Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL PENELITIAN

DAMPAK MEDIA SOSIAL TERHADAP KESEHATAN MENTAL


MAHASISWA DI UNIVERSITAS BENGKULU

Nama : Satrio Hadi Wicaksono


Npm : C1A017091
Mata Kuliah : Metodologi Penelitian Ekonomi
Dosen Pengampu : Mochamad Ridwan, Dr., S.E.,MP.
Hari/Tanggal : Senin/ 26 April 2021

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BENGKULU
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Internet yang merupakan kepanjangan dari interconnection networking  adalah hubungan


jaringan besar dari jaringan-jaringan komputer yang menghubungkan orang-orang dan
komputer-komputer di seluruh dunia, baik melalui telepon, satelit dan sistem-sistem
komunikasi lainnya (Ellsworth & Ellsworth dalam Riyanto, 2008).
Internet merupakan produk teknologi yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat.
Sebagai produk teknologi, maka internet dapat memunculkan jenis interaksi sosial baru
yang berbeda dengan interaksi sosial sebelumnya. Jika pada masa lalu, masyarakat
berinteraksi secara  face to face communication, maka dewasa ini masyarakat
berinteraksi di dalam dunia maya atau melalui interaksi sosial online.

Berkat internet, segala kebutuhan manusia dapat dipenuhi seperti kebutuhan bersosialisasi,
mengakses informasi dan kebutuhan hiburan seperti media sosial (Soliha, 2015). Macamnya
sangat banyak dan bervariasi dan yang banyak diminati adalah twitter, instagram dan
whatsapp

Mengakses internet dapat menghubungkan antar manusia dari berbagai belahan dunia
yang tidak saling kenal sebelumnya dengan cara mengoneksikan komputer atau telepon
genggam dengan jaringan internet. Dengan mengakses internet berarti adanya interaksi
antar manusia yang dikenal maupun tidak dikenal. Interaksi antar manusia tersebut
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup baik jasmani maupun rohani, salah satunya
adalah kebutuhan akan informasi.

Kebutuhan akan informasi tersebut adalah kebutuhan akan pengetahuan, berita, kabar,
peristiwa, dan kesenangan semata yang ada di seluruh bagian dunia.  Kebutuhan
tersebut akan dipenuhi melalui akses internet dan jejaring sosial, yang dikenal dengan
sebutan media sosial.

Media sosial adalah media online yang mendukung interaksi sosial dengan
menggunakan teknologi berbasis web yang mengubah komunikasi menjadi dialog
interaktif dan merupakan salah satu perkembangan teknologi yang memiliki andil besar
dalam memberikan kemudahan bagi keberlangsungan berbagai kegiatan yang dilakukan
oleh penggunanya.

Media sosial pada era sekarang ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
aktivitas kehidupan sehari-hari. Media sosial telah menjadi ruang dimana kita
membentuk dan membangun hubungan, membentuk identitas diri, mengekspresikan
diri, dan belajar tentang dunia di sekitar kita. Media sosial hadir sebagai wadah
komunikasi yang memudahkan manusia bertukar informasi, baik berupa teks, gambar,
maupun video.

Tak heran jika keberadaan media sosial menjadi jembatan penghubung ke dunia luar
yang lebih luas. Namun perlu diingat kembali bahwa seperti halnya teknologi pada
umumnya, penggunaan media sosial tentunya memiliki pengaruh baik dan pengaruh
buruk pada berbagai aspek kehidupan penggunanya, terutama pada segi kesehatan
mental pengguna.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengungkapkan pengguna
internet di Indonesia sampai tahun 2017 mencapai 63 juta orang. Dari angka tersebut 95
persennya menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial.

Berdasarkan hasil riset Wearesosial Hootsuite yang dirilis Januari 2019 pengguna media
sosial di Indonesia mencapai 150 juta atau sebesar 56% dari total populasi. Jumlah
tersebut naik 20% dari survei sebelumnya. Sementara pengguna media sosial mobile
(gadget) mencapai 130 juta atau sekitar 48% dari populasi. Sebagian besar dari
pengguna tersebut adalah remaja.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Pew Research Center, media sosial hampir
tidak bisa dipisahkan dari kehidupan remaja. Media sosial bagi para remaja merupakan
hal yang penting, tidak hanya sebagai tempat memperoleh informasi yang menarik
tetapi juga sudah menjadi gaya hidup.

Di satu sisi keberadaan media sosial merupakan salah satu wadah yang dapat membantu
menemukan identitas diri, mengembangkan keterampilan komunikasi, berteman,
mengejar bidang minat, dan berbagi pemikiran dan ide. Namun disisi lain, media sosial
memiliki dampak negatif pada remaja termasuk risiko penyakit mental.

Banyak remaja yang terlarut dalam media sosial sehingga menjauhkan yang dekat dan
mendekatkan yang jauh, padahal tujuan awal keberadaan media sosial adalah untuk
membuat manusia bersosial, kini media sosial telah bermetamorfosis menjadi media
asosial. Berdasarkan riset situs HootSuite dan agensi marketing sosial We Are Social
bertajuk “Global Digital Reports 2020” yang diliris akhir Januari lalu, Indonesia masuk
ke dalam 10 besar negara yang paling lama mengakses internet. Rata-rata penggunaan
media sosial di Indonesia mencapai 3 jam 26 menit per hari.
Remaja cenderung menggunakan media sosial saat ada waktu luang, merasa tidak ada
kerjaan, atau sekedar menunggu sesuatu. Terlebih dari itu hampir 70% dari mereka
menggunakan media sosial secara berlebihan, mereka bisa menghabiskan berjam-jam
hanya untuk memantau media sosial mulai dari instagram, pindah ke twitter, buka
facebook, dan lainnya.

Aktivitas tersebut telah menjadi kebiasaan baru di era milenial saat ini. Kebiasaan baru
ini menyebabkan munculnya rasa kehilangan ketika gawai lupa dibawa kemana-mana.
Seseorang cenderung akan merasa aneh karena tidak bisa berselancar di media sosial
tanpa gawai, seolah-olah gawai lebih berarti dari segalanya.

Media sosial memang terbukti menyebabkan kecanduan. Kegiatan ketika seseorang


segera membuka media sosial di smartphone adalah proses kecanduan tahap awal.
Tahap selanjutnya ketika seseorang merasa cemas menunggu balasan pesan atau
harapan ada pesan atas status yang kita buat di media sosial sehingga jika mendengar
nada dering pesan yang diharapkan, dapat menimbulkan perasaan lega. Menurut sebuah
survei, sejak kemunculannya media sosial telah membuat orang mengecek ponselnya
rata-rata 28 kali. Kecanduan media sosial, kecintaan yang teramat berlebihan kepada
medsos dapat melupakan prioritas seseorang kepada lingkungan sekitar.

Kecanduan terhadap media sosial tersebut memberikan efek buruk bagi kesehatan
mental. Kesehatan mental merupakan sebuah kondisi dimana individu terbebas dari
segala bentuk gejala-gejala gangguan mental. Individu yang sehat secara mental dapat
berfungsi secara normal dalam menjalankan hidupnya khususnya saat menyesuaikan diri
untuk menghadapi masalah-masalah yang akan ditemui sepanjang hidup seseorang
dengan menggunakan kemampuan pengolahan stress.

Melihat foto atau video yang diunggah oleh seseorang, secara tidak langsung dapat
memengaruhi diri kita. Pengaruh tersebut berkenaan dengan harga diri dan penilaian
terhadap diri sendiri. Ketika seseorang membandingkan suatu unggahan terhadap
keadaan dirinya sendiri, dapat menimbulkan berbagai penyakit yang berhubungan
dengan mental.
1.2. Rumusan Masalah :

1.) Bagaimana Media Sosial dapat mempengaruhi kesehatan mental mahasiswa di


Universitas Bengkulu?
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

a. Media sosial

Media sosial adalah platform media yang memfokuskan pada eksistensi pengguna yang
memfasilitasi pengguna dalam beraktifitas (Riyanti, 2016). Media sosial merupakan aplikasi
berbasis internet yang digunakan untuk menjalin komunikasi dengan orang lain (Hidayatun,
2015). Media sosial memudahkan semua orang untuk dapat berkomunikasi, berpartisipasi,
saling berbagi dan membentuk sebuah grup (Zarella, 2010).

Media sosial yang paling banyak digunakan oleh remaja di Indonesia adalah facebook,
twitter dan whatsapp (Pratama, 2014). Remaja menggunakan facebook untuk
mempromosikan diri sendiri dengan cara sharing berbagai media seperti audio, video, foto
dan notes (Pardosi, 2010). Hal ini merupakan wujud kebebasan yang memberikan
kesempatan bagi siapa saja untuk mengunggah apa saja dengan segala resikonya (Pratama,
2015).

b. Kesehatan Mental

Dalam mendefinisikan kesehatan mental, sangat dipengaruhi oleh kultur dimana


seseorang tersebut tinggal. Apa yang boleh dilakukan dalam suatu budaya tertentu, bisa saja
menjadi hal yang aneh dan tidak normal dalam budaya lain, dan demikian pula sebaliknya
(Sias,2006).

Menurut Pieper dan Uden (2006), kesehatan mental adalah suatu keadaan dimana
seseorang tidak mengalami perasaan bersalah terhadap dirinya sendiri, memiliki estimasi
yang relistis terhadap dirinya sendiri dan dapat menerima kekurangan atau kelemahannya,
kemampuan menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya, memiliki kepuasan dalam
kehidupan sosialnya, serta memiliki kebahagiaan dalam hidupnya.

2.2 Penelitian Terdahulu

Pada bagian ini peneliti mencantumkan berbagai hasil penelitian terdahulu yang terkait
dengan penelitian yang hendak dilakukan, kemudian membuat ringkasannya, baik penelitian
yang sudah terpublikasikan atau belum terpublikasikan (skripsi, tesis, disertasi dan
sebagainya).

a. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Pew Research Center, media sosial
hampir tidak bisa dipisahkan dari kehidupan remaja. Di satu sisi keberadaan media
sosial dapat membantu remaja mengembangkan keterampilan komunikasi, berteman,
mengejar bidang minat, dan berbagi pemikiran dan ide.Namun di sisi yang lain, media
sosial memiliki dampak negatif pada remaja termasuk risiko penyakit mental. National
Institute of Mental Health melaporkan bahwa penggunaan media sosial dapat
meningkatkan risiko gangguan mental pada remaja usia 18–25 tahun. 
b. Penelitian yang dilaporkan dalam jurnal JAMA Psychiatry menemukan bahwa remaja
yang menggunakan media sosial lebih dari tiga jam per hari berisiko tinggi terhadap
masalah kesehatan mental terutama masalah internalisasi alias citra diri.
c. Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Social and Clinical
Psychology menemukan bahwa mahasiswa sarjana yang membatasi waktu mereka
di Facebook, Instagram, dan SnapChat, hingga 10 menit setiap hari atau total 30 menit
penggunaan untuk semua media sosial umumnya memiliki citra diri yang lebih positif. 

2.3 Kerangka Analisis

Cemburu dengan teman di


Media sosial
Gangguan kesehatan
Kurang tidur karena candu mental mahasiswa di
Berselancar di media Universitas Bengkulu
sosial

Rasa takut melewatkan


tren terbaru dari media
sosial

Metode Analisis Regresi Linear


Berganda

Hasil Penelitian

2.4 Hipotesis

Mahasiswa yang sering berselancar di sosial media cenderung lebih mudah terganggu
kesehatan mentalnya daripada mahasiswa yang jarang

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Deskriptif


Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menggambarkan
masalah yang terjadi pada masa sekarang atau yang sedang berlangsung, bertujuan untuk
mendeskripsikan apa-apa yang terjadi sebagaimana mestinya pada saat penelitian dilakukan.
Ciri-ciri dari metode deskriptif seperti yang dikemukakan oleh Nasution (2003, hlm 61)
yaitu :
a) Memusatkan diri pada pemecahan-pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang atau
masalah-masalah yang aktual.
b) Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisa, oleh
karena itu metode ini sering disebut metode analisa.

Berdasarkan pendapat diatas, penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan kondisi


yang berkaitan dengan kepuasan mahasiswa mengenai layanan akademik sebagaimana
adanya atau dapat mendeskripsikan fenomena seobyektif mungkin.
Adapun yang menjadi landasan peneliti menggunakan metode deskriptif yaitu :
1) Penelitian ini mengungkapkan masalah-masalah aktual yang teradi pada masa sekarang.
2) Dengan metode ini dapat memberikan gambaran tentang kepuasan mahasiswa mmengenai
layanan akademik.

3) Memudahkan peneliti dalam pengolahan data karena data yang terkumpul bersifat
homogen atau sama.

4) Metode ini selain dapat mengumpulkan data, menyusun data, menginterpretasikan data
serta datanya dapat disimpulkan

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Bengkulu (UNIB), dimana UNIB itu sendiri
beralamatkan di Kandang Limun, Muara Bangka Hulu, Bengkulu City, Bengkulu 38119

3.3 Populasi Sampel Penelitian


untuk mendapatkan populasi yang relevan seorang peneliti terlebih dahulu mengidentifikasi
jenis data yang diperlukan dalam penelitian tersebut, yakni mengacu pada pemersalahan
penelitian. Hal ini mengandung arti bahwa data yang diperoleh harus sesuai dengan
permasalahan dan jenis instrumen pengumpulan data yang dipergunakan.

Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana sosial
media dapat mempengaruhi kesehatan mental mahasiswa di Universitas Bengkulu. Atas dasar
permasalahan tersebut digunakan, maka yang dijadikan populasi adalah mahasiswa Prodi
Ekonomi Pembangunan dengan jumlah 30 orang mahasiswa.

DAFTAR PUSTAKA
Fadli, d. R. (2020, Juni 18). Pengaruh Media Sosial pada Kesehatan Mental Remaja. Dipetik
April Minggu, 2021, dari Halodoc: https://www.halodoc.com/artikel/pengaruh-media-
sosial-pada-kesehatan-mental-remaja

Abadi TW, Sukmawan F, Utari DA. 2013. Media sosial dan pengembangan hubungan
interpersonal remaja di Sidoarjo. Kanal, 2 (1), 1-106

Ajike. 2016. The impact of social networking sites on teenagers in Negeria. International
Journal of Public Policy and Administrative Studies, 11(1), 35-64

Annisa. 2016. Intensitas komunikasi melalui jejaring sosial pada remaja dengan tipe
kepribadian ekstrovert dan introvert. Psikoborneo, 4 (4), 763-772

Efendi A, Astuti PI, Rahayu NT. 2017. Analisis pengaruh penggunaan media baru terhadap
pola interaksi sosial anak di Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Penelitian Humaniora, 18
(2), 12-24

Juwita EP, Budimansyah D, Nurbayani S. 2015. Peran media sosial terhadap gaya hidup
siswa SMA Negeri 5 Bandung. Jurnal Sosietas, 5

Pratama BA. 2015. Efek penggunaan jejaring sosial terhadap perilaku seksual pranikah pada
remaja Di SMP Negeri 1 Sukoharjo. Indonesian Journal on Medical Science, 2 (2), 56-
64

Pratama BA. 2019. Hubungan intensitas penggunaan media sosial dengan kecenderungan
sikap apatis terhadap lingkungan sekitar pada siswa SMP N 1 Sukoharjo, Kec/Kab
Sukoharjo, Jawa Tengah. Indonesian Journal on Medical Science, 6 (1), 51-6

Anda mungkin juga menyukai