Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TEORI JEAN BAUDRILLAN

“Makalah Mengenai Teori Jean Baudrillan ini Dibuat Untuk Mengisi Tugas Mata Kuliah
Komunikasi Politik.”

Dosen Pembimbing : Syubanuddin Murom, M.I.Kom

Di Susun Oleh : Basrudin Makka

NIM : 17119006

PRODI ILMU KOMUNIKASI STISIP WIDYAPURI MANDIRI


KABUPATEN SUKABUMI
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT. Atas rahmat dan hidayahNya, makalah
dengan judul “Teori Jean Baudrillan” dapat diselesaikan tepat waktu. Tak lupa salawat beserta
salam, tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kita, kekasih Allah SWT. Yakni, Nabi
Muhammad SAW. Beserta keluarganya, sahabatnya dan umatnya hingga akhir jaman.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah komunikasi politik. Selain itu, makalah
ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca terutama penulis sendiri tentang
teori komunikasi yang digagas oleh Jean Baudrillan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Syubanuddin Murom, M.I.Kom selaku dosen
mata kuliah Komunikasi Politik disemester lima prodi Ilmu Komunikasi. Terima kasih juga
disampaikan kepada seluruh pihak khusunya teman-teman sekelas yang selalu support hingga
terselesainya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kritik dan saran
yang membangun, sangat diharapkan dari penulis demi kesempurnaan makalah ini.

Sukabumi, 13 November 2021

penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan Makalah ..................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan Makalah ................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 4

A. Komunikasi Politik ................................................................................................. 4


B. Peran Media dalam komunikasi Politik .................................................................. 5
C. Teori Jean Baudrillan .............................................................................................. 6

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 10

A. Kesimpulan dan Saran ............................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan aktivitas yang tidak terpisahkan dari berbagai bidang yang kita
guluti setiap hari. Termasuk dalam aktivitas politik, komunikasi memainkan peranan yang
sangat penting, baik dari yang terkecil sampai kepada hal yang besar sekalipun.
Dengan demikian, komunikasi sebagai proses politik, dapat diartikan sebagai gejala-
gejala yang menyangkut pembentukan kesepakatan. Misalnya bagaimana pembagian
kekuasaan atau bagaimana kesepakatan itu dibuat. Tentu saja komunikasi politik bukanlah
sebuah proses yang sederhana, melainkan perlu adanya kajian yang mendalam, sehingga
komunikasi yang mengandung unsur politik tersebut bisa tersampaikan dan diterima sebagai
suatu kebenaran.
Komunikasi politik diibaratkan sebagai suatu sistem sirkulasi darah dalam tubuh yang
mengalirkan pesan-pesan politik berupa tuntutan, proses dan dukungan aspirasi dan
kepentingan ke jantung atau pusat pemrosesan siatem politik. Ia berperan menyambungkan
semua bagian dari sestem politik, sehingga aspirasi dan kepentingan tersebut dikonversikan
sebagai kebijaksanaan. Bila komunikasi berjalan lancer, wajar dan sehat, sistem politik akan
mencapai tingkat kualitas responsif yang tinggi terhadap perkembangan aspirasi dan
masyarakat sesuai dengan tuntutan jaman.
Dijaman yang serba modern ini, sebagian besar manusia menghabiskan waktunya
menjajah ruang maya, bahkan ada yang merasa hidupnya akan terasa hampa ketika tidak
bersentuhan dengan internet dalam sehari. Namun tanpa disadari, bahwa proses komunikasi
politik telah berlangsung melalui media tersebut dalam mempengaruhi cara manusia
berpendapat maupun berperilaku.
Jika komunikasi politik awalnya didominasi oleh media mainstream seperti surat kabar,
radio dan televise yang dikenal selama ini, kini sudah meramba pada penggunaan media
sosial yang makin trend. Bahkan lebih jauh kebebasan pada gelirannya melahirkan
radikalisme yang diwujudkan dalam bentuk teorisme yang berbasis ideologi politik dengan
segala jaringan komunikasinya.
Melalui media massa bisa diketahui aktivitas para politisi, tentang pikiran-pikirannya,
pernyataan yang disampaikan, siapa yang menang dan siapa yang kalah, bagaimana strategi

1
lawan, berapa banyak dana yang dihabiskan selama kampanye, apa yang dijanjikan kepada
masyarakat bagaimana kemampuan debatnya dan sebagainya.
Dalam setiap realitas kehidupan politik, bisa dipastikan akan selalu terjadi kamunikasi
politik. Setiap hari, para tokoh pemerintahan atau aktor politik menyampaikan pernyataan
baik resmi maupun tidak resmi, secara langsung ataupun menggunakan media, pendapat dan
berbagai komentar yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat secara keseluruhan,
sehingga membentuk kehidupan politik merupakan suatu keniscayaan.
Di ire kontemporer yang disandingka dengan perkembangan teknologi, berbagai macam
informasi sangat mudah untuk didapatkan, berbagai jenis alat komunikasi diciptakan yang
awalnya media cetak seperti koran, majalah dan sejenisnya, namun sekarang lebih
berkembang lagi seperti televise, radio, internet dan sebagainya.
Citra yang ditampilkan media massa tidak semerta-merta menjadi alat komunikasi yang
merepresentasikan suatu realitas yang susungguhnya, melaikan menipulasi realitas atau
realitas buatan, akan tetapi masyarakat dapat diarahkan untuk mengetahui dan
mempercayainya sebagai bentuk kebenaran. Komunikasi yang ditayangkan dalam media
massa maupun di media sosial, berakhir menjadi realitas semu. Menurut Baudrillan,
munculnya hiperrialitas menghapus deferensiasi dua dunia, yaitu antara dunia nyata yang
hiruk pikuk realitasnya dan dunia imajiner dengan segenap fantasi yang dibawahnya.
Dalam analisis kemajuan teknologi virtual, baudrillan menjelaskan bahwa realitas semu
dan rekayasa atau manipulasi adalah keadaan dimana manusia terjebak dalam realitas yang
dianggap asli dan nyata. Dalam dunia simulasi, yang menjadi gambaran suatu realitas adalah
model-model manipulasi bukan kenyataan yang sesungguhnya (Baudrillan 1984). Simulacra
yang dimaksud adalah untuk mengontrol masyarakat dengan cara yang halus yaitu menipu
dan mempercayai bahwa simulasi itu adalah kenyataan yang sesungguhnya, sehingga
masyarakat menjadi tergantung terhadap simulasi dan posesif terhadapnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi politik?
2. Bagaimana peran media massa dalam menggiring opini publik?
3. Semacam apakah teori komunikasi politik yang dikembangkan oleh jean baudrillan?
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Memahami apa yang dimaksud dengan komunikasi politik.
2. Memahami peran media massa dalam menggiring opini publik.
3. Untuk menjelaskan tentang teori komunikasi yang dikembangkan oleh jean baudrillan.

2
4. Sebagai tugas mata kuliah komunikasi politik.
D. Manfaat Penulisan Makalah
Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah, penulis dapat mempelajari dan mengerti
apa yang dimaksud dengan komunikasi politik, menganalisa bagaimana peran media massa
dalam komunikasi politik yang berkembang pesat dalam mengging opini publik dan mampu
memahami teori komunikasi politik yang dikembangkan oleh jean baudrillan. Adapun yang
paling penting ialah, penulis bisa belajar bagaimana cara menulis karya ilmiah yang baik
dan benar.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Komunikasi Politik
Untuk sampai pada pembahasan mengenai komunikasi politik, setidaknya penulis akan
mencoba untuk membahas komunikasi terlebih dahulu, agar orientasi kemunikasi yang
mengendung unsur politik tersebut, dapat dipahami sebagai suatu kesatuaan yang dapat
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Komunikasi merupakan aktivitas yang tidak dapat dipisahkan didalam semua aspek
kehidupan manusia. sebagai makhluk sosial, manusia selalu melakukan interaksi dengan
manusia lain untuk mencapai kesepakatan dan saling pengertian.
Definisi komunikasi sebagai suatu proses, harus dipahami dengan sungguh-sungguh.
Komunikasi sebagai proses adalah arus, perubahan dan tidaktetapan dalam hubungan
terhadap satu sama lain. Sebagaimana baudrillan melukiskan sifat proses berkembang,
dinamis, sinambung, sirkular, tidak dapat diulang, tidak dapat diabaikan dan kompleks.
Sebagai proses, komunikasi tidak memiliki titik bertolak, tiada hentinya, ia meliputi
interprestasi personal dan politik.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi
adalah proses interaksi sosial yang dilakukan oleh individu atau kelompok kepada yang lain
untuk menyusun dan menyampaikan makna. Sehingga, berbagai macam kegiatan dalam
suatu sistem politik yang menyangkut proses menentukan tujuan dari sistem politik itu
sendiri. Dalam melaksanakan kebijakan, diperlukan kekuasaan atau power dan kewenangan
yang dipakai untuk membina kerja sama maupun untuk menyelesaikan konflik yang timbul
dalam proses tersebut.
Sesuai etimologinya, komunikasi politik political communication adalah komunikasi
yang melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik, atau berkaitan dengan
kekuasaan, pemerintahan dan kebijakan pemerintah.
Artinya komunikasi politik adalah proses penyampaian informasi politik dari
pemerintah kepada masyarakat dan masyarakat kepada pemerintah. komunikasi politik
bukan fungsi yang dapat berdiri sendiri karena komunikasi politik merupakan proses
penyampaian pesan yang terjadi pada saat berjalannya fungsi-fungsi yang lain. Dengan kata
lain, komunikasi politik merupakan salah satu dari sistem komunikasi yang dapat diperjelas
melalui skema kerja komunikasi politik yang berguna untuk menganalisa.

4
Menurut Nimmo, “komunikasi politik yaitu kegiatan komunikasi yang dianggap
komunikasi politik berdasarkan konsekuensi aktual maupun potensial yang mengatur
perbuatan manusia didalam kondisi-kondisi konflik.” Hal tersebut juga diungkapkan oleh
Meadow, namun Meadow lebih memberi tekanan bahwa “simbol-simbol atau pesan yang
disampaikan itu secara signifikan dibentuk atau m emiliki konsekuensi terhadap sistem
politik.
Komunikasi yang terjadi antar kelompok antara satu pihak dengan pihak lain dengan
kepentingan salah satu kelompok atau kepentingan bersama, menandakan bahwa hubungan
tersebut merupakan jalinan komunikasi politik. Sebab dalam pengertian sederhana, politik
berarti upaya mempengaruhi untuk memperoleh sesuatu yang dikehendaki.
Dengan demikian, komunikasi sebagai proses politik, dapat diartikan sebagai gejala-
gejala yang menyangkut pembentukan kesepakatan. Misalnya kesepakatan menyangkut
bagaimana pembagian sumberdaya kekuasaan atau bagaimana kesepakatan tersebut dibuat.
Tentu saja komunikasi politik bukanlah sebuah proses yang sederhana, banyak substansi
masalah yang memerlukan pembahasan yang mendalam.
Hadirnya komunikasi politik sudah setua hadirnya ilmu politik itu sendiri, hal itu
merupakan penggunaan secara terorganisir terhadap media massa modern untuk tujuan
politik, terutama dalam praktik kampanye pemilu, yang awalnya mengarahkan kepada
penyelidikan yang sistematis terhadap komunikasi politik dan telah memberi topik bahasan
atas identifikasi kentemporer utamanya.

B. Peran Media Massa dalam Menggiring Opini Publik


Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi berdampak pada beragamnya media
komunikasi dikehidupan sehari-hari, mulai dari aktivitas responsif sampai dengan alat
komunikasinya. Dunia maya mengalihkan semua aktivitas manusia, mulai dari pendidikan,
sosial, budaya, agama, politik, ekonomi bahkan seksual, sehingga yang terjadi adalah
masyarakat sedang dalam “perubahan sosial” dan apapun yang dapat dikerjakan di dalam
cyberspace (piliang 2011).
Di ire kontemporer yang disandingka dengan perkembangan teknologi, berbagai macam
informasi sangat mudah untuk didapatkan, berbagai jenis alat komunikasi diciptakan yang
awalnya media cetak seperti koran, majalah dan sejenisnya, namun sekarang lebih
berkembang lagi seperti televise, radio, internet dan sebagainya.
Konvergensi media teknologi dan sarana informasi yang berkembang masif mulai
meluas pesat kesegala aspek kehidupan manusia secara global. Munculnya media, kini

5
menjadi jalan pintas yang dikendalikan oleh sekelompok elit yang memiliki kepentingan
untuk mendapatkan informasi secara cepat dan menjadikannya alternatif (Syuhada 2018).
Minimnya pengetahuan terhadap media, informasi ini ternyata disiasati oleh sebagian
kelompok yang memiliki kepentingan agar menghasilkan berita factual yang mudah
diterima oleh masyarakat dan tidak terkonfirmasi kebenarannya atau sering kita sebut
dengan hoaks.
Penyebaran hoaks yang masif, kini menjadi sebuah fenomena konsumtif netizen setiap
hari. Dalam sudut pandang komunikasi, tidak sedikit orang ragu akan kehadiran dan
kredibilitas media massa. Tetapi dari sudut pandang lain, masyarakat juga mudah percaya
akan berbagai macam informasi yang dipublikasikan oleh media massa. Masyarakat dibuat
mengabaikan verifikasi kebenaran tentang informasi yang diterima. Kekeliruan informasi
pelan-pelan diterima dan menjadi kebingungan bagi masyarakat dalam mencerna suatu opini
dan fakta.

C. Teori Jean Baudrillan


Jean Baudrillan adalah salah satu filsuf postmodern. Riwayat hidupnya baudrillan dari
keluarga petani yang lahir di kota kecil Reims Paris 20 Juni 1929 dan meninggal 6 Maret
2007. Situasi politik yang terjadi di Aljazair pada masa 1950-an, membawai pengaruh yang
besar terhadap pendidikannya, sehingga dengan dinamika yang dialaminya melahirkan
pemikiran-pemikiran yang kritis.
Pada tahun 1958-1966 baudrillan menjadi seorang pengajar di Lycee sebagai guru
bahasa jerman. Hai ini ia lakukan sebelum selesai kuliah dibawah bimbingan Henri
Lefebvri. Baudrillan sangat serius menggulati persoalan filsafat sosial, budaya dan isu
kontemporer.
Tokoh yang sangat produktif dan karyanya sangat inspiratif, esay-esay yang ditulis
baudrillan penuh inspirasi dan membangkitkan inovasi terhadap hakekat dan pengaruh
komunikasi massa pada masyarakat kontemporer. Seorang tokoh yang bernama Marshall
Mcluhan menjadi pemikir yang sangat banyak mempengaruhi Jean Baudrillan tentang
pemikiran sosiologinya terutama dalam mengkaji budaya teknologi modern.
Tahun 1968 di Universitasnya telah terjadi peristiwa demostrasi besar-besaran yang
dilakukan oleh mahasiswa. Baudrillan pun turut ikut berpartisipasi dengan tulisan ilmiah
yang berjudul “Utopie” yang menjadikannya alat mediasi agar dapat memberikan gagasan-
gagasannya terhadap kritik budaya teknologi yang ia tawarkan dalam kacamata Struktural-
Marxis tentang teori-teori media iklan dan pendidikan popular pada waktu itu.

6
Dalam karya yang berjudul Simulacra and Simulations (1985), Jean Baudrillan
menyebutkan, bahwa masyarakat simulasi adalah bentuk karakter identitas masyarakat
kontemporer yang dalam kehidupanya selalu dibuat repot dengan sebuah absurditas kode,
tanda dan simbol, dan bentuk model sebagai memproduksi dan reproduksi dalam sebuah
teori yang ia sebut simulacra. Dalam analisis kemajuan teknologi virtual, baudrillan
menjelaskan bahwa realitas semu dan rekayasa atau manipulasi adalah keadaan dimana
manusia terjebak dalam realitas yang dianggap asli dan nyata. Dalam dunia simulasi, yang
menjadi gambaran suatu realitas adalah model-model manipulasi bukan kenyataan yang
sesungguhnya (Baudrillan 1984). Simulacra yang dimaksud adalah untuk mengontrol
masyarakat dengan cara yang halus yaitu menipu dan mempercayai bahwa simulasi itu
adalah kenyataan yang sesungguhnya, sehingga masyarakat menjadi tergantung terhadap
simulasi dan posesif terhadapnya.
Istilah simulacra merupakan sebutan teoti untuk menjelaskan sebuah simbol atau tanda
dan citra yang tampak dalam realitas yang tidak ada rujukan kebenaran dan keberadaannya.
Akan tetapi, simulasi ini akan melahirkan citra, tanda dan simbol yang kemudian menjadi
begian dari realitas. Menurut Baudrillan pada saat ini opini yang ditampilkan oleh media
massa cenderung mengabaikan realitas yang sesungguhnya. Setiap orang dapat dengan
mudah menerima informasi yang dihasilkan dalam dunia virtual yang berbentuk iklan
dengan menampilkan hasil yang sempurna sehingga orang tergiur dan bahkan meniru apa
yang disampaikan dalam iklan tersebut. Iklan menjadi model dari simulacra, karena
komunikasi yang simpaikan seolah-olah adalah sebuah realitas yang sesungguhnya.
Baudrillan memberikan contoh citra simulacra yang hadir di dunia adalah kehadiran
Disnayland, Baudrillan menulis dalam bukunya “Disnayland adalam model sempurna
semua gambaran dari simulacra. Di dalamnya terdabat sebuah permainan ilusi dan
permainan bayangan impian seperti banyak laut dan gambaran masa depan. Dunia
khyalan mampu dan sukses mengoperasikan dunia” (Baudrillan 1985).
Sangat jelas, bahwa pendapat baudrillan tentang Disneyland adalah representasi dari
dunia ilusi dan fantasi yang tidak pernah ada sebelumnya. Kehadiranya dalam realitas,
simulacram memperhatikan kenyataannya bahwa ia mampu menampilkan dunia yang
terlihat nyata bahkan kenyataannya melebihi realitas sesungguhnya. Tetapi komunikasi yang
terjadi di dunia massa, membuat orang menjadi bebas. Artinya dengan menggunakan akun
di media sosial, mereka dapat membuat identitas semaunya. Mereka dapat menipulasi
semua bentuk kebenaran yang ada pada dirinya, sehingga situasi inilah yang disebut olen
Jean Baudrillan menjadi model dari simulacra, karena terjadinya komunikasi dan interaksi
7
yang dewasa ini, bukan pada pada kenyataan yang sesungguhnya, namun langsung di dunia
maya yang tak terbatas dan mereka anggap sebagai realitas yang sebenarnya.
Dalam teori simulacra Jean Baudrillan, masyarakat kontemporer dibawa kapada realitas
virtual. Fenomena seperti ini menjadi budaya konsumsi citra yang ditawarkan oleh media
massa. Realitas yang bukan keadaan sebenarnya, sehingga inilah yang disebut dengan
realitas semu (hyper-reality). Realitas seperti ini diciptakan oleh beberapa media yang
dijadikan acuan referensi untuk masyarakat pada umumnya. Disinilah perkembangan
teknologi dan informasi dapat terlihat menjadi realitas yang mampu diklaim sebagai bentuk
produk modernitas yang menciptakan batasan-batasan imajiner dalam realitas dan
diciptakan oleh sebuah proses simulasi.
Makna pesan yang ditampilkan oleh media massa kini bagaikan komunikasi yang
terputus dari tempat asalnya, sehingga tepat sekali Baudrillan membuat sebuah kesimpulan
bahwa kontruksi budaya sekarang selalu ada dalam cita-cita simulasi, yakni menciptakan
suatu realitas nyata tanpa historisitas kebenaran yang disebut dengan hiperrealitas
(Baudrillan dalam Fitria 2015).
Dunia dalam hiperrealitas menyuguhkan sebuah keadaan yang tercipta dari citra yang
menyerupai orosinalitas, masa lalu yang menjadi satu dengan masa kini, simbol bercampur
dengan realitas, fakta yang menjadi rekayasa dan kepalsuaan yang digiring menjadi sebuah
keaslian. Misalnya iklan yang ditayangkan dalam layar media massa untuk dikonsumsi oleh
masyarakat. Dengan menampilkan sebuah teyangan realitas baru yang pada kenyataannya
itu jauh dari realitas sesungguhnya, tetapi penayangan-penayangan tersebut selalu diputar
berulang-ulang dalam sebuah media yang akhirnya membentuk konsumsi massa, seakan-
akan menjadi kenyataan yang asli dan mereka menerimanya sebagai realitas yang
sebenarnya.
Ketika tidak ada lagi kebenaran dalam realitas dan masyarakat masuk ke alam
hiperrealitas, mereka kehilangan kesadaran bahwa apa yang dilihat sebagai suatu kebenaran,
sesungguhnya adalah kontruksi atau rekayasa realitas. Oleh karena itu, terjadinya peralihan
dunia realitas dan tatanan sosial budaya komunikasi yang bersifat alamiah oleh simulasi dan
dalam model artifisial teknologi. Ketidak sadaran masyarakat dalam bermedia sosial yang
disetir oleh tanda atau simbol dan kode, menghantarkan pada kerancuan mengidentifikasi
identitas yang asli dan semu. Masyarakat kontemporer pada akhirnya memiliki dua
identitas, yakni identitas real dan identitas virtual.
Dalam dunia nyata, identitas adalah ciri “satu tubuh, satu identitas.” Tapi dalam dunia
virtual, seseorang dalam dunia nyata mampu membuat beberapa identitas virtual sesui
8
kemauan kan konsepsinya. Ia dapat menjadikan dirinya seseorang yang didesain bijak,
cerdas, tampan dan anggun, bahkan terlihat richuman. Hal ini dipengaruhi oleh perputaran
citra, kode informasi, gaya dan fashion yang tanpa henti, dan mendoktrin perhatian dan
kesadaran masyarakat di dalam mekanisme kecepatan. Inilah yang disebut Jean Baudrillan
sebagai Ecstasy of communication. “hilangnya transdensi atau kedalaman yang ada hanya
permukaan operasional yang bersifat imanen, komunikasi yang halus dan fungsional”.
Fenomena hiperrealitas membentuk hubungan manusia kedalam kondisi realitas yang
dimainkan oleh citra tertentu. Masyarakat terpenjara disuatu dunia yang dimanipulasi, dunia
yang tidak pernah berhenti dan berinovasi, sertatidak pernah mengurangi tempo
konsumsinya.
Keberadaan masyarakat yang dikelilingi oleh fenomena, kini menikmati sebuah media
yang berbicara akan dirinya sendiri. Hal ini didapatkan oleh Jean Baudrillan mengenai
media yang sudah kehilangan meaning tidak lagi memiliki sebuah pesan yang bermakna.
Dulu media sebagai sarana dan medium untuk menyampaikan pesan, namun kini media
telah menjadi pesan itu sendiri (kushendrawati 2001).
Masyarakat tidak mungkin bisa menghindari tanda-tanda tersebut. kondisi seperti ini
dinamakan dengan ekstasi komunikasi. Peristiwa, dikemas oleh media untuk direproduksi
dalam berbagai bentuk kemudian dikonsumsi oleh masyarakat sebagai dosis tinggi harian.
Hal tersebut bukanlah konsumsi yang menyehatkan untuk masyarakat, melainkan ekstasi
yang diberikan kedalam pemikiran masyarakat kearah dunia ilusi, fantasi dan kenikmatan
tak terbatas. Segala sesuatu besar dan kecil merupakan sekrup kecil darinya dan sangat sulit
untuk membedakannya. Akibatnya kesadaran masyarakat bukan lagi kesadaran yang
alamiah, melainkan kesadaran yang tertutupi oleh ekstasi informasi (kushendrawati 2001).
Simulasi dalam media, memiliki kemampuan yang menciptakan segala kemungkinan,
hingga kemungkinan yang tidak pernah terbayangkan yang terus mereproduksi simiotik
kedalam masyarakat. Setiap media yang menampilkan simulasi, melampaui segala bentuk
batasan-batasan yang ada, bukan dari batasan dimana masyarakat modern pun tidak pernah
menyangkal hal tersebut bisa dilakukan.
Menurut Baudrillan, media yang menciptakan simulasi, dapat mengukir suatu tanda
yang mampu membuat masyarakat tidak dapat lagi mengetahui mana yang otentik dan
tiruan. Semua membaur menjadi satu dan sulit untuk dipisahkan dan dibedakan (Baudrillan
1985).

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan dan Saran
Sistem- sistem sosial dan polik, dalam hal ini komunikasi politik merupakan proses
yang berkesinambungan dan melibatkan pula pertukaran informasi, modifikasi opini dan
simulasi massa antara individu dengan individu, individu dengan kelompok dan kelompok
dengan kelompok pada semua tingkatan masyarakat dan media sebagai alat.
Dalam dunia simulasi, manusia telah menempati ruang imajiner yang menyatu dengan
realits, yaitu dunia real dan fantasi begitu sangat sulit dibedakan, masyarakat hidup dalam
suatu ruang yang dipenuhi dengan dunia imajinasi yang menampilkan seakan-akan itu
adalah kenyataan yang sesungguhnya. Menurut Jean Baudrillan, masyarakat sekarang ini
menikmati kondisi hidup dengan jaman simulacra, kenyataan yang dilihat dan media iklan
disekitar kita adalah reproduksi realitas yang dihasilkan dari konsepsi simulasi.
Dengan pendekatan kajian simulacra Jean Baudrillan, sebuah fenomena komunikasi
yang terjadi dimedia massa memberikan kesadaran kepada kita bahwa simulasi telah
mampu memciptakan sebuah relasi komunikasi ditengah masyarakat saat ini. maka jika
menelaah teori simulacra dan dunia hiperrealitas, masyarakat diarahkan denagn baik agar
dapat terjaga dari segala bentuk yang ditampilkan oleh media, sehingga alur pergeseran
intelektual dan gaya komunikasi bisa semakin berkualitas bagi masyarakat dimasa depan.
Dengan teori simulacra Baudrillan mengingatkan kita bahwa hakekat kenyataan manusia
ditengah kemajuan dan kecanggihan teknologi sebuah realitas yang real berubah menjadi
suatu kenyataan yang bukan keadaan sebenarnya yang diprovokasi oleh teknologi.

10
DAFTAR PUSTAKA

Orasi Jurnal Dakwah dan Komunikasi


http://syehkhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/orasi

Buku Komunikasi Politik -Konsep, Teori, dan Politik- Edisi Revisi 2016
Devisi Buku Perguruan Tinggi. PT RajaGrafindo Persada Jakarta.

https://kelaskomunikasi.com/komunikasi-politik/

https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=jurnal+teori+jean+baudrillard&oq=jurnal+teori+jean+baud#d=gs_qa
bs&u=%23p%3D7r74Kj_rWflJ

https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5q=jurnal+peran+media+dalam+komunikasi+politik&btnG=#d=gs_qabs&
u=%23p%3DkgVKFDNLbUwJ

11

Anda mungkin juga menyukai