Anda di halaman 1dari 9

Bidang Kajian dan Pendekatan Komunikasi Politik

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur mata kuliah Komunikasi Politik.

Dosen pengampu : Zaenal Mutaqin, M.I.Kom

oleh :

1. Istiqomah Dwisukma Ranti NIM : 1908302048


2. Asyifa Sulistiowati NIM : 1908203074
3. Luqman Nurhidayat NIM : 1908302121
4. Bintang Haqi Latova R. NIM : 1908302168

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
IAIN SYEKH NURJATI CIREBON
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-
Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Bidang Kajian dan Pendekatan Komunikasi Politik

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang ikut berpartisipasi dalam
menyelesaikan makalah ini. Penyusun menyadari dalam makalah ini memiliki banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, penyusun juga berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Cirebon, 13 September 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................


DAFTAR ISI .....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................
1.3 Tujuan .....................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................
2.1 Bidang Kajian Komunikasi Politik..........................................................................
2.2 Pendekatan Komunikasi Politik ..............................................................................
BAB III PENUTUP ..........................................................................................................
3.1 Simpulan .................................................................................................................
3.2 Saran .......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Orientasi perkuliahan pada mata kuliah Komunikasi politik di perguruan
tinggi diarahkan kepada kemampuan memahami dan mejelaskan dasar-dasar teori
dalam dalam komunikasi politik, salah satunya adalah Bidang Kajian dan Pendekatan
Komunikasi Politik.

. Secara reseptif, misalnya mahasiswa didorong untuk memahami, mencerna


konsep dan informasi yang terdapat dalam uraian materi komunikasi politik mengenai
bidang kajian dan pendekatan komunikasi politik yang dibahas. Secara produktif
maksudnya mahasiswa menguasai dan memahami konsep uraian materi, mahasiswa
didorong untuk mengungkapkan ide atau konsep yang telah dikuasai dalam bentuk
tulisan atau lisan. Tentu saja hal kemampuan komunikasi reseptif dan produktif ini
sangat berkaitan dengan penalaran.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud bidang kajian ?
2. Bagaimana bentuk bidang kajian komunikasi politik ?
3. Bagaimana pendekatan komunikasi politik ?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan bidang kajian komunikasi politik.
2. Mengetahui bentuk bidang komunikasi politik.
3. Menjelaskan pendekatan komunikasi politik.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bidang Kajian Komunikasi Politik


Komunikasi politik sebagai bidang kajian baru pada mulanya berasal dari beberapa
studi, seperti studi retorika, analisis propaganda, studi tentang perubahan sikap, studi tentang
pendapat publik, studi tentang perilaku pemilih, hubungan pemerintah dengan media, dan
studi teknik kampanye. Pada perkembangannya, beberapa studi tersebut menyatu sebagai
bidang studi komunikasi politik dengan dilengkapi teori-teori kontemporer serta analisis yang
lebih komprehensif. Sehingga bidang kajian komunikasi politik menjadi sangat luas, karena
studi dan pendekatan tradisional maupun kontemporer masuk di dalamnya dan saling
melengkapi.
Sebagai studi baru, komunikasi politik banyak meminjam disiplin ilmu lain baik teori
maupun metodologi. Sebagai contoh antropologi dan sosiologi digunakan untuk memahami
linguistik dan simbolisme dalam politik, termasuk pula kajian semiotik dan discource, hingga
cultural studies. Psikologi dan psikologi sosial untuk memahami aspek komunikasi pada
individu, seperti perubahan sikap, efek pesan politik lewat media, dan sosialisasi politik. Ilmu
politik digunakan dalam memahami sistem politik dan implikasinya pada sistem komunikasi.
Peran opini publik dalam pengambilan kebijakan, kepemimpinan politik, dan sebagainya.
Adapun filsafat digunakan untuk memahami aliran-aliran pemikiran yang mendasari suatu
teori, sedangkan ilmu komunikasi sendiri digunakan menganalisis dan memahami bagaima-
na proses komunikasi politik itu terjadi. Dan Nimmo dan Keith Sanders dalam Hand Book of
Political Communication, mengatakan bahwa salah satu pokok bahasan yang paling penting
adalah komunikasi persuasi, karena pada intinya komunikasi politik adalah persuasi, yakni
usaha manusia untuk memengaruhi orang lain agar sesuai dengan kehendaknya. Political
Communication Setting atau Penyusunan Komunikasi Politik juga merupakan subbahasan
yang dikemukakan Nimmo dan Sanders. Bahasan ini meliputi komunikasi dan sosialisasi
politik, studi tentang kampanye dalam pemilu, komunikasi massa dan opini publik, retorika
untuk gerakan politik, pemerintah dan media massa, serta peranan dan hubungan politisi dan
pers.
2.2 Pendekatan Komunikasi Politik
Pendekatan Komunikasi Politik Komunikasi politik merupakan bidang baru yang
bersifat interdi-sipliner yang berusaha memahami realitas politik sebagai suatu proses
komunikasi. Ada beberapa pendekatan dalam memahami komunikasi politik. Berikut ini
kami kemukakan dua di antaranya yang paling penting untuk dipahami.
1. Pendekatan Proses
Salah satu pendekatan yang acap kali digunakan dalam memahami fenomena
komunikasi politik adalah pendekatan proses. Menurut pendekatan ini, bahwa keseluruhan
yang ada di dunia merupakan hasil suatu proses. Politik pada dasarnya juga merupakan hasil
suatu proses sejarah yang panjang, yang selalu ada kaitannya antara masa lalu, sekarang, dan
masa yang akan datang. Waktu merupakan raja dunia di mana keseluruhan yang ada di atas
dunia berubah karena waktu, dan hanya ada satu yang tidak pernah berubah, yaitu perubahan
itu sendiri. Spengler dan Toynbee mengemukakan bahwa realitas sosial merupakan suatu
siklus yang mempunyai pola-pola ulangan (recurrent pattern) untuk jatuh bangunnya
peradaban.
Adapun Hegel dan Marx, memandang perkembangan tahapan sejarah merupakan
hasil proses konflik yang meningkat melampaui waktu. Yaitu, konflik kelas antara kelas
pekerja dan kelas pemilik modal. Menurut mereka sejarah ditentukan oleh determinan materi
(ke-kuatan ekonomi menurut Marx) dan menuju pada suatu titik, yaitu revolusi proletariat.
George Herbert Mead (1934), mengungkapkan bahwa kehidupan sosial dapat
dipahami sebagai suatu proses, dan setiap kejadian selalu mengandung waktu lampau,
sekarang, dan yang akan datang. Di-katakannya setiap kejadian mempunyai implikasi yang
terus - menerus pada pembaruan, kebersamaan, dan kesepakatan. Ini berarti bahwa realitas
sosial dipahami sebagai interaksi simbolik. Selain itu, pemikir-an ini merupakan sumber yang
potensial untuk membangun teori komunikasi politik. Selanjutnya menurut Mead, negosiasi
merupakan unsur mutlak dari kehidupan sosial, dan manusia harus bekerjasama disegala
bidang kehidupan. Ini merupakan perkembangan dari pemikiran Thomas Hobbes mengenai
kontrak sosial.
Dari pemikiran tersebut, berarti komunikasi politik dapat dipahami sebagai hasil dari
kesepakatan (negosiasi) antarwarga masyara-kat atau dengan pemerintah yang berkuasa.
Pendekatan ini dapat digunakan untuk memahami sosialisasi politik dan kebijakan publik.
Suatu pemikiran yang menarik dari pendekatan proses adalah teori dramatik (dramatistic
theory) yang dikemukakan oleh Kenneth Burke. Menurut teori ini, keseluruhan yang ada di
dunia adalah panggung sandiwara. Orang melakukan politik, pidato, hubungan diplomatik
dan sebagainya sesungguhnya dapat dilihat sebagai drama komunikasi dengan tujuan
tertentu. Ditambahkan oleh Berlo, bahwa komunikasi pada dasarnya adalah permainan sosial
(social game) yang melibatkan para pemain, dengan hasil, peraturan atau aturan main.
Pemikiran ini dapat digunakan untuk memahami dan menganalisis suatu kegiatan komunikasi
politik, seperti kampanye politik yang dilakukan oleh para kandidat dalam pemilihan umum.
Jadi, komunikasi politik dibahas dengan mengandaikan itu terjadi dalam suatu drama.
Seperti diketahui, dalam suatu drama terjadi komunikasi antara aktor dengan aktor,
dan antara aktor dengan audiensi. Dalam drama terdapat suatu babak (scene), melibatkan
lakon, dan menggunakan berbagai sarana komunikasi, begitu pula halnya dalam komunikasi
politik. Dengan pengandaian demikian, suatu komunikasi politik menjadi suatu hal yang
estetis sifatnya. Burke mengemukakan bahwa pendekatan ini dapat menciptakan situasi
tertentu di mana komunikasi yang dramatik muncul. Melalui strategi yang penuh dengan
kepurapuraan, para pemimpin atau diplomat dapat menciptakan situasi yang menjadi lebih
masuk akal atau sesuai dengan yang diharapkan.
Nazi Jerman, menurut Kinser dan Keinman, juga menggunakan pendekatan drama
sehingga berhasil mengaburkan masa lalu dan masa depan dalam suatu teater politik yang
spektakuler. Kaum Nazi dapat memuaskan upaya pencarian kultural tentang makna diri bang-
sa Jerman, mereka mampu menciptakan sejarah sebagai fiksi dengan nienggunakan mitos
sebagai sarana simbolik dalam mendramatisasi diri mereka dalam kehidupan politik. Bob
Woodward, wartawan The Washington Post dalam artikelnya pada tahun 1992,
mengungkapkan bahwa di tahun 1986 pemerintah Reagan sengaja menyebarkan berita -
berita bohong untuk menjatuhkan Kadhafi, dan mendramatisasi keadaan seakan serangkaian
pengeboman dan terorisme di Eropa didalangi oleh Tripoli. Drama komunikasi ini tidak lain
untuk menciptakan situasi yang masuk akal sebagai alasan pengeboman Amerika Serikat di
Tripoli, pada waktu itu.
Hal semacam ini terulang kembali tatkala Amerika menyerang Irak pada Perang
Teluk kedua, tahun 2003. Sebelum perang AS dan Inggris telah men-setting alasan yang
masuk akal akan perlunya menginvasi Irak. Saat itu sadam Hussein dicitrakan sebagai
diktator yang sangat berbahaya, pelindung terrorisme, dan me-miliki Weapon of Mass
Distruction, senjata pemusnah massal. Melalui berbagai pernyataan dan pemberitaan, alasan
itu oleh pihak sekutu ditanamkan dalam benak khalayak dunia. Hal itu, ternyata hingga Irak
ditaklukkan dan Sadam jatuh, semua tuduhan AS dan Inggris tersebut tidak bisa dibuktikan.
Demikian teori drama.
Adapun menurut Machiavelli, dunia merupakan suatu proses ala-mi di mana
seseorang melalui komunikasi berusaha memainkan politik. Ditambahkannya, bahwa dunia
tidak memiliki arti yang objektif, dan politik merupakan arena masyarakat untuk
mendramatisasi arti, yaitu dengan komunikasi politik. Komunikasi politik adalah suatu usaha
pragmatis untuk memperoleh kemenangan melalui aksi simbolik. Pendekatan ini
mengasumsikan bahwa politik adalah arena sosial tempat manusia berjuang mengungkapkan
arti dunia. Masih banyak pemikiran lain yang mendasari teknik analisis komunikasi politik,
namun dapat disimpulkan di sini bahwa komunikasi politik dapat dipahami bermacam -
macam sesuai pendekatan yang di-gunakan.
2. Pendekatan Agenda Setting
Agenda setting dikembangkan oleh Maxwell C. McCombs, seorang profesor peneliti
surat kabar juga sebagai direktur pusat penelitian komunikasi Universitas Syracuse USA, dan
Donald L. Shaw, profesor jurnalistik dari universitas North Carolina. Sejak penelitian
Lazarsfeld dan kawan-kawan di Erie Country, 1946, kepercayaan terhadap efek komunikasi
massa melemah dikalangan ilmuwan komunikasi. Lebih-lebih setelah munculnya model uses
and gratification, maka sejak 1968 McCombs dan Shaw mencoba mengembangkan suatu
pendekatan baru pada pemilihan presiden waktu itu.
Richard Nixon pada tahun 1968 berhasil menyisihkan saingannya senator Hubert
Humprey dalam suatu pemilihan presiden setelah lama ia tidak muncul. Menurut beberapa
kalangan, Nixon berhasil karena dapat menggunakan media massa. la selalu tersenyum ramah
pada reporter dan wartawan, sehingga gambarnya yang ramah sering menghiasi halaman
depan media massa. la menjadi lebih populer, sering diperhatikan, dan menjadi tokoh penting
karena kerap dimuat di media massa.
Di balik keberhasilan Nixon, terbukti bahwa media massa berperan penting dalam
menonjolkan suatu tokoh atau isu ter-tentu. Dari sinilah agenda setting mengasumsikan
adanya hubungan positif antara penilaian yang diberikan oleh media pada suatu persoal-an
dengan perhatian yang diberikan oleh khalayak. Atau yang diang-gap penting oleh media
akan dianggap penting pula oleh khalayak. Sehingga media massa senantiasa digunakan
dalam komunikasi politik untuk memengaruhi agenda publik.
Pendekatan agenda setting dimulai dengan asumsi media massa menyaring berita,
artikel, atau tulisan yang akan disiarkan. Seleksi ini dilakukan oleh mereka yang disebut
sebagai gatekeeper, yaitu mereka para wartawan, pimpinan redaksi, dan penyunting gambar.
Dari gatekeeper inilah yang menentukan berita apa yang harus dimuat dan apa yang harus
disembunyikan. Setiap isu diberi bobot tertentu, apakah dimuat di halaman muka sebagai
headline, atau hanya di halaman belakang di sebelah pojok atau bagaimana, sedangkan pada
televisi, berapa lama penyiaran, berapa kali ditayangkan dan sebagainya. Penonjolan isu - isu
di media massa inilah yang disebut sebagai agenda media, yang akan berkorelasi atau
berhubungan dengan agenda publik, yakni apa yang sedang dipikirkan dan dibicarakan orang
ramai (community selience).
Penelitian agenda setting yang dilakukan oleh McComb dan Shaw, pada kampanye
pemilihan presiden Amerika Serikat 1972, menemukan bahwa surat kabar menentukan apa
yang dianggap penting oleh masyarakat. Begitu pula agenda televisi juga berkorelasi dengan
agenda pemilih. Sayangnya, penelitian empiris efek kognitif komunikasi massa ini tidak
ditunjang oleh penelitian yang lain. Karena ada yang menemukan bukti bahwa efek liputan
media terhadap penilaian selience terhadap isu oleh masyarakat sangat kecil pengaruhnya,
sebagaimana yang dilakukan oleh McLeod, Bucker, dan Byrnes (1974). Tampaknya
optimisme agenda setting masih perlu dikaji lebih dalam, terutama pada penelitian
komunikasi politik yang masih jarang dilakukan di Indonesia.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Komunikasi politik sebagai bidang kajian baru pada mulanya berasal dari beberapa
studi, seperti studi retorika, analisis propaganda, studi tentang perubahan sikap, studi tentang
pendapat publik, studi tentang perilaku pemilih, hubungan pemerintah dengan media, dan
studi teknik kampanye.
Pendekatan Komunikasi Politik Komunikasi politik merupakan bidang baru yang bersifat
interdi-sipliner yang berusaha memahami realitas politik sebagai suatu proses komunikasi.
Ada beberapa pendekatan dalam memahami komunikasi politik. Berikut ini kami kemukakan
dua di antaranya yang paling penting untuk dipahami.
1. Pendekatan Proses
2. Pendekatan Agenda Setting

3.2 Saran
Semoga makalah Bidang Kajian dan Pendekatan Komunikasi Politik yang dibuat
oleh kelompok 3 Komunikasi Politik dapat bermanfaat dan bila ada yang perlu dibenarkan
kami menampung untuk melengkapi isi makalah yang kelompok kami buat.

Daftar Pustaka

Johnny S. Kalangi, Grace J. Waleleng (2007), Komunikasi Politik, (Manado) UNSRAT Press

Anda mungkin juga menyukai