Anda di halaman 1dari 20

Komunikasi Politik Di Abad Internet

Makalah Ini Disusun Sebagai Tugas UAS Mata Kuliah Komunikasi Politik
Diampu Oleh :
Dr. Iding Rosyidin, S.Ag., M.Si.

Disusun Oleh :
Munira Rizky 11201120000060
Fauzia Camila 11201120000092
M.Berryl Choliq Arrohman 11201120000116

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDYATULLAH
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunianya, serta memberikan segala kemudahan kepada kami sehingga dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Komunikasi Politik Di Abad Internet” dapat
terselesaikan tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam yang kami panjatkan kepada Nabi
Mahmmad SAW dengan mengharapkan syafa’atnya di akhirat kelak.

Tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas dari Mata Kuliah Komunikasi Politik
yang diampu oleh Dr. Iding Rosyidin, S.Ag., M.Si. Kami selaku penulis dengan harapan bahwa
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai komunikasi politik melalui media sosial untuk menjalankan kampanye.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna. Penulisan
ini masih butuh masukan dan dilanjutkan untuk mencapai kesempurnaan. Berkat rahmat Allah
SWT kelompok 9 telah menyelesaikan penulisan ini dengan sebaik-baiknya. Kami mohon maaf
jika dalam penulisan ini masih banyak kesalahan dan kekurangan yang perlu diperbaiki. Dengan
sangat merasa terhormat apabila sekiranya pembaca dapat memberikan kritik, saran serta
masukan kepada kami guna memperbaiki kesalahan dan kekurangan dalam penulisan kami
sehingga kami dapat menulis dengan lebih baik.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Media sosial memiliki banyak pengaruh dalam komunikasi politik, terutama dalam kampanye
Pemilu. Partai politik di Indonesia sudah banyak yang memiliki akun sosial media seperti Whatsapp,
Facebook, Twitter, YouTube, dan Tik Tok. Penting bagi institusi politik untuk berpartisipasi aktif dalam
komunikasi politik yang berbasiskan media sosial, sebagai sarana informasi untuk mengetahui opini
publik tentang kebijakan dan posisi politik, menjalin hubungan dengan konstituen, berdialog langsung
dengan masyarakat dan membentuk diskusi politik. Dengan adanya media sosial sehingga dapat menarik
minat pemilih pemula/pemilih muda untuk melakukan pemilu dan lebih melek terhadap politik1.
Seperti contoh keberhasilan menggunakan media sosial dipandang sebagai salah satu faktor
kesuksesan Barack Obama memenangi pemilihan presiden Amerika Serikat. Sekitar 30 persen pesan-
pesan kampanye Obama disampaikan melalui media baru2. Efektivitas media sosial tidak hanya karena
jumlah penggunanya yang masif. Karakteristik media sosial sendiri juga merupakan kekuatan. Media
sosial adalah sarana untuk komunikasi di mana setiap individu saling memengaruhi. Setiap orang
memiliki pengaruh ke sekelilingnya. Tidak instan. Selain itu, pengguna media sosial yang well inform
dan terdidik ini tidak mudah dibohongi, tapi mudah terpengaruh dan simpati pada hal-hal yang membuat
mereka tersentuh.
Dengan adanya media sosial, maka para aktor politik pun harus menyadari meskipun dia secara riil
adalah pejabat tinggi atau partai politik yang berkuasa, tetapi posisinya di media sosial akan setara dengan
user lain. Maka dari itu para aktor politik harus siap-siap saja menghadapi kritik (bahkan beberapa di
antaranya cenderung pedas) user lain. Dimana para pengguna media sosial dapat beragumen secara bebas,
itu merupakan tantangan yang dihadapi oleh para calon dan partai politik dalam melakukan kampanye.
Maka, dari itu para aktor politik maupun partai politik harus menjaga image mereka dalam menggunakan
sosial media agar terhindar dari komen-komen negatif.

B. Rumusan Masalah
1
Faridhian Anshari, Komunikasi Politik di Era Media Sosial, Jurnal Komunikasi, Volume 8 Nomor 1, Oktober
2013. Hal 92-93
2
Saqib Riaz, Effects On New Media Technologies On Political Communication, Journal Of Political Studies, Vol.1,
Issue 2 University Of The Punjab Lahore
C. Metode Penelitian
D. Tujuan Penelitian

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Media Sosial


Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah
berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, forum dan dunia virtual. Media
sosial adalah media online yang mendukung interaksi sosial dan media sosial menggunakan teknologi
berbasis web yang mengubah komunikasi menjadi dialog interaktif. Sosial Media juga kini menjadi
sarana atau aktivitas digital marketing, seperti Social Media Maintenance, Social Media Endorsement dan
Social Media Activation. Oleh karena itu, Sosial Media kini menjadi salah satu servis yang ditawarkan
oleh Digital Agency. Media sosial mengajak siapa saja yang tertarik untuk berpertisipasi dengan memberi
kontribusi dan feedback secara terbuka, memberi komentar, serta membagi informasi dalam waktu yang
cepat dan tak terbatas3.

2.2 Fungsi Media Sosial


Media sosial memainkan peran yang cukup penting dalam pelbagai bidang kehidupan manusia
dewasa 4ini. Hampir semua kalangan; dari masyarakat ekonomi menengah ke sampai masyarakat
ekonomi menengah ke bawah; dari masyarakat berpendidikan tinggi sampai masyarakat berpendidikan
rendah; dari masyarakat kota sampai masyarakat desa sudah menggunakan media sosial sebagai sarana
untuk interaksi sosial. Interaksi sosial yang dibagun melalui media sosialpun sangat luas; dari interaksi
dengan anggota keluarga sendiri maupun dengan orang di belahan dunia lainnya.
Media sosial sebagai alat komunikasi digunakan untuk menjalin interaksi antar sesama. Karena itu,
perlu dilihat apa saja fungsi media sosial dalam tujuannya untuk mempererat interaksi antar sesama ini.
a) Sebagai Media Informasi

3
Anang Sugeng Cahyono, Pengaruh Media Sosial Terhadap Perubahan Sosial Masyarakat di Indonesia (Journal
Unita:Publicana,2016) hal.3-4
4
Liedfrey, Tongkotow. 2022. “Peran Media Sosial Dalam Mempererat Interaksi Antar Keluarga Di Desa Esandom
Kecamatan Tombatu Timur Kabupaten Minahasa Tenggara” JURNAL ILMIAH SOCIETY, Jurnal Volume 2 No. 1.
Media sosial yang sering digunakan oleh masyarakat, seperti Facebook, Whatsapp,
Instagram, Twitter, dan sebagainya berguna untuk mendapatkan informasi. Berbagai jenis
informasi dapat mereka akses melalui media sosial tersebut. Beberapa responden mengatakan
bahwa dengan mereka menggunakan sosial media, mereka dapat mengetahui apa yang terjadi
tempat lain atau pun yang ada di sekitar mereka. Dahulu membutuhkan waktu yang cukup lama
baru mereka mengetahui adanya kejadian ditempat lain namun sekarang, dengan adanya media
sosial kejadian-kejadian dapat dengan cepat mereka ketahui. Informasi yang mereka dapatkan
dari sosial media pun beraneka ragam baik itu informasi di bidang sosial, politik, perekonomian,
kesehatan, keamanan maupun informasi berkaitan dengan dunia hiburan dalam maupun luar
negeri. Peran media sosial sebagai sarana informasi ini juga sangat membantu dalam mempererat
interaksi atau hubungan dengan sesama. Dengan mengetahui informasi secara cepat dan tepat
maka seseorang bisa mengantisipasi apa yang terjadi dengan orang yang dipedulikannya. 5
Dengan demikian, jarak yang bisa memisahkan antara seseorang dengan orang lain bukanlah
menjadi halangan untuk saling berinteraksi.
b) Sebagai Media Komunikasi
Selain berperan sebagai media untuk mendapatkan informasi, media sosial berbasis
internet juga berperan sebagai media komunikasi antar sesama. Sosial media yang digunakan
berperan untuk menjalin relasi dengan sesame terlebih dengan anggota keluarga. Misal, orang
tua dapat berkomunikasi dengan anaknya melalui sosial media, seperti Whatsapp, facebook dan
instagram. Komunikasi dengan menggunakan sosial media ini dirasakan sangat efektif karena
bukan hanya komunikasi dengan media teks atau audio saja, tetapi juga komunikasi dengan
menggunakan audio visual sepertia layanan video call. Media komunikasi seperti ini membuat
komunikasi menjadi lebih efektif karena dapat mengetahui secara lebih jelas apa yang terjadi
dengan rekan komunikasi kita.6
c) Sebagai Media Pembelajaran
Media sosial yang digunakan berfungsi sebagai sarana pembelajaran bagi anggota
khususnya anak-anak usia sekolah. Melalui media sosial seperti Facebook, youtube, instagram,
twitter dan terlebih google mereka dapat mencari informasi berkaitan dengan materi pelajaran
yang sedang mereka dapatdi sekolah. Orang tua berperan untuk mengarahkan anaknya agar

5
Cahyono, Anang Sugeng. 2016. “Pengaruh Media Sosial Terhadap Perdubahan Sosial Masyarakat Di Indonesia”,
PUBLICIANA, Vol.9 No.1.
6
Ibid.,
mendapatkan informasi mengenai materi pembelajaran yang tepat. Di sini partisipasi orang tua
dan anak dalam proses pembelajaran anak sangat dibutuhkan. Dengan partisipasi orang tua dan
anak dalam proses pembelajaran anak berakibat pada relasi yang cukup intensif antara orang tua
dan anak. 7Dengan demikian, penggunaan sosial media sebagai media pembelajaran dapat
membantu terjadinya interaksi yang cukup erat antara orang tua dan anak. Interaksi yang sama
juga terjadi antara anak yang satu dengan anak yang lain dalam proses pembelajaran mereka,
sehingga media sosial yang digunakan dapat mempererat interaksi antar anggota.
d) Sebagai Media untuk Saling Mendukung
Media-media sosial berbasis internet yang digunakan oleh
masyarakat bermanfaat sebagai sarana untuk saling mendukung antar anggota. Anggota yang
berada di luar rumah seperti di sekolah, tempat kerja atau mengikuti kegiataan tertentu dapat
saling berkomunikasi untuk saling memberikan dukungan satu terhadap yang lainnya.
Penggunaan sosial media sebagai sarana untuk saling mendukung satu dengan yang lainnya antar
anggota keluarga ini dapat mempererat hubungan atau interaksi antar anggota.8
e) Sebagai Media Kontrol
Tidak jauh berbeda dengan peran sosial media sebagai sarana untuk saling mendukung,
media sosial yang digunakan oleh masyarakat juga berperan sebagai alat kontrol antar
anggota, di mana melalui media sosial anggota saling mengontrol tindakan dan perilaku anggota
lainnya berkaitan dengan prilaku dan tindakannya dalam bersosial media maupun dalam
kehidupan nyata. Melihat perkembangan penggunaan sosial media berbasis internet yang
semakin marak dengan munculnya pelbagai jenis aplikasi maka terbuka kemungkinan anggota
terjerumus dalam penggunaan sosial media yang melanggar norma dan etika bahkan melanggar
undang-undang yang telah ditetapkan. Melalui sosial media ini mengontrol satu dengan yang
lainnya. 9Pengontrolan dalam bermedia sosial ini nyata dalam hal mengungkapkan ide,
pandangan dan perasaan tertentu melalui sosial media.

7
Maharani, Ika. 2022. “Proposal Pengaruh Media Sosial Terhadap Siswa” JURNAL ILMIAH SOCIETY, Jurnal
Volume 2 No. 1.
8
Nasrullah, Rulli. 2015. Media Sosial Perspektif Komunikasi, Budaya dan Sosioteknologi. Simbiosa Rekatama
Media: Bandung.
9
Liedfrey, Tongkotow. 2022. “Peran Media Sosial Dalam Mempererat Interaksi Antar Keluarga Di Desa Esandom
Kecamatan Tombatu Timur Kabupaten Minahasa Tenggara” JURNAL ILMIAH SOCIETY, Jurnal Volume 2 No. 1.
Pada perannya saat ini, media sosial telah membangun sebuah
kekuatan besar dalam membentuk pola perilaku dan berbagai bidang dalam kehidupan masyarakat. hal ini
yang membuat fungsi media sosial sangat besar. Adapaun fungsi media sosial diantaranya sebagai
berikut:
a) Media sosial mendukung demokratisasi pengetahuan dan informasi. Mentransformasi manusia
dari pengguna isi pesan menjadi pembuat pesan itu sendiri.10
b) Media sosial adalah media yang didesain untuk memperluas interaksi sosial manusia dengan
menggunakan internet dan teknologi web.11
c) Media sosial berhasil mentransformasi praktik komunikasi searah media siaran dari dari satu
institusi media ke banyak audience ke dalam praktik komunikasi dialogis antara banyak
audience.12
Selain itu terdapat pendapat lain menurut Puntoadi, yaitu
pengguna media sosial berfungsi sebagai berikut :
a) Keunggulan membangun personal branding melaui sosial media adalah tidak mengenal trik atau
popularitas semu, karena audensilah yang menentukan. Berbagai media sosial menjadi media
untuk orang berkomunikasi, berdiskusi dan bahkan memberikan sebuah popularitas di media
sosial. Keunggulan membangun personal branding mellui sosial media adalah tidak mengenal
trik atau popularitas semu, karena audensi yang menentukan. Berbagai media sosial menjadi
media untuk orang berkomunikasi, berdiskusi dan bahkan memberikan sebuah popularitas di
media sosial.13
b) Media sosial memberikan sebuah kesempatan yang berfungsi untuk berinteraksi lebih dekat
dengan konsumen. Media sosial menawarkan sebuah konten komunikasi yang lebih individual.
Melalui media sosial pula berbagai para pemasar dapat mengetahui kebiasaan dari konsumen
mereka dan melakukan suatu interaksi secara personal, serta dapat membangun sebuah
ketertarikan yang mendalam.14

10
Dwiyono, Prysmadana. 2018. “REPRESENTASI MASKULINITAS DALAM MEDIA SOSIAL (ANALISIS
SEMIOTIKA PADA AKUN INSTAGRAM @DAILYMANLY)”. Skripsi , Universitas Muhammadiyah Malang.
11
Ibid.,
12
Ibid.,
13
Puntoadi, Danis. 2011. Meningkatkan Penjualan Melalui Media Sosial.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
14
Ibid,.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Internet


Sejarah perkembanagn internet di Indonesia dimulai tahun 1988, adanya internet di Indonesia
diprakarsai oleh Universitas Indonesia pada tanggal 24 Juni 1988. Sedangkan dalam perkembangannya
ada beberapa tokoh yaiitu RMS Ibrahim, Suryono Adisoemarta, Muhammad Ihsan, Robby Soebiakto,
Putu, Firman Siregar, Adi Indrayanto, dan Onno W. Purbo pada tahunn 1992 hingga 199415.
Dan pada taahun1994, IndoNet resmi mulai beroperasi dan menjadi ISP komersiap pertama yang
ada di Indonesia. Tetapi pada waktu itu pdari pihak pemilik belum mengetahui celah dari internet yang
ada di Indonesia, sehingga sambungan awal ke internet masih menggunakan dial-up. Dan akses pertama
kali memakai kode teks dengan shell account, browser lynx dan email client pine serta chating dengan
conference pada server AIX16.
Dan pada tahun 1995, pemerintah Indonesia melalui departemen Pos Telekomunikasi menerbitkan
ijin untuk ISP yang diberikan kepada IndoNet. Dan pada tahun ini mulai beberapa server dari Indonesia
menyediakan jasa Telnet ke luar negeri. Dengan memakai remote browser Lynx di AS, maka pemakai
Internet di Indonesia bisa akses Internet (HTTP). Perkembangan terakhir yang perlu diperhitungkan
adalah trend ke arah e-commerce dan warung internet yang saling menunjang dalam membantu
masyarakat Indonesia untuk lebih solid di dunia informasi.
Hal-hal seperti diatas merupakan upaya dari pemerintah unntuuk mengembangkan internet yang
ada di Indonesia, sehingga kita bisa menikmati dari hasilnya untuk berselancar bebas di internet unntuk
mengakses apa yang kita butuhkan dengan bebas.
B. Media Baru
Istilah media baru sampai sekarang masih menimbulkan perdebatan di kalangan ilmuwan. Kesan
awal yang muncul dari konsep media baru sering diartikan secara sederhana sebagai media interaktif yang
menggunakan perangkat dasar komputer. Pengertian media baru yang selanjutnya memberikan cakupan
yang lebih luas seperti diungkapkan oleh Croteau bahwa media baru yang muncul akibat inovasi
teknologi dalam bidang media meliputi televisi kabel, satellites, teknologi optic fiber dan komputer.
15
Ade Nuriadin, Yefi Dyan Nofia Harumike., “SEJARAH PERKEMBANGAN DAN IMPLIKASI INTERNET
PADA MEDIA MASSA DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT” Selasar KPI: Referensi Media Komunikasi dan
Dakwah, Vol. 1 No. 1 Oktober 2021
16
Ibid.,
Dengan teknologi seperti ini, pengguna bisa secara interaktif membuat pilihan serta menyediakan respon
produk media secara beragam. Pengelompokan media baru secara detil dilakukan Ward melalui media
baru yang berhubungan dengan berita dan yang tidak terlihat sangat bervariatif jauh melebihi kelompok
media tradisional yang ada.17
Sementara itu, McQuail membuat pengelompokkan media baru menjadi empat kategori.
Pertama, media komunikasi interpersonal yang terdiri dari telpon, handphone, e-mail.
Kedua, media bermain interaktif seperti komputer, videogame, permainan dalam internet. Ketiga,
media pencarian informasi yang berupa portal/ search engine. Keempat, media partisipasi kolektif seperti
penggunaan internet untuk berbagi dan pertukaran informasi, pendapat, pengalaman dan menjalin melalui
komputer dimana penggunaannya tidak semata-mata untuk alat namun juga dapat menimbulkan afeksi
dan emosional. 18Lepas dari perbedaan pengelompokkan media baru yang ada selama ini, arti penting
kehadiran media baru dalam masyarakat sendiri tak perlu diragukan lagi seperti yang ditegaskan oleh Mc
Quail bahwa munculnya media baru yang membawa ke konsep masyarakat informasi sebagai masyarakat
yang “dependent upon complex electronic information and communication networks and which allocate a
major portion of their resources to infornation and communication activities”.

Sedangkan Pavlik melihat kehadiran media baru dihubungkan dengan fungsi teknisnya yang
meliputi beberapa hal. Pertama, produksi, merujuk pada pengumpulan dan pemrosesan informasi yang
meliputi komputer, fotografi elektronik, scanners optikal, remotes yang tak lagi mengumpulkan dan
memproses informasi melainkan juga menyelesaikan masalah secara lebih cepat dan efisien. Kedua,
distribusi, merujuk pada pengiriman atau pemindahan informasi elektronik. Ketiga, display, merujuk
beragam teknologi untuk menampilkan informasi kepada pengguna terakhir, audiens yang menjadi
konsumen informasi. Keempat, storage, merujuk pada media yang menggunakan penyimpanan informasi
dalam format elektronik. Kehadiran media baru dengan segala bentuk dan fungsinya ini tentu saja tidak
begitu saja menggeser media lama atau tradisional yang ada selama ini seperti terlihat dalam
pengelompokkan era perkembangan teknologi komunikasi yang dilakukan oleh Rogers tampak bahwa
keberadaan media baru tidak begitu saja menggeser keberadaan media tradisional yang sampai sekarang

17
Kurnia, Novi. 2005. “Perkembangan Teknologi Komunikasi dan Media Baru: Implikasi terhadap Teori
Komunikasi” Mediator, Vol. 6 No.2.
18
Ibid.,
tetap dibutuhkan masyarakat untuk menjadi sumber informasi sesuai dengan karakteristiknya masing-
masing.19

Perbedaan yang nampak antara media baru dan lama yang jelas mencuat adalah dari segi segi
penggunaannya secara individual yang diungkapkan oleh McQuail melalui tingkat interaktif penggunaan
media yang diindikasikan oleh rasio respon pengguna terhadap pengirim pesan, tingkat sosialiasi
pengguna dimana media baru lebih bersifat individual dan bukan bersifat interaksi sosial secara langsung,
tingkat kebebasan dalam penggunaan media, tingkat kesenangan dan menariknya media yang digunakan
sesuai keinginan serta tingkat privasi yang tinggi untuk penggunaan media baru.

Apa yang ditawarkan oleh media baru dibandingkan dengan media lama adalah kapasitas untuk
memperluas volume informasi yang memungkinkan untuk individu melalui kontrol yang lebih besar dan
suatu kapasitas untuk menyeleksi informasi tertentu yang mereka harapkan dapat terima. Media baru
berkesan tanpa mediasi karena bisa digunakan secara langsung tanpa melalui organisasi media yang
rumit, seperti layaknya organisasi media lama atau tradisional. Kebanyakan media baru ini
memungkinkan komunikasi dua arah yang bersifat interaktif yang memungkinkan pengumpulan sekaligus
pengiriman informasi sehingga implikasinya bisa beragam.20

Media baru memungkinkan individu memainkan peranan yang lebih aktif sebagai warga negara
sekaligus sebagai konsumen karena media baru meningkatkan akses dari warga negara yang biasa
menjadi lebih terinformasi secara politis yang memungkinkan peningkatan demokrasi. Meskipun begitu,
harus dilihat bahwa media baru juga tidak menutup kemungkinan adanya kesenjangan pengetahuan antara
orang yang mempunyai informasi dengan yang tidak mempunyai informasi.

Media baru adalah objek budaya dalam sebuah paradigma baru dari dunia media masaa dalam
masyarakat. Media baru memugkinkan adanya penyebaran yang dilakukan oleh teknologi komputer dan
data digital yang dikendalikan oleh model-model aplikasi. Media baru mengalami pembaharuan dalam
model penyebaran informasi ynag memnafaatkan teknologi jaringan perangkat lunak.21

19
Abrar, Ana Nadhya. 2003. Teknologi Komunikasi: Perspektif Ilmu Komunikasi. Yogyakarta:LESFI.
20
Luik, Jandy. 2013. “Media Baru: Sebuah Pengantar” KENCANA.
21
Utami, Andini. 2021. “MEDIA BARU DAN ANAK MUDA: PERUBAHAN BENTUK MEDIA DALAM
INTERAKSI KELUARGA” Jurnal Perpustakaan Universitas Airlangga, Vol.11 No.1.
Kemudian selain itu, media baru adalah sebuah terminilogi yang digunakan untuk menyebutkan
sesuatu hal tentang perubahan dalam skal besar dalam produksi suatu media, artinya bahwa yang
didalamnya ada distribusi media, dan penggunaan media yang bersifat teknologis dan konvesional
budaya.

Di dalam terminologi media baru, ada beberapa konsep yang membawa lahirnya Media, setidaknya
ada enam konsep dalam media baru, diantaranya adalah :
1. Network
Network dalam ilmu komputer banyak bentuknya. Sebuah jaringan komputer (local area
network (LAN) atau Ethernet), yang mencakup wilayah geografis yang kecil dan
menghubungkan perangkat dalam satu gedung atau kelompok bangunan atau dapat mencakup
wilayah yang lebih luas seperti sebagai kota, negara bagian, negara, atau dunia (jaringan yang
luas daerah atau WAN. kemudian dapat kita ketahui bahwa peran network dalam konsep media
baru adalah infrastruktur yang menghubungkan komputer satu sama lain dan untuk berbagai
perangkat eksternal, dan dengan demikian memungkinkan pengguna untuk berkomunikasi dan
bertukar informasi.22
2. Informasi
Machlup mendefinisikan informasi sebagai komunikasi pengetahuan. Informasi adalah data
yang telah disusun dan dikomunikasikan. Selain itu menurut Lash, informasi didefinisikan
sebagai bentuk yang harus yang bisa mengalir dan diproduksi oleh
media komunikasi digital. Lash menyaran agar supaya kita belajar tentang teori media baru,
tidak hanya menempatkan media baru sebgai pusat nya, tapi mengikuti bahwa media baru
adalah bentuk teknologi yang membawa ke arah baru.23
3. Interface
Interface adalah sebuah alat koseptual penting yang memungkinkan kita untuk berfikir
melampau dualisme batasan umum, kemudian Interface adalah perangkat konseptual didalam
jaringan untuk memahami media baru beroperasi dan efek yang dihasilkan. Kemudian dapat
dikatan bahwa interface media baru adalah pertemuan titik dari sejumlah dinamika sosial dan
budaya yang penting, untuk itu memungkinkan dan menengahi struktur kekuasaan informasi,

22
Ibid.,
23
Ibid.,
merestrukturisasi praktek sehari-hari dalam berbagai suatu cara, dan mengubah hubungan
antara tubuh dan lingkungan mereka.24
4. Archive
Media Teknologi memberikan perubahan cara mengolah arsip, yang semula arsip berbentuk
kertas dan banyak memakan ruang dalam penyimpanan, kini arsip pun bisa dikelola secara
digital oleh media teknologi, Individualisme dalam artian disini adalah sesorang bisa
menyimpan dan memanggil arsip mereka tanpa mengganggu aktivitas orang lain, Perubahan ke
arsip digital merupakan sesuatu yang tidak terelakkan lagi, media teknologi memungkinkan
adanya perubahan sistem pengelolaan hingga penyimpanan arsip dan memungkinanya terjadi
pendangkalan ruang publik dan politik. 25
5. Interactivity
Manovich mengatakan bahwa Interaktivitas era digital adalah sebuah mitos karena teknologi
media baru sering tidak sepenuhnya interaktif. Teori sosial mengenai interaktivitas dalam
media baru menyebutkan bahwa Interaktivitas sebagai model yang dominan karena objek dapat
digunakan untuk menghasilkan subjek.26
6. Simulasi
Simulasi adalah sesuatu yang bersifat imajinatif, representatif menjadi suatu keniscayaan.
Baudrillad menunjukan sebuah fenomena untuk menjelaskan hilangnya perbedaan antara
realitas dan maya yakni disebut dengan simulacra. Simulacra diketahui tidak lagi
memperhatikan nilai guna dari sebuah objek namun lebih memperhatikan nilai komoditas dari
sebuah objek. Kemudian, Simulacra diketahui mengaburkan batas nyata dan batas maya.
Simulacra memungkinkan teknologi sebagai media yang dimana tidak hanya menghasilkan
barang tetapi juga tanda dan objek yang ingin dilihat dalm hal ini Software dan Hardware,
teknologi sebagai media yang memungkinkan interaktifitas kepada penggunanya lainnya,
padahal sebenarnya disini teknologi bergerak dengan dirinya sendiri karena program yang
diciptakan untuk mengontrol pengguna teknologi.27

24
Ibid.,
25
Ibid.,
26
Ibid.,
27
Ibid.,
Dalam perkembangan teknologi muncul media baru yang dikenal sebagai media interaktif melalui
komputer yang sering disebut dengan internet. Begitu cepatnya kemajuan teknologi komunikasi
berlangsung dari waktu ke waktu, telah memberikan pengaruh terhadap cara-cara manusia
berkomunikasi.28Internet tidak hanya sebagai alat dan dapat digunakan untuk tujuan khusus dalam politik,
ekonomi, dan aktor-aktor sosial agar berhati-hati dalam menggunakan internet.

Media baru merupakan berbagai perangkat teknologi komunikasi yang berbagi ciri yang sama, yang
mana selain baru dimungkinkan dengan digitalisasi dan ketersediannya yang luas untuk penggunaan
pribadi sebagai lat komunikasi. Media baru dikembangkan oleh internet, ciri utamanya, yaitu pertama,
internet tidak hanya berkaitan dengan produksi dan distribusi pesan, tetapi juga disetarakan dengan
pengolahan, pertukaran dan penyimpanan. Kedua, media baru merupakan Lembaga komunikasi public
juga privat, dan diatur (atau tidak) dengan layak. Ketiga, kinerja mereka tidak seteratur, sebagaimana
media massa.29

Berikut merupakan empat kategori utama media baru, antara lain:


1. Media komunikasi antarpribadi. Meliputi telepon dan surat elektronik. Secara umum, konten
bersifat pribadi dan mudah dihapus, serta hubungan yang tercipta dan dikuatkan lebih penting
daripada infprmasi yang disampaikan.30
2. Media permainan interaktif. Media ini terutama berbasis computer dan video game, ditambah
peralatan realitas virtual. Inovasi utamanya terletak pada interaktifitas dan mungkin didominasi
dari kepuasan ‘proses’ dan ‘penggunaan’.31
3. Media pencarian infromasi. Kategori yang luas, tetapi internet merupakan contoh yang paling
penting, karena dianggap sebagai perpustakaan dan sumber data yang ukuran, aktualitas, dan
aksesebilitasnya belum pernah ada sebelumnya. Posisi mesin pencari telah menjadu sangat
penting sebagai alat bagi para pengguna sekaligus sumber pendapatan untuk internet.32
4. Media partisipasi kolektif. Kategorinya khusus meliputi penggunaan internet untuk berbagi dan
bertukar informasi, gagasan dan pengalaman serta mengembagkan hubungan pribadi aktif
(yang diperantarai computer). Situs jejaring sosial termasuk di dalam kelompok ini. Subtitusi
28
Toseptu, Yusrin. 2017. Media Baru dalam Komunikaasi Politik (Komunikasi Politik di Dunia Virtual). Makassar.
29
Ibid.,
30
Ibid.,
31
Ibid.,
32
Ibid.,
media penyiaran. Acuan utamanya adalah penggunaan media untuk menerima atau mengunduh
konten yang di masa lalu biasanya disiarkan atau disebarkan dengan metode lain yang serupa.33

C. Pemanfaatan Media Sosial Dalam Komunikasi Politik


Media sosial merupakan alat komunikasi baru yang digunakan oleh masyarakat Indonesia, yang
mana hal ini dianggap lebih mudah untuk mengakses apa saja yang di inginkan. Sehingga dapat
membantu dan digunakan ooleh masyarakat Indonesia dengan antusias yang lebih. Hal ini bisa
berpengaruh dalam hal-hal yang bersifat positif maupun negatif. Media sosial bukan hanya digunakan
untuk ranah sosial saja, melainkan sekarang juga merambah ke ranah sektor perpolitikan. Tetapi media
sosial di Indonesia memiliki kecenderungan pemberitaan politik melalui akun individu, kelompok,
maupun pihak-pihak yang tidak dapat dipertanggungjawabkan sebagai sumber informasi yang layak.
Masyarakat penerima pesan juga tidak menghiraukan tentang keakuratan maupun keabsahan informasi,
yang terpenting adalah memenuhi kebutuhan informasi sepihak sesuai dengan kepentingan. Direktorat
Reskrimsus Polda Metro Jaya mendeteksi ada ribuan akun media sosial dan media online yang
menyebarkan informasi hoax, provokasi, hingga menyangkut Suku Agama Ras dan Antar Golongan
(SARA). Sekitar 300 akun telah diblokir dengan motif politik yang bertujuan agar banyak dikunjungi oleh
pengguna media sosial34.
Perihal demikian didukug dengan adanya masyarakat lebih percaya denga napa yang tersebar di
media sosial, meskipun sadar bahwa berita yang tersebar di media sosial kurang terjadin kredibilitasnya.
Apalagi dalam situasi perpolitikan yang sedang memanas, masyarakat lebih menyukai berita-berita yang
tersebar di media sosial yang berisikan kritikan dan tuduhan-tuduhan negative terhadap lawan
politiknya35. Bahkan hal demikian tidak jarang terjadinya black campaign untuk menjatuhkan dan
menyerang pihak lawan, sehingga masyarakat yang mendukung calon yang diusung lebih senang dengan
hal-hal demikian, karena berangggapan akan menjatuhkan elektabilitas pasangan calon yang lainya.
Kekuatan dan popularitas media sosial, partai politik, institusi politik, kelompokkelompok
politik, dan berbagai entitas di masyarakat yang bersentuhan dengan pemerintah dan kekuasaan negara,
berupaya memanfaatkan media sosial sebagai pendukung kekuatan untuk mempengaruhi khalayak.
Kelompok-kelompok politik ini menggalang opini untuk menyalahkan pihak yang tidak disukai dan
secara berkesinambungan mengeksplorasi pesan dalam aroma persaingan. Media sosial dalam jaringan
33
Ibid.,
34
Kominfo,2017
35
Eko Harry Susanto., “Media Sosial sebagai Pendukung Jaringan Komunikasi Politik”., Vol. 2 No. 3 Juli 2017 h.
381
resmi kelompok politik tidak berdiri sendiri dalam mengeksplorasi informasi untuk kepentingan
kelompok, sebab muncul sedemikian banyak media sosial dari pendukung dan simpatisan yang
menyebarkan berita-berita bohong yang tidak sejalan dengan sikap resmi lembaga ataupun kelompok
politik36.
Persebaran informasi yang menyeluruh dengan mudah diakses oleh semua kalangan ini
dimanfaatkan dengan mudah oleh para konten creator media sosial, hal ini ditunjang dengan di
hubungkan dengan adanya kebebasan demokrasi dalam berinformasi sehingga mengubah pola pikir
konsumen berita. Sehingga hal yang demikian bisa menimbulkan hal-hal yang bersifat mengadu domba
antar kalangan yang bersinggungan, apalagi dalam era sekarang media sosial digunakan untuk
kepentingan politik yang kadang bersifat sensitive. Karena menurut Eko 37 dalam hal perpolitiikan, media
sosial digunakan untuk mempertahankan kekuasaan atau memperoleh kekuasaan, demikian juga dengan
pengguna media sosial memiliki perbedaan dalam penyebaran informasi politik. Yang mana kaum elit
penguasa bertindak sebagai informan yang factual dan bisa juga bersifat sebaliknya. Sedangkan pada
level massa dibawah dalam penggunnaan media sosiial ini untuk menguatkan identitas kelompok dalam
kelompok komunalisme, sektarianisme, maupun sub nasionalisme.
Menurut Putnam38, stratifikasi politik dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat memiliki
lapisan perbedaan masing-masing yaitu 1) proximate decession maker (2) influential (3) aktivis (4)
attentive public (5) voters (6) kelompok nonpartisipan. Dan menurut penjabaran dalam karya tulis lainya
dari Eko Susanto39, proximate decession maker terdiri dari pejabat partai politik tingkat tinggi dan para
anggota legislatif, yang terlibat langsung dalam dan memiliki otoritas membuat kebijakan pemerintahan
dan negara. Lapisan kedua, influential, merupakan individu ataupun kelompok yang mempunyai
pengaruh kuat dalam politik, dan pendapatnya diperhitungkan oleh pembuat keputusan yerdiri dari para
pemilik modal dan birokrat papan atas, banker, pemimpin kelompok kepentingan yang memiliki kekuatan
mengontrol politik, dan mereka yang dapat membentuk opini publik.
Lapisan ketiga adalah aktivis, biasanya memiliki pengalaman panjang menghadapi hambatan dan
tantangan menjalankan roda organisasi. Mereka yang paling berhak mengisi jabatan-jabatan di partai
politik dan memiliki kesempatan pertama menduduki posisi dalam pencalonan anggota legislatif maupun
pejabat politik. Kelompok ini adalah warga negara yang aktif dalam kehidupan politik dan pemerintahan.
36
Eko Harry Susanto., “Media Sosial sebagai Pendukung Jaringan Komunikasi Politik”., Vol. 2 No. 3 Juli 2017
hal.831
37
Ibid., h. 893
38
Robert Putnam., The Comparative Study Of Political Elites, Canada: Pearson Education 2013 h. 10-14
39
Eko Harry Susanto., Caleg Pemilik Modal dan Otoritas Parpol, Harian Media Indonesia., 2013
Mereka terdiri dari partai politik, birokrat tinggi menengah, editor surat kabar lokal, dan para penulis.
Kelompok pengamat (attentive public) sebagai kumpulan orang kritis, memiliki banyak informasi,
wawasan luas, tapi tidak mau terjun langsung dalam politik. Voters dalam lapisan ini adalah pemberi
suara dalam pemilihan umum, memiliki sumber politik kolektif yang penting karena jumlahnya besar,
tetapi sebagai individu tidak memiliki pengaruh penting. Kelompok terakhir adalah Nonpartisipan, yang
sama sekali tidak berpartisipasi dalam politik karena kemauan sendiri, atau diasingkan oleh penguasa.
Mereka memiliki jarak kekuasaan dengan elite politik.40
Menurut Abdillah41, Media sosial sebagai tren di internet saat ini digunakan sebagai media
kampanye politik, termasuk juga terlihat pada implementasi media sosial dari partai politik di pemilu
legislatif Indonesia 2014. Hal ini terlihat pada media sosial yang digunakan para kontestan, seperti:
Facebook dan Twitter. Dari situ terlihat bahwa media sosial adalah: 1) alat yang efektif untuk kampanye
politik saat ini dan masa depan, 2) menggapai pemilih dan pendukung langsung, 3) yang digunakan oleh
partai-partai politik untuk menunjukkan logo/icon mereka, dan 4) hasil hitung cepat juga menunjukkan
bahwa partai-partai politik yang menggunakan media sosial sebagai bagian dari kampanye mereka
memenangkan pemilu legislatif.
Menurut Sandra42, Setiap pengguna media sosial termasuk didalamnya politisi dapat
memproduksi pesan dengan publik yang lebih terarah karena tersedianya stimulus teknologi yang modern
selama kampanye untuk menjalin hubungan kembali dengan pemilih. Terbukanya media, didukung
dengan kemajuan teknologi informasi yang semakin maju, serta pengemasan isi pesan mempermudah
para aktor politik untuk mendiferensiasikan diri dari persaingan politik yang ada , ditambah dengan
kemampuan informasi politik yang borderless (tidak berbatas) pembentukan image (citra) politik semakin
mudah dilakukan termasuk di antaranya adalah branding kandidat/partai politik sebagai hasil dari proses
komunikasi politik kontemporer. Political branding adalah penggunaan cara strategis consumer branding
untuk membangun citra politik.

40
Eko Harry Susanto., Caleg Pemilik Modal dan Otoritas Parpol, Harian Media Indonesia., 2013
41
Leon Andretti, Abdillah., “Social Media as Political Party Campaign in Indonesia.” Jurnal Ilmiah MATRIK,
Vol.16 No.1, April 2014
42
Lindya Joyce Sandra., “Political Branding Jokowi Selama Masa Kampanye Pemilu Gubernur DKI Jakarta 2012
di Media Sosial Twitter”., Jurnal EKomunikasi Vol I. NO.2 Tahun 2013
BAB IV
ANALISIS KASUS

A. Peran Whatsapp atau Media Sosial Lainnya Sebagai Arena Politik atau Kampanye Untuk Pemilu
Yang Akan Mendatang 2024
B. Hasil Wawancara

WAWANCARA BERSAMA BAPAK RAZI SABARDI SELAKU AKADEMIK


MANAGER DARI GOLKAR INSTITUTE

Dalam hasil wawancara dengan Razi Sabardi untuk pertanyaan bagaimana cara golkar dalam upaya
untuk mengoptimalkan pemanfaatan aplikasi media sosial berbasis internet ini demi kepentingan
kampanye, menjawab bahwa “whatsApp menjadi salah satu sasaran dalam 2017 menjadi salahsatu
sasaran politik, apalagi di pemilu 2019 golkar mendorong untuk para caleg memanfaatkan setiap tools-
tools yang ada di whatsApp sebagai sarana kampanye politik. Hal yang demikian juga akan dilakukan
dalam kampanye pemilu 2024 untuk mendorong calon-calonnnya untuk mennggunakan aplikasi
whatsApp sebagai sarana kampanye juga, hal demikian sudah di mulai dari sekarang untuk sesering
mungkin untuuk broadcast peesan-pesan ataupun dorongan-dorongan bagi calon kita untuk bisa ke akses
ke masyarakat, apalagi dengan adanya grup whatsApp dan sekearrang di dukung dengan adanya
whatsApp komunitas, maka akan lebih mudah ke akses ke semua constituent kita”.
Peran kampanye di WhatsApp dalam meningkatkan kapabilitas calon itu relatif tapi kalau
mempertahankan atau membangun relasi yang baik kepada calon, itu sangat memungkinkan sekali,
kapabilitas calon atau partai politik tersebut dapat meningkat. Dengan menggunakan whatsapp, antara
calon atau partai politik dengan konstituen itu lebih intens dan lebih works. Dimana para calon atau partai
politik akan live dalam sebuah acara misalnya kampanye, para calon dan partai politik akan share jadwal
live melalui whatsapp sehingga banyak orang atau konstituen akan tau jadwal live tersebut sehingga
banyak yang menarik konstituen untuk menonton acara live tersebut. Sehingga sangat membantu untuk
meningkatkan kapabilitas, popularitas, dan kredibilitas calon dan partai politik.

“Bagaimana pengorganisasian strategi komunikasi yang dilakukan oleh partai golkar, di masa media
baru ini, untuk menggerakan seluruh komponen secara maksimal, baik itu di dalam partai sendiri, maupun
di masyarakat luas?”
Pemahaman masyarakat dalam pemanfaatan teknologi, dalam hal ini sosial media, untuk
menyampaikan pesan-pesan kampanye, sangatlah minim. Dalam hal ini, Razi Sabardi, selaku Akademik
Manager dari Golkar Institute, sadar bahwa sosial media bukanlah alat yang mudah untuk digunakan,
walaupun popularitasnya tinggi di masyarakat. Apalagi, apabila pengoprasiannya ini digunakan oleh
orang-orang yang berasal dari daerah selain kota-kota besar. Tidak meratanya persebaran teknologi
internet di daerah-daerah ini pun tentu menjadi salah satu faktor mengapa banyak masyarakat Indonesia
yang belum “melek digital”.
Karena itu, Partai Golkar mempunyai perencanaan yang strategis dalam berkomunikasi untuk
menyampaikan pesan-pesan kampanyenya di sosial media. Partai Golkar menyiapkan ilmu kepada
seluruh komponen partai untuk mengoptimalkan penggunaan media sosial dalam mengkapanyekan
tujuan-tujuan politisnya. Contohnya, Partai Golkar membentuk narasi-narasi secara terpusat, dengan
menyiapkan pesan-pesan yang akan disampaikan, melalui media sosial apa pesan-pesan ini akan
disebarkan, bahkan Partai Golkar pun melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap akun-akun sosial
media kadernya. Misalnya, adanya evaluasi terkait followers yang dimiliki kader di sosial media.
Partai Golkar melakukan pendampingan secara strategis terhadap para calon yang berkerja sama
dengannya. Dalam hal ini, Partai Golkar akan membuat dan menyiapkan konten-konten kampanye yang
dibutuhkan, akan membantu dalam penyampaian message kepada masyarakat, lalu membantu dalam
membuat narasi dan komunikasi politik yang baik, menyiapkan strategi-strategi yang efektif untuk
kedepannya, dan selama setahun penuh sebelum berlangsungnya pemilu, Partai Golkar akan mengadakan
pelatihan sosial media. Pelatihan ini dilaksanakan di kantor-kantor tingkat I maupun tingkat II. Upaya-
upaya ini lah yang dikerahkan oleh Partai Golkar dalam tercapainya komunikasi politik yang baik dalam
berkampanye di sosial media demi menghadapi pemilu nantinya.
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Abrar, Ana Nadhya. 2003. Teknologi Komunikasi: Perspektif Ilmu Komunikasi.


Yogyakarta:LESFI.

Cahyono, Anang Sugeng. 2016. “Pengaruh Media Sosial Terhadap Perdubahan Sosial
Masyarakat Di Indonesia”, PUBLICIANA, Vol.9 No.1.

Dwiyono, Prysmadana. 2018. “REPRESENTASI MASKULINITAS DALAM MEDIA


SOSIAL (ANALISIS SEMIOTIKA PADA AKUN INSTAGRAM @DAILYMANLY)”. Skripsi ,
Universitas Muhammadiyah Malang.

Kurnia, Novi. 2005. “Perkembangan Teknologi Komunikasi dan Media Baru: Implikasi
terhadap Teori Komunikasi” Mediator, Vol. 6 No.2.

Liedfrey, Tongkotow. 2022. “Peran Media Sosial Dalam Mempererat Interaksi Antar
Keluarga Di Desa Esandom Kecamatan Tombatu Timur Kabupaten Minahasa Tenggara”
JURNAL ILMIAH SOCIETY, Jurnal Volume 2 No. 1.

Luik, Jandy. 2013. “Media Baru: Sebuah Pengantar” KENCANA.

Maharani, Ika. 2022. “Proposal Pengaruh Media Sosial Terhadap Siswa” JURNAL
ILMIAH SOCIETY, Jurnal Volume 2 No. 1.

Nasrullah, Rulli. 2015. Media Sosial Perspektif Komunikasi, Budaya dan Sosioteknologi.
Simbiosa Rekatama Media: Bandung.

Puntoadi, Danis. 2011. Meningkatkan Penjualan Melalui Media Sosial.


Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Toseptu, Yusrin. 2017. Media Baru dalam Komunikaasi Politik (Komunikasi Politik di
Dunia Virtual). Makassar.
Utami, Andini. 2021. “MEDIA BARU DAN ANAK MUDA: PERUBAHAN BENTUK
MEDIA DALAM INTERAKSI KELUARGA” Jurnal Perpustakaan Universitas Airlangga,
Vol.11 No.1.

Anda mungkin juga menyukai