Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

URGENSI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

(Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Administrasi Pembangunan)

Dosen pengampu : H. Ahmad Juliarso, S.IP.,M.Si.

Disusun oleh Kelompok V (Lima) kelas ABC :

Anita Dwi Damayanti 3504210003


Aji Muhamad T.A 3504210012
Abdul Hafid As Sidik 3504210024
Delisnawati 3504210037
Anisa Nurhayati 3504210049
Yashinta Puteri Yuliaswara 3504210235

PROGRAM ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS GALUH
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa bahwasanya atas limpah dan
karunia-Nya, kami telah diberikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas ini dalam bentuk
makalah dengan judul “Urgensi Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Nasional”.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW,keluarganya, para sahabatnya, dan kepada umatnya yang senantiasa sampai akhir
zaman.
Kegiatan pembangunan bukanlah sekedar kewajiban yang harus dilaksanakan pemerintah,
namun juga terhadap pentingnya pembangunan yang bertujuan untuk memperbaiki mutu
hidup masyarakat. Partisipasi masyarakat merupakan perwujudan dari kesadaran dan
kepedulian, serta tanggung jawab masyarakat. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas mata kuliah Administrasi
Pembangunan dan mengetahui tentang Urgensi Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan
Nasional. Makalah ini memuat tentang Urgensi Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan
Nasional yang disajikan secara sistematis berdasarkan literatur dari beberapa sumber.
Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Namun demikian, kami dalam hal ini sangat menyadari, bahwa
penulisan makalah ini masih sangat jauh dari sempurna. Tentunya masih banyak kekurangan
yang terdapat pada penulisan ini, dengan segala kerendahan hati dan segenap kemampuan
yang kami miliki, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada para pembaca.
Akhirnya kami berharap makalah ini dapat bermanfaat khusunya bagi kami dan umumnya
bagi pembaca serta memberikan informasi mengenai Urgensi Partisipasi Masyarakat dalam
Pembangunan Nasional.

Ciamis, November 2023

penyusun

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR.................................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah........................................................................................................................... 2

C. Tujuan Makalah .............................................................................................................................. 2

D. Kegunaan Makalah ......................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3

A. Pengertian Urgensi Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan ................................................... 3

B. Tipe dan Bentuk Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Nasional ........................................ 5

C. Tingkatan Partisipasi Masyarakat ................................................................................................... 7

D. Dimensi partisipasi masyarakat dalam pembangunan..................................................................... 8

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan ......................... 10

Nasional ............................................................................................................................................ 10

F. Konsep Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan .................................................................... 11

G. Hambatan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Nasional ................................................ 12

BAB III PENUTUP............................................................................................................................... 14

A. Kesimpulan .................................................................................................................................. 14

B. Saran ............................................................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam kegiatan pembangunan, partisipasi masyarakat merupakan perwujudan dari kesadaran
dan kepedulian serta tanggung-jawab masyarakat terhadap pentingnya pembangunan yang
bertujuan untuk memperbaiki mutu hidup mereka. Melalui partisipasi yang diberikan masyarakat,
bahwa kegiatan pembangunan bukanlah sekedar kewajiban yang harus dilaksanakan pemerintah,
namun juga menuntut keterlibatan masyarakat yang ingin memperbaiki mutu hidupnya.

Pengertian partisipasi atau peran serta pada dasarnya merupakan suatu bentuk keterlibatan
dan keikut-sertaan secara aktif dan sukarela, baik karena alasan intrinsik maupun ekstrinsik dalam
keseluruhan proses kegiatan pembangunan, yang mencakup: pengambilan keputusan dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian (pemantauan, evaluasi, pengawasan), serta
pemanfaatan hasil kegiatan yang dicapai (Mardikanto dan Soebiato, 2012).

Dalam konteks sistem demokrasi, partisipasi memegang peranan yang vital. Negara
demokrasi adalah negara yang memungkinkan partisipasi rakyat berlangsung secara penuh dalam
urusan-urusan negara. Elemen-elemen demokrasi politik meliputi tiga dimensi utama, yaitu:
kompetisi, partisipasi, dan kebebasan politik dan sipil. Dalam proses demokratisasi, ada dua jalan
terpenting menuju demokrasi, yakni jalan yang terfokus pada kompetisi dan jalan yang terfokus
pada partisipasi (Huneryager dan Hecman, 1992 dikutip oleh Dwiningrum, 2011).

Tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan nasional,


mensyaratkan adanya kepercayaan dan kesempatan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat
untuk terlibat secara aktif didalam proses pembangunan. Ada tiga unsur pokok yang menentukan
tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat, yaitu: Adanya kesempatan yang diberikan
kepada masyarakat untuk berpartisipasi, Adanya kemauan masyarakat untuk berpartisipasi, dan
Adanya kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi.

Partisipasi dalam administrasi pembangunan difokuskan mempunyai 2 (dua) ruang lingkup


yaitu pembangunan administrasi dan administrasi bagi pembangunan itu sendiri. Selain 2 (dua)
ruang lingkup seperti pendapat riggs (1994) yang telah dikemukakan. Tjokroamidjojo (1996;31)
menambah satu ruang lingkup dari administrasi pembangunan yaitu pembagunan partisipasi
masyarakat. Dalam kegiatan apapun, termasuk pembangunan nasional akan banyak terhambat dan
bahkan akan mengalami kegagalan apabila tidak melibatkan partisipasi atau kontribusi masyarakat.
Maka dari itu, partisipasi masyarakat dalam pembangunan sangat diperlukan demi keberlangsungan
dari pada pembangunan nasional tersebut.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai
berikut :

1. Apa definisi urgensi partisipasi masyarakat dalam pembangunan ?


2. Apa saja tipe dan bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan nasional ?
3. Bagaimana tingkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan nasional ?
4. Apa saja dimensi partisispasi masyarakat dalam pembangunan nasional?
5. Apakah yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam
pembangunan nasional ?

6. Apa saja konsep partisipasi masyarakat dalam pembangunan nasional?


7. Apa yang menjadi hambatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan nasional ?

C. Tujuan Makalah
Tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan mengenai urgensi partisipasi masyarakat dalam pembangunan
2. Mendeskripsikan tipe dan bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan nasional
3. Mendeskripsikan tingkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan nasional
4. Mendeskripsikan mengenai dimensi partisipasi masyarakat dalam pembangunan nasional
5. Mendeskripsikan mengenai faktor-faktor yang memepengaruhi partisipasi masyarakat
dalam pembangunan nasional

6. Mendeskripsikan konsep partisipasi masyarakat dalam pembangunan nasional


7. Mendeskripsikan mengenai hambatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan nasional

D. Kegunaan Makalah
Makalah ini dibuat untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi pembaca
mengenai:

1. Penjelasan tentang urgensi partisipasi masyarakat dalam pembangunan


2. Penjelasan mengenai tipe dan bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan
3. Tingkatan partisipasi mayarakat dalam pembangunan nasional
4. Dimensi partisipasi mayarakat dalam pembangunan nasional
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pembangunan nasional
6. Konsep partisipasi masyarakat dalam pembangunan nasional
7. Hambatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan nasionaL

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Urgensi Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan


Partisipasi masyarakat memiliki fungsi penting, diantaranya adalah sebagai sarana bagi
warga untuk mengekspresikan kebutuhan dan kepentinganannya sehingga proses kebijakan daerah
menjadi lebih responsif terhadap kebutuhandan kepentingan warga. Lebih dari itu, partisipasi
penting untuk menjamin warga memiliki ownership dalam proses kebijakan dan karenanya dapat
menciptakan kepedulian dan dukungan warga untuk keberhasilan pembangunan di daerahnya.
Partisipasi juga dapat digunakan melakukan pendidikan dan pembelajaran bagi warga terhadap
masalah dan kebijakan publik.Partisipasi karenanya dapat membentuk sense of citizenship yang
sangat penting bagi pengembangan demokrasi dan pembangunan bangsa.

Dalam setiap pembangunan, keterlibatan masyarakat sangatlah dibutuhkan, tidak saja


sebagai wujud pelaksanaan demokrasi tetapi agar hasil pembangunan yang dihasilkan tepat sasaran
dan optimal bagi masyarakat.Menurut Adisasmita (2006), keterlibatan anggota masyarakat dalam
pembangunan, yang meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan (implementasi) suatu
program atau proyek pembangunan yang dikerjakan di dalam masyarakat lokal, dimaknai sebagai
partisipasi masyarakat. Partisipasi ini merupakan salah satu bentuk Pemberdayaan Masyarakat
(social empowerment) dalam rangka pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya di lingkungan
mereka tinggal, baik dari aspek masukan (input), aspek proses dan aspek keluaran (output).

Dengan melibatkan masyarakat dalam suatu kegiatan pembangunan, dapat mempengaruhi


keputusan yang diambil. Sehingga, peningkatan partisipasi masyarakat juga memerlukan
pemberdayaan masyarakat. Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses kebijakan di
daerah maka berbagai upaya perlu dilakukan untuk meningkatkan keyakinan mereka tentang
manfaat partisipasi terhadap perbaikan kehidupannya dan memperkecil risiko ketika mereka terlibat
dalam proses kebijakan.

Menurut Juliantara (2002:87) substansi dari partisipasi adalah bekerjanya suatu sistem
pemerintahan dimana tidak ada kebijakan yang diambil tanpa adanya persetujuan dari rakyat,
sedangkan arah dasar yang akan dikembangkan adalah proses pemberdayaan. Lebih lanjut
dikatakan bahwa tujuan pengembangan partisipasi adalah :

Pertama, bahwa partisipasi akan memungkinkan rakyat secara mandiri (otonom)


mengorganisasi diri, dan dengan demikian akan memudahkan masyarakat menghadapi situasi yang
sulit, serta mampu menolak berbagai kecenderungan yang merugikan. Kedua, suatu partisipasi
tidak hanya menjadi cermin konkrit peluang ekspresi aspirasi dan jalan memperjuangkannya, tetapi
yang lebih penting lagi bahwa partisipasi menjadi semacam garansi bagi tidak diabaikannya

3
kepentingan masyarakat. Ketiga, bahwa persoalan- persoalan dalam dinamika pembangunan akan
dapat diatasi dengan adanya partisipasi masyarakat. (Juliantara, 2002: 89-90).

Participation adalah hal ikut sertanya setiap orang dalam suatu kegiatan yang Merupakan
aktivitas dalam organisasinya untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan. Bila kita hubungkan
dengan pembangunan untuk mencapai tujuan pembangunan nasional yakni meningkatkan taraf
hidup masyarakat menuju terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945.

Masyarakat dalam kedudukannya sebagai subyek pembangunan dituntut dalam memberikan


sumbangan terhadap apa yang dibutuhkan dalam pembangunan. Kesediaan memberikan
sumbangan ini bukan lahir begitu saja, akan tetapi terdorong Oleh motivasi-motivasi tertentu yang
dicapai. Disamping juga adanya upaya-upaya yang kita lakukan oleh pemerintah dalam
membangkitkan kesadaran masyarakat dalam pembangunan adalah fungsi pemerintah,
sebagaimana dijelaskan oleh S.P Siagaan bahwa penggerakan adalah merupakan keseluruhan dari
proses pemberian motivasi bekerja kepada para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau
bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien seta ekonomis.

Menyimak penjelasan tersebut maka jelas bahwa masyarakat berpartisipasi dalam


pembangunan karena itu merupakan kebutuhan di dalamnya memuat berbagai kepentingan.
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan juga sangat dipengaruhi oleh tingkat interaksi antara
masyarakat itu sendiri dengan pemerintah. Interaksi yang dimaksud disini adalah adanya hubungan
saling pengertian dan saling mendukung antara pemerintah dan masyarakat. Tanpa ada hal tersebut
maka pembangunan yang merupakan kebijakan pemerintah sulit diterima dan dilaksanakan oleh
masyarakat.

Partisipasi masyarakat menurut Hetifah Sj. Soemarto (2003:78) adalah “proses ketika warga
sebagai individu maupun kelompok sosial dan organisasi, mengambil peran serta ikut
mempengaruhi proses perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan kebijakan-kebijakan yang
langsung mempengaruhi kehiduapan mereka”.

Turindra (200949) menyebutkan tiga alasan mengapa partisipasi masyarakat mempunyai


sifat sangat penting, yaitu: Pertama partispasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh
informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakata, tanpa kehadirannya program
pembangunan serta proyek-proyek akan gagal, alasan kedua adalah bahwa masyarakat akan lebih
mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan
dan perencanaannya, karena mereka akan mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan
mempunyai rasa memiliki terhadap poyek tersebut. Alasan ketiga, yang mendorong adanya
partisiapsi umum di banyak negara karena timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi

4
bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri. Hal ini selaras dengan
konsep mancetered development yaitu pembangunan yang diarahkan demi perbaikan nasib
manusia.

Pemerintah dalam memberikan motivasi kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam


pembangunan sering mengalami hambatan-hambatan. Apabila hambatan yang di hadapi tersebut
tidak dapat diatasi maka pemerintah terkadang mengadakan penekanan-penekanan dengan
memberlakukan aturan-aturan yang ketat. Tetapi perlu disadari bahwa pengikut sertaan masyarakat
dalam pembangunan dengan tekanan pada umumnya kurang tepat diberlakukan di Negara-negara
demokrasi seperti Negara kita ini. Cara yang paling tepat adalah dengan persuasi atau dengan
stimulation dan cara ini nampaknya baik demi kepentingan umum maka apabila persuasi dan
stimulasi tidak berhasil barulah di jalankan paksaan atau tekanan.

Apabila kita membicarakan masalah partisipasi dalam pembangunan nasional maka sebagian
besar yang dimaksud adalah sikap tanggap masyarakat Terhadap anjuran-anjuran dan
petunjukpetunjuk dari pemerintah dalam rangka pembangunan itu sendiri. Sebagian tuntutan
pembangunan yang sedang giat-giatnya digalakkan sekarang ini. Perubahan yang paling penting
dan sangat menentukan adalah perubahan dalam sikap dan tindakan masyarakat.

B. Tipe dan Bentuk Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Nasional


Pada dasarnya pembangunan adalah pembangunan yang melibatkan seluruh lapisan
masyarakat. Semakin tinggi peran serta masyarakat tersebut, maka semakin cepat pula
pembangunan dapat terealisasi. Dengan keberadaan delegasi masyarakat dalam pembangunan
sangatlah penting, dimana terbukanya kesempatan partisipasi masyarakat untuk ikut menentukan
dan mengawasi penentuan kebijakan pembangunan nasional khususnya pada daerahnya. Menurut
Cohen & Uphoff (Komarudin,1997), dalam partisipasi masyarakat dikenal adanya 3 (tiga) tipe
partisipasi masyarakat dalam pembangunan, diantaranya yaitu:

a. Partisipasi dalam membuat keputusan


Partisipasi masyarakat dalam membuat keputusan yaitu dengan cara membuat beberapa
pilihan dari banyak kemungkinan dan menyusun rencana-rencana yang bisa dilaksanakan, dapat
atau layak dioperasionalkan.

b. Partisipasi dalam implementasi


Dimana kontribusi sumber daya, administrasi dan koordinasi kegiatan yang menyangkut
tenaga kerja, biaya dan informasi.

c. Partisipasi Dalam kegiatan yang memberikan keuntungan

5
Dimana dalam kegiatan yang memberikan keuantungan ini dengan mengevaluasi
termasuk keterlibatan dalam proses yang berjalan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah
ditetapkan baik dari segi material, sosial dan personel.

Secara umum, partisipasi memiliki dua bentuk, yaitu:


• Partisipasi horizontal merupakan tidak mustahil masyarakatnya memiliki prakarsa dimana
setiap kelompok atau anggota masyarakat ikut berpartisipasi secara horizontal antara satu
dengan yang lain, baik melakukan usaha bersama ataupun dalam rangka melakukan suatu
kegiatan dengan berbagai pihak.

• Partisipasi vertikal merupakan suatu kondisi yang mesyarakatnya berlibat didalam ataupun
mengambil bagian dalam sebuah program pihak lain, dalam suatu hubungan sebagaimana
masyarakat berada sebagai posisi bawahan.

Terkait dengan bentuk partisipasi masyarakat, menurut Yadav (dalam UNAPDI, 1980)
bahwa ada empat bentuk partisipasi masyarakat dalam perannya, yaitu:

1. Partisipasi dalam Pengambilan Keputusan


Partisipasi masyarakat dalam pembangunan nasional khususnya pada setiap wilayahnya
perlu ditumbuhkan melalui forum yang memungkinkan masyarakat berpartisipasi langsung dalam
proses pengambilan keputusan terhadap program pembangunan.

2. Partisipasi dalam Pelaksanaan Pembangunan


Diartikan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan, perlu adanya pemerataan
sumbangan masyarakat dalam bentuk tenaga kerja, uang tunai, dan atau bentuk korbanan lainnya
yang sepadan dengan manfaat yang akan diterima oleh masing-masing warga/masyarakat.

3. Partisipasi dalam Pemantauan dan Evaluasi Pembangunan


Bentuk partisipasi masyarakat dalam memantau dan mengevaluasi program dan kegiatan
pembangunan sangat diperlukan, guna mengetahui apakah tujuan yang dicapai sudah sesuai dengan
harapan. Selain itu juga untuk memperoleh umpan balik tentang masalah/kendala yang muncul
dalam pelaksanaan pembangunan yang sedang dilaksanakan.

4. Partisipasi dalam Pemanfaatan Hasil Pembangunan


Seringkali masyarakat tidak memahami manfaat dari setiap program pembangunan secara
langsung, sehingga hasil pembangunan menjadi sia-sia. Dengan demikian, perlu adanya partisipasi
masyarakat dengan kemauan dan kesukarelaan untuk memanfaatkan hasil pembangunan, misalnya:
memanfaatkan jembatan penyeberangan jalan, dsb.

6
C. Tingkatan Partisipasi Masyarakat
Tingkat pelibatan masyarakat dalam pembangunan pada dasarnya terbagi dalam 8 (delapan)
tingkatan, dari yang bersifat non-partisipasi sampai pada kekuasaan warga. Menurut Arnstein
(Panudju,1999) tingkatan tersebut adalah:

1. Manipulation atau manipulasi


Merupakan tingkat partisipasi yang paling rendah dimana masyarakat hanya dipakai
namanya saja sebagai anggota dalam berbagai badan penasehat. Pada tingkat ini tidak ada peran
masyarakat secara nyata karena hanya diselewengkan sebagai publikasi oleh pihak penguasa.
2. Therapy atau terapi
Pada tingkat ini, dengan berkedok melibatkan peran serta masyarakat dalam perencanaan,
para perancang memperlakukan anggota masyarakat seperti proses penyembuhan pasien dalam
terapi. Meskipun masyarakat terlibat dalam banyak kegiatan, pada kenyataannya kegiatan tersebut
lebih banyak untuk mengubah pola pikir masyarakat yang bersangkutan dari pada mendapatkan
masukan dari mereka.

3. Informing atau pemberian informasi


Tingkat ini merupakan tahap pemberian informasi kepada masyarakat tentang hak-hak,
tanggung jawab dan berbagai pilihan. Pada tingkat ini, biasanya informasi diberikan secara utuh
satu arah dari penguasa kepada rakyat tanpa adanya kemungkinan untuk memberikan umpan balik,
sehingga kecil kesempatan rakyat untuk mempengaruhi dalam menentukan suatu rencana
pembangunan.

4. Consultation atau konsultasi


Pada tingkat ini bertujuan untuk mengundang opini masyarakat setelah mereka diberi
informasi mengenai pembangunan. Cara ini tingkat keberhasilannya rendah karena tidak adanya
jaminan bahwa kepedulian dan ide masyarakat akan diperhatikan. Tahap ini biasanya dilakukan
dengan cara pertemuan lingkungan, survei tentang pola pikir masyarakat dan dengan cara dengar
pendapat publik

5. Placation atau perujukan


Pada tingkat ini masyarakat mulai mempunyai pengaruh meskipun dalam berbagai hal
masih ditentukan oleh pihak yang mempunyai kekuasaan untuk pembangunan. Dalam
pelaksanaannya beberapa anggota masyarakat yang dianggap mampu dimasukkan sebagai anggota
dalam badan-badan kerjasama pengembangan kelompok masyarakat yang anggota anggota lainnya
merupakan wakil dari berbagai instansi pemerintah. Walaupun usul dari masyarakat sudah
mendapat perhatian, tetapi suara masyarakat itu sering tidak didengar karena kedudukannya relatif
rendah dan jumlahnya terlalu sedikit dibanding dengan anggota yang berasal dari instansi
pemerintah.

7
6. Partnership atau kemitraan
Pada tingkatan ini, atas kesepakatan bersama kekuasaan dalam berbagai hal dibagi antara
masyarakat dengan pihak penguasa. Disepakati juga pembagian tanggungjawab dalam
perencanaan, pengendalian keputusan, penyusunan kebijakan dan pemecahan berbagai
permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan. Setelah adanya kesepakatan tersebut maka tidak
dibenarkan adanya perubahan-perubahan yang dilakukan secara sepihak.

7. Delegated power atau pelimpahan kekuasaan


Pada tingkatan ini masyarakat diberi limpahan kewenangan untuk membuat keputusan
pada rencana atau program pembangunan. Masyarakat berhak menentukan program pembangunan
yang bermanfaat bagi mereka. Untuk memecahkan suatu permasalahan, maka pemerintah harus
mengadakan tawar menawar dengan masyarakat dan tanpa memberikan tekanan-tekanan.

8. Citizen control atau masyarakat yang mengontrol.


Pada tingkatan ini masyarakat memiliki kekuatan utnuk mengatur program atau
kelembagaan yang berkaitan dengan kepentingan mereka. Masyarakat mempunyai kewenangan dan
dapat mengadakan negosiasi dengan pihak-pihak luar yang hendak melakukan perubahan. Dalam
hal ini usaha bersama warga dapat langsung berhubungan dengan sumber-sumber dana untuk
mendapatkan bantuan ataupun pinjaman dana tanpa melalui pihak ketiga.

D. Dimensi partisipasi masyarakat dalam pembangunan


Sementara itu, Sastropoetro (1986:16) mengemukakan dimensi partisipasi masyarakat
terdiri dari :

a. Pikiran (psychological participation)


Pikiran atau gagasan yang bersumber dari masyarakat, merupakan partisipasi yang
disampaikan sebagai satu masukan yang berharga bagi terwujudnya proses pembangunan fisik baik
pembangunan nonfisik. Hal ini karena partisipasi pikiran tidak sebatas memberikan bentuk fisik
atau tenaga, melainkan sebuah gagasan atau pemikiran-pemikiran yang berharga bagi masukan ke
pemerintah. Selama keputusan itu dapat diterima dengan rasional dengan keadaan, maka dapat
dijadikan sebuah keputusan yang berharga.

Contohnya Partisipasi masyarakat dalam bentuk moral dan perbuatan yang dilakukan
oleh masyarakat khususnya desa dapat diketahui, bahwa: (a) partisipasi memberikan gagasan dari
tokoh masyarakat desa dalam pembangunan yang bersumber dari tokoh masyarakat yang diwakili
oleh Badan Permusyawarahan Desa (BPD) selalu memberikan gagasan pada saat musyawarah
rencana pembangunan desa terutama dengan pilihan skala prioritas; dan (b) partisipasi memberikan
gagasan dari masyarakat desa dalam pembangunan hanya sebatas memberikan gagasan dan
keputusan kecil secara insidentil.

8
b. Tenaga (physical participation)
Peran serta masyarakat dalam kegiatan partisipasi dalam menyumbangkan tenaga
sebagai bentuk sumbangan swadaya dari masyarakat. Komitmen ini sebagai kesepakatan dari
pemerintah dengan masyarakat untuk mempercepat program pembangunan contohnya berupa jalan
melalui sumbangsih tenaga baik dilakukan secara individu ataupun swadaya.

c. Keahlian (participation with skill)


Partisipasi keahlian sebagai salah satu bentuk keikutsertaan masyarakat dalam bentuk
sumbangan keahlian atau keterampilan. Partisipasi keahlian merupakan keterampilan yang
dilakukan melalui keterampilan yang dimiliki masyarakat kepada anggota masyarakat lain yang
membutuhkannya dalam hal ini diimplementasikan melalui partisipasi keahlian, dengan maksud
agar orang tersebut dapat melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan sosialnya.

Maka jelas bahwa partisipasi keahlian sebagai bentuk penerapan dari keikutsertaan
masyarakat dalam proses, maka pelaksanaan pembangunan nasional akan berjalan lancar karena
adanya dorongan keterampilan ke pihak lainnya dalam pembangunan nasional.

d. Barang (material participations)


Keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan, dalam menyumbangkan swadaya atau
tenaga untuk pembangunan, contohnya pembangunan fisik baik rabat beton, jalan, kirmir, dan
perkerasan jalan. Kompensasi ini merupakan kesepakatan dari pemerintah dengan masyarakat
untuk mempercepat program pembangunan. Dapat berupa Kategori yang termasuk partisipasi
barang yakni sarana dan prasarana yang berbentuk peralatan.

Maka dapat diketahui bahwa partisipasi barang sebagai bentuk keikutsertaan masyarakat
dalam memberikan alat dan perkakas dalam proses pelaksanaan pembangunan khususnya
pembangunan fisik dan pemerintah akan berjalan dengan lancar.

e. Uang (money participations)


Keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan partisipasi dalam menyumbangkan uang
sebagai bentuk partisipasi dalam bentuk materi, walaupun prosesnya bisa secara tidak langsung,
namun implikasinya dapat mewujudkan satu hasilan berupa pembangunan fisik. Sumbangan uang
ini merupakan kesepakatan bersama dari masyarakat pemerintah dengan masyarakat untuk
mempercepat program pembangunan. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Huraerah (2008:117)
menyatakan, sebagai berikut: partisipasi dalam bentuk iuran uang atau barang dalam kegiatan
partisipatori, dana dan sarana sebaiknya datang dari dalam masyarakat sendiri. Kalaupun terpaksa
dari luar hanya bersifat sementara dan sebagai umpan.

9
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Nasional
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam suatu program, sifat
fakor-fakor itu dapat mendukung suatu keberhasilan program namun ada juga yang bersifat
menghambat keberhasilan suatu program. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi keaktifan
masyarakat berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan dibedakan menjadi dua, yaitu faktor
internal (terdiri dari usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat penghasilan penduduk,
lamanya tinggal) dan faktor eksternal (terdiri dari komunikasi dan kepemimpinan). Berikut ini
adalah uraian hasil uji hipotesis berdasarkan metode Chi Square. Sebagai contoh:

• Usia
Faktor usia adalah faktor yang dapat mempengaruhi sikap seseorang terhadap suatu
kegiatan-kegiatan terhadap kemasyarakatan. semua kelompok usia menengah keatas dengan
keterkaitan norma masyarakat dan moral terhadap nilai yang lebih mantap, lebih cenderung
banyak yang berpartisipasi daripada mereka yang dari usia lainnya.

• Jenis Kelamin
Nilai yang cukupp lama lebih dominan terhadap kultur berbagai bangsa mengatakan
bahwa pada dasarnya tempat perempuan adalah “di dapur” yang berarti bahwa banyak
masyarakat perempuan yang paling utama adalah mengurus rumah tangga, namun semakin lama
nilai peran seorang perempuan tersebut telah berseger dengan adanya gerakan emansipasi dan
pendidikan perempuan yang semakin lama semakin baik maka partisipasi perempuan bisa di
sama ratakan dengan partisipasi laki-laki tanpa membedakan satu sama lain .

• Pendidikan
Dapat dikatakan sebagai syarat mutlak untuk berpartisipasi pembangunan nasional.
Pendidikan dianggap bisa mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya, sikap
yang dibutuhkan untuk peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat.

• Pekerjaan Dan Penghasilan


Hal ini tidak bisa dipisahkan satu sama lain sebab pekerjaan seseorang akan menentukan
berapa pendapatan/penghasilan yang didapat. Pekerjaan dan penghasilan yang cukup dan baik
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong seseorang untuk perpartisipasi dalam
kegiatan masyarakat. Yang dimaksudkan ialah bahwa, untuk berpartisipasi dalam suatu kegitan
harus didukung oleh perekonomian yang mapan.

• Lamanya Tinggal
Lamanya masyarakat/orang tinggal dalam sebuah lingkungan dan pengalamannya
berinteraksi dengan lingkungan tersebut dapat berpengaruh pada partisipasi seseorang. Semakin

10
lama ia tinggal dalam lingkungan tertentu, maka akan ada rasa memiliki terhadap lingkungan dan
cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya yang besar dalam setiap kegiatan lingkungan itu.

Menurut Makmur dalam Safruddin (2015:32), bahwa faktor-faktor yang memengaruhi


partisipasi masyarakat adalah:

a. Faktor Intern
1) Kesadaran atau Kemauan masyarakat untuk ikut dalam kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan.
2) Pendidikan, tingkat pendidikan masyarakat mempengaruhi tingkat kemauan masyarakat
dalam memahami program pembangunan.

3) Pendapatan/Penghasilan, tingkat penghasilan masyarakat turut berpengaruh terhadap


partisipasi masyarakat. Hal ini terlihat dari besar kecilnya sumbangan yang diberikan. b.
Faktor Ekstern

1) Kepemimpinan Pemerintahan / Aparat dalam mengarahkan masyarakat 2) Fasilitas


/ Peralatan dalam hal ini milik pemerintah.

F. Konsep Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan


menurut Slamet ( 2003:8 ) menyatakan bahwa, partisipasi Valderama dalam Arsito mencatat
ada tiga tradisi konsep partisipasi terutama bila dikaitkan dengan pembangunan masyarakat yang
demokratis yaitu :

1. Partisipasi politik (political participation)


Partisiaspasi politik ini lebih berorientasi pada “mempengaruhi” dan “mendudukan
wakilwakil rakyat” dalam lembaga pemerintah ketimbang partisipasi aktif dalam proses-proses
kepemerintahan itu sendiri.

2. Partisipasi social (sosial participation)


Partisipasi social (social participation) partisipasi ditempatkan sebagai beneficiary atau
pihak diluar proses pembangunan dalam konsultasi atau pengambilan keputusan dalam semua
tahapan siklus proyek pembangunan dari evaluasi kebutuhan sampai penilaian, pemantauan,
evaluasi dan implementasi. Partisipasi sosial sebenarnya dilakukan untuk memperkuat proses
pembelajaran dan mobilisasi sosial. Dengan kata lain, tujuan utama dari proses sosial sebenarnya
bukanlah pada kebijakan publik itu sendiri tetapi keterlibatan komunitas dalam dunia kebijakan
publik lebih diarahkan sebagai wahana pembelajaran dan mobilisasi sosial dalam pembangunan.

3. Partisipasi warga (citizen participation/citizenship)


Partisipasi warga (citizen participation/citizenship) menekankan pada partisipasi langsung
warga dalam pengambilan keputusan pada lembaga dan proses pemerintahan. Partisipasi warga

11
telah mengalih konsep partisipasi “dari sekedar kepedulian terhadap penerima derma atau kaum
tersisih menuju suatu keperdulian dengan berbagai bentuk keikutsertaan warga dalam pembuatan
kebijakan dan pengambil keputusan diberbagai gelanggang kunci yang mempengaruhi kehidupan
mereka.

Maka berbeda dengan partisipasi sosial, partisipasi warga memang berorientasi pada
agenda penentuan kebijakan pembangunan. Partisipasi dapat dijelaskan sebagai masyarakat
pembangunan hanyalah menjadikan masyarakat sebagai objek semata. Salah satu kritik adalah
masyarakat merasa tidak memiliki dan acuh tak acuh terhadap program pembangunan yang ada.
Penempatan masyarakat sebagai subjek pembangunan mutlak diperlukan sehingga masyarakat
akan dapat berperan serta secara aktif mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga monitoring
dan evaluasi pembangunan. Terlebih apabila akan dilakukan pendekatan pembangunan dengan
semangat lokalitas. Masyarakat lokal menjadi bagian yang paling memahami keadaan daerahnya
tentu akan mampu memberikan masukkan yang sangat berharga. Masyarakat lokal dengan
pengetahuan serta pengalamannya menjadi modal yang sangat besar dalam melaksanakan
pembangunan. Masyarakat lokal lah yang mengetahui apa permasalahan yang dihadapi serta juga
potensi yang dimiliki oleh daerahnya. Bahkan pula mereka akan mempunyai pengetahuan lokal
untuk mengatasi masalah yang dihadapinya tersebut.

G. Hambatan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Nasional


Hambatan dan tantangan pertama dari optimalisasi partisipasi masyarakat adalah resistensi
birokrasi dan politisi, yang selama ini menganggap kapasitas masyarakat dan perangkat
pemerintahan basis masih sangat terbatas baik teknis maupun sikap atau perilaku berdemokrasi
(Sumarto,2000). Sebagian besar birokrat masih keberatan apabila kewenangannya diserahkan, yang
akan membawa konsekuensi berkurangnya anggaran dinas atau instansi yang dikuasainya. Selain
itu, masih banyak peraturan birokrasi yang berorientasi pada “proyek”.

Beberapa langkah kemudian yang mungkin bisa dilakukan dengan melakukan desain ulang
pada struktur lembaga publik, lewat paket kebijakan dan pemerkayaan sumber daya manusia
(Wachs,1987). Hal lanjutannya adalah agar pelaksanaan kegiatan partisipatif masyarakat tidak
terdistorsi dan di manipulasi oleh kelompok tertentu, seperti elit desa dan elit basis lainnya.
Karenanya pengembangan sistem atau mekanisme perumusan/ pengambilan kebijakan publik,
termasuk resolusi konflik, serta peningkatan kapasitas masyarakat dan modal sosial sangat
mendesak dilakukan. Beberapa hambatan lainnya yang menghambat partisipasi yang baik
(Sumarto,2000) adalah:

a. Hambatan struktural

12
Hambatan strukturak ni yang membuat iklim atau lingkungan menjadi kurang kondusif untuk
terjadinya partisipasi. Diantaranya adalah kurangnya kesadaran berbagai pihak akan pentingnya
partisipasi serta kebijakan/aturan yang kurang mendukung partisipasi termasuk kebijakan
desentralisasi fiskal.

b. Hambatan internal masyarakat sendiri


Hambatan internal masyarakat sendiri diantaranya kurang inisiatif, tidak terorganisir dan
tidak memiliki kapasitas memadai untuk terlibat secara produktif dalam proses pengambilan
keputusan. Hal ini terjadi antara lain akibat kurangnya informasi.

c. Hambatan akibat kurang terkuasainya metode dan teknik-teknik partisipasi.


Hambatan akibat kurang terkuasasinya metode dan teknik-teknik partisipasi Lebih lanjut dari
sisi masyarakat dan pemerintah keduanya mempunyai permasalahan masing-masing dalam
meningkatkan kadar partisipasi (Dwiyanto, 2006). Dari sisi pemerintah kendala yang ada adalah:

a. Lemahnya komitmen politik para pengambil keputusan.


b. Lemahnya dukungan sumber daya manusia yang dapat diandalkan.
c. Rendahnya kemampuan lembaga legislatif dalam mengartikulasikan kepentingan
masyarakat.

d. Lemahnya dukungan anggaran, tidak ada kesinambungan kegiatan.


Sementara hambatan dari sisi masyarakat adalah:
a. Budaya paternalisme, takut bertindak beda.
b. Apatisme, akibat masyarakat jarang diajak dalam proses kebijakan.
c. Tidak adanya trust (kepercayaan) dari masyarakat.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
• Urgensi Partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah keterlibatan seseorang dalam
situasi baik secara mental, pikiran atau emosi dan perasaan yang mendorongnya untuk
memberikan sumbangan dalam upaya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dan ikut
bertanggung jawab terhadap kegiatan pencapaian tujuan tersebut.

• Tipe dan bentuk partisipasi masyarakat adalah : partisipasi masyarakat dikenal adanya 3
(tiga) tipe diantaranya yaitu: partisipasi dalam membuat keputusan, partisipasi dalam
implementasi, dan partisipasi Dalam kegiatan yang memberikan keuntungan. Sedangkan
bentuk dari partisipasi masyarakat adalah Partisipasi dalam Pengambilan Keputusan,
pelaksanaan pembangunan, pemantauan dan evaluasi pembangunan,dan Partisipasi dalam
Pemanfaatan Hasil Pembangunan

• Tingkatan partisipasi mayarakat terdiri dari 8 (delapan) tingkatan yaitu: manipulasi, terapi,
pemberi informasi, konsultasi, perujukan, kemitraan, pelimpahan kekuasaan, dan masyarakat
yang mengontrol.

• Dimensi partisipasi masyarakat dalam pembangunan terdiri dari: pikiran (psychological


participation), Tenaga (Physical participations), Keahlian (Participation with skiil), Barang
(Material Participations), dan Uang (Money Participations).

• Faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan masyarakat berpartisipasi dalam perencanaan


pembangunan dibedakan menjadi dua, yaitu faktor internal (terdiri dari usia, tingkat
pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat penghasilan penduduk, lamanya tinggal) dan faktor
eksternal (terdiri dari komunikasi dan kepemimpinan).

• Konsep partisipasi masyarakat dalam pembangunan terdiri dari partisipasi politik, sosial, dan
adanya partisipasi warga.

• Hambatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan nasional yaitu diakibatkan oleh:


hambatan struktural, Hambatan internal masyarakat sendiri, dan Hambatan akibat kurang
terkuasainya metode dan teknik-teknik partisipasi

14
B. Saran
Setelah makalah ini selesai, kami memberikan saran dengan adanya urgensi partisipasi
masyarakat dalam pembangunan nasional ini dapat dijadikan sebagai upaya meningkatkan kualitas
hidup masyarakat indonesia terutama dalam berpartisipasi untuk pembangunan. Pemerintah dan
masyarakat harus saling bekerjasama dan bekerja keras dalam melakukan pembangunan demi
kesejahteraan bersama.

15
DAFTAR PUSTAKA

Nurwanda, Asep. Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Fisik (Studi Analisis Kebijakan
Pemerintah Daerah). Jurnal penelitian. (online, di akses pada tanggal 23 November 2023).

Muin, fatkhul. Prospek Kebijakan Dalam Pembangunan Hukum Nasional Berbasis Partisipasi
Masyarakat Pada Era 4.0. Jurnal Jurisprudence Vol.9,No. 1 2019,Pp.39-48. ( Online, di
akses pada tanggal 23 November 2023).

Kawulur, Inggrid. Dkk. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastruktur di desa talikuran
kecamatan tompaso kabupaten minahasa. Jurnal Penelitian. (Online, di akses pada tanggal 23
November 2023).

Mardijani , Prastiwi. Partisipasi Masyarakat Terhadap Peningkatan Pembangunan Desa. Buletin


Ekonomi Vol. 8, No. 1, April 2020 hal 1-70. (Online, di akses pada tanggal 24 November
2023).

Karnawati, Enny. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan. Info Diklat Juni 03 2014. (Online,
diakses pada tanggal 23 November 2023).

16

Anda mungkin juga menyukai