Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Media dalam Konstruksi Ideologi dan Politik

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Sosiologi Komunikasi D

Dosen Pengampu:

Lukman Hakim S.I.Kom., M.Sos.

Disusun Oleh :

Nur Fathonah 933506719

Alfi Nur Far’iyatul Ilmi 933513019

Yanwar Iqbal Pratama 933512919

Moh. Fajar Al Fatih 933505619

KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,

karunia serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Sosiologi
Komunikasi dengan judul “Media dalam Konstruksi Ideologi dan Politik” ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya.
       Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan.
       Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan
yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Se-
belumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Kediri, 14 April 2021

2
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... 2
DAFTAR ISI........................ ........................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah............................................................................... 4
C. Tujuan................................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Ideologi media massa........................................................................ 5
B. Realitas Sosial Pada Media Massa.................................................... 6
C. Konstruksi Realitas Dalam Media Massa......................................... 7
D. Bingkai Berita Pada Politik.............................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 10

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wacana apapun di media pada dasarnya merupakan suatu konstruksi yang ber-
sifat ideologis. Kenyataannya memang memuat sejumlah kepentingan pihak-pihak
tertentu, termasuk pengusaha media cetak dan praktisi pers. Teks-teks yang beredar di
ruang public merefleksikan adanya farmasi-farmasi diskursif. Konteks dari perbincan-
gan itu ada di dalam ruang public media massa.
Media massa merupakan alat atau mediator yang efektif dalam publikasi ideo-
logy baik ideology pro maupun kontra terhadap suatu diskursus. Menurut Eriyanto
bahwa teks merupakan salah satu bentuk praktek ideology, bahasa, tulisan, pilihan
kata maupun struktur gramatika dipahami sebagai pilihan yang diungkapkan mem-
bawa makna ideology tertentu dalam taraf memenangkan dukungan public.
Kegiatan dibidang media massa telah menjadi industri, dengan masuknya un-
sur kapital, media massa harus memikirkan pasar demi memperoleh keuntungan. Kar-
ena pengaruh modal ini media massa akan lebih memperhatikan kepuasan khalayak
(pelanggan dan pengiklan) sebagai pasar dalam mengkonsumsi berita berita di media.
Publik dalam komunikasi di Indonesia secara umum memiliki keterikaan ideologis
(ideologies ladden) atas dasar agama, nasionalisme ataupun kerakyatan.
Oleh karena itu, ilutrasi di atas menyadarkan bahwa publikasi nilai-nilai ideo-
logi melalui saluran media massa harus tepat sampai kepada pemahaman sasaran
(penerima informasi) agar teks media yang diapresiasikan dan dipusblikasikan dapat
efektif bagi masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud media dalam konstruksi ideologi?
2. Apa yang dimaksud media dalam politik?

C. Tujuan
1. Memahami media dalam konstruksi ideologi
2. Memahami media dalam politik

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Idiologi Media Massa


Menurut gambaran Marx, ideologi merupakan sarana yang digunakan untuk
ide-ide kelas yang berkuasa sehingga bisa diterima oleh keseluruhan masyarakat seba-
gai suatu yang alami dan wajar. Ideologi ini menjaga masyarakat berada dalam
kesadaran palsu, kesadaran manusia tentang siapa dirinya bagaimana mereka berelasi
dengan bagian lain dari masyarakat, dan pengertian kita tentang pengalaman sosial di-
hasilkan oleh masyarakat dan lingkungan tempat kita dilahirkan.1
Ideologi berkaitan dengan konsep seperti “pandangan dunia”, “system keper-
cayaan” dan “nilai”. Namun, ruang lingkup ideologi lebih luas dari pada konsep-kon-
sep tersebut. Ideologi tidak hanya berkaitan dengan yang terkandung mengenai dunia,
tapi juga cara mendasari define dunia. Oleh sebab itu, ideologi tidak hanya tentang
politik. Ideologi merupakan sarana yang digunakan untuk ide-ide kelas yang berkuasa
sehingga bisa diterima oleh keseluruhan masyarakat sebagai alami dan wajar.2 Begitu
pula dengan ideologi media massa. Ideology juga akan mempengaruhi media dalam
menyediakan suatu realitas, ini terkait dengan sudut pandang yang dipakai oleh media
tersebut. Ideology dalam arti netral bergantung pada isinya buruk (misalnya memben-
arkan kebencian), dia buruk.3
Media massa secara sengaja dibangun untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat Dan ideologi dari suatu media tidak lepas dari kepentingan media
itu sendiri. Kepentingan-kepentingan tersebut menentukan apakah informasi yang
disampaikan oleh suatu media tersebut mengandung kebenaran atau tidak baik set-
tingan ataupun sajikan menjadikan informasi tersebut sebagai alat
komunikasi massa dari kepentingan penguasa.

1
Fiske, John Cultural and Communication Studie: Sebuah Pengantar Paling Komprehensif (Jakarta: Rajawali
Pers, 1990) hal.239
2
Fiske, John Cultural and Communication Studie: Sebuah Pengantar Paling Komprehensif (Jakarta: Rajawali
Pers, 1990) hal.239
3
Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung, Rosdakarya, 2001), hal. 67

5
B. Realitas Sosial Pada Media Massa

Media adalah agen kontruksi. Padangan konstruksi mempunyai posisi


yang berbeda dibandingkan posistivis dalam menilai media. Dalam pandangan pos-
itivis, media dilihat sebagai saluran. Media adalah sarana bagaimana pesan dise-
barkan dari komunikator ke penerima (khalayak)4

Media memiliki realitas yang disebut realitas media. Media menyusun


realitas dari berbagai peristiwa yang terjadi hingga menjadi cerita atau
wacana yang bermakna. Realitas yang ditampilkan media tidak dipahami seba-
gai seperangkat fakta, tetapi hasil dari pandangan tertentu dari pembentukan realitas.5

Media massa merupakan sarana manusia untuk memahami realitas. Oleh


sebab itu, media massa senantiasa dituntut mempunyai kesesuaian dengan realitas
dunia yang benar-benar terjadi. Oleh karena itu seharusnya media seharusnya lebih
netral dalam menyampaikan realitas. Akan tetapi untuk saat ini media tidak lagi
sepenuhnya netral dalam memberikan informasi terkait realitas yang ada. Me-
dia sering kali digunakan untuk alat politik serta kepentingan aktor-aktor
penguasa dalam kepentingnya. Padahal media itu salah satu cermin khalayak
dalam melakukan tindakan, kebiasaan-kebiasaan, yang dijadikan tolak ukur
mereka dalam melakukan aktivitas. Karena media perannya begitu kuat dalam mem-
pengaruhi manusia. Menurut McLuhan ingin menyatakan bahwa pesan yang dis-
ampaikan media tidaklah lebih penting dari media atau saluran komunikasi yang
digunakan pesan untuk sampai kepada penerimanya. Dengan kata lain, ia ingin
menjelaskan bahwa media atau saluran komunikasi memiliki keuatan dan mem-
berikan pengaruhnya kepada masyarakat, dan bukan isi pesannya.6

4
Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan PolitikMedia, (Yogyakarta: Lkis Pelangi Aksara, 2005)
hal.22
5
Ibid, Eriyanto, hal. 29
6
Morisan, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa, (Jakarta: Kencana, 2013) hal.493

6
Dalam teori paradigma konstruksi fakta merupakan realita yang dikontruksi,
fakta tidaklah berdiri sendiri melainkan dikelilingi oleh berbagai kepentingan.

Termasuk fakta atau pengetahuan yang disajikan oleh media massa


merupakan hasil kontruksi para jurnalis. Pengetahuan merupakan kontruksi dari in-
dividu yang mengetahui dan tidak dapat ditransfer kepada individu lain yang
pasif. Karena itu kontruksi harus dilakukan sendiri oleh terhadap pengetahuan itu,
sedangkan lingkungan adalah sarana terjadinya konstruksi.7

C. .Konstruksi Realitas Dalam Berita Politik


Menurut Alex Sobur menegaskan bahwa pada dasarnya bias berita terjadi
karena media massa tidak berada di ruang vakum. Media sesungguhnya berada di
tengah realitas sosial yang sarat dengan berbagai kepentingan, konflik dan fakta
kompleks lagi beragam.8
Taip jurnalis tak jarang harus melakukan reinterpretasi terhadap sebuah
fakt yang didapatinya agar sesuai dengan konsumsi public. Berdasarkan materi
yang digunkan sebagai bahan informasi. Maka informasi terbagi dalam dua kategori.9
Pertama, apa yang disebut dengan Realitas Sosiologis (empiris). Real-
itas sosiologi diperoleh berdasarkan pegalaman langsung atau pengamatan lang-
sung seseorang terhadapa suatu peristiwa nyata. Bahkan baku membangun
realitas sosiologis dari suatu peristiwa bersifat faktual. Artinya, fakta peristiwa terse-
but dapat dilacak ditempat kejadian atau berdasarkan orang lain. Kedua, Realitas
psikologis merupakan hasil rekaan pikiran seseorang interpretasi terhadap peristiwa
nyata, sedang ia sendiri tidak mangalamai atau menyaksikan peristiwa tersebut.
Bakhan baku yang membangun realitas psikologis semata-mata bersumber pada
pandangan atau pendapat seseorang terhadap suatu masalah.

Pandangan konstruksi, berita adalah hasil dari kontruksi sosial diamana


selalu melibatkan pandangan, ideologi, dna nilai-nilai dari wartawan atau media. Ba-

7
Burhan, Bungin, Imaji Media Massa, ( Jakarta : Jendela, 2000 ), hal. 11
8
Alex Sobur, Analisi Teks Media: Suatu Pengantar Untuk analisi Wacana, Analisis Semiotik dan Analisi Fram-
ing,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001) hal. 29
9
Ashadi Siregar dan Ronang Pasaribu, Bagaimana Mengola Media Korporasi Organisasi, (Yogyakarta: Kan-
isius, (2000), hal. 67

7
gaimana realitas itu dijadikan berita sangat tergantung pada bagaimana fakta itu
dipahami dan dimaknai. Terlihat setiap media memegang ideologi sendiri dalam
memandang fakta yang sama, kemudian mamaknai dengan sudut pandang ber-
beda. Meski pun terdapat perbedaan antara berita dan realita sebenarnya, hal
ini tidak dianggap sebagai kesalahan, tetapi memang dinilai sebagai kewajaran
atas pemaknaan masing-masing media terhadap realitas.

D. . Bingkai Berita Pada Politik

Politik berasal dari bahasa Belanda politiek dan bahasa Inggris politics, yang


masing-masing bersumber dari bahasa Yunani τα πολιτικά (politika - yang berhubun-
gan dengan negara) dengan akar katanya πολίτης (polites - warga negara)
dan πόλις (polis - negara kota).

Secara etimologi kata "politik" masih berhubungan dengan politis, kebijakan.


Kata "politis" berarti hal-hal yang berhubungan dengan politik. Kata "politisi" berarti
orang-orang yang menekuni hal politik.

Politik berasal dari bahasa Yunani yaitu polis yang berarti kota atau negara kota.
Turunan dari kata tersebut yaitu:

 polites berarti warga negara.


 politikos berarti kewarganegaraan.
 politike tehne berarti kemahiran politik.
 politike episteme berarti ilmu politik.

Kata ini berpengaruh ke wilayah Romawi sehingga bangsa Romawi memiliki is-
tilah ars politica yang berarti kemahiran tentang masalah masalah kenegaraan. Politik
pun dikenal dalam bahasa Arab dengan kata siyasah yang berarti mengurus kepentin-
gan seseorang. Pengarang kamus al Muhith mengatakan bahwa sustu ar-ra’iyata
siyasatan berarti saya memerintahnya dan melarangnya.

8
Sedangkan politik secara terminologis dapat diartikan

1. Menunjuk kepada satu segi kehidupan manusia bersama dengan


masyarakat. Lebih mengarah pada politik sebagai usaha untuk memperoleh
kekuasaan, memperbesar atau memperluas serta mempertahankan
kekuasaan (politics). Misal: kejahatan politik, kegiatan politik, hak-hak
politik.
2. Menujuk kepada “satu rangkaian tujuan yang hendak dicapai” atau “cara-
cara atau arah kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu”. Lebih
mengarah pada kebijakan (policy). Misal: politik luar negeri, politik dalam
negeri, politik keuangan.
3. Menunjuk pada pengaturan urusan masyarakat dalam segala aspek kehidu-
pan. Pemerintah mengatur urusan masyarakat, masyarakat melakukan ko-
reksi terhadap pemerintah dalam melaksanakan tugasnya (siyasah).

Di antara ketiga definisi tersebut, tentunya definisi pertama lebih memiliki


konotasi negatif dibandingkan definisi kedua dan ketiga. Hal ini disebabkan orientasi
yang pertama adalah politik kekuasaan, untuk meraih dan mempertahankan kekuasaan
dapat dilakukan dalam jalan apapun entah baik entah buruk, dapat menghalalkan
segala cara dan lebih berorientasi pada kepentingan pemimpin atau elit yang berkuasa.
Sedangkan definisi politik yang kedua dan ketiga lebih berorientasi pada politik
pelayanan terhadap masyarakat, dimana posisi pemimpin merupakan pelayan
masyarakat bukan penguasa aset-aset strategis

9
DAFTAR PUSTAKA
Fiske, John Cultural and Communication Studie: Sebuah Pengantar Paling Komprehensif (Jakarta: Ra-
jawali Pers, 1990)

Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung, Rosdakarya, 2001)

Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan PolitikMedia, (Yogyakarta: Lkis Pelangi Aksara

Morisan, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa, (Jakarta: Kencana, 2013)

Burhan, Bungin, Imaji Media Massa, ( Jakarta : Jendela, 2000 )

Alex Sobur, Analisi Teks Media: Suatu Pengantar Untuk analisi Wacana, Analisis Semiotik dan Analisi Fram-
ing,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001)

Ashadi Siregar dan Ronang Pasaribu, Bagaimana Mengola Media Korporasi Organisasi, (Yogyakarta: Kan-
isius)

10

Anda mungkin juga menyukai