Berkat internet, segala kebutuhan manusia dapat dipenuhi seperti kebutuhan bersosialisasi,
mengakses informasi dan kebutuhan hiburan seperti media sosial (Soliha, 2015). Macamnya
sangat banyak dan bervariasi dan yang banyak diminati adalah twitter, instagram dan
whatsapp
Mengakses internet dapat menghubungkan antar manusia dari berbagai belahan dunia
yang tidak saling kenal sebelumnya dengan cara mengoneksikan komputer atau telepon
genggam dengan jaringan internet. Dengan mengakses internet berarti adanya interaksi
antar manusia yang dikenal maupun tidak dikenal. Interaksi antar manusia tersebut
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup baik jasmani maupun rohani, salah satunya
adalah kebutuhan akan informasi.
Kebutuhan akan informasi tersebut adalah kebutuhan akan pengetahuan, berita, kabar,
peristiwa, dan kesenangan semata yang ada di seluruh bagian dunia. Kebutuhan
tersebut akan dipenuhi melalui akses internet dan jejaring sosial, yang dikenal dengan
sebutan media sosial.
Media sosial adalah media online yang mendukung interaksi sosial dengan
menggunakan teknologi berbasis web yang mengubah komunikasi menjadi dialog
interaktif dan merupakan salah satu perkembangan teknologi yang memiliki andil besar
dalam memberikan kemudahan bagi keberlangsungan berbagai kegiatan yang dilakukan
oleh penggunanya.
Media sosial pada era sekarang ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
aktivitas kehidupan sehari-hari. Media sosial telah menjadi ruang dimana kita
membentuk dan membangun hubungan, membentuk identitas diri, mengekspresikan
diri, dan belajar tentang dunia di sekitar kita. Media sosial hadir sebagai wadah
komunikasi yang memudahkan manusia bertukar informasi, baik berupa teks, gambar,
maupun video.
Tak heran jika keberadaan media sosial menjadi jembatan penghubung ke dunia luar
yang lebih luas. Namun perlu diingat kembali bahwa seperti halnya teknologi pada
umumnya, penggunaan media sosial tentunya memiliki pengaruh baik dan pengaruh
buruk pada berbagai aspek kehidupan penggunanya, terutama pada segi kesehatan
mental pengguna.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengungkapkan pengguna
internet di Indonesia sampai tahun 2017 mencapai 63 juta orang. Dari angka tersebut 95
persennya menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial.
Berdasarkan hasil riset Wearesosial Hootsuite yang dirilis Januari 2019 pengguna media
sosial di Indonesia mencapai 150 juta atau sebesar 56% dari total populasi. Jumlah
tersebut naik 20% dari survei sebelumnya. Sementara pengguna media sosial mobile
(gadget) mencapai 130 juta atau sekitar 48% dari populasi. Sebagian besar dari
pengguna tersebut adalah remaja.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Pew Research Center, media sosial hampir
tidak bisa dipisahkan dari kehidupan remaja. Media sosial bagi para remaja merupakan
hal yang penting, tidak hanya sebagai tempat memperoleh informasi yang menarik
tetapi juga sudah menjadi gaya hidup.
Di satu sisi keberadaan media sosial merupakan salah satu wadah yang dapat membantu
menemukan identitas diri, mengembangkan keterampilan komunikasi, berteman,
mengejar bidang minat, dan berbagi pemikiran dan ide. Namun disisi lain, media sosial
memiliki dampak negatif pada remaja termasuk risiko penyakit mental.
Banyak remaja yang terlarut dalam media sosial sehingga menjauhkan yang dekat dan
mendekatkan yang jauh, padahal tujuan awal keberadaan media sosial adalah untuk
membuat manusia bersosial, kini media sosial telah bermetamorfosis menjadi media
asosial. Berdasarkan riset situs HootSuite dan agensi marketing sosial We Are Social
bertajuk “Global Digital Reports 2020” yang diliris akhir Januari lalu, Indonesia masuk
ke dalam 10 besar negara yang paling lama mengakses internet. Rata-rata penggunaan
media sosial di Indonesia mencapai 3 jam 26 menit per hari.
Remaja cenderung menggunakan media sosial saat ada waktu luang, merasa tidak ada
kerjaan, atau sekedar menunggu sesuatu. Terlebih dari itu hampir 70% dari mereka
menggunakan media sosial secara berlebihan, mereka bisa menghabiskan berjam-jam
hanya untuk memantau media sosial mulai dari instagram, pindah ke twitter, buka
facebook, dan lainnya.
Aktivitas tersebut telah menjadi kebiasaan baru di era milenial saat ini. Kebiasaan baru
ini menyebabkan munculnya rasa kehilangan ketika gawai lupa dibawa kemana-mana.
Seseorang cenderung akan merasa aneh karena tidak bisa berselancar di media sosial
tanpa gawai, seolah-olah gawai lebih berarti dari segalanya.
Kecanduan terhadap media sosial tersebut memberikan efek buruk bagi kesehatan
mental. Kesehatan mental merupakan sebuah kondisi dimana individu terbebas dari
segala bentuk gejala-gejala gangguan mental. Individu yang sehat secara mental dapat
berfungsi secara normal dalam menjalankan hidupnya khususnya saat menyesuaikan diri
untuk menghadapi masalah-masalah yang akan ditemui sepanjang hidup seseorang
dengan menggunakan kemampuan pengolahan stress.
Melihat foto atau video yang diunggah oleh seseorang, secara tidak langsung dapat
memengaruhi diri kita. Pengaruh tersebut berkenaan dengan harga diri dan penilaian
terhadap diri sendiri. Ketika seseorang membandingkan suatu unggahan terhadap
keadaan dirinya sendiri, dapat menimbulkan berbagai penyakit yang berhubungan
dengan mental.
1.2. Rumusan Masalah :
KAJIAN PUSTAKA
a. Media sosial
Media sosial adalah platform media yang memfokuskan pada eksistensi pengguna yang
memfasilitasi pengguna dalam beraktifitas (Riyanti, 2016). Media sosial merupakan aplikasi
berbasis internet yang digunakan untuk menjalin komunikasi dengan orang lain (Hidayatun,
2015). Media sosial memudahkan semua orang untuk dapat berkomunikasi, berpartisipasi,
saling berbagi dan membentuk sebuah grup (Zarella, 2010).
Media sosial yang paling banyak digunakan oleh remaja di Indonesia adalah facebook,
twitter dan whatsapp (Pratama, 2014). Remaja menggunakan facebook untuk
mempromosikan diri sendiri dengan cara sharing berbagai media seperti audio, video, foto
dan notes (Pardosi, 2010). Hal ini merupakan wujud kebebasan yang memberikan
kesempatan bagi siapa saja untuk mengunggah apa saja dengan segala resikonya (Pratama,
2015).
b. Kesehatan Mental
Menurut Pieper dan Uden (2006), kesehatan mental adalah suatu keadaan dimana
seseorang tidak mengalami perasaan bersalah terhadap dirinya sendiri, memiliki estimasi
yang relistis terhadap dirinya sendiri dan dapat menerima kekurangan atau kelemahannya,
kemampuan menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya, memiliki kepuasan dalam
kehidupan sosialnya, serta memiliki kebahagiaan dalam hidupnya.
Pada bagian ini peneliti mencantumkan berbagai hasil penelitian terdahulu yang terkait
dengan penelitian yang hendak dilakukan, kemudian membuat ringkasannya, baik penelitian
yang sudah terpublikasikan atau belum terpublikasikan (skripsi, tesis, disertasi dan
sebagainya).
a. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Pew Research Center, media sosial
hampir tidak bisa dipisahkan dari kehidupan remaja. Di satu sisi keberadaan media
sosial dapat membantu remaja mengembangkan keterampilan komunikasi, berteman,
mengejar bidang minat, dan berbagi pemikiran dan ide.Namun di sisi yang lain, media
sosial memiliki dampak negatif pada remaja termasuk risiko penyakit mental. National
Institute of Mental Health melaporkan bahwa penggunaan media sosial dapat
meningkatkan risiko gangguan mental pada remaja usia 18–25 tahun.
b. Penelitian yang dilaporkan dalam jurnal JAMA Psychiatry menemukan bahwa remaja
yang menggunakan media sosial lebih dari tiga jam per hari berisiko tinggi terhadap
masalah kesehatan mental terutama masalah internalisasi alias citra diri.
c. Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Social and Clinical
Psychology menemukan bahwa mahasiswa sarjana yang membatasi waktu mereka
di Facebook, Instagram, dan SnapChat, hingga 10 menit setiap hari atau total 30 menit
penggunaan untuk semua media sosial umumnya memiliki citra diri yang lebih positif.
Hasil Penelitian
2.4 Hipotesis
Mahasiswa yang sering berselancar di sosial media cenderung lebih mudah terganggu
kesehatan mentalnya daripada mahasiswa yang jarang
BAB III
METODE PENELITIAN
3) Memudahkan peneliti dalam pengolahan data karena data yang terkumpul bersifat
homogen atau sama.
4) Metode ini selain dapat mengumpulkan data, menyusun data, menginterpretasikan data
serta datanya dapat disimpulkan
Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Bengkulu (UNIB), dimana UNIB itu sendiri
beralamatkan di Kandang Limun, Muara Bangka Hulu, Bengkulu City, Bengkulu 38119
Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana sosial
media dapat mempengaruhi kesehatan mental mahasiswa di Universitas Bengkulu. Atas dasar
permasalahan tersebut digunakan, maka yang dijadikan populasi adalah mahasiswa Prodi
Ekonomi Pembangunan dengan jumlah 30 orang mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Fadli, d. R. (2020, Juni 18). Pengaruh Media Sosial pada Kesehatan Mental Remaja. Dipetik
April Minggu, 2021, dari Halodoc: https://www.halodoc.com/artikel/pengaruh-media-
sosial-pada-kesehatan-mental-remaja
Abadi TW, Sukmawan F, Utari DA. 2013. Media sosial dan pengembangan hubungan
interpersonal remaja di Sidoarjo. Kanal, 2 (1), 1-106
Ajike. 2016. The impact of social networking sites on teenagers in Negeria. International
Journal of Public Policy and Administrative Studies, 11(1), 35-64
Annisa. 2016. Intensitas komunikasi melalui jejaring sosial pada remaja dengan tipe
kepribadian ekstrovert dan introvert. Psikoborneo, 4 (4), 763-772
Efendi A, Astuti PI, Rahayu NT. 2017. Analisis pengaruh penggunaan media baru terhadap
pola interaksi sosial anak di Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Penelitian Humaniora, 18
(2), 12-24
Juwita EP, Budimansyah D, Nurbayani S. 2015. Peran media sosial terhadap gaya hidup
siswa SMA Negeri 5 Bandung. Jurnal Sosietas, 5
Pratama BA. 2015. Efek penggunaan jejaring sosial terhadap perilaku seksual pranikah pada
remaja Di SMP Negeri 1 Sukoharjo. Indonesian Journal on Medical Science, 2 (2), 56-
64
Pratama BA. 2019. Hubungan intensitas penggunaan media sosial dengan kecenderungan
sikap apatis terhadap lingkungan sekitar pada siswa SMP N 1 Sukoharjo, Kec/Kab
Sukoharjo, Jawa Tengah. Indonesian Journal on Medical Science, 6 (1), 51-6