Anda di halaman 1dari 10

MINI RISET DAN PROJEK

MK. PENGANTAR MATERI IPS

DIDIK PRODI S1 PPKn - FIS

Skor Nilai :

PENYALAHGUNAAN DAN KECANDUAN MEDIA SOSIAL DIKALANGAN REMAJA

DITUJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PENGANTAR MATERI IPS

NAMA MAHASISWA : Agnes Chintya Siringoringo

NIM : 3213111001

DOSEN PENGAMPU : Dey Setiawan, M.Si

MATA KULIAH : Pengantar Materi IPS

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAl

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEI 2023
PENDAHULUAN

Sebagai makhluk sosial, manusia hidup tidak bisa sendirian dan membutuhkan orang lain.
Menurut Rahman (2013, hlm. 2) mengatakan secara ilmiah, individu mempunyai panggilan
untuk selalu hidup bersama orang lain dan berinteraksi.Perkembangan teknologi yang pesat,
terutama dalam bidang media sosial, telah mengubah cara manusia berinteraksi dan
bersosialisasi. Media sosial memungkinkan orang untuk terhubung dengan orang lain dari
berbagai belahan dunia, mengakses informasi, berbagi pengalaman, dan membangun jejaring
sosial secara online. Namun, perkembangan ini juga membawa konsekuensi negatif, terutama
bagi remaja yang rentan terhadap kecanduan.
Salah satu dampak negatif yang dapat timbul adalah kecanduan media sosial. Remaja sering
kali merasa tergoda untuk terus memeriksa dan berinteraksi dengan media sosial mereka. Mereka
dapat menghabiskan waktu yang berlebihan di platform tersebut, mengabaikan tugas sekolah,
aktivitas fisik, dan interaksi sosial di dunia nyata. Hal ini dapat mengganggu perkembangan
mereka dalam berbagai aspek kehidupan, seperti prestasi akademik, kesehatan mental, dan
hubungan sosial.
Kecanduan media sosial pada remaja juga dapat mempengaruhi kesehatan mental mereka.
Terlalu sering terlibat dalam media sosial dapat menyebabkan perasaan rendah diri, kecemasan,
dan depresi. Remaja sering kali membandingkan diri mereka dengan orang lain yang terlihat
"sempurna" di media sosial, dan hal ini dapat merusak persepsi mereka tentang diri sendiri dan
meningkatkan tekanan sosial. Selain itu, adanya risiko cyberbullying atau pelecehan online juga
dapat mempengaruhi kesehatan mental remaja.
Selain dampak pada kesehatan mental, kecanduan media sosial juga dapat berdampak negatif
pada kualitas tidur remaja. Penggunaan media sosial larut malam atau bahkan di tempat tidur
dapat mengganggu pola tidur yang sehat. Gangguan tidur dapat menyebabkan kelelahan fisik,
penurunan konsentrasi, dan penurunan kinerja sekolah.
PEMBAHASAN

1. Media Sosial
Perkembangan di era milenial saat ini membawa perubahan dan kemajuan di bidang
teknologi, informasi dan komunikasi. Kemajuan ini ditandai dengan aplikasi penghubung seperti
media sosial yang memberikan kemudahan pada setiap orang untuk terhubung agar dapat
berinteraksi dan bersosialisasi dengan setiap orang dari jarak jauh. Media sosial adalah aplikasi
penghubung banyak orang dalam satu lini masa tertentu (Ardi & Sukmawati, 2019). Media sosial
memiliki sifat yang interaktif dan umpan balik yang membuat antar pengguna dapat saling
berhubungan, berbagi informasi dan berkolaborasi (Bosman & Zagenczyk, 2011).
Beberapa aplikasi di media sosial menyediakan informasi bagi setiap orang dari setiap
belahan dunia berupa informasi, berita, foto, atau video peristiwa aktifitas seseorang. Sehingga
media sosial menjadi alternatif untuk membangun dan menjalin koneksi setiap (Young & Abreu,
2015). Teknologi informasi dengan fasilitas seperti facebook, instagram, whatsapp dan aplikasi
lainnya sebagai alat multifungsi, menyebabkan remaja menggunakan teknologi secara positif
maupun negatif (Sari, Ilyas & Ifdil, 2017). Media sosial saat ini dapat digunakan sebagai media
informasi tercepat dan termurah yang berguna bagi semua orang dari berbagai belahan dunia
manapun untuk berinteraksi dengan mudah, namun disisi lain media sosial memiliki dampak
negatif seperti berkurangnya interaksi sosial interpersonal secara langsung dengan bertatap
muka, hal ini memungkinkan timbulnya kecanduan yang berlebihan terhadap media sosial.
Media sosial yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari saat ini menjadi suatu kebiasaan
atau kebutuhan yang semakin lumrah dan tanpa disadari membawa efek negatif di kehidupan
seperti kecanduan (Andreassen & Pallesen, 2014). Kecanduan merupakan perilaku
ketergantungan dengan suatu fasilitas yang menjadi kebiasaan. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan pada siswa di Amerika dengan usia 13 sampai 17 tahun, 90% diantaranya adalah
pengguna media sosial, dan 35% diantaranya menggunakan media sosial secara berulang-ulang
setiap harinya yang memungkinkan remaja mengalami kecanduan media sosial (Kiracaburun,
2016).
2. Kecanduan Media Sosial Pada Remaja
Remaja meruapakan fase pencarian identitas diri yang membutuhkan peran dari keluarga,
serta lingkungan seperti teman sebaya, di masa ini remaja juga berada dalam kondisi
kebingungan karena ketidakmampuan menentukan aktifitas yang bermanfaat untuk dirinya, serta
keingintahuan terhadap hal yang belum diketahuinya (Aprilia, Sriati & Hendrawati, 2018) hal
inilah yang membuat remaja rentan mengalami masalah kecanduan. Salah satu penyebab
kecanduan media sosial dengan intensitas yang tinggi adalah rasa khawatir akan ketinggalan
informasi sehingga terarah pada munculnya perilaku penggunaan yang berlebihan (Fathadhika &
Afriani, 2018). Seseorang dapat berada pada kategori kecanduan apabila mengakses media sosial
berkisar 5-6 jam sehari (Syamsoedin, Bidjuni & Wowiling, 2015).
Kemudian hal lain yang mempengaruhi munculnya kecanduan adalah pemikiran seseorang
terhadap suatu sering kali mengakibatkan masalah perasaan seperti depresi, kecemasan,
kemarahan, dan penghinaan. Selain itu pemikiran ini juga dapat menyebabkan seseorang
berperilaku disfungsional seperti obsesif, penundaan dan kecanduan (Prout & Fedewa, 2015).
Orang yang kecanduan media sosial menggunakan suatu fasilitas atau aplikasi tertentu untuk
memenuhi kebutuhannya agar merasa lebih baik, meskipun kemungkinan intensitas
penggunaannya akan semakin tinggi (Farmer & Chapman, 2016). Hal ini menunjukkan bahwa
beberapa orang akan mengakses media sosial untuk memenuhi kebutuhannya untuk melepaskan
diri dari rasa tidak nyaman yang tanpa disadari memberikan dampak negatif yang lebih tinggi
yaitu kecanduan media sosial (Winther, 2013). Remaja saat ini mengakses media sosial untuk
berkomunikasi dengan bertukar pesan, hiburan, browsing informasi, sebagai tempat pelarian dari
maslah dan lainnya, penggunaan inilah yang memungkinkan seorang remaja mengalami
kecanduan.
Karakteristik yang mempengaruhi munculnya perilaku kecanduan media sosial adalah
salience, mood modification, tolerance, withdrawal, conflict, dan relapse (Griffiths, 2005).
Kecanduan merupakan diagnosis psikologis yang serius berdasarkan kriteria spesifik yang
mengganggu kehidupan manusia (Parks, 2013). Sejalan dengan hal itu Coombs & Howatt juga
menyatakan kecanduan diwujudkan melalui penggunaan bahan kimia atau perilaku, kecanduan
pada umumya memiliki beberapa karakteristik (Coombs & Howatt, 2005) diantaranya adalah 1)
compulsive use merupakan penggunaan kompulsif yang memiliki tiga elemen, penguatan,
keinginan, dan kebiasaan. Penguatan terjadi saat zat atau perilaku adiktif pertama kali digunakan
memberikan kesenangan atau kenyamanan. Ketika seseorang terus menelan substansi atau
terlibat dalam perilaku, toleransi berkembang dan dibutuhkan dosis yang lebih besar untuk
mendapatkan kesenangan atau kenyamanan yang diinginkan, 2) loss of control artinya
kehilangan kendali pada diri sendiri membuat pengguna media sosial tidak bisa memprediksi
atau menentukan berapa banyak waktu yang telah dihabiskan hanya untuk membuka media
sosial. Begitu pengguna yang mengalami kecanduan membuka media sosialnya, ia akan sulit
atau tidak bisa berhenti dari aktivitasnya di media sosial, 3) continued use despite adverse
consequences artinya adanya konsekuensi negatif jika perilaku tetap dilanjutkan. Seseorang yang
mengalami kecanduan mungkin tidak menyadari konsekuensi negatif yang dapat merugikan
dirinya, 4) tolerance, toleransi merupakan adaptasi seseorang terhadap apa yang digunakannya
secara terus-menerus yang mengakibatkan kebutuhan penggunaan media sosial semakin banyak
dalam artian durasi penggunaan yang berlebihan, 5) withdrawal yang merupakan gejala
penarikan yang muncul akibat perilaku yang dihentikan, pengguna media sosial yang mengalami
kecanduan akan mengalami efek yang tidak menyenangkan seperti perasaan yang tidak nyaman
atau kekurangan akan suatu hal ketika tidak mengkses media sosialnya.

3. Upaya Menangani Kecanduan Media Sosial Pada Remaja


Ada beberapa langkah dalam penanggulan akibat kecanduan media sosial, sebagai berikut:
1. Batasi penggunaan media sosial
Dalam mengatasi kecanduan media sosial, pengguna harus membatasi jumlah waktu
yangdigunakan untuk bermainmedia sosial setiap hari dengan menggunakan alarm atau
stopwatch untuk mengontrol penggunaan media sosial. Ketika pengguna media sosial sudah
terbiasa untuk membatasi penggunaan media sosial, maka pengguna mampu mengontrol diri
untuk tidak kecanduan pada media sosial. Kemudian alihkan kepada interaksi secara langsung
dengan orang lain, seperti keluarga atau teman.
Memperkenalkan batasan waktu yang jelas untuk menggunakan media sosial adalah langkah
penting dalam mengatasi kecanduan. Dengan menggunakan alarm atau stopwatch, pengguna
diberi peringatan ketika waktu yang ditetapkan telah habis, yang dapat membantu mereka
mengontrol dan mengurangi penggunaan media sosial yang berlebihan. Dengan membatasi
waktu yang dihabiskan di media sosial, pengguna dapat mengalokasikan waktu mereka untuk
aktivitas lain yang lebih produktif atau bermakna.
Dengan mengikuti batasan waktu yang ditetapkan secara konsisten, pengguna dapat
membangun kebiasaan yang lebih baik dalam mengontrol penggunaan media sosial. Dengan
melatih diri untuk menghentikan aktivitas media sosial pada waktu yang ditentukan, pengguna
akan menjadi lebih sadar dan mampu mengendalikan dorongan impulsif untuk terus terlibat
dalam media sosial.
2. Cari informasi lain selain dari media sosial
Media sosial digunakan juga untuk mencari informasi. Apabila tujuan penggunaan media
sosial untuk itu, maka beralihlah dalam mencari informasi dari sosial media menjadi membaca
koran atau dengan melihat berita di televisi. Koran dan berita televisi umumnya mengikuti
standar jurnalistik yang ketat, dengan melibatkan proses verifikasi dan penelitian sebelum
publikasi. Ini membantu memastikan bahwa informasi yang disampaikan adalah akurat dan dapat
dipercaya. Di media sosial, informasi sering kali tidak diverifikasi dengan baik dan dapat
tersebarluasnya berita palsu atau tidak akurat dengan cepat.
Sumber informasi di koran dan berita televisi sering kali berasal dari berbagai sumber yang
berbeda, termasuk jurnalis yang terlatih, koresponden lapangan, dan pakar dalam bidang tertentu.
Ini membantu memastikan bahwa perspektif yang beragam dihadirkan dalam laporan berita. Di
media sosial, informasi sering kali berasal dari individu atau kelompok tertentu yang mungkin
memiliki kepentingan atau sudut pandang yang terbatas.
Koran dan berita televisi cenderung menyediakan konteks yang lebih lengkap dalam laporan
berita mereka. Mereka seringkali menyajikan latar belakang, sejarah, dan analisis mendalam
tentang topik tertentu. Di media sosial, informasi seringkali disampaikan dalam bentuk yang
lebih singkat dan tidak selalu memberikan konteks yang memadai
3. Mencari kegiatan yang positif
Dalam membatasi penggunaan media sosial pengguna perluuntuk mencari kegiatan yang
positif. Semakin sibuk seseorang, maka semakin sedikit pula seseorang untuk menggunakan
media sosial. Alihkan penggunaan media sosial dengan cara berolahraga atau berkumpul
bersama keluarga. Perbanyak aktivitas yang memberikan rasa nyaman pada badan dan juga pada
pikiran, bermeditasi, berolahraga, berkelana keluar untuk mencari udara segar atau melakukan
aktivitas di luar rumah.
Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat menyebabkan ketergantungan dan
mengganggu produktivitas serta interaksi sosial yang sebenarnya. Dengan mencari kegiatan
positif sebagai pengganti media sosial, pengguna dapat mengurangi ketergantungannya dan
mengalihkan fokusnya pada hal-hal yang lebih bermanfaat.
Berolahraga adalah salah satu kegiatan positif yang dapat dilakukan untuk menggantikan
penggunaan media sosial. Olahraga memiliki banyak manfaat untuk kesehatan fisik, seperti
meningkatkan kebugaran, mengurangi risiko penyakit kronis, dan meningkatkan energi. Selain
itu, berolahraga juga dapat meningkatkan kesehatan mental dengan merangsang pelepasan
endorfin yang meningkatkan suasana hati dan mengurangi stres.
Menggantikan penggunaan media sosial dengan berkumpul bersama keluarga atau teman-
teman dapat memperkuat hubungan sosial. Melakukan kegiatan bersama dapat menciptakan
ikatan yang lebih kuat, meningkatkan komunikasi, dan memperluas jaringan sosial. Ini juga
memberikan kesempatan untuk berbagi pengalaman dan saling mendukung secara langsung.
Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat mengganggu keseimbangan antara
kehidupan online dan kehidupan nyata. Dengan mencari kegiatan positif di luar rumah, seperti
berkelana atau beraktivitas di alam, pengguna dapat menciptakan keseimbangan yang sehat
antara waktu yang dihabiskan di depan layar dan waktu yang dihabiskan di dunia nyata. Hal ini
dapat memberikan kesegaran dan perspektif baru dalam kehidupan sehari-hari.
Mencari kegiatan positif yang memberikan rasa nyaman pada badan dan pikiran, seperti
meditasi, dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang. Meditasi membantu mengurangi stres,
meningkatkan fokus, dan menciptakan kedamaian batin. Dengan menggantikan penggunaan
media sosial dengan meditasi, pengguna dapat mencapai keseimbangan emosional dan
meningkatkan kesejahteraan secara kesel
4. Menggunakan media sosial dengan bijak
Membatasi penggunaan media sosial bukan berarti mengurangi beraktivitas menggunakan
media sosial menjadikan media sosial sesuatu hal yang negatif. Dalam penggunaan media sosial
tentu memiliki manfaat apabila seseorangmenggunakan media sosial tersebut dengan bijak.
Membatasi penggunaan media sosial adalah langkah yang penting dalam menjaga keseimbangan
dan kesejahteraan pribadi. Media sosial dapat menjadi candu yang menghabiskan banyak waktu
dan energi kita. Terlalu banyak waktu yang dihabiskan di media sosial dapat mengganggu
produktivitas, hubungan sosial yang nyata, dan kesejahteraan mental. Dengan membatasi waktu
yang dihabiskan di media sosial, kita dapat mengalokasikan lebih banyak waktu untuk kegiatan
yang lebih bermanfaat dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.
5. Lepas dan hapus
Pilihan ini dilakukan apabila seseorang memang benar-benar ingin melepaskan diri dari
penggunaan media sosial. Hapus aplikasi dari handphone, kemudian tidak membeli paket data
atau tidak menyambungkannya kepada jaringan wifi sehingga intensitas penggunaan media osial
akan menjadi berubah. Dengan menghapus aplikasi media sosial dari ponsel dan tidak terhubung
ke internet, seseorang mengurangi aksesibilitas media sosial secara langsung. Dalam banyak
kasus, akses mudah dan konstan ke aplikasi media sosial membuatnya sulit untuk menghindari
godaan untuk menggunakannya. Dengan menghilangkan aksesibilitas ini, individu dapat
memaksa diri mereka sendiri untuk tidak terlibat dalam penggunaan media sosial.
Media sosial seringkali dapat menciptakan kecanduan dan ketergantungan. Dengan tidak
memiliki aplikasi media sosial di ponsel dan tidak terhubung ke internet, seseorang mengurangi
kemungkinan untuk menjadi tergantung pada penggunaan media sosial. Ini memberikan
kesempatan bagi individu untuk mengalihkan perhatian mereka ke kegiatan lain yang lebih
bermanfaat atau membangun keterampilan yang lebih produktif.
Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat berdampak negatif pada privasi dan
kesehatan mental seseorang. Dengan menghapus aplikasi media sosial dan membatasi akses
internet, individu dapat melindungi privasi mereka dengan mengurangi jejak digital mereka dan
mengurangi kemungkinan eksposur terhadap konten yang dapat mempengaruhi kesehatan mental
mereka. Ini juga dapat membantu mengurangi perasaan cemas, depresi, atau tekanan sosial yang
sering kali terkait dengan penggunaan media sosial yang berlebihan.
Dengan mengurangi penggunaan media sosial, seseorang dapat memanfaatkan waktu
luangnya untuk melakukan kegiatan produktif yang dapat meningkatkan kualitas hidup mereka.
Misalnya, mereka dapat fokus pada pekerjaan, belajar, berolahraga, menjalin hubungan
interpersonal secara langsung, atau mengejar hobi yang lebih memuaskan.
Penggunaan media sosial seringkali mengarah pada interaksi yang dangkal dan seringkali
terjadi di dunia maya. Dengan mengurangi intensitas penggunaan media sosial, seseorang dapat
lebih memprioritaskan interaksi sosial yang nyata dan bermakna. Ini dapat memperkuat
hubungan interpersonal dan meningkatkan kualitas komunikasi antarpribadi.
PENUTUP

Kecanduan media sosial telah menjadi masalah serius yang memengaruhi remaja di seluruh
dunia. Remaja cenderung menghabiskan waktu yang berlebihan di platform media sosial seperti
Facebook, Instagram, Twitter, dan Snapchat. Ketergantungan pada media sosial dapat memiliki
dampak negatif yang signifikan pada kesehatan mental dan kesejahteraan remaja.
Salah satu masalah utama yang muncul akibat kecanduan media sosial adalah peningkatan
rasa cemas dan depresi. Remaja sering terjebak dalam perbandingan sosial yang tidak sehat,
merasa tidak puas dengan diri sendiri, dan mengalami kecemasan sosial karena tekanan untuk
terus tampil sempurna di dunia maya. Selain itu, kecanduan media sosial juga dapat mengganggu
tidur, mengurangi produktivitas, dan mempengaruhi kualitas hubungan interpersonal.
Untuk mengatasi kecanduan media sosial, langkah pertama yang perlu diambil adalah
meningkatkan kesadaran akan masalah ini. Remaja perlu diberikan informasi tentang efek
negatif yang dapat timbul akibat penggunaan berlebihan media sosial. Selanjutnya, penting untuk
mengedukasi remaja tentang manajemen waktu yang sehat dan mengajarkan mereka
keterampilan sosial yang diperlukan untuk berinteraksi secara langsung dengan orang lain.
Selain itu, keluarga dan sekolah dapat memainkan peran penting dalam membantu remaja
mengatasi kecanduan media sosial. Membuat batasan waktu penggunaan media sosial,
mempromosikan kegiatan di luar ruangan, dan mendorong keterlibatan dalam kegiatan sosial dan
olahraga dapat membantu mengalihkan perhatian remaja dari media sosial. Mendukung
komunikasi terbuka dan mendengarkan perasaan dan kekhawatiran remaja juga sangat penting.
DAFTAR PUSTAKA

2, A. R. (2021, Juni). Penggunaan Media Sosial dalam Kesehatan Mental Remaja. Prophetic:
Professional, Empathy and Islamic Counseling Journal, 4, 10.
Netrawati, R. W. (2020, Oktober). Analisis tingkat kecanduan media sosial pada remaja . JRTI
(Jurnal Riset Tindakan Indonesia), 5, 6.

Anda mungkin juga menyukai