Kelompok 2
1. Hermin Minggu 20704098
2. Felienka Bensuil 20704095
3. Pricilia A.M Tangkuman 20704084
4. Bertha Mjam 20704103
5. Winny pandeiroot 20704082
6. Gladys Takahindangen 20704088
7. Daniel Figo Pondaag 20704099
8. Vrijinia Ludong 20704085
9. Rara Londok 20704087
10. Carmenita Mamosey 20704092
11. Septini Eleuwarin 19704118
A. Kesehatan Mental
1. Definisi Kesehatan Mental
Sehat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti baik seluruh badan serta
bagian-bagiannya (bebas dari sakit), waras, yang mendatangkan kebaikan pada badan,
sembuh dari sakit, baik dan normal (tentang pikiran), boleh dipercaya atau masuk akal
(tentang pendapat, usul, alasan, dan sebagainya), berjalan dengan baik atau
sebagaimana mestinya (tentang keadaan keuangan, ekonomi, dan sebagainya,
dijalankan dengan hati-hati dan baik-baik (tentang politik dan sebagainya). Sedangkan
kesehatan berarti keadaan (hal) sehat; kebaikan keadaan (badan dan sebagainya).
Sehat (health) adalah konsep yang tidak mudah diartikan sekalipun dapat dirasakan
dan diamati keadaannya. Yang dimaksud dengan sehat menurut Undang-undang No.
9 Tahun 1960 pada Bab I Pasal 2 adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan,
rohani (mental) dan sosial, dan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat,
dan kelemahan. Definisi sehat tersebut sangat mirip dengan definisi yang dianut oleh
WHO (World Health Organization). Sebagai satu acuan untuk memahami konsep
“sehat”, WHO (World Health Organization) merumuskan dalam cakupan yang sangat
luas, “Health is a state of physical, mental and social well being, and not merely the
absent of disease and infirmity). Sehat yaitu keadaan yang sempurna baik fisik,
mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan atau cacat.
Dalam definisi ini, sehat bukan sekadar terbebas dari penyakit atau memiliki
kecacatan. Orang yang tidak memiliki penyakit belum tentu dapat dikatakan sehat.
Sehat menurut yang dikemukakan oleh WHO (World Health Organization)
merupakan suatu keadaan ideal, dari sisi biologis, psikologis, dan sosial. Sehat adalah
suatu keadaan berupa kesejahteraan fisik, mental, dan sosial secara penuh dan bukan
semata-mata berupa absensinya penyakit atau keadaan lemah tertentu.
Definisi ini memberikan gambaran secara luas dalam keadaan sehat,
mencakup berbagai aspek sehingga dapat mewujudkan kesejahteraan hidup. Dalam
kaitan dengan konsepsi WHO (World Health Organization) tersebut, maka dalam
perkembangan kepribadian seseorang itu dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu
organobiologik, psiko-edukatif, sosial budaya, dan spiritual (agama).
a. Organo-biologik
Mengandung arti fisik (tubuh/jasmani) termasuk susunan syaraf pusat (otak), yang
perkembangannya memerlukan makanan yang bergizi, bebas dari penyakit, yang
kejadiannya sejak dari pembuahan, bayi dalam kandungan, kemudian lahir
sebagai bayi, dan seterusnya melalui tahapan anak(balita), remaja, dewasa dan
usia lanjut.
b. Psiko-edukatif
Adalah pendidikan yang diberikan oleh orang tua (ayah dan ibu) termasuk
pendidikan agama. Orang tua merupakan tokoh imitasi dan identifikasi anak
terhadap irang tuanya. Perkembangan kepribadian anak melalui dimensi psiko-
edukatif ini berhenti hingga usia 18 tahun.
c. Sosial-budaya
Selain dimensi psiko-edukatif di atas kepribadian seseorang juga dipengaruhi oleh
kultur budaya dari lingkungan sosial yang bersangkutan dibesarkan.
d. Agama (spiritual)
Yang merupakan fitrah manusia dan ini menjadi kebutuhan dasar manusia (basic
spiritual needs), mengandung nilai-nilai moral, etika, dan hukum. Dengan kata
lain, seseorang yang taat pada hukum, berarti ia bermoral dan beretika, seseorang
yang bermoral dan beretika berarti ia beragama (no religion without moral, no
moral without law).
Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 memberikan batasan: kesehatan
adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Hal ini
berarti kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental, spiritual, dan
sosial saja, tetapi juga diukur dari kegiatannya dalam arti memiliki pekerjaan atau
menghasilkan secara ekonomi. Bagi yang belum memasuki usia kerja, yakni anak-
anak, remaja, atau bagi yang sudah tidak bekerja atau sudah usia lanjut. Mereka yang
disebutkan berlaku produktif secara sosial, yakni memiliki kegiatan juga seperti
sekolah atau kuliah bagi anak-anak dan remaja, dan kegiatan pelayanan sosial bagi
yang sudah usia lanjut. Kelima aspek tersebut saling mempengaruhi dalam
mewujudkan tingkatan kesehatan pada seseorang, kelompok, atau masyarakat.
2. Ilmu kesehatan mental
Kesehatan Mental berkaitan dengan penyesuaian diri manusia, dapat juga
disebut fase khusus dari seluruh pola penyesuaian diri, dan penulis akan menguraikan
mengenai arti kesehatan mental dan kemudian ukuran kualitaskualitasnya. Setelah
menguraikan definisi kesehatan mental, maka timbul adanya pemahaman mengenai
ilmu kesehatan mental itu sendiri. Menurut Yustinus Semiun definisi ilmu kesehatan
mental secara singkat ialah ilmu yang memperhatikan perawatan mental atau jiwa.
Sedangkan menurut Alexander Schneiders mengatakan ilmu kesehatan mental
merupakan ilmu yang mengembangkan dan menerapkan seperangkat prinsip yang
praktis dan bertujuan untuk mencapai dan memelihara kesejahteraan psikologis
organisme manusia dan mencegah gangguan mental serta ketidakmampuan
menyesuaikan diri. Bahkan Samson, Sin, dan Hofilena mendefinisikan ilmu kesehatan
mental sebagai ilmu yang bertujuan untuk menjaga dan memelihara fungsi-fungsi
mental yang sehat dan mencegah ketidakmampuan menyesuaikan diri atau kegiatan-
kegiatan mental yang kalut. D.B. Klein juga mengemukakan bahwa ilmu kesehatan
mental itu adalah ilmu yang bertujuan untuk mencegah penyakit mental dan
meningkatkan kesehatan mental. Ilmu kesehatan mental sangat membantu seseorang
dalam memahami dirinya sendiri dengan lebih baik. Apabila seseorang sudah dapat
memahami dirinya dengan baik, maka ia akan siap untuk menyelami perasaan-
perasaan, emosi-emosi, dan motivasi-motivasi yang dimiliki oleh orang lain. Ia akan
segera menyesuaikan cara hidupnya dengan sesamanya sehingga ia dapat hidup
bersama secara harmonis.
3. Factor yang mempengaruhi kesehatan mental
Musthafa Fahmi dalam bukunya mengatakan mengenai kesehatan jiwa adalah
yang berhubungan dengan penyesuaian diri, maka ia mengungkapkan faktor-faktor
yang berpengaruh besar dalam menciptakan penyesuaian diri adalah
a. Pemuasan kebutuhan pokok dan kebutuhan-kebutuhan pribadi. Yang
dimaksud dengan kebutuhan pokok adalah kebutuhan jasmani atau fisik,
seperti makan, minum, membuang kotoran, dan kebutuhan akan istirahat.
b. Hendaknya cukup ada pada individu kebiasaan-kebiasaan dan keterampilan
yang dapat membantunya dalam pemenuhan kebutuhan yang mendesak.
c. Hendaknya orang mengenal dirinya, karna pengenalan orang akan dirinya
merupakan salah satu syarat untuk penyesuaian diri yang baik.
d. Orang hendaknya dapat menerima dirinya. Jika tidak dapat menerima dirinya,
ia akan berhadapan dengan frustasi yang menjadikannya merasa tidak berdaya
dan gagal maka tingkat penyesuaian sosialnya buruk.
e. Kelincahan. Maksudnya adalah agar seseorang bereaksi terhadap perangsang-
perangsang baru dengan cara yang serasi (cocok), yang berarti bahwa
penyesuaian diri menjadi lebih mudah dan menjamin penyesuaian diri sesuai
dengan suasana dan lingkungan yang baru.
Namun, ketika berbicara mengenai kesehatan mental, maka terdapat pula
gangguan terhadap kesehatan mental, menurut Sururin, M.Ag. bahwasanya yang
mempengaruhi gangguan kesehatan mental adalah:
a. Perasaan : rasa yang dimaksud seperti rasa cemas, takut, iri hati, dengki, sedih
tak beralasan, marah pada hal yang remeh, bimbang, merasa diri rendah
(minder), frustasi, pesimis, putus asa, apatis, dan sebagainya.
b. Pikiran : terganggunya kesehatan mental dapat dipengaruhi juga oleh pikiran
seseorang yang kurang baik, seperti mudah lupa, tidak dapat melanjutkan
rencana yang telah disusun, dan sebagainya.
c. Kelakuan : perilaku yang dimaksud seperti nakal, suka berbohong,
menganiaya diri sendiri atau orang lain, dan berbagai perilaku yang
menyimpang lainnya.
d. Kesehatan tubuh, seperti penyakit jasmani yang tidak disebabkan oleh
gangguan pada jasmani.
Oleh karena itu, peneliti menyimpulkan bahwasanya kesehatan mental juga tidak
dapat terlepas dari seseorang yang sehat mentalnya dan seseorang yang mengalami
gangguan mental. Dari penjabaran diatas faktor yang mempengaruhi kesehatan mental
secara garis besar terbagi dua bagian, yakni faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal merupakan faktor yang muncul dari keadaan diri seseorang tersebut.
Sedangkan faktor eksternal ialah faktor yang muncul dari luar diri seseorang. Bagi
penulis, kedua faktor sama-sama mempengaruhi kesehatan mental seseorang, maka
kedua faktor tersebut harus memiliki keseimbangan dan keserasian untuk meraih
kesehatan mental.
4. Landasan Kesehatan Mental
Kesehatan Mental Dunia (World Federation for Mental Health) merumuskan
pengertian kesehatan mental sebagai kondisi yang memungkinkan adanya
perkembangan yang optimal baik secara fisik, intelektual dan emosional, sepanjang
hal itu sesuai dengan keadaan orang lain. Menurut Pieper dan Uden (2006), kesehatan
mental adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak mengalami perasaan bersalah
terhadap dirinya sendiri, memiliki estimasi yang relistis terhadap dirinya sendiri dan
dapat menerima kekurangan atau kelemahannya, kemampuan menghadapi masalah-
masalah dalam hidupnya, memiliki kepuasan dalam kehidupan sosialnya, serta
memiliki kebahagiaan dalam hidupnya. Notosoedirjo dan Latipun (2005), mengatakan
bahwa terdapat banyak cara dalam mendefenisikan kesehatan mental (mental hygene)
sebagai berikut :
a. Karena tidak mengalami gangguan mental
b. Tidak jatuh sakit akibat stessor
c. Sesuai dengan kapasitasnya dan selaras dengan lingkungannya
d. Tumbuh dan berkembang secara positif.
Sehat mental karena tidak mengalami gangguan mental orang yang sehat mentalnya
adalah orang yang tahan terhadap sakit jiwa atau terbebas dari sakit dan gangguan
jiwa. Vaillaint (dalam Notosoedirjo & Latipun, 2005), mengatakan bahwa kesehatan
mental atau psikologis itu “as the presence of successful adjustmet or the absence of
psychopatology”. Pengertian ini bersifat dikotomis, bahwa orang berada dalam
keadaan sakit tau sehat psikisnya. Sehat jika tidak terdapat sedikitpun gangguan
psikisnya, dan jika ada gangguan psikis maka diklasifikasikan sebagai orang sakit.
Dengan kata lain sehat dan sakit mental itu bersifat nominal yang dapat dibedakan
kelompok- kelompoknya. Frank, L. K. (dalam Notosudirjo & Latipun, 2005)
merumuskan pengertian kesehatan mental secara lebih komprehensif dan melihat
kesehatan mental secara ”positif”. Dia mengemukakan bahwa kesehatan mental
adalah orang yang terus menerus tumbuh, berkembang dan matang dalam hidupnya,
menerima tanggung jawab, menemukan penyesuaian (tanpa membayar terlalu tinggi
biayanya sendiri atau oleh masyarakat) dalam berpartisipasi dalam memelihara aturan
sosial dan tindakan dalam budayanya.
5. Karakteristik Mental Yang Sehat
Seseorang yang mentalnya sehat memiliki karakteristik tertentu. Kriteria
tersebut meliputi:
a. Sikap positif terhadap diri sendiri
Individu dapat menerima dirinya secara utuh, menyadari adanya kelebihan dan
kekurangan dalam diri dan menyikapi kekurangan atau kelemahan tersebut dengan
baik.
b. Tumbuh kembang dan beraktualisasi diri
Individu mengalami perubahan kearah yang normal sesuai dengan tingkat
pertumbuhan dan perkembangan dan dapat mengaktualisasikan potensi yang dimiliki
oleh dirinya.
c. Integrasi
Individu menyadari adanya semua aspek yang dimiliki adalah satu kesatuan yang utuh
dan mampu bertahan terhadap stress dan dapat mengatasi kecemasannya.
d. Persepsi sesuai dengan kenyataan
Pemahaman individu terhadap stimulus eksternal sesuai dengan kenyataan yang ada.
Persepsi individu dapat berubah jika ada informasi baru, dan memiliki empati
terhadap perasaan dan sikap orang lain.
e. Otonomi
Individu dapat mengambil keputusan secara bertanggungjawab dan dapat mengatur
kebutuhan yang menyangkut dirinya tanpa bergantung pada orang lain.
Sementara Sikun Pribadi mengemukakan bahwa ciri atau manifestasi jiwa yang sehat
adalah sebagai berikut.
a. Perasaan aman, bebas dari rasa cemas.
b. Rasa harga diri yang mantap.
c. Spontanitas dan kehidupan emosi yang hangat dan terbuka.
d. Mempunyai keinginan-keinginan yang sifatnya duniawi, jasmani yang wajar, dan
mampu memuaskannya.
e. Dapat belajar mengalah dan merendahkan diri sederajat dengan orang lain.
f. Tahu diri, artinya mampu menilai kekuatan dan kelemahan dirinya (baik fisik maupun
psikis) secara tepat dan objektif.
g. Mampu melihat realitas sebagai realitas dan memperlakukannya sebagai realitas
(tidak mengkhayal).
h. Toleransi terhadap ketegangan atau stress, artinya tidak panik pada saat menghadapi
masalah (fisik, psikis, dan sosial).
i. Integrasi dan kemantapan dalam kepribadian.
j. Mempunyai tujuan hidup yang adekuat (positif dan konstruktif).
k. Kemampuan belajar dari pengalaman.
l. Kemampuan menyesuaikan diri dalam batas - batas tertentu dengan norma-norma
kelompok, dimana kita jadi anggotanya (tidak melanggar aturan-aturan yang telah
disepakati bersama atau ditentukan dalam kelompok).
m. Kemampuan tidak terikat oleh kelompok (mempunyai pendirian sendiri, dapat menilai
baik-buruk, benar-salah tentang kelompoknya).
Uraian di atas menunjukkan ciri-ciri mental yang sehat, sedangkan yang tidak sehat menurut
Thorpe mempunyai ciri - ciri sebagai berikut:
a. Perasaan tidak nyaman (inadequacy).
b. Perasaan tidak aman (insecurity).
c. Kurang memiliki rasa percaya diri (self-confidence).
d. Kurang memahami diri (self-understanding)
e. Kurang mendapatkan kepuasan dalam berhubungan sosial.
f. Ketidakmatangan emosi.
g. Kepribadiannya terganggu.
h. Mengalami patologi dalam struktur sistem saraf.
B. SOSIAL MEDIA
1. Pengertian Media Sosial
Media menurut Laughey dan McQuail dapat dijelaskan sebagai alat
komunikasi sebagaimana definisi yang selama ini diketahui. Terkadang pengertian media
ini cenderung lebih dekat terhadap sifat yang massa karena terlihat dari berbagai teori
yang muncul dalam komunikasi massa. Ketika mendengar kata ‘media’ maka persepsi
seseorang mengenai media terkait dengan sarana dan teknologinya. Contohnya Koran
sebagai sarana merupakan representasi dari media cetak sebagai teknologinya, sementara
radio yang merupakan media audio dan televisi sebagai media audio-visual sebagai
sarana yang merupakan representasi dari media elektronik, dan internet merupakan
refleksi arti dari media online atau di dalam jaringan.
Menurut Fuchs teori ketika membahas kata sosial ada kesepahaman bahwa individu-
individu yang ada dalam komunitas tidak hanya berada dalam sebuah lingkungan.
Anggota komunitas berkolaborasi hingga kerjasama karena inilah karakter dari sosial itu
sendiri. Sedangkan menurut Durkheim sosial merujuk pada kenyataan sosial (the social as
social facts) bahwa setiap individu melakukan aksi yang memberikan kontribusi kepada
masyarakat. Menurut Weber kata sosial secara sederhana menuju kepada relasi sosial.
Relasi sosial itu sendiri bisa dilihat dalam kategori aksi sosial (social action) dan relasi
sosial (social relation).
Association for education and Communication Technology (AECT)
mendefinisikan media yaitu segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses
penyaluran informasi. Sedangkan National Education Association (NEA) memdefinisikan
sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan
beserta instrument yang dipergunakan dengan baik dan dapat mempengaruhi efektifitas
program instructional.
Dari berbagai pernyataan yang dikemukakan oleh para peneliti dan pakar media dan
sosial. Maka penulis menyimpulkan bahwasanya definisi media sosial merupakan sesuatu
yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan
audien sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya, dan juga alat,
sarana, penunjang suatu pesan atau informasi agar proses terjadinya komunikasi dapat
berjalan dengan baik dengan memanfaatkan kemajuan sistem dan teknologi. Sehingga
dalam menggunakan sosial media tidak terjadi keegoisan, maksudnya adalah dapat
berinteraksi antara individu dan masyarakat, sehingga dapat berbuat dan memiliki
jangkauan yang lebih luas, dengan potensi dan pembentukan karakter yang
mempengaruhi dalam kerja sama dan kontribusi setiap individu, agar mencapai
kebersamaan dan menumbuhkan rasa toleransi. Meskipun hanya dalam batasan online
atau yang disebut dengan ‘dunia maya’
2. karakteristik Media Sosial
Media sosial memiliki 6 karakteristik khusus, yaitu:
1. Jaringan (Network)
Infrastruktur yang menghubungkan antar perangkat keras untuk melakukan
pertukaran informasi. Jaringan yang terbentuk antarpengguna merupakan jaringan
yang secara teknologi dimediasi oleh perangkat teknologi, seperti computer,
telepon genggam atau tablet. Membentuk jaringan yang dimaksud tidak peduli
apakah di dunia nyata/ secara offline antarpengguna saling kenal atau tidak,
namun kehadiran media sosial memberikan perantara bagi pengguna untuk
terhubung secara mekanisme teknologi
2. Informasi (Information)
Informasi merupakan bentuk utama dari media sosial karena untuk melakukan
komunikasi dibutuhkan informasi. Contohnya seperti konten dari pengguna, profil
yang dituju, dan sebagainya. Sebab tidak seperti media-media lainnya di internet,
pengguna media sosial mengkreasikan representasi identitasnya, memproduksi
konten, dan melakukan interaksi berdasarkan informasi. Bahkan informasi
menjadi semacam komoditas. Di media sosial, informasi menjadi komoditas yang
dikonsumsi oleh pengguna. Komoditas tersebut pada dasarnya merupakan
komoditas yang diproduksi dan didistribusikan antarpengguna itu sendiri. Dari
kegiatan konsumsi inilah pengguna dan pengguna lain membentuk sebuah
jaringan yang pada akhirnya secara sadar atau tidak bermuara pada institusi
masyarakat berjejaring (network society).
3. Arsip (Archive)
Media sosial dapat menjadi media penyimpanan data yang berisi informasi dari
penggunanya. Setiap informasi yang diunggah di media sosial informasi tersebut
tidak hilang begitu saja saat pergantian hari, bulan, sampai tahun. Informasi
tersebut akan terus tersimpan dan bahkan dengan mudahnya dapat diakses
kembali. Contohnya media sosial instagram memiliki fitur arsip untuk
penyimpanan foto yang telah dibagikan, google drive, dan sebagainya.
4. Interaksi (Interactivity)
Media sosial harus memiliki interaktivitas atau interaksi antar pengguna. Sebagai
contoh karakteristik ini misalnya dalam penggunaan media sosial berupa
facebook, twitter, maka interaksi terjadi dalam bentuk saling like, comment, dan
share ke pengguna lain, kemudian broadcast melalui aplikasi pesan seperti Line,
Blackberry Messenger, dan Whatsapp, saling mempromosikan bahkan membagi
situasi, perasaan, musik, melalui Path, dan lain-lain.
5. Simulasi Sosial (Social Simulation)
Media sosial dapat men-simulasikan keadaan sosial yang sesungguhnya tanpa
harus mengalaminya secara langsung. Contohnya seperti chatting dengan teman
tanpa harus bertatap muka secara langsung, jual beli online melalui gambar
(visual), dan sebagainya.
6. Konten Oleh Pengguna (User Generated Content)
Konten-konten dalam media sosial dapat dibuat oleh para penggunanya, tidak
hanya konten yang sudah ada sebelumnya. Jadi konten oleh pengguna ini sebagai
penanda bahwa di media sosial tidak hanya seputar konten pribadi, akan tetapi
juga mengonsumsi konten yang dibuat oleh pengguna lain. Misalnya konten video
yang di upload di youtube itu menjadi sebuah perangkat yakni yang disebut
channel.
3. Dampak Penggunaan Media Sosial
Pengertian dampak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
benturan, pengaruh yang mendatangkan akibat baik positif maupun negatif. Pengaruh
adalah daya yang ada dan timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk
watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang. Pengaruh adalah suatu keadaan
dimana ada hubungan timbale balik atau hubungan sebab akibat antara apa yang
mempengaruhi dengan apa yang dipengaruhi. Dampak secara sederhana dapat
diartikan sebagai pengaruh atau akibat. Dalam setiap keputusan yang diambil oleh
seorang atasan biasanya memiliki dampak tersendiri. Baik positif maupun negatif.
Dampak juga bisa merupakan proses lanjutan dari sebuah pelaksanaan pengawasan
internal. Seorang pemimpin yang handal sudah selayaknya bisa memprediksi jenis
dampak yang akan terjadi atas sebuah keputusan yang akan diambil. Dari penjabaran
tersebut maka penulis dapat membagi dampak ke dalam dua pengertian, yaitu:
1. Dampak Positif
Dampak adalah keinginan untuk membujuk, meyakinkan, mempengaruhi atau
memberi kesan kepada orang lain, dengan tujuan agar mereka mengikuti atau
mendukung keinginannya. Sedangkan positif adalah pasti atau tegas dan nyata
dari suatu pikiran terutama memperhatikan hal - hal yang baik. Jadi dapat
disimpulkan bahwa dampak positif adalah keinginan untuk membujuk,
meyakinkan, mempengaruhi, atau memberi kesan kepada orang lain, dengan
tujuan agar mereka mengikuti atau mendukung keinginannya yang baik. Dari
penjelasan mengenai pengertian dampak positif itu sendiri, maka dapat dipahami
bahwa dampak positif dari penggunaan media sosial antara lain:
a. Untuk menghimpun keluarga, saudara, kerabat yang tersebar
Berperan untuk mempertemukan kembali kerabat yang jauh dan sudah lama
tidak bertemu, atau dalam Islam disebut dengan menjalin silaturahmi. Pada
zaman modern ini, seperti yang telah diketahui bahwasanya ilmu dan
teknologi semakin berkembang pesat, salah satunya media sosial, menjadi
ladang berburu bagi masyarakat untuk perihal apapun, keagamaan, ekonomi,
politik, sosial, budaya, bahkan sifatnya Internasional. Untuk itu, bagi
masyarakat yang memiliki saudara yang tinggalnya jauh, sudah tidak perlu
khawatir dengan adanya internet yakni media sosial, mereka kapan saja,
dimana saja bisa berkomunikasi melalui sarana tknologi berupa handphone
maupun laptop.
b. Sebagai media penyebaran informasi
Informasi terkini sangat mudah didapatkan dan mudah sekali untuk menyebar
melalui media sosial. Hanya dalam beberapa menit setelah kejadian, kita bisa
mengakses dan menerima informasi tersebut.
c. Memperluas jaringan pertemanan
Melalui media sosial kita dapat berkomunikasi dengan siapa saja, bahkan
dengan orang yang belum kita kenal sekalipun dari berbagai penjuru dunia.
d. Situs jejaring sosial membuat kita lebih bersahabat, perhatian dan empati
Melalui media sosial juga melatih kita untuk lebih toleransi antar sesama,
lebih memperhatikan hal-hal yang terjadi di berbagai penjuru dunia, bahkan
dari perhatian tersebut dapat memunculkan rasa empati yang tinggi dalam
kehidupan masyarakat.
e. Sebagai sarana untuk mengembangkan keterampilan dan sosial
Dalam media sosial tak hanya mementingkan diri sendiri, namun juga belajar
beradaptasi, bersosialisasi dengan publik dan mengelola jaringan pertemanan.
f. Sebagai media promosi dalam bisnis
Melalui media sosial pengusaha kecil dapat mempromosikan produk dan
jasanya tanpa mengeluarkan banyak biaya. Bahkan hanya melalui media sosial
banyak sekali pengusaha kecil yang mendapat omset yang lebih
menguntungkan dibandingkan hanya berdagang tidak menggunakan media
sosial.
2. Dampak Negatif
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dampak negative adalah pengaruh
kuat yang mendatangkan akibat negatif. Dampak adalah keinginan untuk
membujuk, meyakinkan, mempengaruhi atau memberi kesan kepada orang lain,
dengan tujuan agar mereka mengikuti atau mendukung keinginannya.
Berdasarkan beberapa penelitian ilmiah disimpulkan bahwa negatif adalah
pengaruh buruk yang lebih besar dibandingkan dengan dampak positifnya. Oleh
karena itu, dapat diketahui bahwa dampak negatif adalah keinginan untuk
membujuk, meyakinkan, mempengaruhi atau memberi kesan kepada orang lain,
dnegan tujuan agar mereka mengikuti atau mendukung keinginannya yang buruk
dan menimbulkan akibat tertentu. Dari penjelasan diatas dapat dipahami
pengertian dampak negatif dengan baik. Jadi, dapat dikemukakan bahwa dampak
negatif dari penggunaan media sosial adalah:
1. Banyaknya hoax atau berita palsu
Hoax menjadi perbincangan hangat di media massa maupun media sosial,
karena dianggap meresahkan publik dengan informasi yang tidak bisa
dipastikan kebenarannya. Untuk bisa membedakan sebuah berita merupakan
berdasarkan fakta atau tidak, memang cukup sulit. Hal ini dikarenakan
publisher berita hoax membuat artikel-artikel bohong dengan sangat rapi dan
teratur. Mereka sudah mengetahui selera masyarakat di Indonesia sehingga
mereka semakin mahir dalam membuat berita bohong yang bisa merayu
pembaca untuk mempercayainya. Namun, sebagai pembaca yang bijaksana
mesti lebih teliti untuk menilai, sehingga tidak termakan hoax.
2. Banyaknya konflik di media sosial
Berpendapat di media sosial memang merupakan hak setiap orang dan
merupakan ciri demokrasi. Semua orang, baik dari kalangan intelek, tidak
berpendidikan, tua, muda, lelaki, perempuan, dan sebagainya, memiliki
kebebasan berpendapat yang sama dan punya porsi yang tidak ditentukan
karena semua manusia adalah sama-sama makhluk ciptaan Tuhan yang mulia.
Namun kebebasan berpendapat sebaiknya dilandasi dengan nilai dan norma,
etika, musyawarah, toleransi, persatuan, kesatuan dan kedamaian agar
pendapat yang berbeda tidak memicu konflik, baik konfil pribadi, maupun
masyarakat.
3. Terjadinya kriminalitas di media sosial
Bukan hanya dalam dunia nyata, dalam dunia maya melalui media sosial,
kriminalitas menjadi hal yang sudah terbiasa bagi yang melakukannya.
Banyak sekali kriminalitas terjadi melalui media sosial, seperti penipuan
berkedok jual beli online, pembajakan akun media sosial, penculikan,
pemerkosaan, penggelapan, dan prostitusi online. Untuk itu sebagai pengguna
media sosial sebaiknya kita berhati-hati dan bijak dalam menggunakan media
sosial.
4. Jenis-jenis Media Sosial
Jenis-jenis platform di media sosial terbagi menjadi 6 jenis, yakni:
a. Coolaborative Projects
Wikipedia adalah ensiklopedia kolaboratif dimana semua orang bisa menulis,
mengedit, dan menambah isinya. Banyak orang menggunakan Wikipedia
untuk menyelesaikan tugas dan pekerjaan rumah. Hanya saja yang perlu
diingat sesuai dengan sifatnya yang ‘kolaboratif’, maka siapapun dapat
menulis maupun mengubah informasi yang terdapat di dalamnya. Untuk itu
perlu klarifikasi mendalam setelah memperoleh informasi dari wadah ini.
b. Blogs and Microblogs
Blog dan Mikroblog yang dimaksud disini adalah twitter, dimana twitter
menjadi salah satu media sosial yang banyak digunakan. Aplikasi yang
sederhana hanya dengan meng-update status menjadi daya tarik para
penggunanya.
c. Virtual Game Worlds
Jenis platform yang satu ini terikat diantara online gaming dan social
networks, virtual world emulations berubah dari eksperimental menjadi surga
untuk immersive communities. Aplikasi ini merupakan salah satu aplikasi
yang sangat diminati oleh laki-laki, mulai dari kalangan anakanak, remaja,
bahkan tak banyak juga pria dewasa.
d. Content Communities
Youtube adalah sebuah situs web video sharing (berbagi video) popular
dimanaa para pengguna dapat memuat, menonton, dan berbagi klip video
secara gratis. Di youtube kita dapat mengunggah video kita sendiri,
mempromosikan video klip baru para musisi atau mempromosikan film-film
baru.
e. Social Networking
Sites Facebook adalah sebuah layanan jejring sosial yang diluncurkan pada
Februari 2004. Bermula dari jejaring sosial yang didirikan dan diperuntukan
untuk mahasiswa Universitas Harvard, Amerika Serikat, kini facebook
menjadi media sosial paling popular di dunia. Di facebook kita berbagi
informasi, foto, dan video dengan teman dan keluarga. Instagram adalah
sebuah layanan berbentuk aplikasi berbagi foto dan video yang
memungkinkan pengguna mengambil foto dan video, menerapkan filter
digital, dan membagikannya ke berbagai layanan jejaring sosial. Instagram
dirilis perdana pada 06 Oktober 2010.53
f. Virtual Social Worlds
Second life atau kehidupan kedua adalah dunia maya berbasis internet dan
diluncurkan pada tahun 2003. Second life dikembangkan oleh perusahaan riset
Linden Research, Inc. Komunitas maya ini menjadi perhatian dunia saat
diliput oleh media berita pada akhir tahun 2006 dan awal 2007.
Berdasarkan fitur dan kegunaannya, media sosial dapat dibagi menjadi 8 jenis:
a. Relationship Networks Relationship Networks dapat dikatakan sebagai
awal mula media sosial menjadi booming. Jenis media sosial ini biasanya
berisikan halaman profil yang berguna untuk memposting foto, biodata
dan informasi lainnya mengenai pengguna. Contohnya seperti Facebook,
LinkedIn, Google Plus.
b. Media Sharing Networks Jenis media sosial ini dibuat dengan tujuan untuk
saling berbagi informasi dan konten khusus antar pengguna misalnya foto
atau video. Pengguna bisa menggunakan fitur-fitur untuk mengedit konten
mereka sebelum memposting dan membagikannya ke orang lain (tag atau
mention). Contohnya seperti Youtube, Vimeo, Snapchat,WhatsApp dan
Instagram.
c. Online Reviews Media sosial jenis ini berbasis lokasi yang menggunakan
teknologi geolokasi. Artinya, pengguna dapat menginformasikan sesuatu
berdasarkan lokasi atau geografis yang mereka tentukan beserta dengan
konten di dalamnya. Contohnya seperti Yelp, Open Rice, Zomato, Trip
Advisor.
d. Forum Diskusi Forum diskusi merupakan salah satu jenis mdia sosial
perintis pada masa awal mula berkembangnya internet. Sebelum facebook
muncul, pengguna internet bertemu dan saling berkomunikasi dalam
forum diskusi. Contohnya seperti Kaskus, Stack Over Flow, Reddit.
e. Social Publishing Platforms Bersifat real time maupun tidak. Jenis media
sosial untuk membagikan artikel yang ditulis oleh para penggunanya.
Contohnya seperti Blog, medium, Tumblr.
f. Bookmarking Sites Media sosial ini memungkinkan pengguna untuk
mengumpulkan konten (teks, gambar, video, link) lalu menyimpannya
dalam akun masing-masing. Pengguna bisa menyimpan konten secara
privat atau memberikan kebebasan mengaskes untuk pengguna lainnya.
Contohnya seperti StumbleUpon, Pinterest, dan Flipboard.
g. Internet-based Network Manfaat utama media sosial adalah
kemampuannya mempertemukan banyak orang dengan latar belakang
yang sama ataupun berbeda dalam sebuah jaringan (network). Contohnya
seperti Facebook Groups, LinkedIn Groups, Google+ communities, dan
lain-lain.
h. E-Commerce Bentuk media sosial yang memungkinkan pengguna untuk
melakukan transaksi jual beli menggunakan fitur yang ada. Contohnya
seperti Amazon, Tokopedia, Gojek, Shopee, dan lain-lain.
C. Kerangkah Berpikir
a. Kerangkah Teori
b. Kerangkah Konsep
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ho : Tidak ada pengaruh media sosial terhadap kesehatan mental yang dimiliki oleh remaja
di sekolah..
Ha : Ada pengaruh media sosial terhadap kesehatan mental yang dimiliki oleh remaja di
sekolah..
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1) Jika sig p < 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima, dengan demikian ada pengaruh
antara variabel independen dengan variabel dependen.
2) Jika sig p ≥ 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak, dengan demikian tidak ada
pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen
DAFTAR PUSTAKA
Dyah Alyusi, Shiefti. 2016. Media Sosial: Interaksi, Identitas, dan Modal Sosial. Ed.1.
Jakarta: Prenadamedia Group
Sosial Media Indonesia. 2017. Bijak Bersosmed Tips dan Informasi Gerakan Bijak
Bersosmed. Jakarta: On the Spot Light
Yusuf LN, Syamsu. 2018. Kesehatan Mental Perspektif Psikologis dan Agama.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sundari, Siti. 2005. Kesehatan Mental dalam Kehidupan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Sumantri, Arif. 2010. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Kencana
Widya Puspita, Ayu. 2014. Analisis Penggunaan Media Sosial Twitter oleh Pejabat Publik
dalam Penerapan Good Governance. Lampung: Universitas lampung
Sugeng Cahyono, Anang. Pengaruh Media Sosial Terhadap Perubahan Sosial Masyarakat di
Indonesia. Jurnal Universitas Sisingamangaraja XII Tapanuli Utara
Mulyasa. 2014. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Narendrany Hidayati dan Andri Yudiantoro, Heni. 2007. Psikologi Agama. Jakarta: UIN
Jakarta Press
Marliany dan Asiyah, Rosleni. 2015. Psikologi Islam. Bandung: CV Pustaka Setia
Langgulung, Hasan. 1992. Teori-teori Kesehatan Mental. Jakarta: Pustaka AlHusna
Riyadi dan Teguh Purwanto, Sujono. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Edisi Pertama.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Yudhi Munadi. 2012. Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada
Press
Asnawir dan Basyiruddin Usman. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Pers
Nasrullah, Rulli. 2015. Media Sosial Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media
Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: CV Pustaka Setia
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:
Alfabeta
Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Bambang. 2011. Metode Penelitian
Kuantitatif. Jakarta: Rajawali Pers
Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah.
Ed. I. Jakarta: Kencana
Indrawan dan Poppy Yaniawati, Rully. 2014. Metodologi Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif,
dan Campuran untuk Manajemen, Pembangunan, dan Pendidikan. Bandung: PT Refika
Aditama
Subana, dkk. 2000. Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Cet.
XII, Ed. V. Jakarta: PT Rineka Cipta
Emzir. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Kadir. 2015. Statistika Terapan: Konsep, Contoh, dan Analisis Data dengan Program
SPSS/Lisrel dalam Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
H. Lolombulan, Julius. 2017. Statistika bagi Peneliti Pendidikan. Yogyakarta: CV Andi
Offset
Hawari, Dadang. 1996. AlQuran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Dana
Bhakti Prima Yasa