Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH SOSIOLOGI MASYARAKAT

DAMPAK SOSIAL MEDIA DI MASYARAKAT


DALAM ASPEK PSIKOLOGIS

DISUSUN OLEH:
Sabrina Afifah 218600268
Safa Marwah Ritonga 218600173
Nur Arafa 218600145
Nadya Adinda 218600391
Balqis Aprilia 218600135
Ananda Eka Pratiwi 218600186
Dhuha Sabila 218600223
Umairah Muthia Inayah 218600224
Fadhillah Ramadhani Ginting 218600175

DOSEN PENGAMPUH:
Hairul Anwar Dalimunthe, S.Psi, M.Psi

TAHUN AJARAN 2022/2023


UNIVERSITAS MEDAN AREA
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas rahmat dan hidayah-Nya,
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Dampak Media Sosial di Masyarakat
Dalam Aspek Psikologis” dengan baik.

Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Masyarakat. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan petunjuk, maupun pedoman dan juga
berguna untuk menambah wawasan bagi para pembaca.

Adanya buku, jurnal-jurnal ilmiah, dan sosial media yang sangat menunjang akhirnya kami
pun dapat menyelesaikan makalah ini sesuai waktu yang ditentukan. Sebagai mahasiswa, kami
menyadari bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi
penyusunan, bahasa, isi materi maupun penulisannya. Oleh karna itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca agar menjadi acuan bagi penulis untuk bisa
lebih baik lagi dimasa mendatang. Semoga makalah ini dapat memberikan pemahaman dan
pengetahuan bagi kita semua.

Medan, 12 Oktober 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 3
C. Tujuan Penulisan Makalah ................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 4
A. Dampak Psikologis Negatif Pada Pengguna Media Sosial .................................................. 6
BAB III PENUTUP ....................................................................................................................... 8
A. Kesimpulan....................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teknologi merupakan segala sesuatu yang digunakan sebagai alat yang dapat
menunjang keberlangsungan hidup manusia. Pada mulanya teknologi yang dibuat oleh
manusia masihlah teknologi sederhana. Diterimanya konsep penggunaan sosial media
secara global, tidak menutup kemungkinan untuk berbagai negara di dunia juga ikut
membuat perangkat lunak yang memiliki konsep serupa dan menggunakan berbagai
macam aplikasi sosial media dalam satu gadget. Tidak terkecuali Indonesia, banyaknya
penduduk membuat Indonesia menjadi salah satu sasaran beberapa pembuat aplikasi sosial
media untuk dapat memasarkan aplikasi baru. Pada dasarnya pengguna sosial media tidak
dibatasi oleh usia dan waktu. Semua orang, baik anak-anak hingga dewasa dapat memiliki
akun sosial medianya masing-masing, terutama para remaja. Kebanyakan para remaja
menggunakan sosial media untuk mendapatkan informasi terbaru mengenai gaya hidup.
Social media telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Social media
membuka kesempatan bagi pengguna untuk bersosialisasi dengan orang-orang dan
memperbesar profil jaringan pertemanan mereka, (Ali, 2014; dalam Aridarmaputri, Akbar
& Yuniarrahmah., 2016). Sarchan (dalam Aridarmaputri, Akbar & Yuniarrahmah., 2016).
menyatakan intensitas komunikasi menggunakan media sosial yang berlebihan dapat
menjadi candu karena kesenangan yang ditawarkan, seseorang dengan intensitas
komunikasi tinggi dalam menggunakan jejaring sosial maka semakin rendah intensitas
komunikasi tatap muka pada komunikasi antarpribadi.
Melalui media sosial memungkinkan informasi dapat menyebar dengan mudah di
masyarakat. Serta informasi dalam media sosial dapat menyebar dengan mudah dan cepat
sehingga mempengaruhi cara pandang, gaya hidup, serta budaya manusia. Melalui media
sosial, manusia juga diajak berdialog, mengasah ketajaman nalar dan psikologisnya dengan
alam yang tampak pada layar.
Saat ini memeroleh informasi sangat mudah. Media digital memudahkan setiap
penggunanya untuk saling berbagi informasi. Sumber informasi bisa berasal darimana saja.

1
Era digital tidak dapat dielakkan lagi. Siapapun dapat dengan mudah memanfaatkannya
dengan baik, namun tidak jarang juga dapat menghancurkan seseorang. Ketidakpahaman
masyarakat terhadap media digital membuat penyalahgunaan yang berakibat terhadap
kehidupan pribadi dan sosial. Media sosial hadir sebagai bagian dari perkembangan
internet. Kehadirannya menawarkan cara berinteraksi, berkomunikasi, dan bersosialisasi
yang mudah dan baru dengan dukungan fitur yang menarik.
Jumlah pengguna media sosial diIndonesia didominasi kalangan remaja sehingga
dampaknya sangat banyak dirasakan oleh remaja. Penggunaan yang baik dapat
meningkatkan prestasi, sebaliknya penggunaan yang buruk dapat berakibat negatif
terhadap diri anak dan remaja (Retnowati, 2015: 314).
Contohnya saja saat ini banyak sekali terjadi kasus terkait pencemaran nama baik,
penghinaan, prostitusi, penculikan, bullying yang dapat memicu depresi pada anak dan
remaja. Kemudahan penyebaran informasi baik yang positif maupun negatif hingga
seluruh dunia dan diketahui oleh pengguna media sosial membuat anak dan remaja malu,
rendah diri, dan sakit hati. Fenomena-fenomena ini menunjukkan pengguna internet di
Indonesia belum paham untuk menggunakan internet dengan baik dan benar.
Di satu sisi mereka dapat mengakses jaringan, namun belum memahami seutuhnya
konsekuensi penggunaan media digital. Jadi, walaupun telah menguasai baca tulis, namun
pengguna internet di Indonesia belum sepenuhnya memiliki kemampuan literasi digital.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan UNICEF dan Kementerian Komunikasi dan
Informatika pada tahun 2015, pengguna internet di Indonesia yang berasal dari anak-anak
dan remaja diprediksi sekitar 30 juta. Remaja terlahir dan tumbuh dengan media sosial
sebagai bagian dari hidup dan kesehariannya. Saat ini mereka sangat tergantung dengan
adanya media sosial. Menurut sebuah agensi marketing sosial, terdapat 72 juta pengguna
aktif media sosial pada tahun 2015.
Terkadang situs jejaring sosial digunakan sebagai sarana pelarian dari kehidupan
nyata yang memicu stres dan tidak menyenangkan bagi individu, (Maheswari dkk, 2013).
Ketika mengakses situs jejaring sosial, individu merasa bersemangat kembali dan muncul
perasaan tenang ketika dapat berinteraksi dengan orang lain melalui media internet
tersebut, (Maheswari dkk, 2013). Senada dengan Nurmadia, Wigati & Masluchah (2013),
menyatakan bahwa pengguna media sosial yang mengalami kecanduan media sosial kerap

2
memutus komunikasi dengan keluarga dan teman sebaya di dunia nyata, sehingga
mengabaikan aktivitas sosial dan waktu luangnya. Selain itu menurut Gray (dalam
Scheinbaum, 2017) tingkat narsisme diantara paradewasa menujukkan nadanya
peningkatan dalam hal narsisme dan depresi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah makalah ini adalah:
1. Apa saja pengaruh social media terhadap kesehatan mental, terutama bagi remaja?
2. Apa saja dampak positif dan negatif penggunaan sosial media?

C. Tujuan Penulisan Makalah

Adapun tujuan penuilisan makalah yang berkaitan dengan tema atau judul makalah
kali ini, yaitu ”Dampak Sosial Media di Masyarakat dalam Aspek Psikologis”, selain untuk
memenuhi tugas yang diberikan dosen pengampuh, juga bertujuan untuk mengedukasi dan
memahami apa saja dampak-dampak sosial media bagi masyarakat dalam aspek
psikologis.

3
BAB II
PEMBAHASAN

Pengaruh Media Sosial Terhadap Kesehatan Mental Remaja Media sosial sudah menjadi
media yang paling mendominasi dalam menyebarkan berita terkini mengenai kehidupan di
masyarakat. Media sosial terhubung secara luas ke platform web dan seluler yang memungkinkan
setiap individu yang menggunakannya dapat terhubung dengan orang lain dalam jaringan virtual,
seperti Facebook, Twitter, Instagram atau aplikasi jejaring lainnya.

Media sosial efektif bagi individu yang memiliki kepribadian dengan ciri-ciri seperti rasa
malu, gugup, diam, dan mengantisipasi untuk tidak berinteraksi demi menghindari pandangan
negatif dari orang lain kepada dirinya (Geçer & Gü mü s dalam Soliha, 2015). Karena individu
dapat dengan bebas berbicara tanpa ada rasa gugup, tanpa perlu melibatkan emosi ketika berbicara
dengan orang lain dan juga dapat mengekpresikan diri kepada siapapun tanpa perlu khawatir orang
lain menilai kita seperti apa, karena media sosial memiliki sifat self presentation, (Soliha, 2015).

Pendapat tersebut didukung oleh Ardari (2016), bahwa media sosial menyediakan fasilitas
untuk berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang lain tanpa tatap muka. Sekarang ini, media
sosial sudah dapat diakses oleh berbagai kalangan masyarakat, salah satunya adalah remaja.
Sebuah studi pada tahun 2015 terhadap lebih dari 2,000 remaja berusia 13 hingga 17 tahun
menunjukkan bahwa 92% remaja berada di jejaring sosial (online) setiap harinya, dengan hampir
25% melaporkan penggunaan media sosial secara konstan. Perbedaan yang paling menonjol antara
penggunaan media sosial orang dewasa dan remaja adalah bahwa tujuan umum penggunaan media
sosial pada orang dewasa adalah untuk tetap terkini dan terhubung dengan teman dekat, sedangkan
pada remaja lebih kepada tidak membatasi postingan mereka hanya untuk teman (Guinta and John,
2018). Semakin berkembangnya teknologi, tidak hanya memberikan dampak yang positif pada
penggunaan sosial media, namun ada risiko yang terlibat. Penggunaan sosial media yang secara
terus-menerus dapat membahayakan kesehatan mental. Perasaan iri, tidak mampu dan kurang puas
dengan hidup menjadi salah satu dampak yang mungkin terjadi akibat terlalu banyak dan lama
dalam menggunakan sosial media secara pasif seperti melihat postingan pengguna lain. Penelitian
bahkan menunjukkan bahwa hal tersebut dapat menimbulkan gejala ADHD, depresi, dan
kecemasan. (Fersko, 2018).

4
Penelitian Health Behavior in School-aged Children (HBSC) oleh kantor regional WHO
untuk Eropa, melaporkan bahwa perilaku kesehatan dan sosial anak sekolah dari 45 negara dengan
usia 11, 13 dan 15 tahun, menunjukkan bahwa kesejahteraan mental remaja mengalami penurunan
di banyak negara antara tahun 2014 dan 2018. Menurut Direktur Regional WHO untuk Eropa,
meningkatkan jumlah anak laki-laki dan perempuan di seluruh wilayah Eropa yang melaporkan
kesehatan mental yang buruk, merasa rendah diri, gugup atau mudah tersinggung. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor seperti budaya, ekonomi dan penggunaan teknologi digital. Pada
dasarnya, perkembangan teknologi yang semakin canggih, memperkuat kerentanan dan
memperkenalkan ancaman baru seperti cyber bullying. Dilaporkan bahwa 1 dari 10 remaja
mengalami cyber bullying setidaknya sekali dalam dua bulan terakhir. (WHO, 2020) Kesaksian
dari para remaja yang menyatakan bahwa sosial media dapat menyebabkan gangguan suasana hati
dan kecemasan, memandang media sosial sebagai platform untuk cyber bullying sehingga
memungkinkan untuk para remaja ini mengalami stress, kecemasan, kesepian, hingga depresi
(SeptiHal ini biasanya dikarenakan adanya perbandingan sosial dalam membandingkan diri
dengan orang lain untuk mengevaluasi dan meningkatkan diri, namun tidak jarang lebih banyak
manusia yang membandingkan diri ke atas. Perbandingan ke atas adalah perbandingan dengan
seseorang yang dianggap lebih baik dari diri sendiri, sehingga menimbulkan rasa lebih buruk pada
diri sendiri. (Dibb, 2019) Berdasarkan penelitian twenge et al. 2018 dalam (Naslund et al., 2020)
di Amerika Serikat memaparkan bahwa responden yang melaporkan lebih banyak menghabiskan
waktu dirumah dan mengakses sosial media dengan smartphone memiliki resiko tinggi terhadap
depresi sampai ada kemungkinan untuk melakukan bunuh diri, dibandingkan dengan remaja yang
melaporkan menghabiskan lebih banyak waktu tanpa layar smartphone dan melakukan kegiatan
diluar rumah seperti interaksi sosial secara langsung, olahraga, dan aktivitas rekreasi. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Julius Ohrnberger, yang menjelaskan bahwa
terdapat hubungan antara kesehatan mental dan fisik yang berdampak pada gaya hidup dan
interaksi sosial pada suatu individu. Jika pada masa lalu memiliki kesehatan mental yang baik
maka akan memiliki kesehatan fisik yang baik juga (Ohrnberger, Fichera and Sutton, 2017).

Oleh karena itu pemahaman akan dampak buruk penggunaan media sosial perlu ditekankan
pada pengguna, terutama anak dan remaja. Sebab, pengguna terbesar facebook adalah anak dan
remaja. Mereka menggunakan facebook sebagai media aktualisasi diri. Seperti dua sisi mata uang,
media social dapat memperbaiki keadaan, dapat juga memperburuk keadaan. Peran orang tua

5
sangat penting dalam hal ini untuk mengawasi tingkah laku anak dan remaja. Pemahaman literasi
digital yang buruk akan berpengaruh pada psikologis anak dan remaja yang cenderung menghina
orang lain, menimbulkan sikap iri terhadap orang lain, mengakibatkan depresi, terbawa arus
suasana hati terhadap komentar negatif, serta terbiasa berbicara dengan bahasa kurang sopan.

A. Dampak Psikologis Negatif Pada Pengguna Media Sosial

Dengan media sosial setiap individu mendapatkan dukungan sosial yang dirasakan dan
diperoleh. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Luo & Hancock (2020), bahwa media
sosial melibatkan kesan baik dan dukungan sosial, dan dapat memiliki dampak positif langsung
pada kesejahteraan psikologis karena memberikan pengaruh positif, rasa rekdiktabilitas, stabilitas
dalam hidup seseorang, pengakuan harga diri, dan mengurangi tekanan psikologis. Luo & Hancock
(2020), juga menambahkkan orang yang kesepian dan cemas secara sosial lebih bersedia
mengungkapkannya di media sosial daripada orang yang tidak cemas. Senada dengan Chen & Li.
(2017), penggunaan ponsel telah menunjukkan bahwa penggunaan media sosial meningkatkan
kesejahteraan karena secara signifikan mengurangi kesepian dan rasa malu. Sehingga membuat
orang percaya bahwa mereka diperhatikan atau dihargai dan memiliki lebih banyak akses ke
sumber daya dan peluang, (Chen & Li, 2017).

B. Dampak Psikologis Positif Pada Pengguna Media Sosial

Tujuan penggunaan media sosial salah satunya yaitu kebutuhan remaja untuk berafiliasi,
(Muna dkk, 2014). Muna dkk (2014), menjabarkan bahwa kebutuhan afiliasi adalah kebutuhan
akan kehangatan dan sokongan dalam hubungannya dengan orang lain, kebutuhan ini
mengarahkan tingkah laku untuk mengadakan hubungan secara akrab dengan orang lain. Oleh
sebab itu Remaja yang menghabiskan lebih banyak waktu di situs media sosial ternyata lebih santai
dan merasakan hubungan sosial dan penerimaan yang lebih besar (Weinstein, 2018; dalam
McCrorry dkk, 2020). Sejalan dengan pendapat Muna dkk (2014), remaja memunculkan
kecenderungan kecanduan media sosial. Soliha (2015), menyatakan manusia secara fitrah adalah
makhluk sosial yang tentunya membutuhkan orang lain untuk mencurahkan isi hatinya,
menyalurkan emosi dan meminta pertolongan, sehinga bagi mereka media sosial adalah alat yang

6
efektif untuk memenuhi kebutuhan sosial yang tidak diperolehnya di kehidupan sehari-hari.
Mereka yang menunjukkan kesepian adalah salah satu faktor paling umum yang memotivasi
individu untuk masuk ke media sosial, (McCrorry, 2020). Media sosial merupakan sebuah revolusi
besar yang mampu mengubah perilaku manusia dewasa ini, dimana relasi pertemanan serba
dilakukan melalui medium digital menggunakan media baru (internet) yang dioperasikan melalui
situs-situs jejaring social, (Mulawarman & Nurfitri, 2017; Ardari, 2016; Chen, & Li, 2017). Dalam
menggunakan media sosial, peningkatan waktu yang dihabiskan untuk menggunakan platform ini
mendorong pengguna untuk melihat kiriman dan gambar perilakunya secara terus menerus, (Muna
dkk, 2014). Muna dkk (2014), juga menyatakan bahwa remaja memunculkan kecenderungan
kecanduan media sosial berkaitan dengan kemampuan remaja untuk melakukan pengendalian atas
perilakunya atau kontrol diri. Kemampuan kontrol diri yang dimiliki remaja mampu membuat
mereka terhindar pada kecenderungan kecanduan pada media sosial, (Muna dkk, 2014).

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji sistematik review yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa
terdapat hubungan antara penggunaan sosial media terhadap kesehatan mental dan fisik pada
remaja. Penggunaan sosial media yang tidak terkendali atau berlebihan pada remaja dapat
mengganggu kesehatan mental, hal tersebut dibuktikan bahwa remaja yang mengalami
kecanduan dalam bermain sosial media sering mengalami depresi, stres, kecemasan hingga
merasa kesepian. Apabila gangguan mental seperti stres dan depresi yang dialami oleh remaja
terjadi secara berkepanjangan, hal tersebut juga dapat mempengaruhi kesehatan fisik terutama
pada tekanan darah yang berakibat pada hipertensi. Selain menyebabkan hipertensi, pengaruh
penggunaan sosial media terhadap kesehatan fisik yaitu remaja yang kecanduan sosial media
seringkali membatasi aktivitas fisiknya yang berakibat banyak remaja mengalami obesitas atau
kelebihan berat badan. Masalah kesehatan fisik lainnya yaitu adanya gangguan kesehatan mata
dan terganggunya jam tidur seperti masalah insomnia yang sering terjadi di kalangan remaja.

Berdasarkan kesimpulan tersebut disarankan kepada masyarakat harus lebih cermat dan
selektif dalam menggunakan media sosial seperti memilih pertemanan, komunitas/grup dan
tidak latah terhadap perubahan perilaku atau trend/ “viral” negatif dikalangan pengguna media
sosial. Upaya koordinasi dan komunikasi antara kelompok dan organisasi terkait harus
menghasilkan strategi pencegahan bersama untuk media sosial yang mengatasi dampak
negatifnya, dengan tetap memanfaatkan aspek positifnya dan tidak membatasi kebebasan
pengguna untuk terlibat dalam komunitas online. Selain itu, remaja tampaknya membutuhkan
edukasi tentang makna kesehatan dan kesejahteraan mental, serta tentang penyakit jiwa dan
cara mencegah atau menanganinya jika didiagnosis suatu kondisi.

8
DAFTAR PUSTAKA

https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/jkt/article/view/4402

https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/character/article/view/47949

https://ejournal.stikku.ac.id/index.php/nnc/article/view/116

Anda mungkin juga menyukai