Disusun Oleh:
Kelompok 1
ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
2024
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas berkat
perkenanan dan tuntunan-Nya sehingga kami dapat berhasil menyusun dan menulis makalah
ini dengan segala baik. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini selain sebagai pemenuhan
tugas dari mata kuliah Komunikasi Politik A, tetapi juga untuk memperluas wawasan dan
pengetahuan pembaca seputar pengertian dan model komunikasi, serta perkembangannya.
Terima kasih pula kepada para dosen pembimbing mata kuliah Komunikasi Politik A, yaitu
Dra. Eva Altje Merentek M.Si dan Lingkan Easter Tulung S.Sos, M.PubPol yang telah
menugaskan ini kepada kami dan memberi kami kesempatan untuk dapat Menyusun makalah
ini.
Sebagai para penyusun makalah ini, dalam segala kekurangan kami, sadarlah kami bahwa
makalah ini masih jauh dari bisa disebut sempurna dan kami yakin di dalam makalah ini masih
terdapat berbagai masalah, kesalahan, atau kelalaian. Oleh sebab itu, dinantikan segala
masukan, saran, kritik, dan tanggapan yang dimiliki oleh pembaca sekalian agar kami dapat
belajar dari kesalahan dan kekurangan yang ada, dan menggunakan tanggapan-tanggapan
tersebut untuk membantu kami berkembang dalam penulisan makalah kami yang selanjutnya.
Dengan itu dikatakan, mohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan yang ada di dalam
makalah ini.
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………..…………. 2
DAFTAR ISI………………………………………………………….…………. 3
BAB I: PENDAHULUAN…………………………………………….………… 4
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………….…………. 4
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………… 4
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………………….…………. 4
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...…… 12
3
BAB I: PENDAHULUAN
Secara keseluruhan, studi komunikasi politik bersifat dinamis dan terus berkembang,
mencerminkan perubahan dalam teknologi, masyarakat, dan budaya politik. Hal ini
memainkan peran penting dalam memahami interaksi yang kompleks antara komunikasi,
kekuasaan, dan demokrasi dalam masyarakat modern.
4
BAB II: PEMBAHASAN
Komunikasi politik merupakan segala bentuk komunikasi yang terjadi dalam suatu sistem
politik dan antar sistem tersebut dengan lingkungannya, yang mencakup jaringan komunikasi
(organisasi, kelompok, media massa dan saluran- saluran khusus) dan determinan sosial
ekonomi dari pola-pola komunikasi yang ada pada sistem tersebut (Nasution, 1990: 64).
Sedangkan Harun dan Sumarno (2006: 28) menjelaskan bahwa komunikasi politik suatu
proses dan kegiatan-kegiatan membentuk sikap dan tindakan perilaku politik yang
terintegrasi ke dalam suatu sistem politik dengan mengunakan simbol-simbol yang berarti.
5
informasi. Dasar konseptual model ini, ialah bahwa penerima adalah penyandi yang
aktif atas stimuli terstruktur yang mempengaruhi pesan dan salurannya.
c. Paradigma Interaksional
Paradigma komunikasi politik perspektif ini merupakan reaksi atas paradigma
mekanistis dan psikologis. Menurut Fisher, komunikasi dikonseptualisasikan sebagai
interaksi manusiawi pada masing-masing individu. Karakteristik utama dari
paradigma interaksional, adalah penonjolan nilai karakteristik individu di atas segala
pengaruh yang lain karena manusia dalam dirinya memiliki esensi kebudayaan, saling
berhubungan, masyarakat dan buah pikiran. Setiap bentuk interaksi sosial dimulai
dengan mempertimbangkan diri manusia. Sehingga paradigma ini dianggap paling
manusiawi di antara semua paradigma komunikasi yang ada.
d. Paradigma Pragmatis
Dalam model komunikasi pragmatis adalah tindakan yang diamati, yaitu tindakan atau
perilaku yang berurutan dalam konteks waktu dalam sebuah sistem sosial. Fisher
menjelaskan bahwa dalam perspektif pragmatis, tindakan dan perilaku bukan hasil
atau efek dari proses komunikasi melainkan tindakan atau perilaku itu sendiri adalah
komunikasi.
6
d. Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber.
Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai
atau negara. Penerima adalah elemen penting dalam komunikasi, karena dialah yang
menjadi sasaran dari komunikasi.
e. Pengaruh
Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan
dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa
terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang. Pengaruh bisa juga
diartikan sebagai perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap dan
tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.
f. Tanggapan Balik
Umpan balik adalah salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima
tetapi umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski
pesan belum sampai pada penerima.
7
komunikasi yang terjadi pada orang asing. Meskipun model Gudykunst dan Kim
dikembangkan terutama untuk menjelaskan proses komunikasi antarbudaya, model ini
dapat memberikan wawasan tentang bagaimana individu dan kelompok dapat saling
berinteraksi dalam konteks dalam komunikasi politik yang lintas budaya, terutama dalam
lingkungan multikultural atau internasional.
4. Model Interaksional
Model interaksional dalam komunikasi politik merupakan kerangka teoritis yang
menekankan pada sifat komunikasi yang dinamis dan timbal balik antara aktor politik
dan khalayaknya. Model ini memandang komunikasi politik sebagai suatu proses
interaktif yang melibatkan banyak pihak yang terlibat dalam dialog, negosiasi, dan
persuasi untuk bertukar informasi, membentuk sikap, dan mempengaruhi perilaku.
Sebelum dan selama Perang Dunia II, riset-riset politik menjadikan opini publik sebagai
kajian utama. Tahun 1937, jurnal Public Opinion Quarterly diterbitkan khusus untuk
membahas opini publik. Riset dan teknik propaganda berkembang luar biasa karena terpicu
oleh kemenangan Jerman dalam penaklukan-penaklukannya. Keberhasilan propaganda
tersebut kemudian dipelajari, dikembang, dan dipraktekkan oleh amerika Serikat yang
mengerahkan ilmuwan-ilmuwan sosialnya untuk melakukan riset-riset tersebut dengan
difasilitasikan penuh oleh negara. Kondisi tersebut menjadikan riset-riset komunikasi politik
tidak lagi berputar-putar pada masalah propaganda, opini publik dan tidak lagi mengakar-
dalam pada ilmu politik atau jurnalistik saja. Riset komunikasi politik meluas ke berbagai
disiplin ilmu seperti humaniora (filsafat, linguistik, retorika), ilmu sosial dan ilmu perilaku
(sosiologi, antropologi, psikologi, ilmu politik), bahkan ilmu pasti (matematika, fisika,
biologi, neurologi).
Pasca Perang Dunia II, terutama di era 1950-an, pengkajian komunikasi politik tidak lagi
dipengaruhi banyak oleh disiplin ilmu politik, tetapi semakin kuat dipengaruhi oleh ilmu
komunikasi, khususnya komunikasi massa. Di era Perang Dingin, praktek komunikasi politik
tampaknya lebih banyak dipengaruhi oleh “politik komunikasi”. Penguasaan terhadap media
(termasuk para penyelenggara media), terutama media internasional, dilakukan oleh dua
pakta pertahanan yang berseteru. ‘Perang informasi’ menggantikan perang fisik. Propaganda,
agitasi dan manipulasi data mewarnai isi media; bukan saja media konvensional, tetapi
bahkan dalam film.
8
Sementara itu, disiplin komunikasi politik semakin ‘mengkhususkan diri’ untuk mengkaji
tentang efek dan pengaruh komunikasi dalam politik. Para ilmuan di bidang yang ‘baru’ ini,
mencoba mendefinisikan komunikasi politik.
Walaupun demikian, riset-riset komunikasi politik sekarang masih tetap dipengaruhi kuat
oleh tiga elemen utamanya; psikologi sosial, komunikasi massa dan ilmu politik. Hampir
dalam setiap penelitian, pembahasan tentang konteks psikologis masyarakat media massa dan
sistem politik yang berlaku, senantiasa mewarnai studi-studi tersebut.
Praktek komunikasi politik sebetulnya sudah dilakukan oleh para aktor politik. Presiden
Soekarno, misalnya, senantiasa mempraktekkan komunikasi politik setiap hari dengan
tujuan untuk menciptakan dan menjaga citranya sebagai pemimpin terbaik. Praktek
komunikasi politik itu terus dijalankan Bung Karno. Kemampuan menulis dan teknik
orasinya yang mumpuni menjadi modalnya. Hampir tidak ada satu pun di antara kaum
elit Indonesia yang dapat menyamai kemampuan Bung Karno dalam politik pencitraan
itu. Citra Bung Karno yang mengagumkan itu menemukan antiklimaksnya ketika terjadi
G30-S/PKI. Sejak itu, berbagai kalangan mulai mengungkapkan keraguannya secara
terbuka mengenai kemampuan Soekarno sebagai presiden. Pidato-pidato Soekarno yang
meledak-ledak tidak lagi memiliki pengaruh kuat ketika opini penyeimbang dari elit
lain—termasuk mahasiswa—turut memengaruhi pendapat rakyat. Partai-partai politik
juga melakukan komunikasi politik dengan mendirikan media-media cetak. Berbagai
surat kabar terbit dengan secara terang-terangan menjadi partisan dari partai-partai.
Penelitian komunikasi/opini publik di jaman Orde Baru dapat dikatakan tidak ada,
demikian juga dengan pengembangan metodologinya. Dalam kurun waktu 1984-1998
hanya ada 55 penelitian yangnberkaitan dengan komunikasi politik. Itu pun lebih banyak
yang membahas tentang komunikasi politik luar negeri, bukan politik dalam negeri.
9
Sebelum Reformasi, pada tataran praktis, komunikasi politik diterapkan oleh berbagai
aktor politik. Hanya saja, titik beratnya adalah pada politics of communication dimana
para aktor politik dalam posisi yang terlampau dominan terhadap media maupun terhadap
publik.
Reformasi 1998 membuka babak baru dalam praktek komunikasi politik di Indonesia.
Kemerdekaan berpendapat dan demokrasi menjadi landasan bagi setiap orang untuk
menyuarakan idenya, termasuk dalam bidang politik. Pengolahan citra, persuasi dan
retorika politik dilakukan dengan cukup baik oleh para aktor politik untuk memperoleh
simpati rakyat. Ketika sistem pemilihan presiden RI pertama kali dilakukan secara
langsung, 2004, komunikasi politik semakin dianggap penting, terutama pada kajian
political marketing. Sebab, presiden murni dipilih oleh popular vote.
Dalam kurun waktu 1998-2004 saja, sudah 96 riset dilakukan yang berkaitan dengan
komunikasi politik di Indonesia. Seiring dengan semakin banyaknya penelitian akademik
di bidang komunikasi politik, Universitas Indonesia membuka program studi
pascasarjana Manajemen Komunikasi Politik. Inilah program studi pertama di negara ini
yang khusus memelajari komunikasi politik.
10
BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tadi, dapat disimpulkan bahwa komunikasi politik adalah bidang
yang mencakup studi tentang bagaimana informasi, ide, dan pesan disebarluaskan, diterima,
dan ditafsirkan dalam konteks politik. Sepanjang sejarah, berbagai model dan teori telah
banyak dikembangkan untuk mengkonseptualisasikan dan menganalisis proses komunikasi
politik, yang mencerminkan perkembangan teknologi, perubahan masyarakat, dan kemajuan
teoretis. Dari teori retorika Aristoteles yang klasik hingga model interaksional yang
kontemporer, para ahli telah mengeksplorasi interaksi dinamis antara aktor politik, media,
dan masyarakat umum, dengan menyoroti kompleksitas kekuasaan, persuasi, dan wacana
publik dalam masyarakat demokratis.
11
DAFTAR PUSTAKA
Dahlan, M. Alwi. “Perkembangan Komunikasi Politik Sebagai Bidang Kajian” dalam Jurnal
Ilmu Politik, Universitas Indonesia,1989.
Straubhaar, Joseph dan LaRose, Robert. “Media Now; Understanding Media, Culture and
Technology”. Wadsworth. 2006. Hal: 418-420.
Dahlan, M. Alwi. “Perkembangan Komunikasi Politik Sebagai Bidang Kajian” dalam Jurnal
Ilmu Politik, Universitas Indonesia,1989
12