Oleh 14:
Dosen Pengampu:
Sudianto. M I.Kom
RIAU
2021
KATA PENGANTAR
Pepatah mengatakan bahwa tak ada gading yang tak retak. Penyusun
menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangan. Semoga pembaca dapat
memanfaatkannya. Tentu penyusun sangat memerlukan saran dan kritik yang
membangun dari para pembaca. Akhir kata, penyusun mengucapkan banyak
terima kasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................ii
BAB I: Pendahuluan
1. Latar Belakang..........................................................................1
2. Rumusan Masalah.....................................................................2
3. Tujuan........................................................................................3
1. Kesimpulan..............................................................................11
2. Saran........................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Kajian komunikasi politik dewasa ini makin menarik perhatian orang dan
mulai banyak dilakukan para ahli komunikasi maupun pakar ilmu politik di
tanah air. Demikian pula terhadap praktik komunikasi politik yang diberitakan
dalam media massa dan media baru (internet), seperti surat kabar dan majalah
berita mingguan, maupun media online menarik untuk diikuti. Apalagi
menjelang pemilihan umum presiden dan wakil presiden dan anggota legislatif
nasional dan daerah 2019. Dengan tajuk “Pemilu Serentak 2019”. Berbagai
ulasan dan hasil survei mengenai masalah-masalah politik nasional dari
perspektif komunikasi politik banyak dilakukan media dan juga pakar. Ulasan
tersebut di antaranya dapat menjadi porsi fungsi pendidikan politik.
1
menjadikan sistem politik itu hidup dan dinamis. Demikian adalah arti penting
fungsi komunikasi politik dalam praktik politik.
Praktik komunikasi politik dewasa ini, dalam era reformasi dan memasuki
era digital, yaitu dengan makin masifnya jaringan internet sampai ke pelosok
daerah di tanah air dan global, menjadikan praktik komunikasi politik makin
luas dan substansinya bertambah lagi.
B. Rumusan Masalah
Topik yang penulis bahas pada makalah ini perlu diberikan rumusan
masalah agar lebih memudahkan dan tidak terjadi kesalahan pemahaman
dalam menjawab permasalahannya. Berdasarkan latar belakang masalah yang
penulis berikan ada beberapa rumusan sebagai pertanyaan dalam makalah ini.
Berikut rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
2
2. Bagaimana Praktik Komunikasi Politik?
3. Bagaimana Pengaplikasian Komunikasi Politik?
C. Tujuan
Tujuan dari permasalahan ini sesuai dari rumusan masalah yang telah
disampaikan. Hal tersebut untuk mempermudah yang harus di lakukan
berdasarkan masalah yang akan di bahas. Berikut tujuan dari permasalahan
makalah ini:
3
BAB II
Pembahasan
2. Definisi Politik
1
Hafied Cangara, Komunikasi Politik. (Jakarta: Rajawali Press, 2009). Hal, 7)
2
Anwar Arifin, Komunikasi Politik – Paradigma, Teori, Aplikasi, Strategi Komunikasi Politik
Indonesia. (Jakarta: PT Balai Pustaka, 2003). Hal, 10)
4
dapat mengikat semua warganya dengan sangsi yang ditentukan bersama
melalui lembaga politik.3
3
Onong UEffendy, Dinamika Komunikasi. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992). Hal,158.
4
Deddy Mulyana, Komunikasi Populer-Kajian Komunikasi dan Budaya Kontemporer.
(Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004). Hal, 2.
5
Djoko Waluyo, Pemahaman Dan Praktik Komunikasi Politik Indonesia Di Era Digital, Jurnal
Diakom, Vol. 2 No. 2, Desember 2019: 167-175. Hal, 173.
5
2. Praktik Komunikasi Politik pada Era Digital
Proses komunikasi politik pada era Reformasi dewasa ini telah jauh berbeda
dengan praktik komunikasi politik sebelum kehadiran Internet dahulu.
Menurut Hafied Cangara, para teknologi idealis yang mengembangkan
internet yakin bahwa kehadiran media baru berupa internet dengan cepat akan
menyebarluaskan nilai-nilai baru untuk memperkuat demokrasi ke seluruh
dunia, terutama dalam membangun pemerintahan yang lebih transparan.6
6
Hafied Cangara, Komunikasi Politik. (Jakarta: Rajawali Perss, 2009). Hal, 392.
6
Internet dan world wide web merupakan dua elemen utama yang
memungkinkan teknologi media baru tersebut menjadi media komunikasi.
Dengan kecanggihan aplikasi teknologi baru itu terbentuklah beberapa format
media. Dalam konteks politik, media baru yang paling banyak diaplikasikan
selain homepage atau website dan e-mail adalah bentuk-bentuk media jejaring
tersebut. Media jejaring atau media sosial ini memiliki ciri politis karena dapat
menyatukan para pengguna secara virtual layaknya sebuah organisasi dalam
kehidupan nyata (riil).
7
Di Indonesia sendiri sudah mulai terlihat politisi dan partai politik
menggunakan media sosial guna menyebarluaskan informasi politik kepada
masyarakat atau untuk sekedar mempertahankan jaringan yang sudah
terbangun, khususnya lewat platform Twitter
Setidaknya ada tujuh bentuk aplikasi media baru pada komunikasi politik
mikro secara horizontal antara warga dengan warga negara yang lainnya, yang
juga dibentuk secara swadaya oleh warga negara. Komunikasi politik mikro
yang mengubah struktur dan pola komunikasi politik ini akan dijelaskan
secara ringkas berikut ini.
Aplikasi ini memuat biodata dan kemampuan para calon legislatif pada
Pemilu 2014 dengan sistem skor. Data yang tersedia seperti foto, data diri,
data politik, pendidikan, pekerjaan, dan pengalaman, serta skor penilaian
tokoh yang didasarkan pada kriteria. Aspek menarik pada kelompok ini adalah
adanya sistem penilaian yang dihitung berdasarkan beberapa faktor, yaitu:
Tingkat Pendidikan (30%), Tingkat Universitas (20), Pengalaman Pekerjaan
(15), Pengalaman Organisasi (15), Umur (15), dan Wawasan akan lingkungan
(5). Sesuai dengan olah data yang mereka buat, terlihat bahwa skor tertinggi
yang dicapai oleh calon legislatif adalah 70, dan terendah adalah 0 dengan
jumlah yang sangat dominan.
8
3. Bersih 2014 (bersih2014.net)
9
7. Jari Ungu (jariungu.org)
Situs ini dibangun sebuah tim, semuanya bukan politisi, bukan pengamat
politik, bukan anggota atau simpatisan partai tertentu, tetapi rakyat biasa yang
sejak pasca Pemilu Legislatif 2009 membutuhkan media komunikasi dengan para
anggota parlemen yang sudah terpilih mewakili daerah kami. Data: foto, nama
caleg, dapil, dan link berita tentang tokoh8
8
Salavatore Simarmata, Media Baru, Ruang Publik Baru, Dan Transformasi Komunikasi Politik
Di Indonesia, Vol. 3, No. 2, Hal. 18 – 36 November, 2014. Hal, 32-34
10
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Penulis membahas secara rinci dalam setiap poin pada makalah ini. Hal
tersebut berdasarkan dari pendapat ahli, buku, maupun penelitian sebagai dasar
pemikiran dalam penjelasan maupun pembahasan. Penulisan berharap penjelasan
dari pendapat ahli biasa meyakinkan pembaca mengenai apa yang penulis jelaskan
serta bias dipahami dengan baik. Setelah melakukan pembahasan mengenai
(JUDUL MAKALAH), penulis menyimpulkan dari temuan dan pembahasan mulai
dari definisi, metode ,isi pokok, searah dari makalah ini.
B. Saran
11
Berdasarkan pembahasan yang telah di jelaskan pada makalah ini, ada
beberapa rekomendasi yang dapat di jadikan masukkan bagi pembaca maupun
penulis selanjutnya. Hal ini di harapkan biasa menjadi saran yang tepat untuk
nantinya bisa dilakukan oleh pembaca. Penulis memiliki beberapa saran untuk
penulis selanjutnya agar makalah ini bias terus berlanjut sehingga memberikan
banyak manfaat bagi dunia pers. Berikut beberapa saran dari makalah yang
bias dilakukan untuk penulis selanjutnya.
12
DAFTAR PUSTAKA
Simarmata, Salavatore, 2014. Media Baru, Ruang Publik Baru, Dan Transformasi
Komunikasi Politik Di Indonesia, Vol. 3, No. 2, Hal. 18 – 36 November.
Van Dijk, Jan & Hacker, Kenneth, 2000. Digital Democracy: Issues of Theory
and Practice. London: Thousand Oaks.