Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KOMUNIKASI POLITIK

SOSIALISASI DAN PARTISIPASI POLITIK

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah


Komunikasi Politik

Disusun Oleh: Kelompok 3

Novi Junika (2130501119)

Ilham Walidin (2130501118)

Dosen Pengampu:

Muhammad Randicha Hamandia,S.Kom.l,M.Sos

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, inayah,
taufik nya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa
kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Semoga makalah ini dapat membantu kita semua dalam memahami materi
yang bersangkutan di mata kuliah kita ini. Harapan kami semoga makalah ini
dapat mendorong pemahaman kita semua dalam menguasai materi kuliah ini,
sehingga bisa menjadi dasar untuk memahami atau menghadapi masalah yang
akan timbul dari materi kuliah ini.

Bagi kami sebagai penyusun merasa masih banyak kekurangannya, karena


pengalaman kami yang masih sangat minim dan terbatas tentang materi kali ini.
Oleh karena itu kami inginkan dari segenap para pembaca untuk memberikan
masukan yang akan mendukung sempurnanya makalah ini.

Palembang, 10 Oktober 2022

Kelompok 4

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4

ii
A. Latar Belakang..............................................................................................4

B. Rumusan Masalah.........................................................................................4

C. Tujuan...........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5

A. Sosiologi Politik.........................................................................................5

1.1PolitikPengertian Sosialisasi
Politik…………………………………………...…....5

1.2 Jenis-Jenis Sosiologi..........................................................................5

1.3 Syarat Terjadinya Sosiologi politik....................................................5

B. Partisipasi Politik………………….
………………………….......................................14

2.1Pengertian Patisipasi Politik............................................................14

2.2 Jenis-Jenis Partisipasi Politik.........................................................14

BAB III PENUTUP...............................................................................................15

A. Simpulan.....................................................................................................15

B. Saran............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu yang menjadikan manusia sebagai makhluk sosial


adalah manusia mampu menerapkan komunikasi secara baik. Tujuan dari
berkomunikasi pada dasarnya, untuk mengutarakan maksud seseorang
kepada orang lain. Penting sekali menerapkan komunikasi yang baik
dalam kehidupan politik, salah satunya yaitu memahami konteks berpolitik
itu sendiri. Hal ini dilakukan dengan strategi komunikasi politik yang baik
untuk menjelaskan kepada khalayak.

Setiap warga negara, dalam kesehariannya hampir selalu


bersentuhan dengan aspek-aspek politik praktis baik yang bersimbol
maupun tidak. Dalam proses pelaksanaannya dapat terjadi secara langsung
atau tidak langsung dengan praktik-praktik politik. Jika secara tidak
langsung, hal ini sebatas mendengar informasi, atau berita-berita tentang
peristiwa politik yang terjadi. Dan jika seraca langsung, berarti orang
tersebut terlibat dalam peristiwa politik tertentu. Kehidupan politik yang
merupakan bagian dari keseharian dalam interaksi antar warga negara
dengan pemerintah, dan institusi-institusi di luar pemerintah (non-formal),
telah menghasilkan dan membentuk variasi pendapat, pandangan dan
pengetahuan tentang praktik-praktik perilaku politik dalam semua sistem
politik. Oleh karena itu, seringkali kita bisa melihat dan mengukur
pengetahuan-pengetahuan, perasaan dan sikap warga negara terhadap
negaranya, pemerintahnya, pemimpim politik dan lain-lain.

Sosialisasi politik merupakan suatu proses pembelajaran bagi


orang atau kelompok orang untuk mengetahui sistem politik. Menurut
Rush dan Althoff (2011: 22-23) sosialisasi politik adalah suatu proses,
dimana seseorang individu bisa mengenali sistem politik, yang kemudian

1
menentukan sifat persepsi-persepsinya mengenai politik serta reaksi-
reaksinya terhadap gejala-gejala politik. Sosialisasi politik mencakup
pemeriksaan mengenai lingkungan kultural, lingkungan politik, dan
lingkungan sosial dari masyarakat individu yang bersangkutan; juga
mempelajari sikap-sikap politik serta penilaiannya terhadap politik. Dalam
pandangan sistem politik, sosialisasi politik sangatlah penting untuk bisa
melakukan proses politik, dimana dengan menanamkan nilai-nilai dalam
proses sosialisasi bisa mempengaruhi individu ataupun kelompok sehingga
terlibat dalam sistem politik, salah satunya berupa partisipasi politik.

Memahami pendidikan politik di masyarakat merupakan hal yang


sangat menarik untuk diketahui. Karena pendidikan politik itu merupakan
suatu proses dialogik diantara pemberi dan penerima pesan. Melalui proses
ini para anggota masyarakat mengenal dan mempelajari nilai-nilai, norma-
norma, dan simbol-simbol politik negaranya dari berbagai pihak dalam
sistem politik seperti sekolah, pemerintah, dan partai politik. Pendidikan
politik mengajarkan masyarakat untuk lebih mengenal sistem politik
negaranya. Seperti yang di sebutkan dalam pasal 1 ayat (4) UU No. 2
Tahun 2008 tentang partai politik yang menyebutkan bahwa pendidikan
politik merupakan proses pembelajaran dan pemahaman tentang hak,
kewajiban, dan tanggung jawab setiap warga Negara dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Menurut pasal tersebut jelas dikatakan bahwa
partai politik berhak memberikan pendidikan politik kepada setiap warga
Negara dan seiap warga Negara juga berhak menerima pendidikan itu.
Misalnya pendidikan politik yang diberikan oleh partai politik kepada
masyarakat, disini partai politik memberikan pendidikan politik secara
berkala kepada masyarakat.

Menurut Ramlan Surbakti (2000: h.117) dalam memberikan


pengertian tentang pendidikan politik harus dijelaskan terlebih dahulu
mengenai sosialisasi politik bahwa sosialisasi politik dibagi dua yaitu
pendidikan politik dan indoktrinasi politik. Pendidikan politik merupakan

2
suatu proses dialogik diantara pemberi dan penerima pesan. Melalui proses
ini para anggota masyarakat mengenal dan mempelajari nilai-nilai, norma-
norma, dan simbol-simbol politik negaranya dari berbagai pihak dalam
sistem politik seperti sekolah, pemerintah, dan partai politik.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan sosialisasi politik?


2. Apa yang dimaksud dengan partisipasi politik?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sosialisasi politik


2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud partissipasi politik

BAB II

A. Sosialisasi Politik

1) Pengertian Sosialisasi Politik

Sosialisasi politik mencakup pemeriksaan mengenai lingkungan


kultural, lingkungan sosial dari masyarakat yang bersangkutan,
interaksi sosial, tingkah laku sosial, suatu proses bagaimana

3
memperkenalkan sebuah sistem pada seseorang, dan bagaimana orang
tersebut menentukan tanggapan serta reaksireaksinya. Sosialisasi
politik ditentukan oleh lingkungan sosial, ekonomi dan kebudayaan di
mana individu berada, selain itu juga ditentukan oleh interaksi
pengalaman-pengalaman serta kepribadiannya. Berdasarkan hal
tersebut, sosialisasi politik merupakan mata rantai paling penting di
antara sistem-sistem sosial lainnya, karena dalam sosialisasi politik
adanya keterlibatan individu-individu sampai dengan kelompok-
kelompok dalam satu sistem untuk berpartisipasi.

Sosialisasi merupakan proses belajar, pada dasarnya sifat manusia


adalah tidak akan pernah puas untuk belajar sesuatu hal yang belum
diketahuinya, seperti belajar mengenai norma-norma untuk dapat
beradaptasi dengan lingkungan sosialnya. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Peter L. Berger bahwa sosialisasi merupakan proses dengan
mana seseorang belajar menjadi anggota masyarakat (dalam Sutaryo,
2005:156).

Fred. Greenstein menjelaskan pengertian sosialisasi politik dalam


arti sempit dan luas, yaitu: 1) Penanaman informasi yang disengaja,
nilai-nilai dan praktek-praktek yang oleh badan-badan intruksional
secara formal ditugaskan untuk tanggung jawab. 2) Semua usaha untuk
mempelajari, baik formal maupun informal, disengaja ataupun tidak
direncanakan, pada setiap tahap siklus kehidupan, dan termasuk
didalamnya tidak secara eksplisit masalah belajar saja, akan tetapi juga
secara nominal belajar bersikap mengenai karakteristik-karakteristik
kepribadian yang bersangkutan. (dalam Rush & Althoff, 2002:35-36)

Sosialisasi politik menurut Syahrial Syarbaini dkk ialah proses


pembentukan sikap dan orietansi politik pada anggota masyarakat
(Syahrial Syarbaini dkk, 2004:71). Masyarakat melalui proses
sosialisasi politik inilah memperoleh sikap dan orientasi terhadap

4
kehidupan politik yang berlangsung dalam masyarakat. Proses ini
berlangsung seumur hidup melalui pendidikan formal dan informal
atau tidak sengaja melalui kontak dan pengalaman seharihari, baik
dalam kehidupan keluarga atau tetangga maupun dalam pergaulan
masyarakat.

2) Jenis-Jenis Sosialisasi Politik

Sosialisasi apabila dikaitkan dengan prosesnya, terdapat jenis-jenis


sosialisasi. Susanto membagi jenis sosialisasi menjadi dua, yaitu:

1) Sosialisasi primer, sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa


kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga).
Sosialisasi ini berlangsung pada saat kanak-kanak

2) Sosialisasi sekunder, adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah


sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok
tertentu dalam masyarakat.

Jenis-jenis sosialisasi berdasarkan tipenya menurut Syahrial


Syarbaini dkk, terbagi menjadi dua, yaitu:

1) Sosialisasi formal, yaitu sosialisasi yang dilakukan melalui


Lembaga-lembaga berwenang menurut ketentuan negara atau melalui
lembagalembaga yang dibentuk menurut undang-undang dan peraturan
pemerintah yang berlaku.

2) Sosialisasi informal, yaitu sosialisasi yang bersifat kekeluargaan,


pertemanan atau sifatnya tidak resmi. (Syarbaini dkk, 2004:73)

Sosialisasi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga resmi


pemerintahan, disebut sosialisasi formal karena lembaga tersebut
mempunyai kewenangan karena mempunyai landasan hukum dan
materi yang disampaikan merupakan kebijakan pemerintah. Sosialisasi

5
yang bersifat informal lebih sering dilakukan tanpa disadari. Jenis
sosialisasi formal merupakan jenis yang sering digunakan oleh
pemerintah dalam mensosialisaskan program atau kebijakan yang baru
dibuat kepada masyarakat.

3) Syarat Terjadinya Sosialisasi Politik

Michael Rush dan Phillip Althoff berpendapat bahwa setiap


keberhasilan suatu proses sosialisasi politik ditentukan oleh faktor
lingkungan dan keterkaitan unsur-unsur yang mempengaruhinya.
Proses keberhasilan sosialisasi politik ditentukan oleh: 1) Agen
sosialisasi politik, yang terdiri dari keluarga, pendidikan, media massa,
kelompok sebaya, kelompok kerja, kelompok agama. Selain itu
keberadaan kelompok kepentingan dan organisasi kemasyarakatan
memberi pengaruh sebagai agen sosialisasi politik terhadap partisipasi
masyarakat. 2) Materi sosialisasi politik, yaitu pengetahuan, nilai-nilai
dan sikap-sikap politik yang hidup di masyarakat. 3) Mekanisme
sosialisasi politik, di bagi menjadi tiga yaitu, imitasi, instruksi,
motivasi. 4) Pola sosialisasi politik proses yang terus
berkesinambungan, untuk mengetahui proses sosialisasi, yang terdiri
dari Badan atau instansi yang melakukan proses sosialisasi, hubungan
antara badan atau instansi tersebut dalam melakukan proses sosialisasi
(Rush & Althoff, 2002:37).

Agen sosialisasi merupakan pemeran utama dalam keberhasilan


proses sosialisasi politik untuk menyebarkan atau menanamkan nilai-
nilai dan norma-norma yang terdapat dalam materi sosialisasi politik.
Keberhasilan tersebut ditentukan oleh mekanisme yang terencana dan
digambarkan dalam pola proses sosialisasi yang baik. Apabila proses-
proses tersebut dapat tersusun, maka penyebaran informasi mengenai
materi sosialisasi politik dapat dengan tepat disampaikan ke sasaran
sosialisasi.

6
B. Partisipasi Politik

1) Pengertian Partisipasi Politik

Partisipasi politik adalah kegiatan warga negara yang bertindak


sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi
pembuatan keputusan oleh Pemerintah. Partisipasi bisa bersifat
individual atau kolektif, terorganisir atau spontan, mantap atau
sporadik, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau illegal,
efektif atau tidak efektif (Huntington,dkk, 1994:4). Partisipasi politik
menjadi salah satu aspek penting suatu demokrasi. Partisipasi politik
merupakan ciri khas dari modernisasi politik. Adanya keputusan
politik yang dibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah menyangkut dan
mempengaruhi kehidupan warga negara, maka warga negara berhak
ikut serta menentukan isi keputusan politik. Berikut beberapa definisi
partisipasi politik dari beberapa sumber:

a) Menurut Budiardjo (1982) dalam bukunya Partisipasi dan Parpol,


Partisipasi Politik ialah kegiatan seseorang atau sekelompok orang
untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan
jalan memilih pimpinan negara dan secara langsung atau tidak
langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy).
Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam
pemilihan umum, menghadiri rapat umum, menjadi anggota suatu
partai atau kelompok kepentingan, mengadakan hubungan
(contacting) dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen,
dan sebagainya.

7
b) Menurut Herbert Mc Closky (Budiardjo, 2008), partisipasi politik
adalah kegiatan-kegiatan sukarela (voluntary) dari warga
masyarakat melalui cara mereka mengambil bagian dalam proses
pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung,
dalam proses pembuatan atau pembentukan kebijakan umum.
c) Menurut Ramlan Surbakti (1992), partisipasi politik sebagai
keterlibatan warga negara biasa dalam menentukan segala
keputusan yang menyangkut atau mempengaruhi hidupnya.
d) Menurut Miriam Budiarjo, (dalam Cholisin 2007:150) menyatakan
bahwa partisipasi politik secara umum dapat didefinisikan sebagai
kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut secara aktif
dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih pemimpin
Negara dan langsung atau tidak langsung mempengaruhi
kebijakan publik (public policy)
e) Herbert Mc Closky (1972:252) memberikan definisi partisipasi
politik sebagai kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat
melaluimana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan
penguasa,dan secara langsung atau tidak langsung, dalam proses
pembentukan kebijakan umum.
f) Menurut Miriam Budiarjo, (dalam Cholisin 2007:150) menyatakan
bahwa partisipasi politik secara umum dapat didefinisikan sebagai
kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut secara aktif
dalam kehidupan politik,yaitu dengan jalan memilih pemimpin
Negara danlangsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan
publik (public policy).
Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam
pemilihan umum, menghadiri rapat umum, menjadi anggota suatu
partai atau kelompok kepentingan, mengadakan hubungan
(contacting) dengan pejabat pemerintah atauanggotaperlemen, dan
sebagainya. Partisipasi politik bertujuan untuk mempengaruhi
mekanisme pemerintah, namun selain itu juga perlu diperjelas bahwa

8
partisipasi politik memiliki kepentingan lain yaitu sebagai alat kontrol
bagi berjalannya suatu sistem. Bahkan lebih jauh lagi bahwa
partisipasi politik adalah suatu media untuk mengembangkan sistem
politik, agar mekanisme politik itu hidup dan berjalan sesuai dengan
prosesnya. Pada akhirnya sistem politik dapat berjalan ke arah tujuan
dengan stabil dan sukses.

2) Jenis-Jenis Partisipasi Politik

Menurut Rahman H. I. (2007) partisipasi politik dibedakan


menjadi:

a) Partisipasi Aktif, yaitu partisipasi yang berorientasi pada proses


input dan output.
b) Partisipasi Pasif, yaitu partisipasi yang berorientasi hanya pada
output, dalam arti hanya menaati peraturan pemerintah, menerima
dan melaksanakan saja setiap keputusan pemerintah.
c) Golongan Putih (golput) atau kelompok apatis, karena
menganggap sistem politik yang ada menyimpang dari yang
dicita-citakan
Sedangkan Milbrath dan Goel (dalam Cholisin, 2007),
membedakan partisipasi politik menjadi beberapa jenis, yaitu:

a) Partisipasi Politik Apatis, orang yang tidak berpartisipasi dan


menarik diri dari proses politik.
b) Partisipasi Politik Spector, orang yang setidak – tidaknya pernah
ikut memilih dalam pemilihan umum.
c) Partisipasi Politik Gladiator, mereka yang secara aktif terlibat
dalam proses politik, yakni komunikator, spesialis mengadakan
kontak tatap muka, aktivis partai dan pekerja kampanye dan
aktivis masyarakat.

9
d) Partisipasi Politik Pengritik, orang-orang yang berpartisipasi
dalam bentuk yang tidak konvensional.

3) Bentuk Partisipasi Politik

Menurut Mas’oed dan MacAndrews (2000) partisipasi politik


masyarakat secara umum dapat dikategorikan dalam beberapa bentuk
sebagai berikut:

a) Electroral Activity, yaitu segala bentuk kegiatan yang secara


langsung atau tidak langsung berkaitan dengan pemilihan.
Termasuk dalam kategori ini adalah ikut serta dalam memberikan
sumbangan untuk kampanye, menjadi sukarelawan dalam kegiatan
kampanye, ikut mengambil bagian dalam kampanye atau rally
politik sebuah partai, mengajak seseorang untuk mendukung dan
memilih sebuah partai atau calon pemimpin, memberikan suara
dalam pemilihan, mengawasi pemberian dan penghitungan suara,
menilai calon-calon yang diajukan dan lain-lainnya.
b) Lobbying, yaitu tindakan dari seseorang atau sekelompok orang
untuk menghubungi pejabat pemerintah ataupun tokoh politik
dengan tujuan untuk mempengaruhinya menyangkut masalah
tertentu.
c) Organizational activity, yaitu keterlibatan warga masyarakat ke
dalam organisasi sosial dan politik, apakah ia sebagai pemimpin,
aktivis, atau sebagai anggota biasa.
d) Contacting, yaitu partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat
dengan secara langsung pejabat pemerintah atau tokoh politik, baik
dilakukan secara individu maupun kelompok orang yang kecil
jumlahnya. Biasanya, dengan bentuk partisipasi seperti ini akan
mendatangkan manfaat bagi yang orang yang melakukannya.

10
e) Violance, yaitu dengan cara-cara kekerasan untuk mempengaruhi
pemerintah, yaitu dengan cara kekerasan, pengacauan dan
pengrusakan.
Menurut UU Nomor 8 Tahun 2015 pasal 133 ayat 2, Partispasi
masyarakat dalam Pemilihan Umum dapat dilakukan dalam bentuk
pengawasan pada setiap tahapan pemilihan, sosialisasi pemilihan,
pendidkan politik bagi pemilih, survey atau jajak pendapat tentang
pemilihan dan penghitungan cepat hasil pemilihan. Partisipasi
masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dilakukan dengan
ketentuan:

a) Tidak melaukan kerpihakan yang menguntugkan atau merugikan


salah satu pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur,
pasangan calon bupati dan calon wakil bupati, serta pasangan calon
wali kota dan calon wakil wali kota.
b) Tidak mengganggu proses penyelenggaraan tahapan pemilihan.
c) Bertujuan meningkatkan partisipasi politik masyarakat secara luas.
d) Mendorong terwujudnya suasana yang kondusif bagi
penyelenggaraan pemilihan yang aman, damai, tertib dan lancar.
Bentuk-Bentuk dan Frekuensi Partisipasi politik dapat dipakai
sebagai alat ukur untuk menilai stabilita sistem politik,dan kepuasaan atau
ketidakpuasan warga negara.

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Sosialisasi politik menunjuk pada proses-proses
pembentukan sikap-sikap politik dan pola-pola tingkah laku. Di

11
samping itu sosialisasi poltik juga merupakan sarana bagi suatu
generasi untuk “mewariskan” patokan-patokan dan keyakinan-
keyakinan politik kepada generasi sesudahnya. Ada dua tipe
sosialisasi politik yaitu tidak langsung dan langsung. Sarana
sosialisasi politik adalah keluarga, sekolah, kelompok pergaulan,
pekerjaan, media massa, dan kontak langsung.
Partisipasi politik adalah bentuk-bentuk keikutsertaan
warga negara dalam aktivitas-aktivitas politik dalam suatu negara.
Bentuk-bentuk partisipasi tersebut dapat berupa keikutsertaan
warga negara dalam proses pembuatan keputusan politik, ikut
memberikan suara pada pemilihan umum, dan ikut menduduki
jabatan-jabatan baik politik maupun pemerintahan.
B. Saran

Demikian makalah yang dapat penulis susun. Kami


menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu saran
dan kritik yang membangun dari dosen dan teman-teman kami
harapkan, agar dalam pembuatan makalah berikutnya dapat lebih
baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para peembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Rush, Michael dan Althoff, Philip. 2008. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta:
Rajawali Press

Surbakti, Ramlan. 2010. Memahami Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Widya


Sarana

Sutaryo. 2005. Dasar-dasar sosialisasi. Jakarta: Rajawali Press.

Syarbaini, Syahrial dkk. 2011. Pengetahuan Dasar Ilmu Politik. Bogor: Ghalia
Indonesia.

12
Huntington, Samuel P., Gelombang Demokratisasi Ketiga, Jakarta: Pustaka
Utama Grafiti, 1995.

Budiardjo, Miriam (2008). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia


Pustaka Utama

A, Rahman, H.I. 2007. Sistem Politik Indonesia. Graha Ilmu: Yogyakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai