Anda di halaman 1dari 4

Media Sosial menjadi lifestyle, Bagaimana Pengaruhnya

terhadap Atensi Belajar Mahasiswa?


Oleh

Kak (mohon diisi namanya kak) dan (mohon diisi juga nama dosennya)
Fakultas Psikologi, Universitas Mercubuana

Media sosial memegang peranan penting bagi kehidupan manusia. Berbagai aktivitas manusia
mulai dari yang sederhana hingga yang kompleks sangat membutuhkan peranannya. Berbagai
manfaat dirasakan hingga tanpa kita sadari terdapat beberapa aspek yang terganggu akibat
penggunaannya yang berlebihan. Salah satu aspek tersebut adalah atensi belajar mahasiswa.
Masifnya pembelajaran menggunakan media sosial menyebabkan sulitnya melakukan selective
attention terhadap pembelajaran. Dengan demikian, Bagaimana pengaruhnya terhadap atensi
belajar mahasiswa? Lalu, Apa yang dapat dilakukan oleh mahasiswa untuk meminimalisir
pengaruh tersebut?

Media Sosial sebagai Lifestyle

Penggunaan Media Sosial semakin hari semakin meningkat. Kini, hampir seluruh kegiatan
membutuhkan media sosial sebagai sarana penunjang dalam kehidupan. Terlebih pada kondisi
Pandemi sebelumnya, banyak kegiatan yang dialihkan dari offline menjadi online. Menurut data
we are social (Tekno Kompas, 2023), penggunaan media sosial di Indonesia menjadi 212,9 juta
jiwa yang meningkat 5% dibandingkan tahun 2022. Hal tersebut menyebabkan media sosial
memegang peranan penting agar kehidupan tetap berjalan sebagaimana mestinya.

Media sosial kerap digunakan sebagai sarana hiburan. Saat ini, media sosial sering kali
digunakan untuk menghilangkan rasa bosan. Untuk mengatasi kebosanan tersebut, media
sosial berguna sebagai sarana untuk mencari hiburan dan kesenangan untuk diri sendiri.
Menurut studi tentang social media habits and internet safety yang dilaksanakan oleh Populix,
di indonesia 3 sosial yang paling sering digunakan adalah Youtube, Instagram, dan Tiktok,
kemudian disusul oleh 2 aplikasi lain yaitu Facebook dan Twitter (Populix, 2022). Berdasarkan
survei tersebut, Penggunaan Media sosial sebagai media hiburan umumnya berfungsi untuk
mengisi waktu luang, melihat informasi terbaru, berhubungan dengan orang lain, dan
memberikan pendapat.

Selain itu, media sosial juga bermanfaat sebagai media belanja. Berdasarkan data Populix
dalam survei Platform e-commerce terfavorit (2022), aplikasi yang paling banyak digunakan
adalah Shopee, Tokopedia, Lazada, Bukalapak, JD.id, dan Blibli. Selain itu, terdapat beberapa
media sosial hiburan yang juga digunakan sebagai sarana berbelanja. Platform yang biasa
paling umum digunakan adalah Tiktok Shop (Populix, 2022). Terdapat juga berbagai platform
yang menyediakan bahan makanan sehari-hari seperti Happyfresh,SayurBox,
Tukangsayur.com, Tanihub, Brambang (Populix,2022). Keterlibatan sosial media di berbagai lini
kehidupan membuat sosial media mempengaruhi gaya hidup manusia saat ini. Hal tersebut
menyebabkan perkembangan yang terjadi pada sosial media mempengaruhi proses
berjalannya kehidupan di masa ini.

Perkembangan sosial media tersebut juga dirasakan oleh mahasiswa. Bukan hanya sebagai
sarana hiburan dan sarana berbelanja, sosial media juga berfungsi sebagai sarana
pembelajaran. Pembelajaran saat ini banyak memanfaatkan media sosial sebagai sarana
belajar. Aktivitas pembelajaran banyak menggunakan aplikasi Zoom, Google meet, Google
classroom, dan berbagai sosial media lainnya untuk menjadi penghubung komunikasi antara
mahasiswa dan dosen. Pemanfaatan sosial media sebagai media pembelajaran ini menjadikan
mahasiswa untuk terus aktif dan selalu mengecek notifikasi apapun yang muncul agar tidak
tertinggal informasi. Hal tersebut yang menjadikan media sosial bagian penting dari kehidupan
mahasiswa.

Meskipun media sosial memiliki berbagai manfaat dalam kehidupan, tanpa disadari kita menjadi
sangat bergantung dengannya. Pemakaian media sosial yang melewati batas pemakaian
seringkali membuat pengguna merasa tidak bisa berada jauh dari . Penelitian menemukan
adanya korelasi yang signifikan antara tingginya penggunaan sosial media dan permasalahan
atensi (Karpinski et al., 2012). Penggunaan sosial media yang berlebihan membuat mahasiswa
sulit untuk menyaring distraksi yang tidak diinginkan seperti notifikasi ketika mereka sedang
mengerjakan tugas (Ophir et al., 2009). Hal ini merupakan permasalahan yang membutuhkan
perhatian mengingat pembelajaran sebagian besar menggunakan media sosial sebagai sara
pembelajaran.

Seperti Apa Pengaruh Media Sosial terhadap Atensi Belajar Mahasiswa?

Pengaruh penggunaan media sosial yang berlebihan erat kaitannya dengan Atensi Belajar
Mahasiswa. Saat menggunakan media sosial, biasanya kita akan melihat dan mencari tahu
lebih dalam mengenai hal-hal yang terkait dengan minat. Seperti saat kita melihat melihat video
musik, kita akan memberikan atensi terhadap video tersebut sehingga saya tidak
memperhatikan hal-hal yang lain meskipun sedang berada ditempat umum yang ramai. Hal ini
biasa disebut dengan selective attention. Selective attention adalah kemampuan untuk fokus
pada satu hal selagi mengabaikan hal yang lain (Goldstein, 2019).

Keberadaan sosial media sebagai sarana pembelajaran membuat mahasiswa kesulitan


melakukan selective attention. Hal ini dikarenakan mahasiswa kesulitan untuk membatasi
informasi dan meninggalkan media sosialnya untuk fokus saat belajar. Terlebih semua
informasi mengenai pembelajaran saat ini paling sering diakses menggunakan media sosial.
Hal tersebut dapat menyebabkan penurunan atensi apabila saat belajar terdapat notifikasi yang
tidak sesuai dengan pembelajaran muncul dan ditambah notifikasi tersebut merupakan hal
yang menarik minat mahasiswa. Akibatnya, proses pembelajaran akan memakan waktu yang
lebih lama. Seiring dengan berjalannya waktu, Mahasiswa akan merasa kehidupan pribadinya
menjadi terlanggar dikarenakan proses belajar yang memakan banyak waktu dan energi
(Raharjo et al., 2020). Hal tersebut mendorong mahasiswa terhadap gejala stress dikarenakan
banyaknya tugas perkuliahan hingga keterbatasan pada pemahaman terkait materi yang
didapat (Kartika, 2021).

Selain itu, sosial media juga dapat menyebabkan cognitive overload pada mahasiswa.
Cognitive overload merupakan rasa kewalahan yang dialami oleh seseorang dikarenakan
banyaknya jumlah elemen informasi interaktif yang perlu diproses secara bersamaan sebelum
pembelajaran yang bermakna dapat dimulai (Van Gog et al., 2010 yang dikutip dalam Schmitt
et al., 2021). Hal ini terjadi dikarenakan mahasiswa akan merasa kelelahan dengan informasi
dari media sosial yang mereka terima secara terus-menerus. Informasi yang diterima belum
tentu berhubungan dengan pembelajaran sehingga akan menyebabkan penurunan atensi
mahasiswa. Media sosial pun akhirnya mengalami perubahan fungsi yang semula merupakan
sarana hiburan menjadi sarana pembelajaran yang menciptakan stressor baru. Akibatnya,
mahasiswa akan merasakan burnout.
Pada saat pandemi sebelumnya, seluruh proses pembelajaran di perkuliahan berlangsung
secara pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang bertumpu dengan penggunaan media sosial.
Penggunaan media sosial menjadi sangat masif dan menyebabkan durasi pembelajaran
terkadang berlangsung secara lebih lama dari yang semestinya. Mahasiswa menjadi terbebani
untuk mempertahankan atensinya agar dapat terus mengikuti pembelajaran sebagaimana
mestinya. Hal tersebut menyebabkan rasa kelebihan beban dalam penggunaan alat digital
dapat mengakibatkan pemrosesan informasi yang tidak efektif, kebingungan, kehilangan
kendali, stres psikologis atau bahkan peningkatan gejala depresi (Schmitt et al. (2021).
Akibatnya, kelelahan dalam mempertahankan atensi tersebut akhirnya menimbulkan stress
pada mahasiswa. Hal ini dibuktikan oleh pernyataan Fauziyyah et al. (2021), bahwa angka stres
pada mahasiswa di Indonesia selama perkuliahan jarak jauh rata-rata sebesar 55,1%.

Dengan demikian, Penggunaan sosial media sebagai sarana pembelajaran dapat memudahkan
aktivitas pembelajaran. Akan tetapi, hal tersebut tetap mempengaruhi atensi mahasiswa secara
negatif. Apabila penggunaan tersebut tidak diatur dan dikontrol dengan baik, hal ini dapat
menyebabkan berbagai permasalahan psikologis bagi mahasiswa seperti cognitive overload
yang berujung burnout, stress, dan depresi.

Apa Hal yang Dapat Mahasiswa lakukan?

Pengontrolan pada penggunaan media sosial penting untuk dilakukan agar penggunaan tidak
lagi melewati batas wajar. Berikut ini merupakan beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
mengontrol penggunaan sosial media.

1. Shaping
Menurut Mahanani, F. K. (2017), Shaping merupakan prosedur behavioral untuk
membentuk perilaku target dengan cara memberikan reinforcement pada berbagai
perilaku yang mendekati, hingga pada akhirnya terbentuk perilaku yang diinginkan
(perilaku target). Ketika perilaku yang mendekati perilaku target muncul, maka akan
diberikan reinforcement pada saat yang sama diberikan extinction untuk memadamkan
perilaku sebelumnya.

Dalam hal penerapan untuk mengontrol penggunaan media sosial, mahasiswa dapat
membuat Langkah-langkah berupa tahapan yang harus dicapai dari yang paling mudah
hingga yang lebih sulit untuk mengontrol penggunaan media sosial. Langkah yang
paling mudah adalah membatasi penggunaan dari yang sebelumnya 12 jam perhari
menjadi 8 jam perhari. Hal ini terus dapat dilakukan hingga membentuk suatu pola
kebiasaan atau yang biasa disebut dengan steady state behaviour.

2. Mengubah Kebiasaan
Untuk mengontrol penggunaan media sosial, Mahasiswa bisa melakukan perubahan
kebiasaan dengan mengubah bermain media sosial ketika bosan dengan membaca
buku, melakukan hobi, bersosialisasi dengan orang lain, dan lain-lain. Penggunaan
media sosial ketika merasa bosan adalah bentuk dari immediate reinforcement karena
dengan bermain media sosial, rasa bosan bisa dengan cepat menghilang dikarenakan
konten-konten yang menarik dari media sosial tersebut. Untuk mengubah kebiasaan ini,
mahasiswa bisa menggunakan adjusting schedule agar dapat mengubah tingkah laku
tersebut secara bertahap.
Referensi :

Fauziyyah, R., Awinda, R. C., & Besral, B. (2021). Dampak Pembelajaran Jarak Jauh terhadap
Tingkat Stres dan Kecemasan Mahasiswa selama Pandemi COVID-19. Jurnal
Biostatistik, Kependudukan, Dan Informatika Kesehatan, 1(2), 113.
https://doi.org/10.51181/bikfokes.v1i2.4656

Goldstein, B. E. (2019). Cognitive psychology: Connecting mind, research, and everyday


experience (5th ed.). Cengage Learning, Inc.

Kartika, R. (2020). Analisis Faktor Munculnya Gejala stres Pada Mahasiswa Akibat
pembelajaran Jarak Jauh di Masa Pandemi covid-19.
https://doi.org/10.31234/osf.io/nqesb

Mahanani, F. K. (2017). Operant Conditioning : Shaping dan Positive Reinforcement


Contingencies dari Perilaku “Off-Task menjadi On-Task”. Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah,
9(3), 276–289. https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/INTUISI/article/download/
14119/7723

Rahardjo, W., Qomariyah, N., Mulyani, I., & Andriani, I. (2020). Social media fatigue pada
mahasiswa di masa pandemi COVID-19: Peran neuroticisme, kelebihan informasi,
invasion of life, kecemasan, dan jenis kelamin. Jurnal Psikologi Sosial, 19(2), 142-152.
https://doi.org/10.7454/jps.2021.16

Populix. (2022). Social Media Habit and Internet Safety. https://info.populix.co/report/social-


media-habit-and-internet-safety-2/

Populix. (2022). Platform E-commerce Terfavorit Selama Pandemi.


https://info.populix.co/en/report/e-commerce-pilihan-konsumen-selama-pandemi-2/

Populix. (2022).The Social Commerce Landscape in Indonesia.


https://info.populix.co/report/the-social-commerce-in-indonesia/

Populix. (2022).Aplikasi Belanja Sayur Favorit Konsumen.


https://info.populix.co/en/report/aplikasi-belanja-sayur-pilihan-konsumen-2/

Schmitt, J. B., Breuer, J., & Wulf, T. (2021). From cognitive overload to Digital Detox:
Psychological implications of telework during the COVID-19 pandemic. Computers in
Human Behavior, 124, 106899. https://doi.org/10.1016/j.chb.2021.106899

Tekno kompas (2023). Pengguna internet di Indonesia tembus 212,9 Juta di Awal 2023.
KOMPAS.com. https://tekno.kompas.com/read/2023/02/13/19300087/pengguna-
internet-di-indonesia-tembus-212-9-juta-di-awal-2023?page=all

Anda mungkin juga menyukai