Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KAPITA SELEKTA PEMERINTAHAN

Bentuk dan Tingkat Partisipasi Politik

Disusun Oleh:

Nina najibah (105200282)

Dosen Pengampu:

Suhendra, M.Sc.

ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDINJAMBI

2023

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Bentuk
dan Tingkat Partisipasi Politik"

Terima kasih kami ucapkan kepada Dosen Bapak Suhendra, M.Sc. selaku dosen
Mata kuliah kapita selekta pemerintahan Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan kami terkait materi yang dibahas

di dalam makalah ini Penulis menyadari bahwa makalah yang dibuat ini masih jauh
dari kata sempurna baik dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pembaca

untuk mebimbing agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi dimasa
mendatang.Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca,
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan tentang topik
yang dibahas.

Jambi, 24 Maret 2023

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................iii

LATAR BELAKANG............................................................................................ 1
RUMUSAN MASALAH........................................................................................ 1
TUJUAN MASALAH............................................................................................ 1
BAB II PENBAHASAN..................................................................................................2

PENGERTIAN PARTISIPASI POLITIK.................................................................2


BENTUK-BENTUK PARTISIPASI POLITIK..........................................................2
TINGKAT PARTISIPASI POLITIK.......................................................................3
FAKTOR PENDUKUNG PARTISIPASI POLITIK..................................................3
FAKTOR PENGHAMBAT PARTISIPASI POLITIK .....................................................4
FUNGSI PARTISIPASI POLITIK....................................................................4

FUNGSI PARTISIPASI POLITIK................................................................................5

MANFAAT PARTISIPASI POLITIK...........................................................................5

BAB III PENUTUP..........................................................................................................6

KESIMPULAN........................................................................................................ 7
SARAN...................................................................................................................... 7
DAFTRA PUSTAKA.......................................................................................................8

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Bentuk dan Tingkat Partisipasi politik merupakan topik yang sangat penting dalam
ilmu politik dan sosial seperti yang kita ketahui dalam ilmu politik, dikenal adanya
konsep partisipasi politik untuk memberi gambaran apa dan bagaimana tentang
partisipasi politik. Dalam perkembangannya, masalah partisipasi politik menjadi
begitu penting, terutama saat mengemukanya tradisi pendekatan behavioral
(perilaku) dan Post Behavioral (pasca tingkah laku). Kajian-kajian partisipasi politik
terutama banyak dilakukan di negara-negara berkembang, yang pada umumnya
kondisi partisipasi politiknya masih dalam tahap pertumbuhan dan partisipasi politik
adalah cara seseorang agar terlibat dalam politik.

Oleh kerena itu maka kita mengetahui bahwa partisipasi politik itu merupakan suatu
hal yang bersifat suka rela terhadap masyarakat yang aktif dalam perpolitikan ini.
Disini dapat kita lihat bahwa masyarakat sebagai subjek dalam pembangunan untuk
ikut serta dalam menentukan keputusan yang menyangkut keputusan bersama
(umum). Oleh karena itu di dalam mengambil keputusan dibutuhkannya kerja sama
antara partai politik dan masyarakat untuk memberikan keputusan yang baik dalam
perpolitikan bagi negaranya (Indonesia).

Dalam hal memberikan pengetahuan mengenai hal politik, selain partai politik,
sekolah dan keluarga, maka perang partai politik lah yang harus lebih di utamakan
dalam memberikan pendidikan tersebut. Karena partai politik merupakan organisasi
yang beroperasi dalam sistem perpolitikan. Salah satu fungsi partai politik adalah
fungsi partisipasi pilitik, dimana fungsi partisipasi adalah fungsi partai politik untuk
membawa warga Negara agar aktif dalam kegiatan perpolitikan. Jenis partisipasi
politik yang ditawarkan oleh partai politik kepada warga negaranya adalah kegiatan
kampanye, mencari dana bagi partai, memilih pemimpin, demonstrasi, dan debat
politik. Dalam kegiatan partai politik ini untuk memberikan pendidikan politik dapat
dilakukan denga cara mengadakan kegiatan kampanye, mencari dana bagi partai,
memilih pemimpin, demonstrasi, dan debat politik. Dengan itu maka masyarakat pun
mendapatkan pendidikan politik yang seharusnya didapatkan oleh masyarakat
tersebut

Rumusan Masalah

Dalam pembahasan materi mengena bentuk dan Tingkat Partisipasi Politik kami
mengangkat rumusan masalah yaitu:

1. Pengertian partisipasi politik?


2. Apa sajakah bentuk-bentuk partisipasi politik?
3. Apa sajakah tingkatan partisipasi politik?
4. Apa sajakah faktor pendukung partisipasi politik?
5. Apa sajakah faktor penghambat partisipasi politik?
6. Apa sajakah fungsi pasrtisipasi politik?
7. Bagaimanakah manfaat dari partisipasi politik?

Tujuan

Menjelaskan bagaimana bentuk dan Tingkat partisipasi politik

BAB II
PEMBAHASAN

1.pengertian Partisipasi Politik


Sebelum kita mendefinisikan partisipasi politik secara komprehensif, terlebih dahulu
mendefinisikan secara kosa kata. Ada dua kosa kata yaitu partisipasi dan politik. Partisipasi
adalah perihal turut berperan serta dalam suatu kegiatan; keikutsertaan; peran serta,
Miriam Budiardjo mengatakan bahwa Politik adalah usaha menggapai kehidupan yang baik.
Politik sangat erat kaitannya dengan masalah kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan
publik dan alokasi atau distribusi dan masih banyak lagi.
Partisipasi berasal dari bahsa latin, yaitu pars yang artinya bagian dan capere (sipasi) yang
artinya mengambil. Bila dihubungkan “berarti mengambil bagian”. Dalam bahasa Inggris,
participale atau participation berarti mengambil bagian atau mengambil peranan dalam
aktivitas atau kegiatan politik suatu negara.
Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara
aktif dalam kehidupan dunia politik, antara lain dengan jalan memilih pemimpin negara dan
secara langsung atau tidak langsung, memengaruhi kebijakan pemerintah (public policy).
Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum,
menghadiri rapat umum, mengadakan hubungan (contacting) dengan pejabat pemerintah
atau anggota parlemen, menjadi anggota partai salah satu gerakan sosial dengan direct
actionnya dan sebagainya.

Pengertian partisipasi menurut para ahli


1. Michael Rush Philip Althoff, partisipasi politik adalah keterlibatan individu
sampai macam-macam tingkatan di dalam sistem politik.

2. Kevin R. Hardwic, partisipasi politik memberi perhatian cara-cara warga


negara berupaya menyampaikan kepentingan-kepentingan mereka terhadap
pejabat-pejabat publik agar mampu mewujudkan kepentingan-kepentingan
tersebut.

3. Herbert McClosky, partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari


warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses
pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung, dalam proses
pembentukan kebijakan umum

4. Ramlan Surbakti partisipasi politik adalah keikut sertaan warga negara biasa
dalam menentukan segala keputusan menyangkut atau memengaruhi
hidupnya. Sesuai dengan istilah partisipasi (politik) berarti keikutsertaan
warga negara biasa (yang tidak mempunyai kewenangan) dalam memengaruhi
proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik.

5. Wahyudi Kumorotomo mengatakan, Partisipasi adalah berbagai corak


tindakan massa maupun individual yang memperlihatkan adanya hubungan
timbale balik antara pemerintah dan warganya.

Dan Partisipasi politik adalah bagian penting dalam kehidupan politik semua negara,
terutama bagi negara yang mmenyebut dirinya sebagai negara demokrasi, partisipasi politik
merupakan salah satu indikator utama. Artinya, suatu negara baru bisa disebut sebagai
negara demokrasi jika pemerintah yang berkuasa memberi kesempatan yang seluas-luasnya
kepada warga negara untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik, sebaliknya warga negara
yang bersangkutan juga harus memperlihatkan tingkat partisipasi politik yang cukup tinnggi.
Jika tidak, maka kadar kedemokratisan negara tersebut masih diragukan
Di negara-negara demokrasi konsep contohnya negara Indonesia partisipasi politik bertolak
dari paham bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat, yang dilaksanakan melalui kegiatan
bersama untuk menetapkan tujuan-tujuan serta masa depam masyarakat itu dan untuk
menentukan orang-orang yang akan memegang tampuk pimpinan.
Partisipasi politik erat sekali kaitannya dengan kesadaran politik, karena semakin sadar
bahwa dirinya diperintah, orang kemudian menuntut diberikan hak bersuara dalam
penyelenggaraan pemerintah. Di negara-negara demokrasi umumnya dianggap baha lebih
banyak partisipasi masyarakat maka lebih baik, sebaliknya tingkat partisipasi yang rendah
pada umumnya dianggap sebagai tanda yang kurang baik, karena dapat ditafsirkan bahwa
banyak warga tidak menaruh perhatian terhadap masalah kenegaraan.
Masalah partisipasi politik bukan hanya menyangkut watak atau sifat dari pemerintahan
negara, melainkan sifat, watak atau karakter masyarakat suatu negara dan berpengaruh
yang ditimbulkannya.
2 Bentuk-Bentuk Partisipasi
Dalam tataran praktis, partisipasi politik bisa muncul dalam beberapa bentuk. Setiap bentuk-
bentuk partisipasi politik akan berisikan gaya, tuntunan, pelaku dan sampai pada tindakan-
tindakan yang dilakukan warga negara dalam konteks politik. Selain itu juga berkanaan
denganjumlah orang yang terlibat dalam bentuk-bentuk partisipasi politik, tidak harus selalu
dilakukan oleh sekelompok orang, tetapi bisa juga dilakukan oleh hanya satu orang.
Perilaku politik seseorang dapat dilihat dari bentuk partisipasi politik yang
dilakukannya. Bentuk partisipasi politik dilihat dari segi kegiatan dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Partisipasi aktif
bentuk partisipasi ini berorientasi kepada segi masukan dan keluaran suatu sistem politik.
Misalnya, kegiatan warga negara mengajukan usul mengenai suatu kebijakana umum,
mengajukan alternatif kebijakan umum yang berbeda dengan kebijakan pemerintah,
mengajukan kritik dan saran perbaikan untuk meluruskan kebijaksanaan, membayar pajak,
dan ikut srta dalam kegiatan pemilihan pimpinan pemerintahan.
b. Partisipasi pasif
Bentuk partisipasi ini berorientasi kepada segi keluaran suatu sistem politik. Misalnya,
kegiatan mentaati peraturan/perintah, menerima, dan melaksanakan begitu saja setiap
keputusan pemerintah.

Samuel P. Huntington dan Joan Nelson membagi bentuk-bentuk partisipasi politik menjadi:
1. Kegiatan Pemilihan – yaitu kegiatan pemberian suara dalam pemilihan umum, mencari
dana partai, menjadi tim sukses, mencari dukungan bagi calon legislatif atau eksekutif,
atau tindakan lain yang berusaha mempengaruhi hasil pemilu;
2. Lobby – yaitu upaya perorangan atau kelompok menghubungi pimpinan politik dengan
maksud mempengaruhi keputusan mereka tentang suatu isu;
3. Kegiatan Organisasi – yaitu partisipasi individu ke dalam organisasi, baik selaku anggota
maupun pemimpinnya, guna mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah;
4. Contacting – yaitu upaya individu atau kelompok dalam membangun jaringan dengan
pejabat-pejabat pemerintah guna mempengaruhi keputusan mereka, dan

5. Tindakan Kekerasan (violence) – yaitu tindakan individu atau kelompok guna


mempengaruhi keputusan pemerintah dengan cara menciptakan kerugian fisik manusia
atau harta benda, termasuk di sini adalah huru-hara, teror, kudeta, pembutuhan politik
(assassination), revolusi dan pemberontakan.

Bila dilihat dari jumlah pelaku, partisipasi politik dapat dibedakan menjadi berikut:
a. Partisipasi individual, yaitu partisipasi yang dilakukan oleh orang perorang secara
individual, misalnya menulis surat yang berisi tuntutan atau keluhan kepada pemerintah.
b. Partisipasi kolektif, yakni kegiatan politik yang dilakukan oleh sejumlah warga negara
secara serentak yang dimaksudkan untuk mempengaruhi penguasa. Partisipasi kolektif ini di
bagi lagi menjadi dua, yaitu konvensional dan non-konvensional.
Tur Wahyudin (2008), membagi bentuk partisipasi politik berdasarkan tipe masyarakatnya
seperti berikut ini:
a. Masyarakat Primitif, dalam masyarakat primitif, kehidupan politik cenderung erat
terintegrasi dengan kegiatan masyarakat pada umumnya. Oleh sebab itu, partisipasi politik
pada masyarakat ini cenderung tinggi dan mungkin sulit untuk membedakannya dari
kegiatan yang lain.
b. Masyarakat Berkembang, dalam masyarakat berkembang, karena adanya kombinasi dari
institusi dan pengaruh modern dan tradisional, partisipasi umumnya dibatasi oleh faktor-
faktor seperti tingkatan melek huruf dan masalah umum. Oleh karenanya, partisipasi dalam
masyarakat ini dalam beberapa bentuk cenderung sangat tinggi, dan yang lainnya cenderung
sangat rendah.
c. Masyarakat Totaliter, salah satu karakteristik paling penting dari masyarakat totaliter
adalah bahwa mereka berusaha mengontrol partisipasi dalam proses politik pada semua
tingkatan.

3.Tingkatan Partisipasi Politik


Identifikasi bentuk-bentuk kegiatan partisipasi politik, ternyata tidak cukup untuk
menjelaskan bobot dari masing-masing kegiatan tersebut. Hal ini dibutuhkan guna
menjelaskan keterlibatan seseorang atau sekelompok orang dalam bentuk-bentuk praktik
partisipasi politik, bisa diukur dari segi efektivitasnya. Hal ini berkenaan dengan defenisi inti
seperti yang dikemukakan Huntington dan Nelson, yaitu berkenaan dengan pengaruh
kegiatan partisipasi politik terhadap proses politik yang dilakukan pemerintah.
Untuk menganalisis tingkat-tingkat partisipasi politik, mereka mengajukan dua kriteria
penjelas. Pertama, dilihat dari ruang lingkup atau proporsi dari suatu kategori warga negara
yang melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan partisipasi politik. Kedua, intensitasnya, atau
ukuran, lamanya, dan arti penting dari kegiatan khusus itu bagi sistem politik
Hubungan antara dua kriteria ini, cenderung diwujudkan dalam hubungan “berbanding
balik”. Lingkup partisipasi politik yang besar biasanya terjadi dalam intensitas yang kecil atau
rendah, misal partisipasi dalam pemilihan umum. Sebaliknya jika lingkup partisipasi politik
rendah atau kecil, maka intensitasnya semakin tinggi. Contoh, kegiatan aktivis-atktivis partai
politik, pejabat partai politik, kelompok-kelompok penekan. Jadi dalam hal ini, terjadi
hubungan, “semakin luas ruang lingkup partisipasi politik maka semakin rendah atau kecil
intensitasnya, dan sebaliknya semakin kecil ruang lingkup partisipasi politik, maka
intensitasnya semakin tinggi”.
Tingkatan Partisipasi Politik
1. Pejabat, Partai sepenuh, Waktu. Pemimpin partai/kelompok kepentingan (Aktivis)
2. Petugas kampanye. Anggota aktif dari partai/kelompok kepentingan dalam proyek-proyek
sosial (Partisipan)
3. Menghadiri rapat umum anggota partai/kelompok kepentingan, membicarakan masalah
politik, mengikuti perkembangan politik melalui media massa, memberikan suara dalam
pemilu
4. Orang-orang yang apolitis

Tingkatan partisipasi politik menurut Huntington dan Nelson, Rush dan Althoff .
a. Menduduki jabatan politik atau administratif
b. Mencari jabatan politik atau administratif
c. Keanggotaan aktif suatu organisasi politik
d. Keanggotaan pasif suatu organisasi politik
e. Keanggotaan aktif suatu organisasi semu politik (quasi-political)
f. Keanggotaan pasif suatu organisasi semu politik (quasi-political)
g. Partisipasi dalam rapat umum, demonstrasi, dan sebagainya
h. Partisipasi dalam diskusi politik informal minat umum dalam bidang politik
i. Voting (pemberian suara)
Tingkatan partisipasi politik, mencerminkan kapasistas partisipan dalam berpartisipasi
politik. Semakin tinggi tingkatan yang ditempati, maka semakin tinggi pula tingkatan
partisipasi politiknya. Dalam lingkup partisipasi politiknya, jika semakin tinggi maka semakin
sedikit (semakin mengerucut pada jumlah tertentu).
Voting merupakan tingkatan partisipasi politik terendah, yang membedakan satu tingkat di
atas orang yang apatis total, sementara di atasnya terdapat orang atau sekelompok orang
yang sering terlibat dalam diskusi-diskusi politik informal, yang proporsinya lebih rendah,
namun intensitasnya lebih tinggi.

4.Faktor Pendukung partisipasi Politik


a. Pendidikan politik
menurut Ramdlon Naning, pendidikan politik adalah usaha untuk memasyarakatkan
politik, dalam arti mencerdaskan kehidupan politik rakyat, meningkatkan kesadaran setiap
warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; serta meningkatkan kepekaan
dan kesadaran rakyat terhadap hak, kewajiban, dan tanggung jawabnya terhadap bangsa
dan negara.
b. Kesadaran politik
Menurut Drs.M. Taupan,Kesadaran politik adalah suatu proses batin yang
menampakkan keinsafan dari setiap warga negara akan urgensi kenegaraan dalam
kehidupan masyarakat dan bernegara, kesadaran politik atau keinsafan hidup bernegara
menjadi penting dalam kehidupan kenegaraan, mengingat tugas-tugas negara bersifat
menyeluruh dan kompleks sehingga tanpa dukungan positif dari seluruh warga masyarakat,
tugas-tugas negara banyak yang terbengkelai.
c. Sosialisasi politik
Sosialisasi politik adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan proses dengan
jalan mana orang belajar tentang politik dan mengembangkan orientasi pada politik.

5.Faktor Penghambat Partisipasi Politik


Ada banyak orang yang tidak berpartisipasi dalam politik, hal ini disebabkan oleh beberapa
hal antara lain;
1. Apatis (masa bodoh) dapat diartikan sebagai tidak punya minat atau tidak punya
perhatian terhadap orang lain, situasi, atau gejala-gejala.
2. Sinisme menurut Agger diartikan sebagai “kecurigaan yang busuk dari manusia”, dalam
hal ini dia melihat bahwa politik adalah urusan yang kotor, tidak dapat dipercaya, dan
menganggap partisipasi politik dalam bentuk apa pun sia-sia dan tidak ada hasilnya.
3. Alienasi menurut Lane sebagai perasaan keterasingan seseorang dari politik dan
pemerintahan masyarakat dan kecenderungan berpikir mengenai pemerintahan dan politik
bangsa yang dilakukan oleh orang lain untuk oranng lain tidak adil.
4. Anomie, yang oleh Lane diungkapkan sebagai suatu perasaan kehidupan nilai dan
ketiadaan awal dengan kondisi seorang individu mengalami perasaan ketidakefektifan dan
bahwa para penguasa bersikap tidak peduli yang mengakibatkan devaluasi dari tujuan-
tujuan dan hilangnya urgensi untuk bertindak.

6.Fungsi Partisipasi Politik


Sebagai suatu tindakan atau aktivitas, baik secara individualmaupun kelompok, partisipasi
politik memiliki beberapa fungsi. Robert Lane (Rush dan Althoff, 2005) dalam studinya
tentang keterlibatan politik , menemukan empat fungsi partisipasi politik bagi individu-
individu.
1. Sebagai sarana untuk mengejar kebutuhan ekonomis.
2. Sebagai sarana untuk memuaskan suatu kebutuhan bagi penyesuaian sosial.
3. Sebagai saran untuk mengejar nilai-nilai khusus.
4. Sebagai sarana untuk memenuhi keutuhan alam bawah sadar dan kebutuhan
psikologis tertentu.

Dari sisi lain, Arbit Sanit (Sastroatmodjo, 1995) memandang ada tiga fungsi partisipasi politik.
1. Memberikan dukungan kepada penguasa dan pemerintah yang dibentuknya beserta
sistem politik yang dibentuknya.
2. Sebagai usaha untuk menunjukkan kelemahan dan kekurangan pemerintahan
3. Sebagai tantangan terhadap penguasa dengan maksud menjatuhkannya sehingga
kemudian diharapkan terjadi perubahan struktural dalam pemerintahan dan dalam
sistem politik, misalnya melalui pemogokan, hura-hura dan kudeta.

Partisipasi politik juga mempunyai fungsi bagi kepentingan pemerintahan. Untuk


kepentingan pemerintahan, partisipasi politik mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Untuk mendorong program-program pemerintah. Hal ini berarti bahwa peran serta
masyarakat diwujudkan untuk mendukung program politik dan program pemerintah.
2. Sebagai institusi yang menyuarakan kepentingan masyarakat untuk masukan bagi
pemerintah dalam mengarahkan dan meningkatkan pembangunan.
3. Sebagai sarana untuk memberikan masukan, saran dan kritik terhadap pemerintah
dalam perencanaan dan pelaksanaan program-program pembanngunan.

7.Manfaat Partisipasi Politik


Manfaat partisipasi politik menurut beberapa ahli:
1) Menurut Robert Lane;
• sebagai sarana untuk mengejar kebutuhan ekonomi
• sebagai sarana untuk memuaskan suatu kebutuhn bagi penyesuaian sosial
• sebagai sarana mengejar niai-nilai khusus.
• sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan alam bawah sadar dan kebutuhan psikologis
tertentu.
2) Menurut Arbi Sanit;
• Memberikan dukungan kepada penguasa dan pemerintah yang dibentuknya beserta
sistem politik yang dibentuknya.
• Sebagai usaha untuk menunjukkan kelemahan dan kekurangan pemerintah
• Sebagai tantangan terhadap penguasa dengan maksud menjatuhkannya sehingga
diharapkan terjadi perubahan struktural dalam pemerintahan dan dalam sistem politik

Manfaat Partisipasi Politik bagi Pemerintah:


a) Mendorong program-program pemerintah
b) Sebagai institusi yang menyuarakan kepentingan masyarakat untuk masukan bagi
pemerintah dalam mengarahkan dan meninngkatkan pembangunan.
c) Sebagai sarana untuk memberikan masukan, saran dan kritik terhadap pemerintah dalam
perencanaan dan pelaksanaan program-proram pembangunan

BABIII
PENUTUP
Kesimpulan
Partisipasi politik adalah hal yang sangat diperlukan di dalam kehidupan, dengan
berpartispasi dalam politik kita bisa mengubah dan mempengaruhi suatu kebijakan
pemerintah, selain itu dengan berpartisipasi dalam politik kita telah melaksanakan
kewajiban kita sebagai warga negara, demi mewujudkan kehidupan yang leih baik
Tanpa adanya partisipasi politik maka negara akan menjadi suatu negara yang
otoriter dimana penguasalah yang akan menentukan segaa sesuatunya tanpa boleh
satu orangpun untuk mengubah ataupun menentang keputusan penguasa.

2. Saran
Menyadarkan kepada masyarakat bagaimana pentingnya partisipasi politik dan
manfaat dari partisipasi politik bagi kehidupan bernegara. Ini dapat dilakukan melaui
pendidikan sosialisasi politik kepada masyarakat itu sendiri, sehingga dengan ini kita
bisa menimbulkan kesadaran pada diri masyarakat untuk berpartisipasi dalam politik.
DAFTAR PUSTAKA

Rush, Michael dan Althoff. Pengantar Sosiologi Politik. Penerbit PT Rajawali.


Jakarta 1989
Budiarjo,Miriam. Dasar-dasar Ilmu Politik. Penerbit Gramedia.Jakarta.2008
Sastrodmojo,Sudijono. Perilaku Politik. Penerbit Semarang pres.Semarang.1995
http://wayanpolitik.blogspot.com/faktor-faktor-pendukung-partisipasi.html
diakses7juli2014
http://tumija.wordpress.com/2009/07/31/budaya-politik/ diakses7juli2014
http://setabasri01.blogspot.com/2009/02/partisipasi-politik.html,diakses7Juli2014
Gatara, Said dan Said, Moh. Dzulkiah. 2007. Sosiologi Politik. Bandung. Pustaka Setia

Anda mungkin juga menyukai