Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

EKONOMI POLITIK MEDIA

“Ruang Lingkup dan Perkembangan Ekonomi Politik Media”

Oleh:

Kelompok 1

1. M. Naufal 2010862038
2. Rachmadany Fitri Handayani 2010861029
3. Ralvy Reizo Adhyaksa 2010863020
4. Tasya Hilmaiza Fijuri 2010862019

Dosen Pengampu Mata Kuliah:

Vitania Yulia, MA.

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ANDALAS

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini tepat
pada waktunya. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu Vitania Yulia, MA
selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Ekonomi Politik Media yang telah membimbing
penulis dalam proses pembuatan makalah ini.

Adapun makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti
kegiatan perkuliahan Ilmu Komunikasi di Universitas Andalas pada mata kuliah Ekonomi
Politik Media. Diharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat berupa informasi kepada
pembaca terkait hal-hal yang berhubungan dengan kerangka pemikiran dan hipotesis

Penulis sangat sadar bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun sangat penulis
harapkan demi membangun dan memperbaiki makalah ini.

Padang, 23 Februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1

BAB II PEMBAHASAN 2

A. Definisi Ekonomi Politik dan Media 2


B. Ruang Lingkup dan Perkembangan Ekonomi Politik dan Media 2
C. Permasalahan Ekonomi Politik Media Saat Ini 4

BAB III PENUTUP 7

A. Kesimpulan 7
B. Saran 7

DAFTAR PUSTAKA 8
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam hal kajian ekonomi politik media dapat diartikan sebagai studi yang
mempelajari media massa dimana dapat dikaitkan dengan ekonomi dan politik.
Dikarenakan perkembangan ekonomi yang sangat pesat, memberikan peluang
mendalamnya pemahaman terhadap perkembangan media. Media disini dapat di
defenisikan sebagai institusi sosial yang mana memiliki kekuatan dan memiliki pengaruh
persuasif. Sedangkan media massa adalah saluran yang memberikan koneksi antara
komunikator dan komunikan secara menyeluruh dalam jumlah yang banyak dan berada
pada latar tempat yang berbeda atau berpencar, memiliki sifat heterogen yang mana
memberikan efek tertentu.

Dengan demikian, kajian ekonomi politik media adalah suatu bentuk analisis kritis
yangmana dapat memungkinkan adanya perhatian pada kritisme terhadapa aspek
ekonomi dan politik media. Persamaan antara politik, ekonomi dan media terletak adanya
hubungan dengan orang banyak. Ketiga aspek ini merupakan hal yang memerlukan dan
diperlukan masyarakat yang mana anonim dalam melakukan operasi-operasi rutinnya.
Jika politik terkait dengan ideologi, dan ideologi tentunya menyangkut dengan kehidupan
sosial rakyat. Sedangkan ekonomi terkait dengan produksi, modal, distribusi dan
keuntungan. Selanjutnya, media merupakan penghubungan antara topik atau tema yang
diangkat dengan khalayak yang tersebar. Oleh karena itu, melalui makalah inilah akan
dibahas lebih lanjut mengenai ekonomi politik media terkait defenisinya, ruang lingkup,
perkembangan dan permasalahan terkait ekonomi media politik tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa defenisi ekonomi politik media

2. Apa saja ruang lingkup dan perkembangan ekonomi politik media

3. Bagaimana permasalahan ekonomi politik media yang terjadi saat ini.

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui apa definisi ekonomi politik media

2. Untuk mengetahui ruang lingkup dan perkembangan ekonomi politik media.

3. Untuk memahami bagaimana permasalahan ekonomi politik media yang terjadi


saat ini.
BAB II

PEMBHASAN

2.1 Definisi Ekonomi Politik Media

Media dapat menjadi ruang publik yang dapat menentukan dinamika sosial, politik,
dan budaya di tingkat lokal maupun global. Media dapat dijadikan sebagai suatu ruang dalam
mengiklankan suatu barang dan jasa untuk meningkatkan penjualan. Media juga mampu
memperkuat struktur ekonomi dan politik tertentu. Menurut teori Marxis tentang posisi media
dalam sistem kapitalisme modern yang mengatakan bahwa media massa merupakan kelas
yang mengatur. Kelas yang dapat mengatur segala aspek yang ada didalam suatu negara dan
dapat mempengaruhi unsur-unsur dalam bidang perekonomian maupun politik pemerintahan.

Lalu, apa itu Ekonomi Politik Media? Istilah “ekonomi politik” diartikan secara
sempit oleh Mosco sebagai studi tentang hubungan kekuasaan yang saling menguntungkan.
Pengertian ekonomi politik secara sederhana merupakan hubungan kekuasaan (politik) dalam
sumber-sumber ekonomi yang ada di masyarakat. Sedangkan ekonomi politik media
merupakan institusi politik dan institusi ekonomi yang mempunyai kekuatan untuk
mempengaruhi khalayak, bagaimana media itu digunakan untuk bertahan dari keterbatasan
income dan alat untuk menambah kekuasaan serta memperluas sumberdaya yang dimiliki
oleh stakeholder.

2.2 Ruang Lingkup dan Perkembangan Ekonomi Politik Media

Menurut Doyle (2002) perkembangan media massa yang liberal dan global
mencerminkan dominannya dunia struktur politik dan ekonomi, dan pemilik modal. Dalam
era globalisasi maklumat yang melanda negara-negara di dunia termasuk Indonesia muncul
kecenderungan organisasi media komunikasi yang lebih mementingkan aspek komersial.
Ketidak adilan media massa sebagai medium suara rakyat mendapat kecaman daripada
berbagai kelompok masyarakat. Pendekatan ekonomi politik pada dasarnya mengaitkan aspek
ekonomi (seperti kepemilikan dan pengendalian media), keterkaitan kepemimpinan dan
faktor-faktor lain yang menyatukan industri media dengan industri lainnya, serta dengan elit
politik, ekonomi dan sosial. Atau dalam bahasa El1iot, studi ekonomi politik media melihat
bahwa isi dan makud yang terkandung dalam dalam pesan-pesan media ditentukan oleh dasar
ekonomi dari organisasi media yang menghasilkannya. Organisasi media komersial harus
memahami kebutuhan para pengiklan dan harus menghasilkan produk yang sanggup meraih
pemirsa terbanyak.

(Sudibyo, A, 2000) Teori ekonomi politik media fokus pada media massa dan budaya
massa, dimana keduanya dikaitkan dengan berbagai permasalahan sosial yang terjadi di
masyarakat.Teori ini mengindentifikasi berbagai kendala atau hambatan yang dilakukan para
praktisi media yang membatasi kemampuan mereka untuk menantang kekuasaaan yang
sedang mapan. Dimana penguasa membatasi produksi konten yang dilakukan pekerja media,
sehingga konten media yang diproduksi tersebut kian memperkuat status quo. Sehingga
menghambat berbagai upaya untuk menghasilkan perubahan sosial yang konstruktif. Upaya
penghambatan para pemilik pemodal, bertolak belakang dengan teoritikus ekonomi politik
ini, yang justru aktif bekerja demi perubahan sosial.

Menurut Barant (2010:263), para teoritikus ekonomi politik menitikberatkan pada


bagaimana proses produksi konten dan distribusi dikendalikan. Kekuatan utama teori ini
terletak pada kemampuannya dalam menyodorkan gagasan yang dapat dibuktikan secara
empiris, yakni gagasan yang menyangkut kondisi pasar. Salah satu kelemahan aliran ekonomi
politik ialah unsur-unsur yang berada dalam kontrol publik tidak begitu mudah dijelaskan
dalam pengertian mekanisme kerja pasar bebas. Walaupun aliran memusatkan perhatian pada
media sebagai proses ekonomi yang menghasilkan komoditi (isi), namun aliran ini kemudian
melahirkan ragam aliran baru yang menarik, yakni ragam aliran yang menyebutkan bahwa
media sebenarnya menciptakan khalayak dalam pengertian media mengarahkan perhatian
khalayak ke pemasang iklan dan membentuk perilaku publik media sampai pada batas-batas
tertentu.

Ekonomi politik adalah pendekatan kritik sosial yang berfokus pada hubungan antara
struktur ekonomi dan dinamika industri media dan konten ideologis media.
(McQuail,2011:105). Melihat hal ini maka institusi media merupakan sebagai bagian dari
sistem ekonomi dengan hubungan erat kepada sistem politik. Hal ini mengakibatkan
berkurangnya sumber media yang independen, konsentrasi pada khalayak yang lebih luas,
menghindari risiko, dan mengurangi penanaman modal pada tugas media yang kurang
menguntungkan.

Pada sisi lainnya, media juga akan mengabaikan kepentingan khalayak potensial yang
kecil dan miskin, karena dinilai tidak menguntungkan. Kemudian pemberitaan terhadap
kelompok masyarakat minoritas, cenderung tidak seimbang. Barant (2011:250) menyebutnya
teori ekonomi politik media fokus pada penggunaan elite sosial atas kekuatan ekonomi untuk
mengeksploitasi institusi media. (Sucahya.M, 2013) Chomsky seperti dikutip oleh David
Cogswell (2006) menyatakan bahawa media massa adalah sistem pasaran yang terpimpin,
didorong oleh keinginan mencari keuntungan. Hal ini menandakan bahwa media massa tidak
lagi netral. Pada era demokratik dan liberal seperti sekarang media massa penyiaran tidak lagi
dipandang sebagai kekuatan civil society yang harus dijamin kebebasannya, disebaliknya
dilihat sebagai kekuatan kapitalis, bahkan politik elit tertentu. Kekuatan media massa itu
berupaya mengkooptasi, bahkan menghegemoni negara sehingga masyarakat. Hal inilah yang
perlu dicermati secara kritis oleh para penggiat demokratik, termasuk para wartawan. Jangan
sampai kekuatan demokratik dibelenggu atas nama kebebasan media massa untuk
kepentingan politik para kapitalis penguasa media massa.

Dalam masalah pendemokrasian sistem media massa, keterbukaan akses juga


ditentukan oleh hubungan kuasa. Penggunaan kuasa dalam media massa pula bergantung
pada faktor fasilitas ekonomi maupun politik. Dalam era globalisasi maklumat yang melanda
negara-negara dunia, muncul kecenderungan bahwa organisasi media massa lebih
mementingkan aspek komersial, kepentingan politik dan pemilik modal (Giddens.A.
1993.Peter Golding & Graham Murdock (2000). Keadaan ini dapat menjadi sebagai
penghalang pendemokrasian sistem media massa.

Dalam pendekatan ekonomi politik, kepemilikan media (media ownership)


mempunyai arti penting untuk melihat peran, ideologi, konten media, dan efek yang
ditimbulkan media kepada masyarakat. Karena itu pertanyaan-pertanyaan mengenai “apakah
perbedaan pemilik media akan juga berarti adanya perbedaan pada konten media?” atau
“apakah perbedaan pemilik media dapat memberikan implikasi yang berbeda pula kepada
masyarakat selaku audience media?” menjadi sangat relevan.

2.3 Permasalahan Ekonomi Politik Media Saat ini.

Ekonomi politik media memiliki pola hubungan yang demokratis antara media
dengan politik dan ekonomi yang menjadi sesuai untuk diterapkan sebagai bagian dari sistem
politik demokratis. Dalam hal ini menjadikan permasalahan yang muncul akibat hubungan ini
juga beragam. Dari ketiga aspek ini mulai dari ekonomi politik dan media haruslah adanya
keadilan antara satu aspek dan aspek lainnya, juga berkaitan dengan bagaimana aktivitas
ekonomi dan politik itu bisa saling beriringan dengan 4 fungsi media massa mulai dari
memberikan informasi, memberikan pendidikan, memberikan hiburan ataupun dalam hal
kontrol sosial. Ketika pada kondisi menghadapi dunia ekonomi dan politik, terkadang media
massa mengalami kesulitan. Di satu sisi, adanya tuntutan bahwa media massa harus
melaksanakan fungsinya agar pembaca, pemirsa atau pendengar memiliki sikap kritis,
kemandirian, dan adanya kedalaman berpikir. Pada sisi lainnya, dengan adanya sikap manusia
yang menginginkan segala sesuatu yang dikerjakan dengan cepat terhadap ekonomi membuat
media harus juga mengangkat logika politik praktis yakni spektakuler, sensasional,
superficial, dan manipulatif.

Pada saat ini dimana di era demokratik dan liberal media massa penyiaran tidak lagi
dipandang sebagai kekuatan masyarakat yang dijamin kebebasannya melainkan sebagai
kekuatan kapitalis bahkan dengan tujuan politik elit tertentu. Kekuatan media massa itu kini
telah berupaya mengkooptasi, bahkan menghegemoni negara hingga masyarakat. Selain itu,
terkait pendekmokrasian sistem media massa adanya keterbukaan akses kini juga ditentukan
oleh hubungan kuasa. Di era globalisasi saat ini pun munculnya kecenderungan bahwa
organisasi media massa lebih mengutamakan sisi komersial, kepentingan politik, dan pemilik
modal.

Berikut permasalahan terkait ekonomi politik media yang mungkin terjadi pertama
adalah adanya homogenisasi dan imitasi produk yang diproduksi media. Dalam hal ini
produk yang dihasilkan serupa, seragam ataupun berasal dari duplikasi produk yang sudah
ada sebelumnya. Sehingga penonton melihat tayangan program yang hampir sama. Hal ini
akan mengakibatkan jumlah perusahaan pemasok program ke media seperti rumah produksi
akan terus menurun dikarenakan adanya perjanjian antara kepemilikan media untuk
menggabungkan usaha. Dengan menerapkan hegemonisasi akan terjadinya peniruan produk
perusahaan lain yang sedang trend yang mana disukai oleh khalayak dengan harapan dapat
mengurangi resiko kerugian dan meraih keuntungan dengan cepat. Hegemonisasi ini akan
berkaitan dengan fenomena lain yang dimunculkan adanya konsentrasi kepemilikan media
yaitu hilangnya lokalisme di media, hal ini juga akan mengakibatkan terjadinya perubahan
pada wajah industri media.

Permasalahan yang kedua adalah media kini menjadi tempat untuk menyebarkan
berita gosip. media yang lebih suka menayangkan program sensasional dan informasi gosip.
Dengan konsep media saat ini yang mengedepankan nilai julal atau komersial, Hal ini terjadi
karena pada produk media ini tidak memerlukan biaya produksi yang banyak, namun dapat
memberikan dampak dan keuntungan yang besar, ldengan biayaproduksi yang murah, media
akan mendapatkan penonton yang banyak serta mendapatkan iklan besar. Selanjutnya hal ini
akan merambah pada adanya perubahan dalam struktur media, dimana memiliki dampak
yang signifikan terhadap isi media. Dengan tujuan ingin mendapatkan keuntungan tersebut
media sering melewati batas-batas juralistik antara berita maupun bisnisnya. Jenis produk
media yang memiliki potensi komersial yang tinggi ini akan mempengaruhi profesi jurnlisme
dan isi berita. Disisni juga akan ada kecenderungan untuk mendapatkan keuntungan dan
melindungi kepentingan perusahaan.

Permasalahan yang keempat adalah yaitu munculnya self-cencorship yang terjadi saat
norma organisasi dan kepentingan pemilik media yang kuat sehingga adanya perubahan
dalam isi media. Sensor ini sendiri timbul karenna tekanan yang berasal dari perusahaan itu
sendiri bukan dari luar. Hal ini menyebabkan konten media yang dikonsumsi asyarakat
sekarang ini menjadi ter-agenda setting atau sudah disusun sedemikian rupa demi
kepentingan orang-orang tertentu dan mereka para pemilik media.

Permasalahan selanjutnya yang terjadi adalah adanya komodifikasi. Komodifikasi


merupakan sebuah proses transformasi hal yang bernilai untuk dijadikan produk yang dapat
dijual. Melalui pendekatan ekonomi politik, hubungan komodifikasi di media massa,
khususnya televisi dengan konglomerasi kepemilikan dapat diketahui. Hubungan
komodifikasi dan komunikasi, dapat digambarkan dari dua dimensi hubungan. Yang pertama
adalah proses komunikasi dan terknologinya memiliki kontribusi terhadap proses umum
komodifikasi secara keseluruhan. Kedua adalah proses komodifikasi yang terjadi dalam
masyarakat secara keseluruhan menekan proses komunikasi dan institusinya, jadi perbaikan
dan bantahan dalam proses komodifikasi sosial mempengaruhi komunikasi sebagai praktik
sosial. komodifikasi tak lain juga sebuah bentuk komersialisasi segala bentuk nilai dari dan
buatan manusia.

Contoh-contoh sederhana adalah, ketika seseorang yang ingin menyatakan putus pada
orang yang telah mengkhiantinya kemudian dibuatkan program acara, lalu disiarkan di
televisi, acara-acara humor yang mengeksploitasi kebodohan justru merupakan humor yang
disukai masyarakat Indonesia dan tentunya sangat laku, komodifikasi kemiskinan dalam
acara reality show yang mengekploitasi orang-orang miskin, serta dan berbagai macam
bentuk komodifikasi yang kemudian menyuburkan industri media. Dan yang paling parahnya
kemudian, stasiun televisi lain pun ikut-ikutan untuk membuat program acara yang sama
dengan konsep yang berbeda. Serupa tapi tak sama.
Pada tahap selanjutnya terjadinya konvergensi yang berpeluang menciptakan
kapitalisme lanjut, konglomerasi, hegemoni, monopoli, kelompok dominan baru yang akan
menjadi penguasa pasar. Konsentrasi kepemilikan salah satunya. Konvergensi dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan kelompok tertentu untuk menyebarkan gagasan-gagasan
politik secara lebih leluasa dibandingkan dengan media massa konvensional. Bagi pemodal
yang berafiliasi dengan kelompok politik, konvergensi memberi peluang yang labih terbuka
untuk mentransformasikan gagasan politik tertentu untuk meraup suara publik. Dengan
demikian maka konvergensi media berarti juga berpotensi menjadi medium hegemoni baru
bagi kekuatan-kekuatan ekonomi dan politik untuk meraih keuntungan sepihak. Konfigurasi
kekuatan semacam ini dapat mengancam terselenggaranya kehidupan demokrasi, karena,
hakikatnya suara publik cenderung akan dikendalian oleh kekuatan dominan dari pemilik
modal sekaligus kelompok kepentingan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pada pendekatan ekonomi politik media memiliki titik fokus pada kajian adanya
keterkaitan antara struktur ekonomi politik, dinamika industri media, dan adanya ideologi
media itu sendiri. Jadi, ekonomi politik media merupakan institusi politik dan institusi
ekonomi yang mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi khalayak, bagaimana media itu
digunakan untuk bertahan dari keterbatasan income dan alat untuk menambah kekuasaan
serta memperluas sumberdaya yang dimiliki oleh stakeholder.

Dalam ruang linglup ekonomi politik media memiliki aspek ekonomi (seperti
kepemilikan dan pengendalian media), keterkaitan kepemimpinan dan faktor-faktor lain yang
menyatukan industri media dengan industri lainnya, serta dengan elit politik, ekonomi dan
sosial. studi ekonomi politik media melihat bahwa isi dan maksud yang terkandung dalam
dalam pesan-pesan media ditentukan oleh dasar ekonomi dari organisasi media yang
menghasilkannya. Teori ekonomi politik media fokus pada media massa dan budaya massa,
dimana keduanya dikaitkan dengan berbagai permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat.
Permasalahan terkait ekonomi politik media yang terjadi saat ini adalah adanya hegemoni,
menciptakan kapitalisme lanjut, konglomerasi, hegemoni, monopoli, kelompok dominan baru
yang akan menjadi penguasa pasar.

3.2 Saran

Dengan adanya penjelasan mengenai materi terkait defenisi, ruang lingkup,


perkembangan serta permasalahan mengenai ekonimi politik media, diharapkan pembaca
dapat memahami isi dan tujuan dari penyusunan makalah ini serta mendapatkan pemahaman
baru dan mengenal bagaimana materi yang sudah ditulis. Selanjutnya, dalam proses
penyusunan makalah ini tisaklah luput dari kesalahan baik dari segi isi materi dan
penulisannya, oleh karena itu dibutuhkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Tak lupa juga penulis ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang ikut terlibat dalam
penyusunan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Haq, Arinal. Ekonomi Politik Media.


https://www.academia.edu/7281178/EKONOMI_POLITIK_MEDIA. Diakses pada 22
Februari 2023 pukul 10:39 WIB

Poti, J. (2020). Ekonomi Politik, Media Dan Ruang Publik. SEMIOTIKA: Jurnal
Komunikasi, 13(2).

Sucahya, M. (2013). Ruang public dan ekonomi politik media. Jurnal Komunikasi, 2(3),
15-23.

Alfani, H. (2014). Perspektif kritis ekonomi politik media konglomerasi, regulasi dan
ideology. Avant Garde, 2(2).

Anda mungkin juga menyukai