Anda di halaman 1dari 8

Dampak pengaruh media sosial

terhadap kecemasan

Disusun oleh

Asriati nurishaque 181810025

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PRODI PSIKOLOGI

2020/2021

1
Kata pengantar
Dengan menyebut nama allah swt yang maha pengasih dan penyayang ,saya panjatkan puja dan puji syukur
atas kehadiran nya ,yang telah melimpahkan rahmat,hidayah, dan inayah-nya kepada Saya,sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.

2
Daftar isi

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………………………………………. 1

KATA PEGANTAR……………………………………………………………………………………………………. 2

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………….. 3

BAB I ……………………………………………………………………………………………………………………… 4

Pendahuluan ………………………………………………………………………………………………………….. 4

Latar belakang ………………………………………………………………………………………………………… 4

Rumusan masalah……………………………………………………………………………………………………. 4

Tujuan………………………………………………………………………………………………………………………. 5

Bab II…………………………………………………………………………………………………………………………. 6

Pembahasan………………………………………………………………………………………………………………. 6

Bab III………………………………………………………………………………………………………………………… 7

Daftar pustaka………………………………………………………………………………………………………….. 7

3
BAB I

Latar belakang

Perkembangan teknologi saat ini semakin pesat sehingga membuat manusia lebih mudah, efektif dan efisien
dalam melaksanakan kegiatan pada keseharian mereka. Adapun teknologi yang memiliki perkembangan begitu
pesat saat ini yaitu adanya teknologi komunikasi dari internet. Internet berdampak positif dan negatif terhadap
kehidupan manusia. Selain itu, internet juga telah mengubah cara hidup manusia. Dampak positif dari
internet yaitu dapat berbelanja dengan online, bisa berkomunikasi antar saudara, sahabat di belahan bumi
manapun pada waktu yang diinginkan termasuk bisa berkomunikasi dengan orang yang belum pernah bertemu
serta memperoleh informasi yang dibutuhkan seseorang di zaman sekarang. Kemudahan yang diberikan oleh
media sosial membuat penggunanya menjadi cemas dan ketergantungan. Ketergantungan menurut definisi dari
Dependence Theory yaitu bahwa ketergantungan memiliki kaitan dengan usaha pemenuhan kebutuhan atau
pencapaian dari suatu tujuan yang bergantung pada sumber daya lain, dalam hal ini media sosial (Schrock, 2006).

Kandell (1998) menyatakan bahwa salah satu pengguna media sosial yaitu mahasiswa. Mahasiswa menjadi
lebih rentan terhadap ketergantungan pada media sosial. Berdasarkan survei yang disampaikan oleh APJII,
pengguna media sosial yang memiliki intensitas tinggi adalah individu dengan tingkat pendidik-an tinggi, artinya
semakin tinggi tingkat pendidikan individu maka semakin tinggi juga intensitas kegiatan mereka dalam
mengakses dan menggunakan media sosial (APJII, 2015). Alasan mahasiswa memiliki kerentanan yang tinggi
terhadap ketergantungan media sosial dibandingkan dengan kelom-pok masyarakat yang lain adalah karena
mahasiswa berada pada fase emerging adulthood Pada fase ini mahasiswa berada pada masa transisi dari
remaja akhir menuju kepada dewasa awal dan sedang mengalami dinamika psikologis (Kandell, 1998). Fase
emerging adulthood juga ditandai dengan karakter yang kurang stabil seperti untuk mengelola kebutuhan
hidup, hubungan interpersonal, berkembangnya aspek dalam ranah afektif dan ranah kognitif.

Fenomena awal yang ditemukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dalam satu hari mahasiswa dapat
mengak-ses media sosial dari smartphone mereka lebih dari 3 jam, dan waktu yang digunakan untuk
mengakses media sosial dalam sehari yaitu sekitar 5 jam. Aktivitas yang paling sering dilakukan oleh maha-siswa
di dunia maya adalah mengakses media sosial (84.2%), melakukan penca-rian/searching di google (65.7%),
menonton video (38.9%),dan mengakses e-mail (30.7%).Sebanyak 32% mahasiswa menyampaikan bahwa
mereka mengalami perasaan takut saat tidak dapat mencapai tujuan mereka ketika melihat foto teman atau
orang lain yang dengan mudahnya mengekspos kesuksesannya di media sosial. Mahasiswa dengan kecemasan
sosial cenderung melakukan komunikasi secara online dengan mempresentasikan dan mencitrakan dirinya

4
sebaik mungkin agar mendapatkan kesan dan citra yang positif dari pihak lain, bahkan terkadang kesan yang
ditampilkan tidak sesuai dengan diri aslinya.

Rumusan masalah

1. apa dampak media sosial?

2. Bagaimana media sosial bisa menjadi hal penting dizaman sekarang!

3. Mengapa media sosial bisa menggangu kecemasan seorang mahasiswa?

Tujuan penelitian

1.Untuk mengetahui dampak media sosial terhadap kecemasan tersebut

2.Untuk mengetahui bagaimana media sosial ini bisa menganggu kecemasan mahasiswa

5
Bab II
pembahasan

Masyarakat informasi diidentikan dengan jumlah media yang dikonsumsi. Dibuktikan dengan beredarnya arus
informasi yang begitu pesat disekitar mereka. Berkat teknologi baru seperti internet segala kebutuhan manusia
dapat dipenuhi. Mulai dari kebutuhan untuk bersosialisasi, mengakses informasi sampai kepada. pemenuhan
kebutuhan hiburan. Karena dengan media sosial kehidupan dunia nyata dapat ditransformasi ke dalam „dunia
maya‟. Masyarakat bisa dengan bebas berbagi informasi dan berkomunikasi dengan orang banyak tanpa perlu
memikirkan hambatan dalam hal biaya, jarak dan waktu. Namun dari kemudahan yang ditawarkan media tersebut,
terdapat sisi lain yang dapat merugikan penggunanya dan orang-orang disekitarnya. Seperti berita yang dikabarkan
dari media online (Taylor, 2013) bahwa Kementerian Pendidikan Jepang memperkirakan sekitar 518.000 anak-anak
pada tahun 2013 di Jepang berusia 12 dan 18 tahun mengalami kecanduan internet, dan mereka harus
direhabilitasi.

Maka salah satu upaya Pemerintah Jepang adalah dengan mengirimkan mereka ke internet fasting camp yaitu
sebuah perkemahan dimana mereka tidak bisa menggunakan internet, karena di tempat tersebut sengaja tidak
disediakan fasilitas internet sama sekali. Hal ini dilakukan agar mereka keluar dari dunia maya dan mendorong
mereka untuk melakukan komunikasi langsung dengan anak-anak yang lain dan orang dewasa. Rehabilitasi ini
bukan tanpa alasan, anak dan remaja yang terlalu lama bergaul dengan internet lebih mungkin mengalami depresi,
obesitas, gangguan peredaran darah dan gangguan tumbuh kembang mereka. mendefinisikan bahwa
ketergantungan berkaitan dengan upaya pemenuhan kebutuhan atau pencapaian tujuan dengan bergantung pada
sumber daya lain, dalam hal ini media sosial (Schrock, 2006: 4). Media tersebut dianggap oleh mereka sebagai satu-
satunya cara untuk memenuhi kebutuhan. Seolah-olah manusia tidak bisa hidup tanpa bantuannya. Sehingga
masyarakat mencari kepuasaan dalam teknologi dan menerima perintah dari teknologi. Keberadaannya dianggap
sebagai kekuatan sosial yang dominan. Seperti halnya yang diuangkapkan Neil Postman, bahwa teknologi
mendorong budaya technopoly yaitu suatu budaya dimana masyarakat di dalamnya mendewakan teknologi dan
teknologi tersebut mengontrol semua aspek kehidupan (Straubhaar, 2010: 50).

Dari fakta di atas mungkin saja dialami oleh masyarakat Kota Semarang, mengingat kota tersebut termasuk 10
kota terbesar di Indonesia dengan aktivitas online tertinggi. Pada diagram di bawah ini terlihat pengguna internet
disetiap tahunnya mengalami peningkatan. Data statistik menununjukkan pada tahun 2011 sebesar 22%, kemudian
ditahun berikutnya mengalami kenaikkan sebesar 43% (Yahoo!-TNS, 2013). Pertumbuhan tersebut didorong oleh
pergeseran penggunaan internet melalui jaringan yang digunakan secara kolektif seperti warnet (warung internet)

6
dan wifi berubah menjadi lebih personal. terutama penggunaan perangkat mobile. Maka tak heran jika internet
sering digunakan sebagai media sosial saat ini. Dengan mudahnya setiap pengguna membawa dunia maya mereka
ke ruang tidur, meja makan, sampai ke jalan sekalipun saat dia di dalam kendaraan. pada internet disebabkan rasa
cemas yang dimiliki oleh individu (Young, 2011: 39). Seseorang dengan kecemasan sosial menggunakan internet
berfungsi sebagai cara untuk mengobati kesendirian dan sebagai pengganti hubungan tatap muka yang tidak
diperolehnya dalam kehidupan sehari-hari karena takut untuk melakukan kontak langsung dengan orang lain dan
lebih memilih hanya komunikasi online

Menurut Communication Apprehension (CA), individu akan mengembangkan perasaan-perasaan negatif dan
memprediksi hal-hal negatif saat terlibat dalam interaksi komunikasi (DeVito, 2001: 80). Dan memiliki kepribadian
dengan ciri-ciri seperti rasa malu, gugup, diam, dan mengantisipasi untuk tidak berinteraksi demi menghindari
pandangan negatif dari orang lain (Geçer & Gümüs, 2010: 3008). Seseorang yang mengalami kecemasan sosial
secara oral akan sangat cemas ketika harus berbicara melalui telepon. Maka, akibatnya mereka akan bergantung
pada media komunikasi yang dapat dilakukan secara tulisan (Robbins, 2013: 355). Ada kemungkinan melalui
komunikasi secara online membuat orang merasa lebih didengar atau mereka dapat lebih mudah mengekspresikan
dirinya. Mungkin hal ini yang menjelaskan mengapa jaringan sosial telah meningkat secara signifikan dalam
beberapa tahun terakhir.

7
BAB III

DAFTAR PUSTAKA
APJIL, 2012,profil pengguna Internet Indonesia,asosiasi penyelenggara jasa internet Indonesia
Kandell, j j, 1998,internet addiction on campus:The Vulnerability Of College Students, Cyberpsychology
&behavior volume 1,number 1

Anda mungkin juga menyukai