Bidang KREASI
ISHK
MTsN 6 Jakarta
Jl. Inerbang, Gang Mangga 13520 Kota Administrasi Jakarta Timur DKI Jakarta
2023
DETOKS SOSIAL MEDIA: BAGAIMANA MENEMUKAN KETENANGAN
MELALUI HIDUP TANPA GADGET PADA GENERASI MUDA
A. Latar Belakang
Istilah media sosial tersusun dari dua kata, yakni media dan sosial. Media diartikan
sebagai alat komunikasi (Laughey, 2007; McQuail, 2003). Sedangkan kata sosial diartikan
sebagai kenyataan sosial bahwa setiap individu melakukan aksi yang memberikan
kontribusi kepada masyarakat. Pernyataan ini menegaskan bahwa media dan semua
perangkat lunak merupakan “sosial” atau dalam makna bahwa keduanya merupakan
produk dari proses sosial (Durkheim dalam Roudledge, 2014; Mulawarman dan Nurfitri,
2017).
Media sosial yang kini sudah banyak di minati bagi semua orang di belahan dunia
manapun, termasuk Indonesia. Saat ini hampir sudah setengah dari populasi yang
menggunakan media sosial dalam kesehariannya, baik itu orang dewasa, remaja, bahkan
anak-anak (Ryvo et al., 2020). Semakin maraknya pengguna media sosial yang tak lepas
dari kehidupan yang memang menjadi penunjang dalam kegiatan sehari-hari, seperti
pendidikan, pekerjaan, perekonomian, bahkan transportasi yang kini sudah dapat di akses
dengan mudah. Namun dibalik kemudahan yang instan tersebut terdapat sebuah ranah yang
bila kita tengok menjadi peristiwa yang petut kita tangani.
Semakin seseorang addict dalam media sosial, maka dapat mengganggu kesehatan
mental seperti cemas yang berlebih, takut kehilangan, depresi, susah tidur dan lain
sebagainya (Subagijo, 2020). Oleh karena itu, pengaruh puasa media sosial dapat membantu
intensitas penggunaan sehingga menurunkan regulasi emosi yang di timbulkan dari
penggunaan media sosial tersebut. Dengan puasa media sosial pengguna tidak
menggunakan media sosialnya dalam kurun waktu tertentu yang mana mereka mengalihkan
dengan kegiatan lain yang positif.
Fenomena detoks digital muncul sebagai reaksi terhadap informasi yang berlebihan dari
media baru dan perangkat digital (Mumtaz, 2019). Menurut Basu (2019), detoks digital
diketahui secara luas sebagai proses menahan diri dari penggunaan media elektronik seperti
komputer dan gawai pada periode waktu tertentu. Penelitian Universitas Gothenburg (2012)
menemukan bahwa efek dari penggunaan komputer dan ponsel yang berlebihan dapat
mengakibatkan stres, gangguan tidur, dan gejala depresi.
Melakukan detoksifikasi media sosial memang sulit, apalagi jika sudah masuk pada
fase candu dan alasan ingin berhenti tidak datang dari kesadaran kita sendiri. Akan tetapi,
ketika kita sudah berhasil melakukannya, kualitas hidup kita akan menjadi lebih
baik. Mengutip dari Alodokter (2021), setidaknya ada 5 manfaat yang kita peroleh
setelah melakukan detoksifikasi media sosial, yaitu: 1) Meningkatkan produktivitas,
melakukan detoksifikasi media sosial bermanfaat untuk meningkatkan produktivitas dan
prestasi. Kita menjadi lebih fokus dan konsentrasi terhadap hal-hal yang sedang dikerjakan;
2) Menjaga silaturahmi dan hubungan sosial dengan orang-orang terdekat, sadar atau tidak,
kecanduan media sosial ternyata secara tidak langsung bisa meregangkan hubungan kita
dengan orang-orang terdekat, baik itu pasangan, keluarga, atau teman; 3) Meningkatkan
kualitas tidur, beberapa riset menunjukkan bahwa penggunaan media sosial secara
berlebihan, terutama di saat sebelum tidur dapat menyebabkan penurunan kualitas serta jam
tidur dan bahkan gangguan tidur, seperti insomnia; 4) Menjaga kesehatan fisik, detoksifikasi
media sosial dapat menghindarkan kita dari risiko menderita berbagai gangguan kesehatan
akibat terlalu banyak menatap layar gadget, seperti sakit kepala, migrain, dan gangguan
kesehatan mata; 5) Menjaga kesehatan mental, saat mengakses media sosial, sebagian besar
orang cenderung akan membandingkan hidupnya dengan hidup orang lain yang tampak
lebih baik dan “sempurna" di media sosial. Hal ini bisa memicumu untuk merasa rendah
diri, malu, iri, atau bahkan membenci diri sendiri.
C. Manfaat Penelitian
1. Bagi generasi muda, sebagai sarana peningkatan kesejahteraan mental untuk dapat
menjaga kesehatan fisik, meningkatkan kualitas tidur, silaturahmi, hubungan sosial
dengan orang-orang terdekat, dan meningkatkan produktivitas.
2. Bagi pemerintah, sebagai sarana pengembangan kebijakan publik agar dapat
memberikan solusi kepada masyarakat luas mengenai gambaran kegiatan atau inovasi
yang dapat dilakukan oleh masyarakat luas tanpa gadget untuk terciptanya masyarakat
yang sehat mental dan bahagia.
3. Bagi ilmu pengetahuan, sebagai kontribusi pada penelitian psikologi dan riset sosial.
D. Kajian Teori
1. Teori Persepsi
Persepsi merujuk pada bagaimana manusia menginterpretasikan dan memaknai
informasi yang diterima oleh indera terhadap suatu objek atau peristiwa. Menurut penelitian
Nurjanah dan Mursalin (2022), persepsi dimaknai sebagai suatu pengalaman dari objek,
peristiwa, atau pun hubungan dengan menyimpulkan suatu informasi. Oleh karena itu,
manusia memiliki persepsi yang berbeda karena memiliki kemampuan yang tidak sama
antar satu dengan yang lainnya (Walgito, 2004)
F. Metode Penelitian
Skema, Waktu, dan Tempat Penelitian
Penelitian akan menggunakan skema riset empirik secara daring (online). Teknis penelitian
dilakukan menggunakan berbagai platform, seperti Google Form, G-Suite, dan Whatsapp.
Penelitian akan dilakukan selama empat bulan, mulai dari penyusunan proposal pada bulan
Agustus hingga bulan November tahun 2023 untuk presentasi hasil penelitian. Tempat penelitian
berlokasi secara hybrid yaitu daring dan Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta.
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Menentukan riset
Pengumpulan data
penelitian
Menentukan tujuan
Interpretasi data
penelitian
2. Survei
Survei akan dilakukan secara daring untuk mendapatkan data primer dari
mengumpulkan tanggapan dan informasi dari responden. Survei tersebut dilakukan dengan
menyebarkan kuesioner kepada generasi muda yang memiliki ketergantungan pada gadget
dan bermain sosial media secara berlebihan.
Metode Penentuan Sampel
Sampel pada penelitian ini ditentukan dengan pendekatan non-probability sampling dengan
teknik purposive sampling. Teknik ini tidak memberikan peluang yang sama kepada suatu
populasi (Sugiyono, 2013). Kriteria responden pada penelitian ini yaitu generasi muda yang
memiliki ketergantungan pada gadget dan bermain sosial media secara masif dan berlebihan.
Metode Analisis Data
1. Analisis Deskriptif Kualitatif
Analisis deskriptif kualitatif adalah suatu metode analisis data yang digunakan untuk
mendeskripsikan fenomena secara mendalam. Fenomena dalam penelitian ini yaitu
penggunaan gadget dan sosial media secara berlebihan sehingga memerlukan pembatasan
yang disebut detoks sosial media. Sementara itu, menurut Kim et al. (2017), analisis ini
digunakan untuk menemukan pola dari suatu peristiwa. Pendekatan ini digunakan untuk
menganalisis dan mengetahui fenomena tersebut pada generasi muda.