Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK

“ MEDIA SOSIAL DALAM KOMUNIKASI POLITIK”

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas mata kuliah Sosiologi Politik yang diampu
dosen Nova Zulfani Panggabean, S.E.,M.M

Disusun oleh :

Nama : Aanggiat Martahan Silaban

Npm : 19.1020

Semester : VI/A – Keuangan

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI ( STIE )

AL- WASHLIYAH SIBOLGA / TAPTENG

TAHUN AJARAN 2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur Ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Media Sosial Dalam
Komunikasi politik". saya juga mengucapkan terima kasih atas dukungan moral maupun
materi yang diberikan untuk penyusunan makalah ini, kepada :

1. Nova Zulfani Panggabean, S.E.,M.M selaku dosen mata kuliah Sosiologi Politik.
2. Orang tua kami yang senantiasa mendukung dalam belajar.
3. Dan teman-teman yang selalu mendukung.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari teman-teman sangat dibutuhkan
dalam penyempurnaan makalah ini.

Sibolga, 13 Mei 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH.................................................................................................4
1.3 TUJUAN PENELITIAN..................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
2.1 Pengertian Komunikasi Politik.........................................................................................5
2.1.1 Pengertian Komunikasi..............................................................................................5
2.1.2 Pengertian Politik.......................................................................................................6
2.1.3 Pengertian Komunikasi Politik..................................................................................6
2.1.4 Unsur Komunikasi Politik.........................................................................................8
2.2 Hubungan Media Sosial dan Komunikasi Politik...........................................................9
2.2.1 Social Media Network............................................................................................10
2.2.2 Media Online...........................................................................................................11
2.3 Peran media social dalam komunikasi politik saat ini....................................................13
BAB III.....................................................................................................................................16
PENUTUP................................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................16
3.2 Saran...............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Internet merupakan sesuatu hal yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat
modern di Indonesia. Tentu masyarakat masih mengingat bahwa sebelumnya
teknologi internet hanya digunakan untuk berkirim pesan elektronik melalui email dan
chatting, untuk mencari informasi melalui browsing, dan googling. Namun saat ini,
seiring dengan perkembangannya, internet mampu melahirkan suatu jaringan baru
yang biasa dikenal dengan sebutan media sosial. Sebagaimana yang diketahui, media
sosial merupakan salah satu media online dimana para penggunanya dapat ikut serta
dalam mencari informasi, berkomunikasi, dan menjaring pertemanan, dengan segala
fasilitas dan aplikasi yang dimilikinya seperti Blog, Facebook, dan Twitter.
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah cara
berkomunikasi manusia. Cara komunikasi manusia baik sebagai individu maupun
kelompok di ranah sosial, budaya, dan ekonomi tak terlepas dari kemajuan teknologi
tersebut, tak terkecuali kancah politik. Peningkatan akses dan jumlah pengguna
internet merupakan potensi tersendiri bagi para pelaku politik dalam melakukan
komunikasi politik dan dalam  peraihan dukungan atau kampanye politik. Berasal dari
latar belakang tersebut diatas maka penulis tertarik untuk menyusun makalah yang
berjudul “Peran Media Social Dalam Komunikasi Politik”.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi politik?
2. Bagaimana hubungan media social dengan komunikasi politik?
3. Bagaimana peran media sosial dalam komunikasi politik saat ini?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


1. Untuk mengetahui arti komunikasi politik.
2. Untuk mengetahui hubungan media social dengan komunikasi politik.
3. Untuk mengetahui peran media social dalam komunikasi politik saat ini.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi Politik

2.1.1 Pengertian Komunikasi


Bergantung pada titik pandangnya, komunikasi adalah pengalihan informasi untuk
memperoleh tanggapan; pengoordinasian makna antara seseorang dan khalayak; saling
berbagi informasi, gagasan atau sikap; saling berbagi unsur- unsur perilaku, atau modus
kehidupan, melalui

perangkat - perangkat aturan; penyesuaian pikiran, penciptaan perangkat simbol


bersama di dalam pikiran para peserta. Singkatnya, suatu pengertian, suatu peristiwa
yang dialami secara internal, yang murni personal yang dibagi dengan orang lain; atau
pengalihan informasi dari satu orang atau kelompok kepada yang lain, terutama
dengan menggunakan simbol (Dan Nimmo, 2005: 5). Komunikasi adalah proses interaksi
sosial yang digunakan orang untuk menyusun makna yang merupakan citra mereka
mengenai dunia (yang berdasarkan itu mereka bertindak) dan untuk bertukar citra itu
melalui simbol-simbol (Dan Nimmo, 2005: 6).

Akhirnya, arti utama proses yang mendasari definisi kita tentang komunikasi
harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Proses adalah arus, perubahan, dan
ketidaktetapan dalam hubungan kegiatan terhadap satu sama lain. Dalam mendalilkan
apa saja komunikasi itu, Barlund melukiskan sifat proses itu sendiri berkembang,
dinamis, sinambung, sirkular, tak dapat diulang, tak dapat dibalikkan, dan kompleks.
Sebagai proses, komunikasi tidak memiliki titik bertolak, tiada hentinya, ia meliputi
interpretasi personal, pertukaran sosial, dan politik. Ia tidak memiliki penyebab yang
mudah dilihat bagi akibatnya yang dapat diamati (Dan Nimmo, 2005: 7).

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan pengertian


komunikasi adalah proses interaksi sosial yang digunakan satu orang atau suatu kelompok
kepada yang lain untuk menyusun makna. Makna yang disusun merupakan citra mereka
dan untuk bertukar citra itu terutama melalui simbol -simbol.
2.1.2 Pengertian Politik
Politik adalah siapa memperoleh apa, kapan, dan bagaimana pembagian
nilai-nilai oleh yang berwenang; kekuasaan dan pemegang kekuasaan; pengaruh;
tindakan yang diarahkan untuk mempertahankan dan atau memperluas tindakan lainnya.
Dari semua pandangan yang beragam itu ada persesuaian umum bahwa politik
mencakup sesuatu yang dilakukan orang; politik adalah kegiatan (Dan Nimmo, 2005: 8).

Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik adalah bermacam kegiatan dalam
suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan tersebut.
Pengambilan keputusan (decision making) mengenai apakah yang menjadi tujuan dari
sistem politik itu menyangkut seleksi antara beberapa alternatif dan penyusunan skala
prioritas tujuan yang dipilih.

Untuk melaksanakan kebijaksanaan itu, perlu dimiliki kekuasaan (power) dan


kewenangan (authority), yang akan dipakai baik untuk membina kerja sama maupun
untuk menyelesaikan konflik yang mungkin timbul dalam proses ini. Cara yang
dipakai dapat bersifat persuasi (meyakinkan) dan jika perlu bersifat paksaan (coercion).
Tanpa unsur paksaan kebijaksanaan ini hanya merupakan permuasan keinginan (statement of
intent) belaka (Ardial, 2010: 23-24).

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan pengertian


politik adalah bermacam kegiatan dalam suatu sistem politik yang menyangkut proses
menentukan tujuan dari sistem politik itu sendiri. Dalam melaksanakan kebijaksanaan
itu diperlukan kekuasaan (power) dan kewenangan (authority) yang dipakai untuk
membina kerja sama maupun untuk menyelesaikan konflik yang timbul dalam proses ini.

2.1.3 Pengertian Komunikasi Politik


Politics,dalam bahasa Inggris, adalah sinonim dari kata politik atau ilmu politik dalam
Bahasa Indonesia, Bahasa Yunani pun mengenal beberapa istilah yang terkaitdengan kata
politik, seperti politics (menyangkut warga negara), polities (seorang warganegara), polis
(kota negara), dan politeia (kewargaan). Pengertian leksikal seperti ini mendorong lahirnya
penafsiran politik sebagai tindakan-tindakan, termasuk tindakan komunikasi, atau relasi
sosial dalam konteks bernegara atau dalam urusan publik. Penafsiran seperti ini selaras
dengan konsepsi seorang antropolog semisal Smith yang menyatakan bahwa politik adalah
serangkaian tindakan yang mengarahkan dan menata urusan-urusan publik (Nie dan Verb,
975:486)
Komunikasi politik ialah proses penyampaian informasi mengenai politik dari
pemerintah kepada masyarakat dan dari masyarakat kepada pemerintah (Ramlan Surbakti,
2010:152).

Komunikasi politik adalah proses di mana informasi politik yang relevan


diteruskan dari satu bagian sistem politik kepada bagian lainnya, dan di antara sistem-sistem
sosial dengan sistem-sistem politik. Kejadian tersebut merupakan proses yang
berkesinambungan, melibatkan pula pertukaran informasi di antara individu- individu
dengan kelompok-kelompoknya pada semua tingkatan masyarakat. Lagi pula tidak
hanya mencakup penampilan pandangan-pandangan serta harapan-harapan para anggota
masyarakat, tetapi juga merupakan sarana dengan mana pandangan dan asal-usul
serta anjuran-anjuran pejabat yang berkuasa diteruskan kepada anggota-anggota
masyarakat selanjutnya juga melibatkan reaksi-reaksi anggota-anggota masyarakat
terhadap pandangan-pandangan dan janji serta saran-saran para penguasa. Maka
komunikasi politik itu memainkan peranan yang penting sekali di dalam sistem politik:
komunikasi politik ini menentukan elemen dinamis, dan menjadi bagian menentukan
dari sosialisasi politik, partisipasi politik, dan pengrekrutan politik (Michael Rush dan
Phillip Althoff, 2008: 24).

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan pengertian


komunikasi politik adalah proses penyampaian informasi politik yang relevan dari satu
bagian sistem politik kepada bagian lainnya, dan di antara sistem-sistem sosial dengan
sistem-sistem politik.

Dalam hal ini komunikasi politik merupakan proses yang berkesinambungan, dan
melibatkan pula pertukaran informasi di antara individu-individu dengan kelompok-
kelompoknya pada semua tingkatan masyarakat.

Secara sederhana, komunikasi politik (political communication) adalah komunikasi


yang melibatkan pesan-pesan politik dan actor-aktor politik atau berkaitan dengan kekuasaan,
pemerintahan, dan kebijakan pemerintah. Dengan pengertian ini, sebagai sebuah ilmu
terapan, komunikasi politik bukanlah hal yang baru. komunikasi politik juga bisa dipahami
sebagai komunikasi antara “yang memerintah” dan “ yang diperintah”. (Romli: 2014, hal: 7)

Adapun prinsip-prinsip komunikasi politik: pertama, konsistensi. Dalam melakukan


komunikasi politik, informasi yang disampaikan harus konsisten dengan substansi platform
partai dan konsisten terhadap paradigma partai dan solusi atas problem-problem yang
dihadapi oleh konstituen dan publik. Kedua, replikasi. Dalam melakukan komunikasi politik,
informasi harus disampaikan berulang kali, sehingga konstituen dan publik paham betul
dengan content/isi platform partai dan apa yang sedang diperjuangkan oleh partai. Ketiga,
evidence. Dalam komunikasi politik informasi yang disampaikan oleh partai harus ada dan
dapat dibuktikan kebenaran dan eksistensinya.

Dalam praktiknya, komunikasi politik sangat kental dalam kehidupan sehari-hari.


sebab, dalam aktivitas sehari-hari, tidak satupun manusia tidak berkomunikasi, dan kadang-
kadang sudah terjebak dalam analisis dan kajian komunikasi politik.

Maswadi Rauf melihat komunikasi politik dari dua dimensi, yaitu komunikasi politik
sebagai sebuah kegiatan politik dan sebagai kegiatan ilmiah.
Komunikasi sebagai kegiatan politik merupakan penyampaian pesan-pesan yang bercirikan
politik oleh aktor-aktor politik kepada pihak lain. Kegiatan ini bersifat empirik, karena
dilakukan secara nyata dalam kehidupan sosial. Sedangkan sebagai kegiatan ilmiah,
komunikasi politik adalah salah satu kegiatan politik dalam sistem politik (Rauf, 1993: 32).

2.1.4 Unsur Komunikasi Politik 


Sebagai suatu bentuk kajian yang berhubungan dengan kegiata berkomunikasi,
beberapa ahli juga menjelaskan beberapa unsur-unsur komunikasi politik melalui beberapa
sudut pandang yang berbeda-beda. Cangara dalam bukunya menyebutkan unsur komunikasi
politik meliputi sumber (komunikator), pesan, media atau saluran, penerima dan efek
(Cangara, 2009:37).

1. Komunikator politik Semua pihak yang ikut terlibat dalam proses penyampaian


pesan. Pihak-pihak ini dapat berbentuk individu, kelompok, organisasi, lembaga,
ataupun pemerintah.
2. Pesan Politik Pesan politik merupakan pernyataan yang disampaikan baik itu
tertulis maupun tidak, dalam bentuk simbol atau verbal yang mengandung unsur
politik missal pidato politik, UU, dll.
3. Saluran atau Media Politik Dalam perkembengan sekarang ini, media massa
dianggap sebagai saluran yang paling tepatuntuk melakukan proses komunikasi
politik.
4. Penerima Pesan Politik Semua lapisan masyarakat yang diharapkan memberikan
respon terhadap pesan komunikasi politik. Misalnya dengan memberikan suara
pada pemilihan umum.
5. Efek atau Pengaruh Efek merupakan pengukur seberapa jauh pesan politik dapat
diterima dan dipahami.

Jika Cangara menjelaskan unsur komuniasi politik kedalam 5 kajian diatas, hal ini
berbedadengan Sumarno yang membagi unsur-unsur komunikasi politik kedalam
suprastruktur daninfrastruktur politik (Sumarno, 1989: 16).

1. Unsur-unsur pada suprastruktur Terdiri dari tiga kelompok yaitu yang berada pada
lembaga legislative, eksekutif danyudikatif.
2. Unsur-unsur infrastruktur Unsur ini meliputi: partai politik, kelompok
kepentingan, kelompok penekan, mediakomunikasi politik, kelompok wartawan,
kelompok mahasiswa, dan para tokoh politik
3. Komunikan dan komunikator. Merupakan unsur yang paling penting dalam dan
menentukan dalam setiap bentuk komunikasi.

Melihat dua ilmuan yang menjelaskan tentang unsur komunikasi politik,


terdapat perbedaan sudut pandang. Jika dipahami lebih jauh lagi kita dapat menyimpulkan
bahwa unsur komunikasi politik adalah semua hal yang berhubungan dengan proses
komunikasi yangdidalamnya mengandung makna politik, atau bertujuan untuk politik baik itu
isi pesan maupun pelaku komunikasi politik.

2.2 Hubungan Media Sosial dan Komunikasi Politik


Secara Bahasa, Kata Media berasal dari bahasa Latin "Medius" yang berarti tengah,
perantara atau pengantar.  Dalam bahasa Arab, media diartikan perantara atau pengantar
pesan dari pengirim kepada penerima pesan.

Pengertian Media menurut Purnamawati dan Eldarni (2001 : 4), Media merupakan


segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa
sehingga terjadi proses belajar”.

Hamidjojo dalam Latuheru (1993), memberi batasan media sebagai semua bentuk
perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebarkan ide,
gagasan, atau pendapat sehingga dapat sampai ke penerima yang dituju.
Komunikasi politik adalah sebuah public sphere. Suatu tempat dimana para anggota
komunitas dapat secara kolektif membentuk pendapat umum dalam satu lingkungan.
Komunikasi politik yang baik membutuhkan partisipasi dari aktor politik, media, dan publik.
komunikasi politik merupakan proses pembelajaran, penerimaan dan persetujuan atas
kebiasaan-kebiasaan (customs) atau aturan-aturan (rules), struktur, dan faktor-faktor
lingkungan yang berpengaruh terhadap kehidupan politik. Sementara itu, Dan D. Nimmo dan
Keith Sanders dalam Handbook of Political Communication (1981), juga mengungkap
masalah-masalah komunikasi politik dalam kasus-kasus kegiatan politik praktis yang
dikaitkan dengan peran media massa. Dalam konteks komunikasi politik, Dan Nimmo
menjelaskan pengaruh-pengaruh politik dimobilisasi dan ditransmisikan antara institusi
pemerintahan formal di satu sisi dan komunikasi memilih masyarakat pasa sisi lain.

Pada prinsipnya, komunikasi politik tidak hanya terbatas pada even-even politik
seperti pemilu saja, tetapi komunikasi politik mencakup segala bentuk komunikasi yang
dilakukan dengan maksud menyebarkan pesan-pesan politik dari pihak-pihak tertentu untuk
memperoleh dukungan massa. Secara teoritis fenomena komunikasi politik yang berlangsung
dalam suatu masyarakat, seperti telah diuraikan sebelumnya, merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari dinamika politik, tempat komunikasi itu berlangsung.

Media komunikasi politik secara umum dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu
media tradisional, media semi dan media modern. Media tradisional adalah media dengan
tatap muka, langsung berhadapan secara tatap muka dengan komunikasi, baik secara
individual, maupun kelompok dan organisasi

2.2.1 Social Media Network


Social media mengusung kombinasi antara ruang lingkup elemen dunia maya, dalam
produk layanan online seperti blog, forum diskusi, chat room, email, website dan juga yang
paling menggemparkan saat ini adalah kekuatan komunitas yang dibangun pada social media
(Juju&Feri, 2010 : 1-2).

Apa yang dikomunikasikan didalam penggunaan media online tersebut memberikan


efek power tersendiri karena basis pembangunanya mengedepankan teknologi dan berbagai
media interaksi yang dikomunikasikan dengan berbagai elemen seperti teks, gambar, foto,
audio dan video. Jejaring sosial memang ditujukan sebagai ruang untuk terus terkoneksi.
Berkomunikasi bahkan saling berbagi / sharing, didalamnya terjalin denyut aktivitas yang
kaya yang dimotori oleh kepentingan komunikasi, orang-orang yang tergabung saling berbagi
pendapat, bertukar informasi, melakukan kegiatan diskusi dan lainnya.

Facebook, Twitter, Youtube adalah yang paling populer saat ini di Indonesia, terbukti
melalui data yang diambil dari tribunnews.com bahwa Saat ini Indonesia menduduki ranking
pertama di Asia sebagai pengguna layanan twitter dan facebook. jumlahnya 47 juta orang
Indonesia menjadi penggunanya atau lebih seperempat dari jumlah 245 juta. Jadi wajar jika
hampir seperempat penduduknya menghabiskan waktu mereka untuk bekerja sambil ber
twitter. Twitter adalah jejaring sosial dan micro-blogging, yang memfasilitasi sebagai
pengguna, dapat memberikan update (perbaruan) informasi, bisnis, dan lain sebagainya.
(Waloeyo, 2010: 1).

2.2.2 Media Online


Media online merupakan bagian dari media baru yang saat ini menjadi pilihan untuk
penyebarluasan informasi. Media Online karakteristiknya berbeda dengan media
konvensional (cetak/elektronik), berikut karakteristik media online: (1) Multimedia, (2)
Aktualisasi, (3) Cepat, begitu diposting atau di unggah, langsung bias diakses semua orang.
(4) Update, (5) Kapasitas luas, (6) Fleksibilitas, (7) Luas (8) interaktif, dengan adanya
fasilitas kolom komentar dan chat room (9) Terdokumentasi, (10) Hyperlinked, terhubung
dengan sumber lain (links) yang terkait dengan informasi tersaji (Syamsul, 2012: 11).

Media sosial telah mengubah cara orang dalam mengkomunikasikan sebuah ide dan
gagasan. Media tradisional, sebagai contoh surat kabar, majalah, televisi, dan radio,
memberikan informasi ke publik dalam bentuk satu arah komunikasi. Fenomena ini berbeda
dengan media social modern, dimana media sosial telah merevolusi cara berbagi ide dan
informasi dengan jalan berbagi dalam komunitas dan jaringan online. Media sosial telah
merambah pada hampir semua komunitas di masyarakat, termasuk di dalamnya para pelaku
politik.

Selama tahun 1980an, teknologi komunikasi menjadi elemen penting, karena


memudahkan orang untuk mempertukarkan informasi pada basis “many to many” melalui
sistem komunikasi yang berbasis pada komputer. Kita dapat menyebutnya sebagai “teknologi
komunikasi baru”, “media baru”, atau “komunikasi interaktif”. Hal yang paling terlihat dari
keberadaan teknologi komunikasi baru adalah bahwa ia merubah ciri atau karakteristik
komunikasi antarmanusia pada tataran yang paling mendasar. Perubahan karakteristik
komunikasi antarmanusia tersebut dapat terlihat dari sifat (nature) teknologi komunikasi
tersebut (Turnomo dalam Junaedi, 2011 : 8).

Internet dalam komunikasi adalah sebuah perubahan, karena dianggap telah menjadi
bentuk atau pola baru dalam berkomunikasi. Hal ini lah yang menjadi jawaban keinginan dan
mimpi manusia untuk dapat “bersentuhan” dengan sesama secara lebih luas, meng-global,
cepat, dan murah. Dan ini kemudian yang menjadi sebuah bentuk baru media, bentuk baru
komunikasi, media baru (Zinaida, 2013:624).

Para pelaku politik harus dapat menyampaikan pesan mereka kepada pendukungnya
baik secara langsung maupun lewat perantara. Dalam hal ini, internet telah menjadi perantara
dan wadah yang baik bagi proses komunikasi dan kampanye politik.

Hubungan antara media sosial dalam komunikasi politik di era modern saat ini dapat
dikatakan sebagai satu kesatuan yang mungkin tidak bisa dipisahkan, dalam artian antara
dunia politik dan media massa akan selalu ada hubungan satu sama lain yang saling
membutuhkan dan saling mempengaruhi. Para pelaku politik membutuhkan media untuk
mempublikasikan kebaikan partai politiknya atau bahkan menggunakannya sebagai tempat
mengkampanyekan partai politiknya. Media social merupakan media informasi bagi
masyarakat yang berguna sebagai sarana pemberi informasi kepada masyarakat, saat ini
bukan hanya dimanfaatkan sebagai media untuk menyampaikan informasi terkini tentang
kejadian yang terjadi di masyarakat, namun juga digunakan sebagai sarana komunikasi
politik.

Media sosial saat ini seringkali dijadikan ‘kendaraan’ bagi partai-partai politik untuk
ingin dipandang lebih oleh masyarakat. Dan melalui media sosial, proses budaya politik atau
partisipasi politik masyarakat akan dapat sangat mempengaruhi. Cara-cara dari media sendiri
dalam menyampaikan peristiwa-peristiwa politik ini dapat mempengaruhi persepsi atau
pandangan masyarakat mengenai isu-isu perkembangan politik. Hal ini dapat menimbulkan
pembentukan opini publik atau pendapat umum yakni dalam upaya pembangunan sikap dan
tindakan masyarakat mengenai isu-isu politik yang berkembang tersebut dianggap sebagai
masalah politik atau actor politik.
2.3 Peran media social dalam komunikasi politik saat ini
Dalam abad ke-21 ini media social atau media interaktif telah terbukti efektif dalam
komunikasi social dan komunikasi politik. Efektivitas pesan singkat melalui telepon seluler
(sms), Twitter, Facebook dan Blog memang luar biasa. Peran strategis media social itu dalam
komunikasi politik, telah ditunjukkan keberhasilan dan kemampuannya menggalang kekuatan
dan dukungan terhadap gerakan prodemokrasi di berbagai Negara seperti Tunisia (2011) dan
Mesir ( 2011). Pada akhir abad ke 20 yang lalu beberapa Negara telah mengalami gerakan
politik yang didorong juga oleh media social itu seperti Indonesia (1998), filiphina (2001),
dan malaysia (2008). (Anwar, 2011: 171)

Kecepatan orang mengakses media sosial mengakibatkan terjadinya beragam


fenomena yang berkaitan dengan arus informasi. Fenomena ini tidak hanya berlangsung di
negara-negara maju, tetapi juga di Indonesia. Pesatnya perkembangan media sosial juga
dipicu oleh keinginan setiap orang untuk merasa harus memiliki media sendiri (facebook,
blog, twitter). Cikal bakal penggunaan internet dalam aktivitas yang berkaitan dengan politik
di Indonesia tahun 1994, ketika sejumlah LSM mulai menggunakan komunikasi online untuk
kegiatan advokasi spesifik mereka dan mailing list terbuka. Hal itu kemudian semakin
berkembang menjadi sumber informasi peristiwa politik bagi 13.000 penerima di kota-kota
besar. Pada pertengahan tahun 1997, telah lebih dari 20 organisasi memiliki situs web sendiri
yang banyak memuat informasi tentang politik di Indonesia. Kelompok pro demokrasi itu
kemudian berhasil menggalang gerakan yang menggulingkan kekuasaan orde baru pada
tanggal 21 Mei 1998. Dalam tahun 1998 itu, penetrasi internet di Indonesia telah mencapai
sekitar 10% penduduk tau sekitar 25 juta pengguna dari 237 juta penduduknya. Dalam tahun
2007 partai-partai politik dan sejumlah politikus di Indonesia telah memiliki web sendiri,
terutama untu menghadapi pemilu tatahun 2009 (Heufers,2008 dikutip dalam buku
Anwar,2011: 172)

Tampaknya media social atau media interaktif itu telah ditakdirkan menjadi wahana
penegakkan politik terbuka dan demokratis dengan dampak positif dan negatifnya. Justru
rakyat dimana saja di dunia ini akan memahami bahwa akses internet itu semakin diterima
sebagai bagian dari hak asasi manusia dan semakin menjadi komponen penting dalam
komunikasi politik.Arti penting dari penggunaan internet sebagai bagian pokok dari revolusi
informasi, adalah kemampuan manusia menghemat waktu dan menundukkan ruang. Ada
penghematan energy dalam transportasi, karena komunikasi tidak lagi tergantung pada jarak,
sehingga dunia dapat “dipersatukan” dalam waktu yang singkat dan terjadilah globalisasi.
Berdasarkan hal tersebut, jelas bahwa penggunaan internet dalam komunikasi politik,
telah dimungkinkan dan sangat urgen serta strategis dalam masyarakat informasi. Internet
telah mengubah komunikasi dengan cara yang sangat mendasar, terutama melibatkan banyak
interaksi atau interaktivitas antara komunikator dengan pengguna. Melalui internet, kegiatan
komunikasi politik dapat terlaksana dengan menyertakan jutaan orang di seluruh dunia, tanpa
adanya hubungan yang bersifat pribadi. Jika internet digunakan untuk komunikasi politik,
maka penerima komunikasi politik yang dapat tercipta oleh internet terebut sangat khas, yaitu
jutaan individu yang terhubung oleh jaringan komputr, yang disebut dengan dunia maya
(cyberspace). Media elektronik baru ini telah membuat perubahan besar dalam masyarakat
dengan segala dampak positif dan negatifnya (Severin-Tankard,2009 :465).

Berdasarkan uraian diatas jelas bahwa media social berbeda dengan media massa,
meskipun sasaran yang disentuh jumlahnya besar, namun tidak bersifat “missal”. Media
massa mendorong terjadinya massifikasi, sebagai cirri masyarakat industry. Sebalikanyya
media social lebih banyak bersifat individual, sehingga terjadi individualisasi dan
demassifikasi, sebagai cirri masyarakat informasi. (Anwar, 2011: 175)

Beberapa waktu yang lalu untuk memiliki media tradisional seperti televisi, radio,
atau koran dibutuhkan modal yang cukup besar serta butuh tenaga kerja yang banyak,
berbeda halnya dengan sosial. Pengguna media sosial dapat mengakses hanya dengan
menggunakan jaringan internet bahkan yang kemampuan aksesnya lambat sekalipun, tanpa
dibutuhkan biaya besar, tanpa alat yang mahal dan bahkan bisa dilakukan sendiri tanpa
karyawan (Pujho dalam Junaedi, 2011: 33).

Semakin majunya era globalisasi informasi dan komunikasi didukung banyaknya


pengguna internet saat ini yang berdasarkan data-data yang ada, sehingga media sosial
digunakan oleh kandidat-kandidat sebagai salah satu sarana komunikasi politik. Melalui
ruang cyber (internet), kampanye dapat dilakukan pada tiga segmen sekaligus, yaitu massa,
antarpribadi, dan organisasi. Sehingga internet cenderung dijadikan sarana kampanye yang
dianggap efektif di Indonesia.

Kampanye melalui media sosial mulai dimanfaatkan pasca runtuhnya rezim Orde
Baru. Pada Pemilu 1999 dan 2004, sudah muncul kampanye partai atau kandidat melalui
media sosial yang merupakan metode baru bagi perkembangan demokrasi di Indonesia. Partai
politik, calon legislatif, calon presiden-wakil presiden maupun calon kepala daerah kini
mengandalkan media sebagai sarana mengiklankan profil untuk membentuk pencitraan
melalui media sosial, Karena media sosial dianggap cukup efektif untuk mendongrak
popularitas sekaligus meningkatkan perolehan suara dalam setiap Pemilu ataupun
Pemilukada. Dalam media sosial iklan politik memainkan peranan penting dalam membentuk
pencitraan untuk merebut popularitas, akseptabilitas, dan elektabilitas. Perkembangan media
sosial di dunia maya akan semakin berkembang dan terus tumbuh. Kemampuan untuk
menguasai dan memanfaatkannya akan menjadi faktor strategis bagi pelaku politik dalam
proses komunikasi dan kampanye politiknya.

Perolehan dukungan dan suara adalah target utama dari setiap pelaku politik. Dan
telah menjadi suatu hal yang identik (untuk tidak mengatakan suatu hal yang linier dan suatu
hal yang pasti) bahwa pelaku politik yang paling populer di media sosial, ialah yang
mendapat dukungan dan memperoleh suara terbanyak dari khalayak. Inilah dampak positif
terbesar dari media sosial bagi proses komunikasi dan kampanye politik.

Media sosial mampu memberikan efek positif bagi pelaku politik dengan terjalinnya
komunikasi politik dua arah yang intens dengan para pendukungnya. Pergeseran opini dan
mobilisasi suara dari suara mengambang (floating voters) juga merupakan efek positif dari
media sosial tersebut.

Di sisi lain, konten dan opini yang terbangun di media sosial oleh pelaku politik
kadang dapat berimbas negatif bagi para pesaing politik. Opini akan kekurangan dan
kelemahan bahkan kesalahan (yang dicari-cari) dari para pesaing politik, tak jarang dapat
menimbulkan masalah. Memang, sudah ada banyak aturan main bahkan sudah terbentuk
dalam sebuah undang-undang (UU), baik UU ITE dan UU Pemilu beserta perangkat Bawaslu
dan aparat Kepolisian.

Citra yang berusaha direpresentasikan tersebut disisi lain terkadang melampaui


realitas dalam kehidupan manusia atau dalam bahasa Jean Baudrillard terjadi hyperreality.
Sehingga pada titik tertentu, masyarakat modern menerima realitas dengan beraneka macam
bentuk citra yang dihadapkan pada mereka, kemudian serta merta meyakini kebenaran yang
diberikan atau direpresentasikan dari citranya. Dengan demikian media sosial mampu
membentuk image dengan tujuan mempengaruhi perilaku politik masyarakat. Media
mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam pembentukan kognisi seseorang. Media
memberikan informasi dan pengetahuan yang pada akhirnya dapat membentuk persepsi. Dan
persepsi mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang. Berbagai pemberitaan media
memberikan masukan kepada kognisi individu, dan kognisi akan membentuk sikap.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
komunikasi politik (political communication) adalah komunikasi yang melibatkan
pesan-pesan politik dan actor-aktor politik, atau berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan,
dan kebijakan pemerintah. Media adalah semua bentuk perantara yang digunakan oleh
manusia untuk menyampaikan atau menyebarkan ide, gagasan, atau pendapat sehingga dapat
sampai ke penerima yang dituju.
Hubungan antara media sosial dalam komunikasi politik di era modern saat ini dapat
dikatakan sebagai satu kesatuan yang mungkin tidak bisa dipisahkan, dalam artian antara
dunia politik dan media massa akan selalu ada hubungan satu sama lain yang saling
membutuhkan dan saling mempengaruhi. media sosial mampu membentuk image dengan
tujuan mempengaruhi perilaku politik masyarakat. Media mempunyai pengaruh yang sangat
kuat dalam pembentukan kognisi seseorang. Media memberikan informasi dan pengetahuan
yang pada akhirnya dapat membentuk persepsi. Dan persepsi mempengaruhi sikap dan
perilaku seseorang

3.2 Saran
Peneliti berharap, dalam penelitian selanjutnya tentang penggunaan instagram sebagai
media kampanye dalam melakukan strategi komunikasi politik dilakukan dengan lebih
mendalam karena penggunaan instagram sebagai media kampanye dalam melakukan strategi
komunikasi politik menjadi gaya sekaligus trend baru belakangan ini.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Anwar,2011. Komunikasi Politik. Yogyakarta : Graha Ilmu


Cangara, H. (2009). Komunikasi Politik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Iswandi. 2009. Komunikasi Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Juju, Dominikus dan Feri Sulianta, 2010. Branding Promotion with Social Networks,
Jakarta : PT.Elex Media Komputindo

Junaedi, Fajar. 2011.Komunikasi 2.0: Teoritisasi dan Implikasi. Jakarta : PT Gramedia


Pustaka Umum.

Maswadi Rauf dan Mappa Nasrun. 1993.Indonesia dan Komunikasi Politik. Jakarta:
Gramedia.
Muhtadi, Asep. S.2008. Komunikasi Politik Indonesia: Dinamika Islam Politik Pasca Orde
Baru. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Nasution, zulakarimen. 1990. komunikasi politik: suatu pengantar. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nimmo, Dan., Political Communication and Public Opinion and America, diterbitkan
Goodyear Pubhlising, edisi Indonesianya, Komunikasi Politik: Khalayak dan Efek, Bandung;
Rosda Karya,2000

Romli.A.S.M.2014.komunikasi politik. ebooks. hal 7-8

http://eprints.uny.ac.id/23581/4/4.%20BAB%20II.pdf
https://www.academia.edu/1412721/KOMUNIKASI_POLITIK_UMAIMAH_WAHID_202
https://www.academia.edu/3812003/
TUGAS_KOMUNIKASI_POLITIK_KOMUNIKASI_POLITIK_JURUSAN_ILMU_KOMUNI
KASI_FAKULTAS_ILMU_SOSIAL_DAN_ILMU_POLITIK_UNIVERSITAS_SEBELAS_MAR
ET_SURAKARTA

Anda mungkin juga menyukai