

Di Desa Bunisari RPJM Desa diatur dalam Peraturan Desa Bunisari


Nomor 04 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Desa Bunisari
Nomor 09 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menegah Desa
Tahun 2016-2021 yang selanjutnya disebut dengan RPJM Desa adalah
dokumen yang memuat arah kebijakan, program dan kegiatan yang akan
dilaksanakan di desa mencakup bidang penyelenggaraan pemerintah desa,
pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa dan
pemberdayaan masyarakat desa.
Berdasarkan hasil penelitian pada jurnalnya menunjukkan bahwa
perencanaan pembangunan desa di Desa Bunisari Kecamatan Cigugur
Kabupaten Pangandaran. Sudah dilakukan dengan pendekatan partisipatif.
Berikut penjelasannya:

1. Dalam Perencanaan Program


Berdasarkan informasi yang didapat dari Kantor Kepala Desa
Bunisari partisipasi masyarakat sudah dilaksanakan di seluruh
dusun melalui musyawarah di tingkat dusun, hanya saja dalam
pelaksanaan perencanaan partisipatif tersebut masih jauh dari kata
efektif dalam pelaksanaannya.
Berdasarkan hasil observasi awal yang peneliti lakukan di Desa
Bunisari Kecamatan Cigugur Kabupaten Pangandaran, bahwa
perencanaan partisipatif dalam penyusunan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Desa (RPJM Desa) dirasakan belum efektif

7
dalam pelaksanaannya hal ini dibuktikan dengan ditemukan
beberapa permasalahan dengan indikator:
 Dalam pengajuan gagasan pembangunan di tingkat dusun
hanya masyarakat tertentu saja yang aktif dalam
mengajukan usulan pembangunan di tingkat dusun,
contohnya tokoh masyarakat yang “dituakan” di tingkat
dusun saja sehingga usulan yang dirumuskan dalam daftar
gagasan pembangunan tingkat dusun belum tentu mewakili
semua unsur masyarakat.
 Penentuan prioritas dalam Musyawarah Rencana
Pembangunan Desa belum mampu mengakomodir semua
kepentingan masyarakat karena musyawarah hanya diwakili
oleh tokoh-tokoh masyarakat, RT/RW, dan Kepala Dusun.
2. Dalam Implementasi Program
Hasil penelitian menunjukan bahwa perencanaan partisipatif
dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
di Desa Bunisari Kecamatan Cigugur Kabupaten Pangandaran
sudah baik dalam pelaksanaan di lapangannya.
Tetapi kurangnya pelibatan gender dalam pelaksanaan
Musyawarah Rencana Pembangunan Desa, dapat dilihat bahwa
dalam pelaksanaan Musrenbang Desa sendiri kelompok wanita
hanya diwakili oleh kelompok Pemberdayaan dan Kesejahteraan
Keluarga (PKK) atau hanya satu orang kader Pemberdayaan
Kesejahteraan Keluarga (PKK) dari masing-masing dusun.
3. Dalam Monitoring atau Pemantauan Pelaksanaan Program
Pelaksanaan suatu program pembangunan dilakukan dengan
melibatkan masyarakat sehingga masyarakat dapat secara langsung
memantau kegiatan yang sedang atau sudah dilakukan. Akses

8
masyarakat Pelaksanaan suatu program pembangunan dilakukan
dengan melibatkan masyarakat sehingga masyarakat dapat secara
langsung memantau kegiatan yang sedang atau sudah dilakukan.
4. Akses Masyarakat dalam Evaluasi program
Masih terdapat beberapa indikator yang belum optimal
misalnya belum adanya pengkajian dan analisa secara khusus dalam
mengidentifikasi masalah di semua bidang, belum mampu
terakomodirnya seluruh kebutuhan dan kepentigan masyarakat,
kurangnya pelibatan keterwakilan perempuan dalam Musrenbang
Desa, belum optimalnya peranan BPD, kurangnya pelibatan
masyarakat dalam musyawarah dusun, masyarakat tidak banyak
yang mengetahui terkait teknis selanjutnya setelah pengusulan di
dusun karena merupakan kewenangan dari pemerintah desa.

9
BAB III

PENUTUP

Masyarakat harus berperan dalam pembangunan, maka dari itu


muncullah perencanaan partisipatif. Perencanaan pembangunan partisipatif
adalah perencanaan yang bertujuan melibatkan kepentingan rakyat dan dalam
prosesnya melibatkan rakyat (baik langsung maupun tidak langsung).
Perencanaan pembangunan partisipatif merupakan pola pendekatan
perencanaan pembangunan yang melibatkan peran serta masyarakat yang
pada umumnya bukan saja sebagai obyek tetapi sekaligus sebagai subyek
pembangunan, sehingga nuansa yang dikembangkan dalam perencanaan
pembangunan benar-benar dari bawah (bottom-up).

Berdasarkan contoh kasus yang kami angkat, dalam pengajuan


gagasan mengenai usulan pembangunan seharusnya setiap elemen masyarakat
mempunyai hak kebebasan dalam mengemukakan setiap pendapatnya
masing-masing, Pelibatan gender dalam pelaksanaan Musrenbang Desa
seharusnya tidak hanya berupa perwakilan kader Pemberdayaan dan
Kesejahteraan Keluarga (PKK) saja minimal dari perdusunnya hadir 3 sampai
5 orang perwakilan kelompok perempuan, adanya langkah-langkah strategis
pengkajian dan identifikasi masalah dalam semua bidang yang ada di ruang
lingkup Desa Bunisari untuk mempermudah dalam penentuan prioritas
pembangunan sehingga semua usulan yang diajukan dapat semua
terakomodir.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abady, A. P. (2013). Perencanaan Partisipatif dalam Pembangunan Daerah. Otoritas.

Laily, E. I. (n.d.). Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan. Jurnal


Kebijakan dan Manajemen Publik, 2015.

Paselle, E. (2013). Perencanaan Pembangunan Partisipatif: Studi Tentang Efektivitas


Musrenbang Kec. Muara Badak Kab. Kutai Kartanegara. Jurnal Paradigma.

Purwandari, G. F. P. (2018). Perencanaan Partisipasi dalam Penyusunan Program


Jangka Menengah Desa di Kabupaten Pangandaran. Jurnal Moderat.

Razak, A. R. (2013). Peran Serta Masyarakat Dalam Pembangunan. Retrieved


Desember 06, 2020, from research gate:
https://www.researchgate.net/publication/PERAN_SERTA_MASYARAKAT
_DALAM_PEMBANGUNAN

Wibowo, A. H. (2009). Analisis Perencanaan Partisipatif (Studi Kasus di Kecamatan


Pemalang, Kabupaten Pemalang).

Yusuf, A. W. (2014). Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Kota yang


Berkelanjutan dan Berkeadilan. Jurnal Administrasi Publik.

11

Anda mungkin juga menyukai