Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH REALITA POLITIK

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Komunikasi Politik

Dosen Pengampu : DR. ZULHAM, BA., MA

Disusun Oleh :
Kelompok 3

1. BAYU ADITIA TANJUNG : 220240194


2. GAYATRI GIA ATETA S.M : 220240230
3. JANNATUL AINA : 220240198
4. ALFIA SULFANI : 220240175
5. TIO PEN PEN ARISKA S : 220240260

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2023/2024
KATA PENGANTAR

Bismillahir rahmanir rahim


Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Realita Politik ini
tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas dari Bapak DR.Zulham BA,MA pada mata kuliah komunikasi politik.
Kami mengucapkan terima kasih kepada, Bapak DR.Zulham.BA.MA selaku dosen
mata kuliah komunikasi politik yang telah memberikan tugas ini, sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Dengan kerendahan hati, kami memohon maaf apabila ada kesalahan penulisan. Oleh
karena itu, jika ada kritik dan saran akan kami terima supaya kami bisa memperbaiki
serta belajar dari kesalahan untuk kedepannya agar lebih baik lagi.

Lhokseumawe, Okt 2023


Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. i


DAFTAR ISI .............................................................................................................................. i
BAB I ...................................................................................................................................... ii
PENDAHULUAN...................................................................................................................... ii
1.1 LATAR BELAKANG .................................................................................................. ii
1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................................................. 1
1.3 TUJUAN MASALAH ................................................................................................. 1
BAB II ..................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN........................................................................................................................ 2
2.1 Politik Mempengaruhi Kehidupan Sehari-hari Warga Negara ................................ 2
2.2 Dampak Dinamika Politik Terhadap Stabilitas Pemerintahan Suatu Negara .......... 6
2.3 Peran Media Massa Dalam Membentuk Persepsi Masyarakat Terhadap Politik ... 9
2.4 Simbol Dan Instrumen Partai Politik Mencerminkan Realita Politik .................... 15
BAB III .................................................................................................................................. 18
PENUTUP ............................................................................................................................. 18
KESIMPULAN ................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Politik merupakan salah satu unsur kehidupan manusia yang tidak dapat dipisahkan
dari zaman dahulu hingga saat ini. Politik mencerminkan upaya manusia untuk
mengatur, mengelola, dan mengambil keputusan untuk mencapai tujuan bersama
dan menjaga keseimbangan dalam masyarakat. Realita politik merupakan
gambaran bagaimana politik bekerja dalam kehidupan sehari-hari, termasuk
dinamika, konflik, kekuasaan, dan kepentingan yang terlibat dalam sistem politik
suatu negara atau wilayah.
Selama beberapa dekade terakhir, realita politik telah mengalami perubahan
signifikan di berbagai kawasan di dunia. Faktor-faktor seperti globalisasi, teknologi
informasi, permasalahan lingkungan hidup, migrasi dan ekonomi semakin
mempengaruhi cara berpolitik. Semua ini menciptakan tantangan-tantangan baru
dan secara fundamental mempengaruhi tata kelola politik.
Selain itu, realita politik juga mencakup peran berbagai aktor politik termasuk
pemerintah, partai politik, masyarakat sipil, media, dan dunia usaha. Peran dan
interaksi antar aktor-aktor tersebut membentuk dinamika politik yang kompleks.
Dalam beberapa kasus, realita politik juga mencerminkan konflik yang
berkepanjangan, krisis politik, pergantian rezim, serta upaya untuk mendorong
demokrasi, hak asasi manusia, dan pemerintahan yang baik. Semua aspek ini
memainkan peranan penting dalam memahami bagaimana politik bekerja dalam
konteks tertentu.
Oleh karena itu, makalah ini akan mengeksplorasi realita politik dalam berbagai
konteks, menelusuri faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan menganalisis
perubahan-perubahan penting yang terjadi dalam politik global dan lokal. Makalah
ini juga akan mencoba mengidentifikasi tren politik terkini yang mungkin
mempengaruhi masa depan politik global.

iii
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana politik memengaruhi kehidupan sehari-hari warga negara?


2. Apa dampak dinamika politik terhadap stabilitas pemerintahan suatu negara?
3. Bagaimana peran media massa dalam membentuk persepsi masyarakat terhadap
politik?
4. Bagaimana simbol dan instrumen partai politik mencerminkan realita politik?

1.3 TUJUAN MASALAH

1. Untuk mengetahui pengaruh politik dikehidupan sehari-hari warga negara


2. Untuk mengetahui dampak dinamika politik terhadap stabilitas pemerintahan
suatu negara
3. Untuk mengetahui peran media massa dalam membentuk persepsi masyarakat
terhadap politik
4. Untuk mengetahui simbol dan instrumen partai politik mencerminkan realita
politik

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Politik Mempengaruhi Kehidupan Sehari-hari Warga Negara

Sistem politik adalah serangkaian aktivitas atau proses dalam masyarakat politik
yang dimaksudkan untuk mempengaruhi dan menentukan siapa mendapat apa, kapan,
dan bagaimana. Sistem politik didasarkan pada proses politik yang dimodelkan
sebagaimana yang akan kita bahas berikut.
Sistem politik mencakup masukan, proses, hasil, dan interaksi. Kontribusi dalam suatu
sistem politik terletak pada aspirasi dan kemauan masyarakat. Aspirasi masyarakat
dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu :
I. Tuntutan
Tuntutan yaitu keinginan masyarakat yang pemenuhannya harus diperjuangkan
melalui cara-cara dan menggunakan sarana politik.
II. Dukungan
Dukungan Yaitu setiap perbuatan, sikap, dan pemikiran warga masyarakat yang
mendorong pencapaian tujuan, kepentingan dan tindakan pemerintah dalam sistem
politik.
III. Sikap Apatis
Sikap apatis yaitu Sikap tidak peduli warga negara terhadap kehidupan politik juga
dapat menjadi input bagi sistem politik.
Proses dalam sistem politik terdiri dari serangkaian kegiatan pengambilan
keputusan oleh lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif yang bertujuan untuk
memuaskan atau menolak kehendak rakyat. Hasil dari sistem politik berupa
kebijakan publik yang pada hakikatnya akan memuat :
(a) menanggapi aspirasi masyarakat atau
(b) penolakan/ketidaksediaan untuk memuaskan ( sebagian atau seluruhnya )
keinginan masyarakat.
Berbagai kegiatan dalam proses politik dilakukan oleh lembaga politik sesuai dengan
fungsinya. Lembaga-lembaga ini secara keseluruhan membentuk suatu struktur politik.
Struktur politik adalah sebagian atau seluruh komponen (berupa lembaga) sistem politik
yang menjalankan fungsi dan tugas tertentu. Tugas atau kewajiban lembaga politik
disebut fungsi. Kumpulan fungsi disebut proses. Karena fungsi-fungsi tersebut
merupakan fungsi dalam ranah politik, maka rangkaian proses yang timbul dari
rangkaian fungsi tersebut disebut proses politik. Dengan demikian, sistem politik
merupakan suatu kesatuan yang utuh ditinjau dari struktur dan fungsi politiknya.

2
Struktur politik diibaratkan sebuah mesin yang mempunyai banyak bagian dan fungsi
masing-masing bagiannya.
Secara umum fungsi politik yang utama harus dijalankan dalam suatu sistem
politik/negara adalah :

1. Fungsi Perumusan Kepentingan


Fungsi perumusan kepentingan, yaitu fungsi membentuk dan mengekspresikan tuntutan
politik dalam suatu negara. Individu atau kelompok dalam masyarakat harus
menentukan apa kepentingannya atau apa yang diinginkannya dari negara/politik.
Fungsi ini terutama harus dilakukan oleh organisasi non-pemerintah (LSM) atau
kelompok kepentingan.
2. Fungsi Pemaduan Kepentingan
Fungsi pemaduan kepentingan, yaitu fungsi menggabungkan tuntutan politik berbagai
partai di suatu negara dan menerjemahkannya ke dalam pilihan politik yang berbeda.
Partai yang paling bertanggung jawab atas kombinasi kepentingan adalah partai politik.
Namun proses integrasi kepentingan juga terjadi di lembaga legislatif dan eksekutif.
3. Fungsi Pembuatan Kebijakan Umum
Fungsi pembuatan kebijakan umum, Secara spesifik fungsinya mempertimbangkan
berbagai alternatif kebijakan yang diajukan oleh partai politik dan partai lain, guna
memilih salah satu sebagai kebijakan pemerintah. Yang bertanggung jawab
menjalankan fungsi ini adalah lembaga legislatif dan eksekutif (pembuatan undang-
undang) atau lembaga eksekutif itu sendiri (pembuatan peraturan pemerintah).
4. Fungsi Penerapan Kebijakan
Fungsi penerapan kebijakan, yaitu fungsi pelaksanaan berbagai kebijakan diputuskan
oleh otoritas yang berwenang. Penyelenggaraan kebijakan Pemerintah dilaksanakan
oleh birokrasi Pemerintah di bawah arahan pejabat eksekutif. Fungsi pengawasan
pelaksanaan kebijakan adalah fungsi penindakan terhadap pelanggar hukum.
Penanggung jawab peranan hakim adalah lembaga peradilan, khususnya Mahkamah
Agung dan lembaga peradilan yang terkait dengannya di lingkungan peradilan umum,
lingkungan peradilan agama, dan lingkungan peradilan militer, dan lingkungan
peradilan tata usaha negara, serta berdasarkan Konstitusi Pengadilan.
Disamping itu, juga terdapat fungsi-fungsi politik lain, yaitu :
1) Fungsi Komunikasi Politik
Fungsi komunikasi politik, Ini adalah proses penyampaian informasi kebijakan dari
masyarakat ke pemerintah dan dari pemerintah ke masyarakat.

3
2) Fungsi Sosialisasi Politik
Fungsi sosialisasi politik Merupakan proses pembentukan sikap dan orientasi politik
anggota masyarakat. Proses sosialisasi berlangsung seumur hidup dan terjadi secara
disengaja (melalui pendidikan formal, nonformal, dan informal) atau tidak disengaja
melalui pengalaman sehari-hari dalam kehidupan keluarga, tetangga, teman pergaulan,
rekan kerja dan berbagai aspek aktivitas kehidupan lainnya.
3) Fungsi Rekrutmen Politik
Fungsi rekrutmen politik Ini adalah proses memilih orang untuk dipilih atau diangkat
menjadi pejabat dari posisi yang ada di suatu negara atau partai politik. Misalnya
sebagai anggota DPR/DPRD I/DPRD II, presiden, menteri, gubernur, bupati/walikota,
hakim, jaksa, dan lain-lain.
4) Fungsi Partai Politik Di Negara Demokrasi
Dalam negara demokrasi, partai politik mempunyai beberapa fungsi, antara lain :
1. Sebagai Sarana Komunikasi Politik
Salah satu tugas partai politik adalah menyampaikan beragam pendapat dan aspirasi
masyarakat serta mengorganisirnya sedemikian rupa sehingga meminimalkan
kesimpangsiuran pendapat di masyarakat.
2. Sebagai Sarana Sosialisasi Politik
Partai politik berperan dalam membentuk kepribadian anggotanya. Sosialisasi
berarti partai-partai berupaya membangun solidaritas internal, mendidik anggota,
pendukung, dan simpatisannya, serta memenuhi tanggung jawabnya sebagai warga
negara dengan menempatkan kepentingannya sendiri di atas kepentingan bersama.
3. Sebagai Sarana Rekruitment Politik
Partai politik mencari dan mengundang orang-orang berbakat untuk berpartisipasi
aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai. Cara yang digunakan partai
politik bermacam-macam, bisa berupa kontrak perorangan, persuasi, atau insentif
bagi generasi muda untuk menjadi pengurus.
4. Sebagai Sarana Pengatur Konflik
Partai politik seharusnya berusaha mengatasi dan memikirkan solusi ketika muncul
persaingan dan perbedaan pendapat di masyarakat, namun hal ini sering kali
diabaikan dan fungsi di atas tidak terlaksana sebagaimana diharapkan.
5. Sebagai Sarana Partisipasi Politik
Partai politik harus selalu aktif mempromosikan dirinya untuk menarik perhatian
dan kepedulian masyarakat agar siap berpartisipasi dan bekerja aktif sebagai
anggota partai. Partai politik juga memilih orang-orang baru yang akan bergabung
dengan mereka.

4
6. Sebagai Sarana Pembuatan Kebijakan
Fungsi pengambilan keputusan partai politik hanya akan efektif jika salah satu
partai memegang kekuasaan pemerintahan dan mendominasi lembaga perwakilan
rakyat. Dengan memegang kekuasaan, partai politik akan lebih leluasa
menempatkan anggotanya sebagai pemimpin dalam jabatan politik dan bertindak
sebagai pengambil keputusan di setiap instansi pemerintah.

Realita politik mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan masyarakat sehari-
hari. Berikut beberapa pengaruh realita politik terhadap kehidupan sehari-hari :

1. Kebijakan Publik
Keputusan politik yang dibuat oleh pemerintah, seperti perubahan kebijakan
ekonomi, kesehatan, pendidikan atau lingkungan hidup, dapat secara langsung
mempengaruhi kehidupan masyarakat. Misalnya, perubahan pada pajak, tunjangan,
atau program bantuan sosial dapat memengaruhi keuangan pribadi dan akses
terhadap layanan publik.
2. Stabilitas Ekonomi
Kebijakan ekonomi yang dilaksanakan pemerintah dapat mempengaruhi tingkat
inflasi, pengangguran, dan pertumbuhan ekonomi. Ketidakstabilan ekonomi dapat
mempengaruhi lapangan kerja, harga barang dan jasa, dan keamanan finansial
individu.
3. Hukum Dan HAM
Keputusan politik yang berkaitan dengan hukum dan hak asasi manusia dapat
mempengaruhi kebebasan individu, keadilan dan perlindungan hukum. Perubahan
undang-undang atau kebijakan terkait keamanan dan privasi juga dapat
mempengaruhi kehidupan sehari-hari di era digital.
4. Hubungan Internasional
Kebijakan luar negeri dan hubungan internasional dapat mempengaruhi
perdagangan, diplomasi, dan keamanan nasional. Perubahan hubungan
internasional dapat mempengaruhi stabilitas global bahkan berdampak pada
kehidupan masyarakat akibat konflik atau perubahan harga komoditas global.
5. Sosial Dan Budaya
Keputusan politik juga dapat mempengaruhi nilai-nilai sosial dan budaya suatu
masyarakat. Misalnya, kebijakan imigrasi, integrasi budaya, dan perubahan
pendekatan terhadap isu-isu seperti agama, gender, dan etnis dapat memberikan
dampak yang signifikan terhadap masyarakat.

5
6. Pelayanan Publik
Efisiensi dan kualitas layanan publik seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur
dan transportasi dapat dipengaruhi oleh kebijakan dan sumber daya keuangan yang
diambil oleh pemerintah. Hal ini akan mempengaruhi tingkat kejahteraan dan
kualitas hidup masyarakat.
Oleh karena itu, realita politik mempunyai dampak yang besar terhadap kehidupan
masyarakat sehari-hari. Berpartisipasi dalam proses politik, termasuk pemilu,
merupakan cara bagi individu untuk mempengaruhi arah politik dan memastikan bahwa
kepentingan mereka terwakili dalam keputusan politik yang mempengaruhi kehidupan
kita.
Sedangkan Partisipasi masyarakat dalam politik bertujuan untuk menciptakan
masyarakat politik yang “partisipatif kritis” dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Memperkuat respon masyarakat terhadap kebijakan pemerintah
2. Adanya partisipasi masyarakat dalam mendukung atau menolak suatu
kebijakan politik
3. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan organisasi
politik, organisasi masyarakat dan kelompok penekan.
Kelompok penekan merupakan sekelompok manusia yang berbentuk lembaga
kemasyarakatan dengan aktivitas atau kegiatannya memberikan tekanan kepada pihak
penguasa agar keinginannya dapat diakomodasi oleh pemegang kekuasaan.
Partisipasi politik secara harafiah berarti partisipasi; Dalam konteks politik, mengacu
pada partisipasi warga negara dalam berbagai proses politik. Partisipasi masyarakat
dalam proses politik bukan sekedar berarti masyarakat mendukung keputusan dan
kebijakan yang ditetapkan oleh pemimpinnya, karena jika demikian maka istilah yang
tepat adalah mobilisasi politik. Partisipasi politik adalah partisipasi masyarakat dalam
seluruh tahapan aktivitas politik, mulai dari pengambilan keputusan hingga evaluasi
keputusan, termasuk kesempatan untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan keputusan.

2.2 Dampak Dinamika Politik Terhadap Stabilitas Pemerintahan Suatu Negara

Pasca Reformasi (1998), lingkungan politik dan pemerintahan daerah di Indonesia


dinilai mempunyai dinamika yang cukup kompleks. Kompleksitas tersebut setidaknya
disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu meningkatnya kekuasaan yang dialokasikan
pemerintah kepada daerah dan meningkatnya ketegangan politik lokal akibat penerapan
mekanisme demokrasi langsung. Kedua unsur ini pada dasarnya merupakan isi penting
dari kebijakan desentralisasi. Tujuan umum dari kebijakan desentralisasi adalah
bagaimana menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat di tingkat daerah.
Strateginya adalah memberdayakan secara luas dan mendelegasikan sepenuhnya
kekuasaan pengambilan keputusan dalam memilih pemimpin pemerintahan di tingkat

6
daerah. Devolusi yang luas, realistis, dan bertanggung jawab sebagai prinsip dasar
penyelenggaraan pemerintahan daerah akan berpeluang melahirkan inovasi dan
kreativitas yang rasional, yang pada akhirnya akan mewujudkan kemandirian
pemerintah daerah. Pada saat yang sama, membiarkan penentuan nasib sendiri dalam
pemilihan pemimpin pemerintahan melalui mekanisme demokrasi langsung juga akan
menciptakan kepemimpinan pemerintah yang lebih tanggap terhadap kebutuhan
masyarakat lokal.
Dalam implementasinya, upaya mencapai tujuan desentralisasi melalui kedua strategi
di atas tentunya akan memunculkan berbagai persoalan baru yang turut menjiwai dunia
pemerintahan daerah. Pemberdayaan yang luas tidak hanya melahirkan kreativitas yang
diinginkan namun juga melahirkan kreativitas berlebihan dalam pengelolaan
kekuasaan, hingga sulit membedakan antara kebutuhan aktual masyarakat dan
kepentingan pemerintah daerah.
Misalnya, subsidi dan tunjangan sering kali ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat di tingkat paling bawah, namun pada kenyataannya, subsidi dan
tunjangan tersebut juga menjangkau elit lokal sendiri. Kreativitas di tingkat lokal juga
menciptakan upaya yang sistemik sehingga membuka jalan bagi munculnya gejala
korupsi. Sejak tahun 2005 hingga 2015, Kementerian Dalam Negeri mencatat lebih dari
350 pimpinan provinsi, kabupaten/kota harus berurusan dengan aparat penegak hukum
terkait isu penyalahgunaan kekuasaan. Kemandirian daerah yang diharapkan
tampaknya tidak menunjukkan kemampuan untuk pulih dari meluasnya
penyelenggaraan pemerintahan dan keberadaan kepemimpinan pemerintah yang diakui
langsung oleh masyarakat. Faktanya, pergantian kepemimpinan di tingkat lokal hanya
memunculkan tipe kepemimpinan yang memiliki banyak pendukung (rakyat) dan
modal (capital) yang cukup.
Implikasi lebih lanjut dari kedua faktor di atas jelas tidak hanya berdampak pada
peta politik dan pemerintahan daerah, namun lebih dari itu, menembus hingga ke tulang
terdalam jaringan birokrasi yang berperan lebih spesifik lagi oleh pemerintah daerah.
Birokrasi yang awalnya dirancang untuk menjadi perantara antara pemerintah dan
masyarakat, kini semakin banyak menunjukkan bias. Birokrasi telah berubah dari netral
menjadi mendukung penguasa. Birokrasi menjadi sangat pragmatis dan terlibat dalam
agitasi partai-partai demokrasi lokal melalui partisipasi.
Aktif sebagai anggota tim sukses pasangan calon, Situasi ini pada akhirnya
menemukan keseimbangan alami dimana struktur dan budaya birokrasi disesuaikan
dengan kepentingan politik dan pemerintahan daerah. Sisi positifnya, dinamika lokal
telah melemah untuk sementara waktu, sehingga menguntungkan semua kelompok di
wilayah pasangan pemenang pemilukada. Sistem dan budaya birokrasi telah mengalami
kemerosotan sifat profesionalisme dibandingkan dengan budaya tradisional swalayan
dan pemerintahan daerah yang telah lama terkubur.

7
Padatnya permasalahan yang timbul dalam upaya mencapai tujuan kebijakan
desentralisasi nampaknya menjadi kendala yang cukup besar, sehingga memperpanjang
penantian setiap anggota masyarakat lokal untuk mencapai kesejahteraan. Kemandirian
daerah, yang merupakan ciri utama yang diperkirakan akan berkembang setelah
desentralisasi, justru menjelma menjadi ketergantungan daerah terhadap pemerintah
pusat, yang ditandai dengan menyusutnya sumber pendapatan awal, sementara tuntutan
daerah terhadap pemerintah pusat semakin meningkat.

Karena itu Dinamika politik dapat memberikan dampak yang signifikan


terhadap stabilitas pemerintahan suatu negara. Stabilitas pemerintahan adalah keadaan
dimana pemerintah dapat menjalankan fungsinya secara efektif tanpa terganggu oleh
konflik internal atau eksternal yang serius.
Berikut beberapa dampak dinamika politik terhadap stabilitas pemerintahan
suatu negara :
1. Ketidakstabilan politik :
Persaingan politik yang ketat, konflik partisan, atau ketidakpuasan masyarakat
terhadap pemerintah dapat menyebabkan ketidakstabilan politik. Hal ini dapat
mengganggu operasional pemerintah, sehingga sulit untuk mengembangkan dan
menerapkan kebijakan yang efektif.

2. Konflik dan kekerasan sosial :


Perpecahan politik dapat menimbulkan konflik sosial bahkan kekerasan. Ketika
kelompok-kelompok politik bersaing untuk mendapatkan kekuasaan atau
sumber daya, hal ini dapat menyebabkan kerusuhan, protes massal, atau bahkan
konflik bersenjata. Hal ini sangat merugikan stabilitas pemerintahan.

3. Hilangnya kepercayaan terhadap pemerintah :


Ketika masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah karena
korupsi, ketidakjujuran, atau kegagalan memenuhi kebutuhan dasar mereka,
stabilitas pemerintah dapat terancam. Hilangnya kepercayaan ini dapat
menyebabkan protes massal, pemogokan, atau penolakan untuk mengikuti
perintah pemerintah.

4. Ketidakstabilan ekonomi :
Dinamika politik yang buruk, seperti perubahan kebijakan yang tiba-tiba atau
ketidakstabilan politik, dapat membahayakan stabilitas perekonomian suatu
negara. Ketidakstabilan ekonomi ini dapat menyebabkan resesi ekonomi,
pengangguran dan penurunan perlindungan sosial yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi stabilitas pemerintahan.

5. Masalah etnis dan agama :


Negara-negara yang memiliki keragaman etnis dan agama seringkali rentan
terhadap konflik politik akibat ketegangan etnis atau agama. Dinamika politik

8
yang memanipulasi isu-isu tersebut dapat mengancam stabilitas pemerintahan
dengan menimbulkan konflik antar kelompok.

6. Intervensi luar :
Faktor eksternal seperti campur tangan asing dalam urusan dalam negeri suatu
negara juga dapat mempengaruhi dinamika politik dan stabilitas pemerintahan.
Intervensi semacam ini dapat menciptakan ketidakstabilan politik dan konflik
internal.

Untuk menjaga stabilitas pemerintahan, penting bagi negara-negara


untuk mendorong tata pemerintahan yang baik, proses demokrasi yang
transparan, dan penyelesaian konflik secara damai. Pemerintah juga harus
berupaya memenuhi kebutuhan dasar masyarakat dan menjaga integritas
lembaga publik. Selain itu, partisipasi politik yang inklusif dan dialog antar
partai dapat membantu mengurangi ketegangan politik dan meningkatkan
stabilitas pemerintahan.

2.3 Peran Media Massa Dalam Membentuk Persepsi Masyarakat Terhadap


Politik

Politik menjadi bagian dari kontribusi media. Kini media memiliki kontribusi besar
dalam membangun pemahaman masyarakat hingga perilaku politiknya. Dalam
merespons perubahan politik pasca Orde Baru, sebagian pekerja media menghadapi
realitas politik yang penuh dinamika. Kondisi demikian melahirkan perubahan perilaku
politik di kalangan masyarakat. Salah satu faktor determinan adalah publikasi media
yang memberitakan transformasi politik dan pers memiliki kebebasan berekspresi
sehingga dalam pemberitaannya cenderung independen. Hal inilah yang melatari
terjadinya perubahan perilaku politik masyarakat di sejumlah daerah di Indonesia.
Berbagai persoalan yang mengiringi pola dan intensitas berpolitik di kalangan yang
dilatari dari besarnya pengaruh media massa. Hal ini menarik dicermati dalam
paradigma akademik.justru aspek yang cukup menarik namun belum mendapat
perhatian akademik yang baik, adalah pada dimensi media.
Mencermati berbagai tayangan media yang bermuatan media terutama yang
bermuatan politik mengalami proses dekonstruksi terjadi melalui proses penafsiran
kemudian menjadi realitas sosial baru dalam kesadaran umum melalui tahap
eksternalisasi, subjektifikasi, dan internalisasi yang berlangsung dalam proses
konstruksi sosial media dalam media.
Dalam perspektif media komunikasi Indonesia kontemporer, kehadiran media massa
menghadapi dilema terkait dengan tuntutan reformasi media massa. Terutama terkait
dengan komunikasi politik, Idy Subandy Ibrahim mencermati komunikasi politik pasca
reformasi ditandai dengan meleburnya politik dalam budaya pop.

9
Salah satu elemen demokrasi adalah kebebasan pers yang kelak membangun
kesadaran politik masyarkat. Kontribusi media cukup signifikan terhadap konstruk
kesadaran, pemahaman dan perilaku politik masyarakat, termasuk kehadiran media
yang turut mempengaruhi perilaku politik. Masyarakat memasuki era baru yang dikenal
era reformasi, yang ditandai mundurnya Soeharto sebagai presiden 21 Mei 1998
melahirkan liberalisasi dan relaksasi politik. Pada era ini, konstelasi politik di tanah air
mengalami transformasi paradigma dan sistem cukup signifikan. Berbagai persoalan
yang mengiringi pola dan intensitas berpolitik di kalangan yang dilatari dari besarnya
pengaruh media massa. Hal ini menarik dicermati dalam paradigma akademik. Justru
aspek yang cukup menarik namun belum mendapat perhatian akademik yang baik,
adalah pada dimensi media. Hal ini dianggap unik sebab pola politik media terkadang
sulit diukur melalui pendekatan media dan kaitannya dengan perilaku politik secara
normatif bahkan empiris.
Berdasarkan latar belakang persoalan ini, maka tulisan ini berusaha mencari
rumusan bagaimana peran media membentuk kesadaran politik masyarakat, apakah
pemberitaan politik media massa mendukung kegiatan politik masyarakat dan
bagaimana politikus membentuk pencitraan dirinya melalui media dalam kegiatan
politik dalam masyarakat.

 Media Massa Sebagai Sumber Pengaruh Politik


Dari berbagai literatur yang dikaji mengenai komunikasi politik, umumnya
dikaitkan dengan peranan media massa dalam proses komunikasi yang dilaluinya.
Hal ini mencerminkan adanya kecenderungan makalah dan karya tulis yang terkait
komunikasi politik masih didominasi mengenai kampanye politik untuk mendulang
suara atau membangun kekuatan politik yang diorientasikan pada kekuasaan.
Kampanye politik tersebut tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh media massa,
baik media cetak maupun elektronik. Konsekuensinya, pendekatan analisis yang
digunakannyapun pada gilirannya lebih banyak menggunakan analisis media massa,
terutama berkaitan dengan teori-teori hubungan antara media dan masyarakat,
seperti teori tentang pesan, mekanisme penyebaran informasi yang terjadi, serta
efek-efek psikologis dan sosiologis yang ditimbulkannya.
Terkait dengan hal ini, Kraus dan Davis dalam bukunya The Effects of Mass
Communication on Political Behaviour menegaskan tema komunikasi politik telah
dilakukan dan dipublikasikan sejak 1959, memberikan informasi bahwa media juga
melakukan konstruksi realitas politik dalam masyarakat. Di samping itu, juga
mengungkap masalah-masalah posisi komunikasi politik dalam kasus-kasus kegiatan
politik praktis dalam proses transformasi dan pembentukan komunikasi politik
masyarakat. Sementara itu, Graber memandang bahwa komunikasi politik merupakan
proses pembelajaran, penerimaan dan persetujuan atas kebiasaan-kebiasaan (customs)
atau aturan-aturan (rules), struktur, dan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh
terhadap kehidupan politik. Sementara itu, Dan D. Nimmo dan Keith Sanders dalam
Handbook of Political Communication (1981), juga mengungkap masalah-masalah

10
komunikasi politik dalam kasus-kasus kegiatan politik praktis yang dikaitkan dengan
peran media massa. Dalam konteks komunikasi politik, Dan dimmo menjelaskan
pengararuh - pengaruh politik dimobilisasi dan ditransmisikan antara institusi
pemerintahan formal di satu sisi dan komunikasi memilih masyarakat pasa sisi lain.
Pada prinsipnya, komunikasi politik tidak hanya terbatas pada even-even politik
seperti pemilu saja, tetapi komunikasi politik mencakup segala bentuk komunikasi yang
dilakukan dengan maksud menyebarkan pesan-pesan politik dari pihak-pihak tertentu
untuk memperoleh dukungan massa. Secara teoritis fenomena komunikasi politik yang
berlangsung dalam suatu masyarakat, seperti telah diuraikan sebelumnya, merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari dinamika politik, tempat komunikasi itu berlangsung.
Karena itu, kegiatan komunikasi politik di Indonesia juga tidak bisa dilepaskan dari
proses politik nasional yang menjadi latar kehidupannya. Untuk memahami kerangka
konseptual pergumulan politik di Indonesia, dikenal konsep "revolusi partisipasi" akan
dicoba diadaptasi.
Partisipasi politik ormas yang mengawali ledakannya pada awal 1990-an dan
kemudian semakin tidak terbendung lagi pada saat menjelang suksesi 1997. Tulisan itu
pun sesungguhnya diadaptasi dari konsep "revolusi partisipasi" Perkembangan teoretis
dalam studi ilmu politik yang menyangkut lahirnya konsep partisipasi politik dan ciri-
ciri teori partisipasi politik yang berorientasi Barat. Hal ini sulit dihindari, karena
menurutnya, sifat-sifat yang biased dan western-oriented merupakan ciri pertarna dan
teori partisipasi politik Barat. Apa yang dapat diadaptasi dan teori-teori tersebut dalam
konteks ini adalah bahwa partisipasi politik.4 Blake dan Haroldaen dalam A Taxonomy
of Concepts in Communication menyatakan bahwa "komunikasi politik adalah
komunikasi yang memiliki pengaruh aktual dan potensial mengenai fungsi dari
pernyataan politik atau entitas politik lainnya".5 Sedangkan Dan Nimmo
mendefinisikan "komunikasi politik sebagai kegiatan komunikasi yang berdasarkan
konsekuensinya (aktual maupun potensial) mengatur kegiatan manusia di dalam situasi
konflik.6 jika Kita mengambil definisi komunikasi politik Blake di atas maka jelas
bahwa untuk mengetahui "pernyataan politik" dan fungsi atau pengaruhnya maka media
massa merupakan salah satu saluran komunikasi yang paling penting, selain
komunikator dan isi pesan itu sendiri.
Adapun prinsip-prinsip komunikasi politik :
1. Konsistensi, Dalam melakukan komunikasi politik, informasi yang disampaikan
harus konsisten dengan substansi platform partai dan konsisten terhadap
paradigma partai dan solusi atas problem-problem yang dihadapi oleh
konstituen dan publik.
2. Replikasi, Dalam melakukan komunikasi politik, informasi harus disampaikan
berulang kali, sehingga konstituen dan publik paham betul dengan content/isi
platform partai dan apa yang sedang diperjuangkan oleh partai.
3. Evidence, Dalam komunikasi politik informasi yang disampaikan oleh partai
harus ada dan dapat dibuktikan kebenaran dan eksistensinya.

11
Begitu pula partai harus memberikan bukti-bukti konkrit atas apa yang telah dan
sedang mereka kerjakan. Kebanyakan makalah komunikasi, menurut Halloran,
tidak seimbang antara makalah mengenai akibat yang ditimbulkan oleh komunikasi
di satu sisi dan peran komunikator itu dalam mendisain isi pesan di sisi lain. Dalam
komunikasi massa, misalnya, makalah lebih banyak menitikberatkan pada masalah
efek atau pengaruh media terhadap khalayak daripada apa yang sebenarnya
mempengaruhi isi media. Keadaan ini juga berlaku pada makalah media dan politik.
Pentingnya media massa dalam penyebaran politik diuraikan Reese dan
Shoemaker telah coba membuka tabir tentang faktor-faktor yang sangat
mempengaruhi isi media. Menurutnya, terdapat sejumlah faktor yang berpengaruh
terhadap isi suatu media, di antaranya adalah pengaruh pekerja media (penyiar atau
jurnalis), pengaruh organisasi media, pengaruh ekstramedia, dan pengaruh ideologi.
Makalah Reese dan Shoemaker tersebut menunjukkan bahwa pengaruh "siapa"
(menurut taksonomi Lasswell) atau "kelompok yang mempengaruhi isi media"
(menurut Reese dan Sheomaker) atau juga "komunikator politik" (yang oleh nimmo
di sebut sebagai komunikator profesional) dalam menyampaikan "isi pesan"
ternyata tidak kalah pentingnya dari pengaruh lainnya, seperti "media", "khalayak",
dan "efek atau akibat komunikasi" yang dilakukan.
Berkaitan dengan posisi penting komunikator dalam menentukan isi media,
Nimmo secara detil membagi komunikator politik ke dalam tiga kelompok, yaitu
politikus, profesional, dan aktivis. Politikus sebagai komunikator politik dalam
pelaksanaannya terkadang bertindak sebagai wakil partisan dan terkadang pula
bertindak sebagai ideolog. Sebagai wakil partisipan, komunikator politik mewakili
kelompok tertentu dalam tawar-menawar dan mencari kompromi pada
masalahmasalah politik. Mereka bertindak dengan tujuan mempengaruhi opini
orang lain, mengejar perubahan atau mencegah perubahan opini. Mereka adalah
makelar yang membujuk orang lain agar ikut dan setuju dengan ide yang
ditawarkannya.
Salah satu karya yang mengungkap landasan teoritis tentang komunikasi politik
terungkap dalam buku Political Communication, Issues and Strategies for Research.
Buku yang disunting Steven H. Chaffee (1975) ini juga mengungkap kasus di
lapangan yang masih terbatas pada kegiatan-kegiatan politik praktis. Dalam
operasionalisasinya, komunikasi politik dikembangkan berdasarkan sejumlah teori
tindakan komunikatif terkait rasio dan rasionalisasi masyarakat dikembangkan para
ilmuan komunikasi.
Di antaranya, Jurgen Habermas menulis Theori des Kommunikativen
Handelns, secara umum menerangkan bahwa; the theory of communicative action
memiliki tiga tujuan yang terkait satu sama lain :
1) Mengembangkan konsep rasionalitas yang tidak lagi terikat pada dan dibatasi
oleh premis-premis subjektif filsafat modern dan teori sosial.

12
2) Merekonstruksi konsep masyarakat dua-level yang mengintegrasikan dunia
kehidupan dan paradigma sistem.

3) Mensketsakan, berdasarkan latar belakang di atas, teori kritis tentang


modernitas yang menganalisis dan membahas patalogi-patalogi dengan suatu
cara yang lebih menyarankan adanya perubahan arah daripada pengabaian
proyek pencerahan.
Dalam perspektif Allan G. Johnson yang menegaskan bahwa sistem sosial dalam
struktur organisasi sebagai alternatif menguatnya pengaruh individu. Jika perspektif ini
diadopsi, maka tampaknya rasionalitas masyarakat dalam menentukan pilihan
politiknya banyak dipengaruhi dari akses berita politik media. Dalam realitasnya, aspek
rasionalitas masyarakat dalam menentukan pilihan-pilihan politiknya pada umumnya
masih dipengaruhi pemberitaan media.
Pilihan politik yang mengedepankan rasionalitas, sejatinya diputuskan berdasarkan
hati nurani atau pilihannya secara personal tanpa intervensi siapapun. Menurut Allan G.
Johnson, pilihan rasional ditentukan pada kepentingan diri yang tetap dipertautkan
dengan sistem sosial. Selain itu, media juga mengembangkan pengkajian wacana politik
dengan menggunakan analisis wacana. Wacana (discourse) tidak hanya mencakup
ucapan-ucapan dan bentuk-bentuk komunikasi nonverbal, tetapi juga mencakup segala
macam "teks" dalam pengertiannya yang luas. Bila dilihat dari perspektif extra
linguistic, kata "text" dapat diperlebar pemakaiannya meliputi pesan-pesan yang
dirumuskan melalui sistem tanda, seperti tanda lampu lalu lintas, upacara-upacara ritual
keagamaan, atau adat masyarakat tertentu, gaya-gaya pakaian, gerak tubuh, atau juga
kode indikator yang bersifat eletronik.
Kebanyakan komunikasi, baik lisan maupun tertulis, dari yang biasa sampai yang
terinci, terdiri atas aksi-aksi yang kompleks yang membentuk "pesan-pesan" atau
"wacana" (discourse). Sedangkan studi tentang struktur pesan disebut sebagai analisis
wacana (discourse analysis).
Menurut Scott Jacobs, ada tiga hal yang perlu mendapat perhatian dalam studi ini :
 Analisis wacana disusun oleh para komunikator dengan cara dan prinsip tertentu
agar seseorang mengetahui arti yang ingin disampaikan.
 Analisis acana dipandang sebagai masalah aksi. Sehingga, pengguna Bahasa
mengetahui bukan hanya aturan-aturan tata bahasa, melainkan jugs aturan-
aturan untuk menggunakan unit-unit yang lebih besar untuk mencapai tujuan
pragmatik dalam situasi sosial tertentu.
 Analisis wacana dipandang sebagai suatu pencarian prinsip-prinsip yang
digunakan oleh komunikator aktual dari prespektif mereka, atau dengan kata
lain, analisis wacana tertarik pada aturan-aturan transaksi pesan.
Menurut Van Dijk (1997), kerangka teoretis yang mendasari perbincangan kita
mengenai wacana politik (political discourse) selalu tidak bisa terlepas dari kesadaran

13
politik (political cognition) masyarakatnya. Hal ini sangat terkait dengan berbagai level
dan dimensi dari wilayah politik (political domain).

 Level yang paling dasar adalah aktor politik yang di dalamnya terdiri atas
dimensi gagasan, pandangan, wacana, dan interaksi dalam situasi politik
tertentu.
 Level tengah adalah institusi atau kelompok politik, termasuk di dalamnya
adalah keterwakilannya (shared representations) di dalam pergumulan politik,
wacana kolektif, hubungan, dan interaksi yang dibangun.
 Sedangkan level yang paling tinggi adalah sistem politik, termasuk di dalamnya
adalah dimensi keterwakilan yang abstrak, aturan wacana (orders of discourse),
dimensi sosial politik, budaya, dan proses sejarah.
Pandangan-pandangan di atas menggambarkan kepada kita bahwa makalah tentang
wacana politik, baik langsung maupun tidak langsung, baik melalui media, seperti
analisis isi, melalui survei, maupun melalui wawancara, merupakan analisis multilevel.
Artinya, analisis wacana politik tidak semata-mata membicarakan hal-hal yang
diucapkan atau dituliskan (talk and text), tetapi juga mencakup semua konteks yang
melingkupinya.
Analisis terhadap wacana media biasanya menggunakan pendekatan analisis ragam
tingkat (multilevel analysis). Dalam konteks ini, Fairdough menyatakan bahwa seorang
peneliti, di samping memperhatikan hal-hal yang bersifat tekstual, ia juga harus
memperhatikan hal-hal yang bersifat kontekstual dan ekstramedia. Ia mengemukakan
konsep analisis antarteks (intertextuality analysis) dengan istilah "Analisis Wacana
Kritis" (Critical Discourse Analysis). Pendekatan ini disebut "wacana" (discourse)
karena merupakan konsep yang digunakan oleh para ahli dan peneliti ilmu sosial dan
ahli bahasa. Sedangkan disebut "kritis" (critical) karena keberadaannya diakui, baik
dalam praktik sosial secara umum maupun dalam penggunaan bahasa secara khusus,
memiliki hubungan sebab-akibat yang telah disadari sekalipun dalam kondisi yang
normal. Wacana ini selalu merujuk pada penggunaan bahasa, baik lisan maupun tulisan.
Menurut Van Dijk, Critical Discourse Analysis lebih menekankan pada aspek
sosiohistoris yang melingkupi struktur teks. Dengan demikian, tujuan analisis ini adalah
untuk mengetahui lebih dalam mengenai aspek-aspek sosiokultural yang melingkupi
seluruh teks, termasuk juga memahami berbagai hal menyangkut struktur organisasi
dan cara kerja dalam produksi teks.
Sementara itu, media kini mengubah kehidupan masyarakat sehingga membentuk
hiper realitas yang menjadi bagian fungsional dalam berbagai struktur masyarakat,
terutama hadirnya televisi dan internet yang mengambil alih fungsi sosial manusia.15
Dalam kajian ini dinicayakan bahwa media perlu dikontrol untuk memberikan
Pendidikan politik, berupa membangun kesadaran masyarakat melalui saluran
informasi media. Dengan demikian jelas bahwa media memiliki peran penting dalam
sirkulasi pesan-pesan politik kepada masyarakat. Melalui media, seorang politisi dapat
membangun pencitraan dirinya sehingga memiliki tingkat keterpilihan tinggi.

14
2.4 Simbol Dan Instrumen Partai Politik Mencerminkan Realita Politik

a. Aspek Simbol pada Obyek Visual


Pengkondisian simbol pada obyek visual meliputi simbol-simbol
yangdigunakan pada lambang atau tanda gambar partai yang memiliki makna subyektif
baik dari makna keagamaan, budaya atau kebiasaan masyarakat. Interpretasi makna dari
aspek obyek visual berupa lambang dapat dicermati dari kesatuan warna, bentuk,
dan obyek gambar-gambar yang digunakan dalam lambang tersebut, serta
penampilan (performance) dari tokoh yang dianggap memiliki kemampuan dalam
menarik simpati masyarakat. Secara umum, pengkondisian obyek visual dapat
dicermati berdasarkan idiologi partai politik, yakni idiologi nasionalis dan idiologi
agama (termasuk di dalamnya partai politik berbasis agama). Pengkondisian simbol
obyek visual yakni :

15
Pengkondisian desain visual yang terdiri dari desain garis, warna, dan gambar,
sebagaimana ditampilkan di atas menunjukkan bahwa makna simbolik yang dihadirkan
masing-masing obyek visual memiliki makna dengan “nilai jual/komoditi politik” yang
menguntungkan partai.
b. Aspek pengkondisian desain non visual
 Ideologi
Ideologi adalah seperangkat tujuan dan ide-ide yang mengarahkan pada satu
tujuan, harapan, dan tindakan. Jadi, ideologi politik dapat diartikan sebagai seperangkat
tujuan dan ide yang menjelaskan bagaimana suatu rakyat bekerja, dan bagaimana cara
mengatur kekuasaan.Merujuk pada pendapat tersebut, maka Ideologi politik adalah
sebuah himpunan ide dan prinsip yang menjelaskan bagaimana seharusnya masyarakat
bekerja, dan menawarkan ringkasan order masyarakat tertentu. Beberapa ahli
mendefenisikan idiologi sebagai sebuah system sebaran ide, kepercayaan (beliefs) yang
membentuk system nilai dan norma serta peraturan (regulation) ideal yang diterima
sebagai fakta dan kebenaran oleh kelompok tertentu. Ideologi politik berkaitan dengan
pertanyaan,”siapa yang akan memimpin?, bagaimana mereka dipilih?, idiologi
mengandung banyak argument untuk persuasi atau melawan ide-ide yang berlawanan.
Ideologi sangat mempengaruhi banyak sekali aspek kehidupan manusia. Ideologi
merasionalisasikan kepentingan kelompok sehingga kepentingan tersebut layak
diperjuangkan. Ideologi politik juga didefenisikan kesatuan system yang saling
terintegrasi dan memiliki konsistensi untuk memberikan landasan logis bagi
penggunaan kekuasaan. Dalam pandangan sosiologi, idiologi politik dilihat sebagai
visualisasi kenyataan sosial yang sekaligus membangkitkan kesadaran sosial. Peran
penting ideologi politik dapat dicermati pada dua hal yakni, peran dalam internal partai
dan peran dalam eksternal partai. Peran internal partai sangat terkait pada arah dan
tujuan partai. Dalam konsepsi ini, idiologi menjadi dasar dari pengambilan kebijakan
internal dan penanaman nilai-nilai perjuangan partai. Sedangkan peran eksternal partai
mengarah pada penjabaran tujuan partai yang mengarah pada penanaman ide dan
gagasan partai dalam bentuk pelaksanaan program kerja partai yang dapat dirasakan
langsung oleh masyarakat.

 Komitmen terhadap peran gender


Reformasi politik yang digulirkan dan dicanangkan pemerintah melalui
undang-undang partai politik telah membuka ruang bagi perempuan untuk turut serta
berkiprah dalam ranah politik. Masuknya konsepsi gender dalam program
pembangunan merupakan salah satu penguatan yang dapat mendokrak partisipasi
perempuan dalam berbagai aspek kehidupan. Menempatkan kesetaraan gender
sebagai salah satu bagian penting dalam mengukur keberhasilan pembangunan
menunjukkan bahwa, keterlibatan perempuan dalam ranah politik merupakan suatu
keharusan dimana Negara dengan instrumen politiknya (termasuk partai politik) wajib
menyediakan ruang untuk aktifitas politik perempuan.
Kewenangan atau kompetensi perempuan dalam politik dianggap penting
dengan berbagai alasan antara lain: pertama, peningkatan legitimasi negara
demokrasi dan kepercayaan warga negara kepada pemerintah akibat pemberian

16
kesempatan yang sama bagi laki-laki dan perempuan. Kedua, perempuan merupakan
talenta terbesar dimana ide dan pemikiran mereka dapat menguntungkan masyarakat
dengan pelibatan jabatan laki-laki dan perempuan sekaligus. Ketiga, pemberian
kesempatan yang terbuka luas bagi seluruh elemen masyarakat, akan memperkuat
legitimasi, stabilitas, dan pemanfaatan sumber daya.Keempat, Laki-laki dan
perempuan memiliki pengalaman yang berbeda sehingga dapat saling mengisi dan
menyempurnakan peran masing-masing. Dalam Undang Undang Nomor 2 tahun 2011
tentang Partai Politik memberikan arah baru bagi system politik Indonesia dengan
memberikan ruang khusus bagi keterlibatan perempuan dalam politik yang termuat
dalam pasal-pasal sebagai berikut :

 Pasal 2 ayat (5)


” Kepengurusan Partai Politik tingkat pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disusun dengan menyertakan paling sedikit 30% (tiga puluh perseratus) keterwakilan
perempuan”.
 Pasal 29
“… (1a) Rekrutmen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilaksanakan melalui
seleksi kaderisasi secara demokratis sesuai dengan AD dan ART dengan
mempertimbangkan paling sedikit 30% (tiga puluh perseratus) keterwakilan
perempuan”.

Regulasi ini kemudian menjadi pedoman bagi partai politik dalam menjabarkan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga partai dalam kebijakan dan program kerja
partai. Simbol dan pencitraan dalam partai politik dapat disimpulkan bahwa penggunaan
simbol-simbol yang dicitrakan pada partai politik bertujuan sebagai pemikat libido politik atau
hasrat politik dalam mencapai tujuan partai. Makna simbolik yang dilakukan partai politik
melalui pencitraan dapat dicermati pada tampilan simbol visual dan non visual. Makna
simbolik visual merupakan penggunaan atribut-atribut keagamaan, budaya, komitmen peran
gende, dan non visual melalui idiologi, visi,misi, dan program partai.

17
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Ketika kita menyelidiki dampak politik dalam kehidupan sehari-hari warga negara, kita
segera menyadari bahwa politik bukan hanya sekadar aspek abstrak dalam struktur
pemerintahan suatu negara, melainkan juga memiliki implikasi yang sangat konkret
dalam kehidupan sehari-hari setiap individu. Hasil dari makalah ini telah
mengungkapkan bahwa politik memiliki peran penting dalam menentukan bagaimana
kebijakan publik dirumuskan dan diimplementasikan, serta bagaimana sumber daya
publik dialokasikan. Ini berarti bahwa politik memengaruhi akses masyarakat terhadap
layanan kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan bahkan lingkungan fisik mereka.

Dampak dinamika politik terhadap stabilitas pemerintahan suatu negara juga


merupakan hal yang sangat penting untuk dipahami. Dalam era globalisasi dan
kompleksitas geopolitik, kerentanan pemerintahan terhadap perubahan politik internal
dan eksternal semakin meningkat. Penelitian ini telah menunjukkan bahwa konflik
politik yang berlarut-larut, ketidakstabilan politik, dan ketidakseimbangan kekuasaan
dapat mengancam stabilitas pemerintahan suatu negara. Oleh karena itu, penting bagi
negara-negara untuk mengembangkan mekanisme yang kuat untuk mengatasi konflik
politik dan memastikan kelangsungan pemerintahan yang stabil.

Peran media massa dalam membentuk persepsi masyarakat terhadap politik juga tidak
boleh diabaikan. Penelitian ini telah membuktikan bahwa media massa memiliki
kekuatan besar dalam membentuk opini publik dan memengaruhi pandangan
masyarakat terhadap isu-isu politik. Melalui pemberitaan, pemilihan naratif, dan
pemilihan topik berita, media massa dapat mempengaruhi bagaimana masyarakat
memandang partai politik, kandidat, dan isu-isu politik tertentu. Oleh karena itu, penting
bagi masyarakat untuk menjadi kritis terhadap informasi yang mereka terima dari media
massa dan untuk mencari berbagai sumber informasi untuk mendapatkan pandangan
yang seimbang.
Terakhir, simbol dan instrumen partai politik mencerminkan realita politik yang lebih
luas. Penelitian ini telah mengungkapkan bahwa simbol, slogan, dan strategi kampanye
partai politik sering kali mencerminkan nilai-nilai, ideologi, dan tujuan politik yang
lebih besar. Oleh karena itu, analisis simbolisme politik dapat memberikan wawasan
yang berharga tentang arah politik suatu negara dan dukungan publik terhadap partai
politik tertentu.
Dengan demikian, kesimpulan dari makalah ini adalah bahwa politik memiliki dampak
yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari warga negara dan dalam stabilitas
pemerintahan suatu negara. Media massa memainkan peran penting dalam membentuk
persepsi masyarakat terhadap politik, dan simbol serta instrumen partai politik

18
mencerminkan realita politik yang lebih luas. Oleh karena itu, pemahaman yang
mendalam tentang politik dan partisipasi aktif dalam proses politik sangat penting bagi
setiap warga negara untuk memastikan bahwa kepentingan mereka diwakili dan negara
mereka dapat mencapai stabilitas dan kemajuan yang berkelanjutan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Nila Sastrawati. (2015).’’SIMBOLISME DALAM PENCITRAAN PARTAI


POLITIK''. Jurnal UIN Alauddin, Makassar,hal 172-176
Hj. Sy. Nurul Syobah. (2012). “Peran Media Massa dalam Komunikasi Politik”.
STAIN SAMARINDA
Muhadam Labolo. (2015). “Dinamika politik dan pemerintahan
lokal”. Ghalia Indonesia,Jakarta
Lilis Rina Santi. (2023). “Sistem Politik di Indonesia”.

20

Anda mungkin juga menyukai