3 PIK 3
Dosen Pengajar:
Disusun oleh:
Adrianus Wollah
14190077
PENDAHULUAN
1
https://www.alodokter.com/covid-19
“Bantuan kuota data internet diberikan kepada siswa, mahasiswa, pendidik dan
guru, serta dosen,” jelas Sekretaris Jenderal Kemendikbud Ainun Na’im, di Jakarta, Senin
(21/09/2020).
Paket kuota internet untuk peserta didik PAUD mendapatkan 20 GB per bulan
dengan rincian 5 GB untuk kuota umum dan kuota belajar 15 GB. Peserta didik jenjang
pendidikan dasar dan menengah mendapatkan 35 GB per bulan dengan rincian 5 GB untuk
kuota umum dan kuota belajar 30 GB. Sementara itu paket kuota internet untuk pendidik
pada PAUD dan jenjang pendidikan dasar dan menengah mendapatkan 42 GB per bulan
dengan rincian 5 GB kuota umum dan 37 GB kuota belajar. Paket kuota internet untuk
mahasiswa dan dosen mendapatkan 50 GB per bulan dengan rincian 5 GB kuota umum dan
45 GB kuota belajar.2
2
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/09/kemendikbud-terbitkan-petunjuk-teknis-
bantuan-kuota-data-internet-tahun-2020
BAB II
PEMBAHASAN
"Media massa adalah kelas penguasa." Inilah premis teori Marxis tentang
tempat media dalam sistem kapitalis kontemporer (Political Economy of Broadcast
Media, Agus Sudibyo, hal 1. 2004). Media massa diyakini tidak hanya menjadi sarana
penyampaian informasi antar elemen masyarakat, tetapi juga berfungsi untuk
menundukkan diri dan menegakkan konsensus kelompok yang dominan secara
ekonomi dan politik. Melalui pola kepemilikan dan produk yang disajikan, media
merupakan instrumen ideologis yang melanggengkan dominasi kelas kapital atas
masyarakat yang diperlakukan semata-mata sebagai konsumen dan terhadap
mereka yang memiliki kekuasaan untuk mengatur pro pasar.
Namun, hampir selalu terlambat disadari bahwa media massa di sisi lain juga
menyebarkan atau memperkuat struktur ekonomi dan politik tertentu. Media tidak
hanya mempunyai fungsi sosial dan ekonomi, tetapi juga menjalankan fungsi
ideologis. Oleh karena itu, fenomena media bukan hanya membutuhkan
pengamatan yang didasarkan pada pendekatanpendekatan ekonomi, melainkan juga
pendekatan politik (Sudibyo, 2004 :2).
Sebagaimana teori komunikasi massa lainnya, seperti teori efek media massa,
teori pengaturan rencana, teori kultivasi, teori disonansi kognitif, teori aplikasi dan
gratifikasi, teori jarum suntik, teori spiral diam dan teori pembelajaran sosial dalam
komunikasi massa, Ekonomi politik media memiliki beberapa fungsi. mengikuti.
Pendekatan ekonomi politik media dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu
pendekatan ekonomi politik liberal (sebagar mainstream) dan pendekatan ekonomi
politik kritis. Perbedaan prinsip antara pendekatan liberal dan kritis terletak pada
bagaimana aspek ekonomi politik media itu dilihat. Dalam pendekatan liberal, aspek
ekonomi dilihat sebagai bagian dari kerja dan praktek profesional. Iklan, pemodal
dilihat sebagai instrumen profesional dalam menerbitkan media. Sebaliknya, dalam
pendekatan kritis, aspek ekonomi politik selalu dilihat dan dimaknai sebagai kontrol.
Iklan dan pemodal bukan semata-mata dilihat sebagai bentuk kerja dan praktek
profesional, tetapi iklan dan pemodal itu adalah instrumen pengontrol, melalui mana
kelompok dominan memaksakan dominasi.yu kepada kelompok lain yang tidak
dominan.
Struktur ekonomi media dalam pendekatan liberal juga semata dilihat dalam
kerangka profesional. Bagian iklan atau pemilik media adalah salah satu fungsi dari
beragam fungsi dalam media. Sebaliknya dalam pendekatan kritis, beragamnya
posisi dan ketidaksamaan posisi dalam sebuah organisasi medii menyebabkan
dominasi satu kelompok kepada kelompok lain.
B. Analisis Kasus
TRIBUNNEWS.COM - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) bekerja sama dengan penyedia layanan hiburan streaming kelas
dunia, Netflix, untuk menyuguhkan tayangan berkualitas dalam mengisi liburan
sekolah.
Melalui kerja sama ini, untuk pertama kalinya di dunia, film-film dokumenter Netflix
akan ditayangkan melalui saluran televisi.
"Akhir pekan nonton kartun udah sering, tapi kalo hari Sabtu ditemenin
dokumenter Netflix udah pernah belom? Eng ing eeeeng!
Menurut saya setelah menganalisa Artikel tersebut, saya sebagai seorang yang
peranh duduk dibangku SMA sangat merasa dibantu dan juga merasa terhibur dengan
adanya program kerja sama ini. Karena dengan ini pemerintah sudah berupaya
membuat Rakyatnya dapat menikmati hiburan dari rumah dengan hasil birokrasi antar
kedua pihak baik Netflix maupun Kemendikbud.
Namun ini menimbulkan pertanyaan bagi saya, bagaimana dengan pelajar yang
berada di pelosok negeri, apakah mereka dapat mendapatkan kesetaraan hak dalam
mendapatkan hak mereka tersebut. Mengingat mereka dapat bersekolah saja sudah
bersyukur, bagaimana bisa dengan kondisi tersebut mereka dapat memperoleh hak
mereka itu
Menurut saya program ini terlalu terburu-buru dan tidak situasional juga realistis
dengan keadaan sekarang, diamati dari bidang ekonomi, tindakan ini justru merugikan
pengeluaran negara karena tidak juga disamaratakan dengan pelajar pelosok yang
sudah saya singgung. Sehingga alangkah baiknya anggaran tersebut di alokasikan
dalam anggaran penanganan COVID-19 nasional.
BAB III
PENUTUP
Kebijakan pemberitaan media tidak terlepas dari kepentingan pemilik dan ekonomi politik
media yang diikutinya. Karenanya, jika media saat ini mengalami komersialisasi yang luar biasa, hal
ini bisa dimaklumi. Media memperlakukan khalayak sebagai pasar saja, bukan sebagai warga
negara (warga negara). Tujuan utama pembentukan media adalah untuk mencari keuntungan bagi
pemilik dan pemangku kepentingan lainnya. Oleh karena itu, fungsi media sebagai penyampai
berbagai gagasan, informasi, pendidikan dan integrasi sosial (yang merupakan inti dari ruang
Keberadaan media lokal sebagai subsistem arena politik lokal membutuhkan landasan
profesionalisme dan idealisme yang kokoh. Tanpa profesionalisme, media tidak akan mendapatkan
kepercayaan publik. Di sisi lain, sebagai organisasi komersial, media lokal juga harus meningkatkan
kualitas pengelolaan media, sehingga mampu memberi makan perusahaan dan meningkatkan
Sebagai subsistem dari percaturan politik lokal, keberadaan media lokal membutuhkan
landasan profesionalisme dan idealisme yang kokoh. Tanpa profesionalisme, media tidak akan
mendapatkan kepercayaan publik. Di sisi lain, sebagai organisasi bisnis, media lokal juga harus
meningkatkan kualitas pengelolaan media agar dapat memberi makan perusahaan dan
Combs, James E dan Dan Nimmo. 1993. Propaganda Baru: Kediktatoran Perundingan dalam
Dennett, Charlotte. 2006. “Perang Melawan Teror dan Permainan Besar Minyak: Bagaimana
Media Kehilangan Konnteks”. Dalam Kristina Borjesson (ed.) Mesin Penindas Pers:
Hachten, William A.1993. “Sistem berita International“, diedit oleh Dedy Djamaluddin Malik,
Jalaluddin Rakhmat, dan Mohammad Shoelhi (eds.). Komunikasi Internasional. Bandung: Remaja
Herman, Edward S dan Noam Chomsky. 2002. Manufacturing Consent: The Political Economy of
Keohane, Robert O dan Robert S. Nye. 1977. Power and Interdependece: World Politics in
Kovach, Bill dan Tom Rosenstiel. 2001. Elemen-Elemen Jurnalisme. Jakarta: ISAI.
https://www.tribunnews.com/nasional/2020/06/17/kemendikbud-gandeng-netflix-dalam-program-