Anda di halaman 1dari 11

KOMUNIKASI POLITIK :

EFEK KOMUNIKASI POLITIK

DOSEN :

A. Rahman H.I., Dr. M.Si

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 8 :

Rosmadita 44222010002
Khyra Mustika Aulia 44222010131
Nasya Fairuz Sani 44222010162
Fanni Shafiyah Zahra 44222010188

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS MERCU BUANA
TAHUN AJARAN 2022/2023
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Efek komunikasi politik merujuk pada pengaruh yang dihasilkan oleh komunikasi politik
terhadap sikap, perilaku, dan partisipasi politik individu dan masyarakat secara umum.
Komunikasi politik melibatkan pertukaran pesan, informasi, dan ide-ide antara aktor politik,
termasuk politisi, partai politik, media massa, dan masyarakat.

Komunikasi politik memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk pandangan dan
keyakinan politik individu serta membentuk proses pengambilan keputusan politik. Melalui
komunikasi politik, pesan-pesan politik disampaikan kepada masyarakat, dan masyarakat juga
dapat memberikan umpan balik melalui partisipasi politik mereka. Dalam konteks demokrasi,
komunikasi politik merupakan elemen penting yang memungkinkan warga negara untuk terlibat
dalam proses politik, menyampaikan preferensi mereka, dan mempengaruhi kebijakan publik.

Efek komunikasi politik dapat bervariasi dan kompleks. Beberapa efek yang sering diamati
meliputi:
1. Pembentukan Opini Publik:
Komunikasi politik sangat berperan dalam membentuk opini publik tentang isu-isu
politik dan kandidat politik. Melalui media massa, kampanye politik, dan diskusi publik,
pesan-pesan politik disampaikan kepada masyarakat. Pesan-pesan ini dapat
mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap isu-isu penting dan membentuk
pandangan mereka tentang partai politik atau kandidat tertentu. Misalnya, melalui
retorika yang persuasif dan presentasi yang efektif, politisi dapat mempengaruhi cara
masyarakat memandang kebijakan tertentu atau calon pemimpin.
2. Mobilisasi Politik:
Komunikasi politik juga berperan dalam memobilisasi masyarakat untuk berpartisipasi
dalam proses politik. Pesan-pesan yang disampaikan melalui kampanye politik, gerakan
sosial, atau media sosial dapat memotivasi warga negara untuk terlibat dalam pemilihan
umum, protes, atau kegiatan politik lainnya. Komunikasi politik yang efektif dapat
menggerakkan massa dan membangkitkan semangat partisipasi politik yang tinggi
dalam masyarakat.
3. Pengaruh Sikap Politik:
Komunikasi politik memiliki potensi untuk mempengaruhi sikap politik individu. Pesan-
pesan politik yang disampaikan melalui media massa, pidato politisi, atau kampanye
politik dapat mengubah atau memperkuat sikap dan keyakinan politik individu terhadap
isu-isu tertentu. Misalnya, melalui pendekatan persuasif dan argumentasi yang kuat,
komunikasi politik dapat mengubah pendapat publik tentang kebijakan tertentu atau
mengubah preferensi pemilih terhadap kandidat politik.
4. Partisipasi Politik:
Komunikasi politik memainkan peran penting dalam meningkatkan partisipasi politik
masyarakat. Melalui proses komunikasi yang efektif, masyarakat dapat memahami
pentingnya partisipasi politik dan merasa termotivasi untuk terlibat dalam pemilihan
umum, diskusi politik, atau kegiatan politik lainnya. Komunikasi politik yang inklusif dan
memperhatikan kepentingan masyarakat dapat mendorong partisipasi politik yang lebih
luas dan lebih bervariasi.

5. Transparansi dan Akuntabilitas:


Komunikasi politik juga berperan dalam menciptakan transparansi dan akuntabilitas
dalam sistem politik. Melalui komunikasi yang terbuka dan informasi yang tersedia,
masyarakat dapat memantau tindakan pemerintah, memahami kebijakan publik, dan
mengkritik atau memberikan dukungan terhadap tindakan politik yang diambil.
Komunikasi politik yang efektif dan transparan dapat memperkuat hubungan antara
pemerintah dan masyarakat, serta meningkatkan legitimasi sistem politik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana komunikasi politik mempengaruhi partisipasi politik, persepsi dan sikap
politik, serta pembentukan opini publik?
2. Apa dampak dari manipulasi informasi, retorika negatif, dan politisasi media terhadap
komunikasi politik?
3. Apa implikasi dari filterisasi informasi dan kurangnya akses terhadap informasi politik
terhadap demokrasi dan inklusi politik?

1.3 Tujuan Makalah


1. Menganalisis peran komunikasi politik dalam membentuk partisipasi politik, persepsi dan
sikap politik, serta pembentukan opini publik.
2. Mendiskusikan dampak dari manipulasi informasi, retorika negatif, dan politisasi media
terhadap efektivitas komunikasi politik.
3. Mengidentifikasi implikasi dari filterisasi informasi dan kurangnya akses terhadap informasi
politik terhadap demokrasi dan inklusi politik.
4. Memberikan pemahaman yang lebih baik tentang kompleksitas komunikasi politik dalam
konteks demokrasi dan menyelidiki tantangan yang dihadapi serta solusi yang mungkin
untuk mengatasi permasalahan tersebut.
5. Mendorong kesadaran dan pemikiran kritis tentang pentingnya komunikasi politik yang
efektif dan transparan dalam memperkuat demokrasi dan partisipasi publik.
BAB II

KAJIAN TEORI
BAB III

PEMBAHASAN

2.1 Efek Komunikasi Politik


Efek komunikasi politik mengacu pada serangkaian perubahan, pengaruh, dan konsekuensi yang
timbul dari proses komunikasi yang terjadi dalam konteks politik. Efek-efek ini dapat terjadi baik
pada individu maupun pada masyarakat secara keseluruhan.

Lavidge dan Stainer (dalam Saverin & Tankard, 2001) menyatakan dan meyakini bahwa proses
komunikasi menimbulkan pengaruh-pengaruh atau bisa disebut dengan efek komunikasi politik.
Efek komunikasi sendiri memiliki pengertian, yaitu perubahan yang terjadi pada diri penerima
pesan komunikasi.

Lavidge dan Stainer juga mengelompokkan efek komunikasi ke dalam 3 kategori, yaitu :
1. Kognitif (pemikiran/gagasan), berhubungan dengan pengetahuan sesuatu. Pesan-pesan
komunikasi menyediakan informasi dan kenyataan-kenyataan yang mengisi bidang
pemikiran atau gagasan dari seseorang.
2. Afektif (Emosi), berhubungan dengan sikap terhadap sesuatu yang diterima. Pesan-pesan
komunikasi dapat merubah emosi atau perasaan seseorang terhadap sesuatu.
3. Konatif (Motivasi), berhubungan dengan perilaku sesuatu. Pesan-pesan komunikasi dapat
mengarahkan keinginan seseorang dalam melakukan sesuatu.

Dick Morris (dalam McNair, 2004), menulis suatu laporan ilmiahnya yang berbunyi sebagai
berikut: ”Jika orang banyak/masyarakat tidak akan membeli pendapat dasar-mu, tidak jadi soal
berapa banyak kamu membelanjakan atau seberapa baik iklan-mu diproduksi, mereka tidak
akan bekerja ” Menurut McNair, kita dapat menilai efek komunikasi politis pada perilaku dan
sikap dengan 3 (tiga) cara: Yang pertama, bagaimana orang-orang yang menjadi khalayak yang
diharapkan (intended audience) terpengaruh oleh pesan-pesan komunikasi politis, atau dengan
bagaimana tanggapan orang-orang tersebut (biasanya berwujud pendapat umum).

2.2 Model Efek Komunikasi Politik


Dalam studi komunikasi politik, terdapat beberapa model yang digunakan untuk menjelaskan
efek komunikasi politik. Berikut adalah beberapa model yang umum digunakan:
1. Model Persuasi, Model persuasi menekankan pada dampak komunikasi politik dalam
mengubah sikap, kepercayaan, dan perilaku individu. Model ini berfokus pada upaya
persuasif dalam mempengaruhi penerima pesan politik untuk mengubah pandangan atau
tindakan mereka. Model ini melibatkan elemen-elemen seperti sumber pesan, pesan itu
sendiri, media atau saluran komunikasi, serta karakteristik penerima pesan.
2. Model Agenda Setting, Model ini menyatakan bahwa media massa memiliki kekuatan untuk
menentukan agenda publik dan mempengaruhi perhatian masyarakat terhadap isu-isu
tertentu. Media massa memilih dan menyoroti isu-isu tertentu, sehingga mempengaruhi
apa yang dianggap penting oleh masyarakat. Model ini berpendapat bahwa perubahan
dalam tumpuan media massa juga mempengaruhi prioritas dan perhatian masyarakat
terhadap isu-isu politik.

3. Model Framing, Model framing berfokus pada cara pesan politik disusun dan disajikan
untuk mempengaruhi penafsiran dan persepsi masyarakat terhadap isu-isu politik. Framing
melibatkan pemilihan dan penonjolan aspek-aspek tertentu dari suatu masalah, sehingga
mempengaruhi bagaimana masyarakat memahami dan merespon isu tersebut. Model ini
menekankan bahwa cara pesan politik diframing dapat mempengaruhi cara masyarakat
memandang isu politik dan mempengaruhi sikap mereka.

4. Model Efek Media, Model ini menyoroti peran media massa dalam mempengaruhi
pengetahuan, sikap, dan perilaku politik masyarakat. Model ini mengasumsikan bahwa
paparan media massa terhadap pesan politik dapat membentuk persepsi, sikap, dan
partisipasi politik individu. Efek media dapat terjadi melalui berbagai mekanisme, termasuk
identifikasi dengan tokoh politik, pengaruh normatif, atau efek kognitif dalam membangun
pengetahuan politik.

5. Model Spiral of Silence, Model ini menggambarkan bagaimana komunikasi politik dapat
mempengaruhi ketidakmampuan individu untuk menyampaikan pendapat yang
bertentangan dengan mayoritas. Menurut model ini, individu cenderung menahan diri
dalam menyampaikan pendapat politik yang dianggap tidak populer atau tidak sesuai
dengan opini mayoritas, karena takut diisolasi atau dihukum oleh masyarakat. Model ini
menekankan pada pengaruh sosial dan psikologis dalam mempengaruhi partisipasi dan
ekspresi politik individu.
2.3 Dampak dari Manipulasi Informasi, Retorika Negatif, dan Politisasi Media terhadap Komunikasi
Politik
1. Ketidakpercayaan Publik: Manipulasi informasi dan retorika negatif dapat menyebabkan
ketidakpercayaan publik terhadap politisi, partai politik, dan institusi politik. Ketika masyarakat
merasa bahwa mereka diperdaya atau diberikan informasi yang salah, kepercayaan mereka
terhadap pesan politik dan pelaku politik dapat terkikis. Ini dapat menghambat partisipasi politik
dan mengurangi efektivitas komunikasi politik.

2. Fragmentasi Masyarakat: Retorika negatif dan polarisasi politik yang diperkuat oleh politisasi
media dapat memperdalam perpecahan dalam masyarakat. Ketika media massa memperkuat
perspektif yang saling bertentangan dan menciptakan narasi yang memecah belah, masyarakat
dapat terpecah menjadi kelompok-kelompok yang saling bermusuhan. Hal ini menghambat
dialog dan kolaborasi yang konstruktif dalam proses politik.
3. Pengaruh Opini Publik: Manipulasi informasi dan retorika negatif dapat mempengaruhi opini
publik dengan cara yang tidak akurat atau tidak seimbang. Ketika informasi diputarbalikkan atau
diberikan secara bias, masyarakat dapat mengembangkan persepsi yang tidak benar tentang isu-
isu politik atau aktor politik tertentu. Hal ini dapat menghambat proses pengambilan keputusan
yang berdasarkan pengetahuan dan informasi yang akurat.

4. Penurunan Kualitas Debat Politik: Manipulasi informasi, retorika negatif, dan politisasi media
dapat mempengaruhi kualitas debat politik. Ketika pesan politik didominasi oleh serangan
pribadi, fitnah, atau klaim yang tidak berdasar, diskusi yang substansial dan konstruktif tentang
isu-isu politik dapat terhambat. Ini mengurangi kemampuan masyarakat untuk memahami
perspektif yang berbeda secara mendalam dan menghalangi pencarian solusi yang efektif.

5. Merosotnya Kepercayaan pada Media: Politisasi media dan manipulasi informasi juga dapat
menyebabkan penurunan kepercayaan pada media sebagai sumber informasi yang independen
dan obyektif. Ketika media massa dianggap sebagai instrumen politik yang digunakan untuk
menyebarkan propaganda atau narasi tertentu, masyarakat dapat menjadi skeptis terhadap
informasi yang disampaikan oleh media. Ini menghambat peran media sebagai pilar penting
dalam komunikasi politik yang sehat dan demokratis.

2.4 Implikasi dari filterisasi informasi dan kurangnya akses terhadap informasi politik dalam
komunikasi politik
Implikasi dari filterisasi informasi dan kurangnya akses terhadap informasi politik dalam komunikasi
politik dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap demokrasi dan inklusi politik.
Berikut adalah beberapa implikasi yang mungkin terjadi:

1. Ketimpangan Informasi, Filterisasi informasi dan kurangnya akses dapat menyebabkan


ketimpangan dalam akses terhadap informasi politik yang penting. Kelompok atau individu yang
memiliki akses terbatas terhadap informasi politik mungkin tidak memiliki pengetahuan yang
cukup untuk mengambil keputusan politik yang cerdas. Hal ini dapat mengurangi partisipasi
politik yang efektif dan merugikan demokrasi.

2. Manipulasi Opini Publik, Ketika informasi politik disaring atau dimanipulasi, pihak-pihak dengan
kepentingan tertentu dapat mempengaruhi opini publik. Propaganda, desinformasi, dan narasi
yang bias dapat digunakan untuk mempengaruhi persepsi dan pandangan masyarakat. Hal ini
dapat merusak diskusi publik yang sehat dan menghambat proses demokratis yang adil.

3. Polaritas dan Konflik, Filterisasi informasi dapat memperkuat polarisasi dan konflik politik.
Ketika masyarakat hanya terpapar pada sudut pandang yang sejalan dengan keyakinan mereka,
perbedaan pendapat dan pemahaman yang lebih luas dapat diabaikan. Ini dapat memperdalam
perpecahan dan meningkatkan konflik antara kelompok-kelompok yang berbeda. Komunikasi
politik yang inklusif dan beragam penting untuk membangun pemahaman yang lebih baik dan
mempromosikan kesatuan.

Kekuasaan yang Tidak Seimbang: Kurangnya akses terhadap informasi politik yang beragam
dapat menghasilkan kekuasaan yang tidak seimbang dalam komunikasi politik. Pihak-pihak
dengan sumber daya yang lebih besar, termasuk keuangan dan akses ke media, dapat
mendominasi ruang publik dan mempengaruhi agenda politik. Hal ini dapat merugikan
partisipasi politik yang merata dan menghambat inklusi politik.

4. Penurunan Kepercayaan Publik, Filterisasi informasi dan kurangnya akses dapat merusak
kepercayaan publik terhadap institusi politik dan demokrasi. Ketika masyarakat merasa bahwa
informasi yang mereka terima tidak dapat diandalkan atau tidak objektif, kepercayaan terhadap
pemimpin politik dan proses politik secara keseluruhan dapat terkikis. Penurunan kepercayaan
publik dapat mengurangi partisipasi politik dan menghambat kemajuan demokrasi.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN


DAFTAR PUSTAKA

McCombs, M. E., & Shaw, D. L. (1972). The agenda-setting function of mass media. Public opinion
quarterly, 36(2), 176-187.

Graber, D. A. (2001). Processing politics: Learning from television in the Internet age. University of
Chicago Press.

Price, V., & Zaller, J. (1993). Who gets the news? Alternative measures of news reception and their
implications for research. Public opinion quarterly, 57(2), 133-164.

Gil de Zúñiga, H., Jung, N., & Valenzuela, S. (2012). Social media use for news and individuals' social
capital, civic engagement and political participation. Journal of computer-mediated communication,
17(3), 319-336.

Mutz, D. C. (2006). How the mass media divide us. The emerging media audience, 2, 23-45.

Anda mungkin juga menyukai