Anda di halaman 1dari 9

ABSTRAK

Keberadaan media sosial yang berkembang dengan pesat telah membuat sebagian besar remaja
tidak dapat terlepas dalam menggunakan media sosial pada kehidupan sehari-hari. Berdasarkan
hal tersebut, penulis ingin mengetahui faktor yang membuat remaja menjadi kecanduan terhadap
media sosial, dampak kecanduan terhadap kesehatan mental, serta solusi untuk mengatasi
dampak tersebut. 

Dengan menggunakan metode deskriptif analitis dan teknik pengumpulan data kuesioner, penulis
dapat mengetahui bahwa terdapat faktor yang menjadikan remaja memiliki rasa kecanduan, salah
satunya terdapat sindrom Fear of Missing Out (FoMo). Dengan adanya kecanduan dapat
membuat kesehatan mental terganggu seperti stres, tidak percaya diri, cemas, dan iri. Dampak ini
dapat diatasi dengan berbagai cara, salah satu yang paling efektif adalah dengan menggunakan
media sosial secara bijaksana.

Kata kunci : Media sosial, kecanduan, kesehatan mental

ABSTRACT

The existence of rapidly developing social media makes the majority of teenagers cannot be
separated from social media in their daily lives. Based on this, the author wants to find out the
factors that make teenagers become addicted to social media, addiction to mental health, and
also solutions to overcome these problems. By using descriptive analysis methods and
questionnaire data collection techniques, the author can find out what is meant by the facts that
make adolescents have addiction, one of which is Fear of Missing out (FoMo). With addiction
can make mental avoid stress, not confident, anxious, and jealous. This impact can be overcome
in various ways, one of the most effective is to use social media wisely.

Keyword: Social media, addiction, mental health

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi ini, teknologi telah berkembang dengan pesat. Hal itu dibuktikan dengan
adanya kemudahan mengakses internet untuk terhubung dengan banyak orang dari berbagai
belahan dunia tanpa harus bertatap muka secara langsung, hanya menggunakan berbagai media
soaial yang ada, seperti facebook, instagram, twitter, path, dan lain-lain. Media sosial adalah
media online yang mendukung interaksi sosial dengan menggunakan teknologi berbasis web
yang mengubah komunikasi menjadi dialog interaktif dan merupakan salah satu perkembangan
teknologi yang memiliki andil besar dalam memberikan kemudahan bagi keberlangsungan
berbagai kegiatan yang dilakukan oleh manusia. Berdasarkan hasil riset Wearesosial Hootsuite
yang dirilis pada Januari 2019, pengguna media sosial di Indonesia mencapai 150 juta atau
sebesar 56% dari total populasi. Sebagian besar dari pengguna tersebut adalah remaja. Media
sosial bagi para remaja merupakan hal yang penting tidak hanya sebagai tempat memperoleh
informasi yang mernarik tetapi juga sudah menjadi gaya hidup. Banyak pelajar yang tidak ingin
dianggap ketinggaan zaman karena tidak memiliki akun media sosial.

Kemunculan media sosial memang masih menuai pro dan kontra hingga saat ini. Di satu sisi
banyak yang merasa diuntungkan, di sisi lain media sosial dianggap memengaruhi kehidupan
sosial secara nyata dan kesehatan mental. Media sosial bisa membuat yang semula kawan jadi
lawan, cinta jadi prasangka, bahagia jadi sengsara dan emosi lainnya yang di luar nalar logika.
Adanya media sosial menjadikan khususnya remaja memiliki sifat terlalu terbuka akan dirinnya
dihadapan orang lain, bahkan dengan orang yang belum dikenalnya. Hal itu sangat didukung
dengan kemunculan smartphone yang menyediakan kebebasan bersosial media dan provider
yang menyediakan layanan sosial media dengan harga yang murah. Dengan begitu remaja dapat
melupakan batasan-batasan pergaulan yang seharusnya mereka ketahui. Media sosial juga dapat
membawa kita ke suatu pola budaya yang akan merubah pola pikir yang pada akhirnya dapat
membuat seseorang menjadi kecanduan terhadap media sosial.

2. Rumusan Masalah

a. Faktor apa yang membuat remaja kecanduan dalam menggunakan media sosial ?

b. Sejauh mana dampak kecanduan penggunaan media sosial terhadap kesehatan mental remaja ?

c. Bagaimana cara mengatasi dampak kecanduan penggunaan media sosial terhadap kesehatan
mental remaja ?

3. Tujuan Penelitian

a. Mengidentifikasi faktor yang membuat remaja kecanduan dalam menggunakan media sosial.

b. Mengidentifikasi sejauh mana dampak kecanduan penggunaan media sosial terhadap


kesehatan mental remaja.

c. Mengidentifikasi dampak kecanduan penggunaan media sosial terhadap kesehatan mental


remaja.

4. Manfaat Penelitian

a. Untuk penulis

i. Mengetahui faktor yang membuat remaja kecanduan dalam menggunakan media sosial.
ii. Mengetahui dampak kecanduan penggunaan media sosial terhadap kesehatan mental remaja.

iii. Mengetahui dampak kecanduan penggunaan media sosial terhadap kesehatan mental remaja.

b. Untuk pembaca

i. Mengetahui faktor yang membuat remaja ketergantungan dalam menggunakan media sosial.

ii. Mengetahui dampak ketergantungan penggunaan media sosial terhadap kesehatan mental
remaja.

iii. Mengetahui dampak ketergantungan penggunaan media sosial terhadap kesehatan mental
remaja.

c. Untuk remaja

i. Mengetahui faktor yang membuat remaja ketergantungan dalam menggunakan media sosial

ii. Mengurangi dampak ketergantungan penggunaan media sosial terhadap kesehatan mental
remaja.

iii. Menerapkan solusi untuk mengatasi dampak penggunan media sosial terhadap kesehatan
mental remaja.

 METODE

Dalam proses pembuatan artikel ini, penulis menggunakan metode deskriptif analitis untuk
mendapatkan data. Adapun pengertian dari metode deskriptif analitis menurut (Sugiono: 2009;
29) adalah suatu metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran
terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya
tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Dengan kata lain
penelitian deskriptif analitis mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-
masalah sebagaimana adanya saat penelitian dilaksanakan, hasil penelitian yang kemudian diolah
dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya.

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka
mencapai tujuan penelitian. Penulis menggunakan teknik pengumpulan data berupa kuesioner.
Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab yang
berhubungan dengan judul penelitian. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner
campuran berupa perpaduan antara bentuk kuesioner terbuka dan tertutup.
Untuk mendapatkan data, penulis menggunakan sampel karena terdapat keterbatasan untuk
menjangkau seluruh populasi berupa remaja yang ada di seluruh Indonesia. Sampel yang diambil
adalah remaja yang berada di SMPN 36 BANDUNG dengan rentang usia 12-15 tahun dengan
tujuan memperoleh data yang berkaitan dengan rumusan masalah penelitian. Instrumen yang
digunakan berupa kertas kuesioner.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Faktor yang membuat remaja kecanduan dalam menggunakan media sosial

Berdasarkan penelitian yang saya lakukan dengan membagikan kuesioner kepada sampel remaja
di SMPN 36 BANDUNG, mereka cenderung menggunakan media sosial saat ada waktu luang,
merasa tidak ada kerjaan, atau sekadar menunggu sesuatu. Terlebih dari itu hampir 70% dari
mereka menggunakan media sosial secara berlebihan, mereka bisa menghabiskan berjam-jam
hanya untuk memantau media sosial mulai dari instagram, pindah ke twitter, buka snapchat, dan
lainnya. Hal tersebut tentunya dapat mengganggu waktu belajar sehingga mereka cenderung
tidak bisa membagi waktu dengan baik. Banyak remaja yang terlarut dalam media sosial
sehingga menjauhkan yang dekat, mendekatan yang jauh memang benar adanya padahal tujuan
awal keberadaan media sosial adalah untuk membuat manusia bersosial, kini media sosial telah
bermetamorfosis menjadi media asosial.. Aktivitas tersebut telah menjadi kebiasaan baru di era
milenial saat ini. Kebiasaan baru ini menyebabkan munculnya rasa kehilangan ketika gawai lupa
dibawa kemana-mana. Seseorang cenderung akan merasa aneh karena tidak bisa berselancar di
media sosial tanpa gawai, seolah-olah gawai lebih berarti dari segalanya.

Media sosial memang terbukti menyebabkan kecanduan. Kegiatan ketika seseorang segera
membuka media sosial di smartphone adalah proses kecanduan tahap awal. Tahap selanjutnya
ketika seseorang merasa cemas menunggu balasan pesan atau harapan ada pesan atas status yang
kita buat di media sosial sehingga jika mendengar nada dering pesan yang diharapkan, dapat
menimbulkan perasaan lega. Menurut sebuah survei, sejak kemunculannya media sosial telah
membuat orang mengecek ponselnya rata-rata 28 kali. Kecanduan media sosial, kecintaan yang
teramat berlebihan kepada medsos dapat melupakan prioritas seseorang kepada lingkungan
sekitar. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kecanduan media sosial pada remaja yaitu
sebagai berikut :

a. Ajang mencari perhatian

Kemunculan media sosial telah memberikan kebebasan kepada setiap penggunanya. Sudah
menjadi suatu fakta bahwa remaja di Indonesia gemar memposting segala sesuatu yang
berhubungan dengan dirinya di berbagai produk media sosial yang ada seperti instagram. Telah
banyak orang yang merasakan keresahan dalam hidup, lalu meluapkannya di media sosial. Pada
kenyataannya banyak remaja yang membuat status ketika ia sedang sedih, hal itu dilakukan
semata-mata untuk mencari perhatian dari orang lain yang melihat statusnya. Rasanya seluruh
dunia harus tahu apa yang ia alami dan lakukan.
b. Memicu perasaan senang

Media sosial dapat memberi kemudahan dalam berbelanja dan menjual barang-barang kebutuhan
sehari-hari. Bagi seseorang yang sedang membutuhkan sesuatu namun tidak sempat untuk
membelinya di toko offline, peran media sosial sangatlah berarti dan dapat menimbulkan rasa
senang. Melihat status atau postingan orang lain yang sedang bahagia juga dapat membuat
pengguna media sosial merasakan hal yang sama. Dengan adanya media sosial juga dapat
memudahkan remaja dalam mencari informasi mengenai idolanya dengan mudah.

c. Rasa ingin tahu yang tinggi

Dengan adanya kemudahan dalam mengakses informasi, membuat remaja selalu ingin tahu
sesuatu yang sedang terjadi di berbagai belahan dunia sehingga mereka selalu menghabiskan
waktu untuk memainkan media sosial.

d. Keinginan untuk menjadi populer

Dengan pertumbuhan media sosial yang terbilang progresif di Indonesia, bahkan disebut sebagai
salah satu pasar paling potensial di Asia, membuat banyak orang memanfaatkan berbagai
platform online untuk menjadi terkenal karena pada dasarnya setiap orang ingin diakui dan hal
itu bisa memberi kepuasan psikologi. Keinginan untuk eksis atau populer diterjemahkan sebagai
salah satu motivasi seseorang untuk beraktivitas di media sosial. Sebuah penelitian bahkan
menyatakan bahwa kebutuhan untuk populer adalah prediktor terkuat yang mendorong orang
untuk selalu bermedia sosial. Dengan menjadi seseorang yang terkenal, mereka merasa akan
lebih diakui oleh orang disekitarnya.

e. Tempat untuk mengetahui tren masa kini

Dalam media sosial terdapat berbagai macam informasi mengenai gaya hidup masa kini yang
berhubungan dengan mode, makanan, dan hal yang menarik untuk diperbincangkan. Pengguna
media sosial khusunya remaja selalu ingin mengikuti perkembangan tren masa kini agar tidak
ketinggalan zaman. Hal ini lah yang membuat remaja sering menggunakan media sosial.

f. Adanya sindrom Fear of Missng Out

Fear of Missing Out atau FoMo adalah suatu fenomena yang erat kaitannya dengan gen milenial.
FoMo merupakan sebuah fenomena kecemasan yang dirasakan oleh seseorang. Kecemasan yang
dialami terkait perasaan takut kehilangan atau tertinggal sesuatu oleh keseruan yang kejadian di
luar sana. Para peneliti menyatakan, semakin banyak seseorang menghabiskan waktu pada media
sosial, semakin besar kemungkinanmu mengalami masalah kesehatan mental. FoMo turut
menjadi salah satu alasan untuk menghabiskan waktu di media sosial.
Seseorang yang sudah dilanda FoMo akan merasa menyesal jika ia terlambat atau bahkan tidak
ikut dalam sebuah keseruan yang terjadi dan merasa bahwa mendapatkan informasi terkait
pengalaman atau aktivitas orang lain adalah sebuah kebutuhan. Jika sudah seperti ini, membuka
smartphone dan terhubung dengan dunia maya menjadi kebutuhan yang sangat penting.

2. Dampak kecanduan media sosial terhadap kesehatan mental remaja

Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat menyebabkan kecanduan. Hal ini bisa
memberikan efek buruk bagi kesehatan mental. Kesehatan mental merupakan sebuah kondisi
dimana individu terbebas dari segala bentuk gejala-gejala gangguan mental. Individu yang sehat
secara mental dapat berfungsi secara normal dalam menjalankan hidupnya khususnya saat
menyesuaikan diri untuk menghadapi masalah-masalah yang akan ditemui sepanjang hidup
seseorang dengan menggunakan kemampuan pengolahan stress. Melihat foto atau video yang
diunggah oleh seseorang, secara tidak langsung dapat memengaruhi diri kita. Pengaruh tersebut
berkenaan dengan harga diri dan penilaian terhadap diri sendiri. Ketika seseorang
membandingkan suatu unggahan terhadap keadaan dirinya sendiri, dapat menimbulkan berbagai
penyakit yang berhubungan dengan mental. Persoalan nyata yang berkaitan dengan masalah
kesehatan mental yang sering muncul dari media sosial antara lain:

a. Tidak percaya diri

Saat menghabiskan banyak waktu di sosial media, seseorang biasanya akan memperhatikan
beragam unggahan foto hingga kabar terbaru dari teman-teman yang mereka ikuti. Melihat
unggahan foto-foto yang indah tentang kehidupan pribadi orang lain di sosial media terkadang
akan memunculkan rasa tidak percaya diri dan menganggap jika diri sendiri tidak lebih baik dari
orang lain.

b. Stres

Stres adalah keadaan ketika seseorang mengalami tekanan yang sangat berat, baik secara emosi
maupun mental. Semakin sering seseorang menggunakan media sosial, semakin menjauhkan
kebahagiaan. Hal ini terjadi karena media sosial dapat memberikan seseorang efek tidak puas
dalam kehidupan nyata yang sedang dijalaninya karena semakin ke sini, media sosial semakin
menjadi ajang untuk pamer. Tak jarang, seorang yang kena efek media sosial jadi sering
membandingkan hidupnya dengan hidup orang lain

c. Cemas

Kecemasan yang disebabkan media sosial ditandai dengan perasaan gelisah, khawatir, susah
tidur dan berkonsentras karena selalu terbayang-bayang dengan apa yang telah dilihatnya.

d. Iri hati
Terlalu sering melihat kebahagian orang lain dapat menimbulkan rasa rendah diri sekaligus iri
hati. Hal ini tentunya tidak baik bagi perkembangan remaja.

3. Cara mengatasi dampak kecanduan penggunaan media sosial terhadap kesehatan mental
remaja

Menggunakan media sosial haruslah diimbangi dengan kebijaksanaan dan kecerdasan. Harus
bisa memilah apa saja yang sekiranya kita butuhkan di media sosial sehingga saat melihat media
sosial, justru kita akan merasa terinspirasi dan bahagia. Tak akan ada gunanya memiliki media
sosial jika pada akhirnya kita hanya merasakan depresi, kecemasan, hingga rasa iri hati dan
obsesi berlebihan karena akan buruk bagi kesehatan mental kita.

Perkembangan teknologi di era globalisasi memiliki pengaruh yang besar terhadap hidup
masyarakat dunia dalam berbagai aspek. Pengaruh tersebut salah satunya berdampak pada
perubahan kebiasaan manusia. Duduk berjam-jam, bahkan seharian, menelusuri lini masa media
sosial sudah menjadi sesuatu yang lumrah di zaman sekarang. Namun, berdasarkan penelitian,
kebiasaan ini bukan kebiasaan yang baik. Terdapat beberapa cara untuk mengatasi kecanduan
media sosial khususnya bagi remaja sebagai berikut :

a. Offline sejenak dari media sosial

Alihkan penggunaan media sosial dengan memperbanyak sosialisasi di kehidupan nyata, seperti
dengan keluarga atau teman yang mendukung dan peduli denganmu.

b. Buat batasan yang tegas untuk penggunaan media sosial

Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan alarm atau stopwatch untuk mengontrol
penggunaan media sosial setiap harinya. Menurut para ahli, ketika seseorang sudah terbiasa
membatasi waktu yang digunakan di media sosial, akan membuat kita bisa mengatur diri sendiri
untuk tidak ketergantungan terhadap platform tersebut.

c. Cari kegiatan yang lebih bermanfaat

Semakin sibuk seseorang menghabiskan waktu di kegiatan lainnya seperti berolahraga, kumpul
bersama keluarga atau teman-teman, maka semakin tak ada waktu untuk terpaku pada media
sosial. Hal tersebut akan efektif untuk mengurangi intensitas berselancar di media sosial.

d. Gunakan secara bijak

Sebelum melakukan sesuatu di media sosial ada baiknya dipikirkan terlebih dahulu karena
menggunakan media sosia dengan bijak akan mendatangkan berbagai macam manfaat.
e. Matikan notifikasi

Dengan mematikan notifikasi, seseorang akan lebih fokus dalam melakukan sesuatu yang sedang
dikerjakan.

SIMPULAN

Kemunculan media sosial dapat mempermudah kehidupan manusia, hampir semua kebutuhan
manusia dapat diselesaikan, mulai dari pemenuhan kebutuhan sehari-hari, bersosialisasi, mencari
informasi sampai kepada pemenuhan kebutuhan hiburan. Namun dibalik manfaat tersebut
terdapat dampak negatif khususnya bagi remaja yang merupakan pengguna media sosial yang
mendominasi di Indonesia. Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat menyebabkan
kecanduan. Ternyata terdapat hubungan antara kecanduan media sosial remaja dan kesehatan
mental. Semakin sering seseorang berselancar di media sosial, akan semakin memperbesar
kemungkinan adanya gangguan kesehatan mental, seperti tidak percaya diri, stres, cemas, dan iri.
Berselancar di media sosial secara berlebihan telah menjadi suatu budaya baru bagi remaja
Indonesia, adanya sindrom Fear of Missng Out menjadi salah satu faktor yang menyebabkan
mereka rela mengabisakan waktu berjam-jam di media sosial. Menggunakan media sosial
dengan bijak dapat mengurangi dampak keanduan bagi remaja. Mereka harus bisa memilih apa
saja yang sekiranya dibutuhkan di media sosial sehingga saat melihat media sosial, justru akan
merasa terinspirasi dan bahagia. Tak akan ada gunanya memiliki media sosial jika pada akhirnya
kita hanya merasakan depresi, kecemasan, hingga rasa iri hati dan obsesi berlebihan karena akan
buruk bagi kesehatan mental.

                                                                         
DAFTAR PUSTAKA

Hootsuite. 2019. Berapa Pengguna Media Sosial Indonesia ?


di https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/02/08/berapa-pengguna-media-sosial-
indonesia

Utsman. 2015. Pengertian pakar di http://www.pengertianpakar.com/2015/04/pengertian-


kesehatan-mental.html

Halodoc. 2018. 6 Cara Mengatasi Kecanduan Media Sosial 

Rama. 2016. Media Sosial Sebagai Sarana Mencerdaskan Masyarakat

Siti. 2016. Pengertian Dari Metode Deskriptif Analitis Menurut Sugiono

Wahyunanda. 2018. Riset Ungkap Pola Pemakaian Medsos Orang Indo

Groovy. 2019. FOMO, Fenomena Takut Tertinggal di Kalangan Milenial

Anda mungkin juga menyukai