Anda di halaman 1dari 10

Silvia Fardila Soliha, Tingkat Ketergantungan Pengguna Media Sosial dan Kecemasan Sosial

TINGKAT KETERGANTUNGAN PENGGUNA MEDIA SOSIAL DAN


KECEMASAN SOSIAL

Silvia Fardila Soliha*


Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Komunikasi FISIP UNDIP Angkatan V
Email: silvia.fardila.s@gmail.com

Abstract
This study aims to examine the correlation and influence between social anxiety and dependence on
social media among the undergraduate students in Semarang. Quantitative descriptive method was
being used to explain the causal relationship of two variables by collecting data that has been
distributed to 100 respondents randomly selected by using a multistage random sampling. Validity
test was done by using Spearman's technique and reliability analysis by Cronbach alpha coefficient
formula with the result of high reliability of the instrument status. The test of the effect was using a
simple linear regression analysis. The results of the research show there are positive and
significant relationship between the level of social anxiety and dependence on social media with a
strong enough relationship, as much as 31,4%, despite having very little effect, in which the
statistical test results show the value of R Square of 12.7% of variance level of dependence on
social media can be explained by changes in social anxiety variables with P-value = 0.000 which
are much more smaller than α = 0:05. While the 87.3% part explained by other factors outside this
research.

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dan pengaruh antara kecemasan sosial dan
ketergantungan pada media sosial di kalangan mahasiswa di kota Semarang. Metode penelitian
yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif untuk menjelaskan hubungan sebab akibat dua variabel
dengan cara mengumpulkan data yang telah disebarkan kepada 100 responden yang dipilih secara
random menggunakan Multistage Random Sampling. Uji validitas dilakukan dengan teknik
Spearman‟s dan Analisis reliabilitas menggunakan rumus koefisien Alpha Cronbach dengan hasil
bahwa reliabilitas instrumen berstatus tinggi. Adapun sebagai uji pengaruh menggunakan analisis
regresi linear sederhana. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara kecemasan sosial dan tingkat ketergantungan pada media sosial dengan tingkat
hubungan cukup kuat yakni sebesar 31,4% meskipun memiliki pengaruh yang sangat kecil, dimana
hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai R Square 12,7% dari variance tingkat ketergantungan
pada media sosial dapat dijelaskan oleh perubahan dalam variabel kecemasan sosial dengan P-value
= 0.000 yang jauh lebih kecil dari α = 0.05. Sedangkan sebesar 87,3% dijelaskan oleh faktor lain
diluar penelitian ini.

Kata kunci : kecanduan, internet, media sosial, interaksi sosial, integrasi sosial, Teori
Ketergantungan, kecemasan sosial

Pendahuluan mempublikasikan sebuah informasi.


Masyarakat informasi diidentikan Mengingat perkembangan teknologi informasi
dengan jumlah media yang dikonsumsi. dan komunikasi yang terus berinovasi,
Dibuktikan dengan beredarnya arus informasi sehingga memudahkan pengguna untuk
yang begitu pesat disekitar mereka. Selain itu, melakukannya.
kini informasi tidak hanya dibuat oleh institusi Berkat teknologi baru seperti internet
media tertentu, tetapi semua kalangan segala kebutuhan manusia dapat dipenuhi.
masyarakat pun mempunyai kesempatan yang Mulai dari kebutuhan untuk bersosialisasi,
sama untuk memproduksi dan mengakses informasi sampai kepada

1
JURNAL INTERAKSI, Vol. 4 No. 1, Januari 2015 : 1 - 10

pemenuhan kebutuhan hiburan. Kini, mendefinisikan bahwa ketergantungan


kehadirannya lebih dimanfaatkan sebagai berkaitan dengan upaya pemenuhan kebutuhan
media sosial oleh masyarakat (Baidu, 2014: atau pencapaian tujuan dengan bergantung
15). Karena dengan media sosial kehidupan pada sumber daya lain, dalam hal ini media
dunia nyata dapat ditransformasi ke dalam sosial (Schrock, 2006: 4). Media tersebut
„dunia maya‟. Masyarakat bisa dengan bebas dianggap oleh mereka sebagai satu-satunya
berbagi informasi dan berkomunikasi dengan cara untuk memenuhi kebutuhan. Seolah-olah
orang banyak tanpa perlu memikirkan manusia tidak bisa hidup tanpa bantuannya.
hambatan dalam hal biaya, jarak dan waktu. Sehingga masyarakat mencari kepuasaan
Namun dari kemudahan yang ditawarkan dalam teknologi dan menerima perintah dari
media tersebut, terdapat sisi lain yang dapat teknologi. Keberadaannya dianggap sebagai
merugikan penggunanya dan orang-orang kekuatan sosial yang dominan. Seperti halnya
disekitarnya. yang diuangkapkan Neil Postman, bahwa
Seperti berita yang dikabarkan dari teknologi mendorong budaya technopoly yaitu
media online (Taylor, 2013) bahwa suatu budaya dimana masyarakat di dalamnya
Kementerian Pendidikan Jepang mendewakan teknologi dan teknologi tersebut
memperkirakan sekitar 518.000 anak-anak mengontrol semua aspek kehidupan
pada tahun 2013 di Jepang berusia 12 dan 18 (Straubhaar, 2010: 50).
tahun mengalami kecanduan internet, dan Dari fakta di atas mungkin saja dialami
mereka harus direhabilitasi. Pemerintah oleh masyarakat Kota Semarang, mengingat
Jepang khawatir jika adanya dampak ini dapat kota tersebut termasuk 10 kota terbesar di
membatasi perkembangan mereka. Maka salah Indonesia dengan aktivitas online tertinggi.
satu upaya Pemerintah Jepang adalah dengan Pada diagram di bawah ini terlihat pengguna
mengirimkan mereka ke internet fasting camp internet disetiap tahunnya mengalami
yaitu sebuah perkemahan dimana mereka tidak peningkatan. Data statistik menununjukkan
bisa menggunakan internet, karena di tempat pada tahun 2011 sebesar 22%, kemudian
tersebut sengaja tidak disediakan fasilitas ditahun berikutnya mengalami kenaikkan
internet sama sekali. Hal ini dilakukan agar sebesar 43% (Yahoo!-TNS, 2013).
mereka keluar dari dunia maya dan mendorong Pertumbuhan tersebut didorong oleh
mereka untuk melakukan komunikasi langsung pergeseran penggunaan internet melalui
dengan anak-anak yang lain dan orang dewasa. jaringan yang digunakan secara kolektif
Rehabilitasi ini bukan tanpa alasan, anak dan seperti warnet (warung internet) dan wifi
remaja yang terlalu lama bergaul dengan berubah menjadi lebih personal. terutama
internet lebih mungkin mengalami depresi, penggunaan perangkat mobile. Maka tak heran
obesitas, gangguan peredaran darah dan jika internet sering digunakan sebagai media
gangguan tumbuh kembang mereka. sosial saat ini. Dengan mudahnya setiap
Kemudahan yang diberikan teknologi pengguna membawa dunia maya mereka ke
komunikasi baru membuat penggunanya ruang tidur, meja makan, sampai ke jalan
menjadi ketergantungan. Dependency Theory sekalipun saat dia di dalam kendaraan.

Gambar 1. Pertumbuhan Penggunaan Internet Bulanan di Beberapa Kota Besar di Indonesia (sumber :
Yahoo!-TNS Net Index Indonesia, 2013)

2
Silvia Fardila Soliha, Tingkat Ketergantungan Pengguna Media Sosial dan Kecemasan Sosial

Berdasarkan survey yang dilakukan oleh pada internet disebabkan rasa cemas yang
APJII, pengguna internet dengan intensitas dimiliki oleh individu (Young, 2011: 39).
tinggi ialah mereka yang memiliki tingkat Seseorang dengan kecemasan sosial
pendidikan tinggi, artinya semakin tinggi menggunakan internet berfungsi sebagai cara
tingkat pendidikannya, maka semakin sering untuk mengobati kesendirian dan sebagai
pula intensitas mereka untuk mengakses pengganti hubungan tatap muka yang tidak
internet (APJII, 2012). Salah satu populasi diperolehnya dalam kehidupan sehari-hari
yang memenuhi kriteria tersebut adalah karena takut untuk melakukan kontak
mahasiswa. langsung dengan orang lain dan lebih memilih
Menurut Kandell, mahasiswa adalah hanya komunikasi online. Dalam studi ilmu
kelompok yang terlihat lebih rentan terhadap komunikasi, kecemasan sosial berkaitan
ketergantungan pada internet dibandingkan dengan kecemasan komunikatif digambarkan
kelompok masyarakat lainnya. Karena sebagai perasaan takut atau khawatir jika
mahasiswa berada pada fase emerging berada pada situasi sosial. Menurut
adulthood yaitu masa transisi dari remaja akhir Communication Apprehension (CA), individu
menuju ke dewasa muda dan sedang akan mengembangkan perasaan-perasaan
mengalami dinamika psikologis (Kandell, negatif dan memprediksi hal-hal negatif saat
1998: 5). Pada fase ini, mahasiswa sedang terlibat dalam interaksi komunikasi (DeVito,
berproses membentuk identitas diri, berusaha 2001: 80). Dan memiliki kepribadian dengan
hidup mandiri dengan melepaskan diri dari ciri-ciri seperti rasa malu, gugup, diam, dan
dominasi ataupun pengaruh orang tua. Mencari mengantisipasi untuk tidak berinteraksi demi
makna hidup dan hubungan interpersonal menghindari pandangan negatif dari orang lain
yang intim secara emosional. Emerging (Geçer & Gümüs, 2010: 3008). Seseorang yang
adulthood juga memiliki karakter yang kurang mengalami kecemasan sosial secara oral akan
stabil seperti hubungan interpersonal, sangat cemas ketika harus berbicara melalui
pengelolaan kebutuhan hidup, pengembangan telepon. Maka, akibatnya mereka akan
emosional dan kognitif. Ketika individu bergantung pada media komunikasi yang dapat
mengalami kesulitan dalam perkembangannya, dilakukan secara tulisan (Robbins, 2013: 355).
maka untuk mengatasi hal tersebut Ada kemungkinan melalui komunikasi secara
penggunaan internet menjadi lebih penting online membuat orang merasa lebih didengar
dibandingkan apa yang dilakukan orang lain atau mereka dapat lebih mudah
pada umumnya, karena aktivitas online dapat mengekspresikan dirinya. Mungkin hal ini
memperluas dan memperkuat jaringan sosial yang menjelaskan mengapa jaringan sosial
mereka (Smahel, 2012: 2). Akan tetapi, telah meningkat secara signifikan dalam
aktivitas seperti ini dapat berbahaya jika media beberapa tahun terakhir.
sosial adalah fokus utama dari kehidupan Penelitian ini mencoba mengetahui
mereka sebagai sarana untuk mendapatkan pengaruh kecemasan sosial terhadap
dukungan sosial dan hubungan interpersonal ketergantungan individu sebagai pengguna
dikarenakan dapat mengarah pada perilaku media sosial. Karena berdasarkan uraian di
penyalahgunaan internet berupa atas, seseorang yang mengalami gangguan
ketergantungan pada media tersebut. Akses psikososial seperti rasa cemas atau perasaan
mereka pada media sosial lebih digunakan takut untuk bertemu dan berkomunikasi
sebagai sarana penghindaran dan pengobatan dengan orang lain akan lebih rentan menjadi
diri. Padahal, mengembangkan diri dan ketergantungan terhadap penggunaan media
membangun hubungan dengan orang lain sosial. Yang mana hal ini dapat merubah nilai-
memerlukan pengujian dan pengalaman nilai sosial budaya di Indonesia terutama yang
melalui kontak langsung agar dapat belajar berkaitan dengan pola interaksi antar individu.
bagaimana berinteraksi secara baik dengan Adanya interaksi yang tinggi, bukan dengan
siapa pun dan dalam konteks sosial apapun. individu tertentu tetapi dengan elektronik.
Para ahli menilai bahwa seseorang Padahal, pada awalnya media sosial diciptakan
mengalami kecanduan atau ketergantungan untuk menghubungkan diri mereka secara

3
JURNAL INTERAKSI, Vol. 4 No. 1, Januari 2015 : 1 - 10

pribadi dengan komunitasnya yang terpisah perhitungan tabulasi frekuensi melalui uji
secara fisik agar memudahkan mereka untuk statistik dan analisis regresi sebagai metode
berbagi ide, gagasan dan pengalaman (Kaplan, untuk menginterpretasi tingkat pengaruh
2010: 60). antara kecemasan sosial sebagai variabel
Penelitian ini bertujuan untuk independen dan tingkat ketergantungan
mendeksripsikan pengaruh kecemasan sosial sebagai variabel dependen.
terhadap ketergantungan pada media sosial,
rumusan masalahnya adalah: “Seberapa besar Hasil Penelitian
pengaruh kecemasan sosial terhadap Dari hasil prosedur frekuensi diketahui
ketergantungan pada media sosial di kalangan bahwa mayoritas pengguna media sosial pada
mahasiswa?”. Dari hasil penelitian ini, penelitian ini adalah berjenis kelamin
diharapkan masyarakat mengetahui penyebab perempuan dengan jumlah persentase sebesar
seseorang menjadi ketergantungan pada media 56%, sedangkan laki-laki sebesar 44%.
sosial, selain itu kontribusi yang didapatkan Mereka berada direntang usia antara 21-23
dari penelitian ini adalah menambah tahun yakni sebesar 54%, selanjutanya diposisi
pengembangan teoritis Dependency Theory kedua sebesar 35% berada direntang usia 18-
yang diintegrasikan dengan Communication 20 tahun. Sedangkan direntang usia 24-26
Apprehension sebagai kajian ilmu komunikasi. tahun hanya sebesar 11%. Keduanya tidak
Secara metodologis hasil penelitian ini dapat terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal
digunakan sebagai pijakan dasar untuk tingkat ketergantungan, artinya antara laki-laki
penelitian selanjutnya dalam kajian dan perempuan memiliki pola konsumsi yang
komunikasi terkait dengan dampak sama pada media sosial. Dilihat dari
penggunaan media baru. pemakaian waktu pun tidak terdapat perbedaan
Guna menjawab tujuan penelitian yang berarti, mereka sama-sama berada di
tersebut di atas, ada satu hipotesis yang tingkat yang tinggi dalam menghabiskan
diajukan pada penelitian ini, yaitu : kecemasan waktu untuk online.
sosial yang dimiliki oleh individu sebagai Rata-rata pengguna media sosial
pengguna media sosial memiliki pengaruh dikalangan mahasiswa di kota Semarang
terhadap ketergantungan pada media tersebut. memiliki 5 akun yang aktif. Dari gambar 2
bahwa sebesar 53% akun BBM lah yang
Metoda Penelitian paling sering dipantau oleh pengguna,
Penelitian ini bersifat eksplanatif yang kemudian disusul akun Facebook sebesar 34%.
menjelaskan hubungan sebab akibat dua Kemudian, perangkat digital yang paling
variabel dengan mengambil lokasi penelitian banyak digunakan dikalangan mahasiswa
di Kota Semarang. Adapun populasi dalam adalah smartphone, yakni sebesar 77%
penelitian ini adalah mahasiswa pengguna responden. Karena dipandang sebagai
media sosial. Sedangkan jumlah sampel yang perangkat yang ringan dan simpel untuk
dipakai sebanyak 100 responden yang dibawa, selain itu juga banyak industri
diperoleh melalui perhitungan rumus Slovin. elektronik yang menawarkan beragam
Dan pengambilan sampel menggunakan teknik smartphone dengan harga terjangkau bagi
penarikan acak bertingkat (Multistage Random kalangan menengah ke bawah.
Sampling) berdasarkan nama perguruan tinggi
di kota Semarang baik PTN maupun PTS.
Sehingga diperoleh 50 mahasiwa/i dari
perwakilan perguruan tinggi negeri, dan 50
mahasiswa/i dari perguruan tinggi swasta.
Selanjutnya, teknik pengumpulan data
dilakukan dengan menyebar kuesioner kepada
100 responden sebagai data primer, sedangkan
data sekunder diperoleh melalui kajian pustaka Gambar 2. Akses Media Sosial yang
dan literatur. Kemudian data tersebut dianalisis Sering dipantau Responden
dengan menginventarisir ke dalam bentuk

4
Silvia Fardila Soliha, Tingkat Ketergantungan Pengguna Media Sosial dan Kecemasan Sosial

Berikut terdapat beberapa fakta yang walaupun mereka berada digolongan usia
terjadi dikalangan mahasiswa di kota digital native, tetapi pengaruh yang dibawa
Semarang. Berdasarkan gambar 3 diketahui oleh media sosial di tengah masyarakat
bahwa sebagian besar mahasiswa tidak khususnya mahasiswa di kota Semarang tidak
mengalami kecemasan sosial. Artinya, rasa berdampak secara signifikan.
takut atau kecenderungan untuk tidak ingin
bertemu/ berkomunikasi dengan orang lain
dapat dikatakan tidak ada. Mereka luwes atau
tidak canggung ketika berbicara dalam sebuah
pertemuan kelompok, kemudian tidak ada rasa
khawatir ketika bertemu orang baru
disekeliling mereka. Akan tetapi, jika situasi
Gambar 4. Tingkat Ketergantungan Responden
nya adalah diharuskan mereka untuk berbicara pada Media Sosial
di depan banyak orang, rata-rata mahasiswa di
kota Semarang digambarkan memiliki Adapun hubungan antara variabel
kecemasan. kecemasan sosial (X) dan tingkat
ketergantungan (Y) pada media sosial dapat
dilihat pada tabel 1.1. Dari hasil uji koefisien
korelasi Spearman‟s rho didapat rs = 0.314
atau 31,4%, dengan P-value = 0.001 lebih
kecil dari α = 0.05, maka H0 : ρs = 0 ditolak.
Artinya, terdapat hubungan antara kecemasan
sosial dan tingkat ketergantungan pada media
Gambar 3. Tingkat Kecemasan Sosial Responden
sosial dengan arah hubungan bersifat searah
karena korelasinya bernilai positif. Jadi jika
Sejalan juga dengan tingkat
kecemasan sosial yang dialami oleh individu
ketergantungan yang dialami oleh mahasiswa
tinggi, maka tingkat ketergantungan mereka
di kota Semarang, berdasarkan gambar 4
pada media sosial juga tinggi. Selain itu,
mereka dapat dikategorikan sebagai pengguna
hubungan diantara keduanya memiliki
media sosial yang memiliki tingkat
keeratan yang cukup kuat.
ketergantungan yang rendah. Media sosial
tidak membawa pengaruh kepada mereka,
mungkin dikarenakan suatu hal. Artinya,
Tabel 1
Hasil Uji Korelasi Kecemasan Sosial dengan
Ketergantungan pada Media Sosial
Correlations

Kecemasan_X3 Ketergantungan_Z
Spearman's rho Kecemasan_X3 Correlation Coefficient 1.000 .314**
Sig. (2-tailed) . .001
N 100 100
**
Ketergantungan_Z Correlation Coefficient .314 1.000
Sig. (2-tailed) .001 .
N 100 100

Apabila dikaji berdasarkan nilai R2 (R Sedangkan sebesar 87,3% dijelaskan oleh


Square) menunjukkan bahwa 12,7% dari faktor lain diluar penelitian ini. Maka, dapat
variance tingkat ketergantungan pada media ditarik kesimpulan bahwa teori yang dipakai
sosial dapat dijelaskan oleh perubahan dalam sebagai dasar penelitian ini sesuai dengan
variabel kecemasan sosial dengan P-value = fakta yang ada di lapangan, walau kontribusi
0.000 yang jauh lebih kecil dari α = 0.05. yang diberikan sangat kecil atau dengan kata

5
JURNAL INTERAKSI, Vol. 4 No. 1, Januari 2015 : 1 - 10

lain pengaruh kecemasan sosial terhadap agar tidak bertemu dengan orang lain karena
ketergantungan pada media sosial adalah kecil. mereka memiliki perasaan takut atau khawatir
Tabel 2 jika berada pada situasi sosial apapun, seperti
Pengujian Hipotesis Kecemasan Sosial terhadap berada dalam lingkungan kampus, tempat
Model Summary kerja atau rumah.
Adjusted R Std. Error of Kecemasan sosial dalam Teori
Model R R Square Square the Estimate Ketergantungan dapat diposisikan sebagai
1 .356a .127 .118 6.353 faktor motif yang merupakan salah satu
a. Predictors: (Constant), Kecemasan_X3 penyebab seseorang memilih sumber media
Ketergantungan pada Media Sosial atau non media untuk memenuhi kebutuhan.
Selanjutnya menghasilkan beragam tingkat
Pembahasan ketergantungan pada masing-masing
Berdasarkan hasil penelitian output penggunanya.
SPSS di atas menunjukkan bahwa antara Seseorang dengan tingkat kecemasan
kecemasan sosial dan ketergantungan pada sosial yang tinggi atau orang-orang yang
media sosial memiliki hubungan yang kuat. mengalami gangguan kondisi sosial di
Artinya, penelitian ini memperkuat penelitian lingkungannya akan mendorong ia untuk
yang pernah dilakukan oleh Caplan (Young, menggunakan media sosial dan terlibat dalam
2011: 39). Menurutnya kecemasan sosial komunikasi online secara mendalam. Mereka
berkorelasi secara positif dengan Pathological mencari rasa nyaman dengan cara masuk dan
Internet Use (PIU), dengan kata lain bahwa berinteraksi dalam dunia maya (cyberspace).
kecemasan sosial secara teoritis merupakan Sebab hal inilah satu-satunya cara bagi mereka
faktor sebagai penyebab seeorang menjadi untuk memperoleh koneksi, membangun dan
ketergantungan. Hal itu menginterpretasikan mengembangkan hubungan dengan orang lain.
bahwa penelitian ini memberikan kontribusi Mengingat manusia secara fitrah adalah
pengembangan ilmu pengetahuan dalam kajian makhluk sosial yang tentunya membutuhkan
Teori Ketergantungan, dengan orang lain untuk mencurahkan isi hatinya,
mengintegrasikan antara konsep kecemasan menyalurkan emosi dan meminta pertolongan.
sosial dan Teori Ketergantungan. Sehinga bagi mereka media sosial adalah alat
Penggabungan diantara keduanya yakni yang efektif untuk memenuhi kebutuhan sosial
kecemasan sosial sebagai variabel independen yang tidak diperolehnya di kehidupan sehari-
dan ketergantungan sebagai variable dependen hari. Dan pada gilirannya, orang-orang seperti
telah menghasilkan hubungan yang positif dan itu akan menjadi sangat terpengaruh pada
signifikan. media tersebut. Sebagai contoh, individu yang
Kecemasan sosial menurut konsep memiliki kebutuhan tinggi yang berorientasi
Communication Apprehension (CA), pada pencarian informasi yang sedang
didefinisikan sebagai tekanan psikologis yang dibicarakan dalam media televisi dan mereka
dialami seseorang sebagai reaksi terhadap dengan sendirinya ter-expose lebih banyak
kehadiran orang. Ini berkaitan pula dengan media. Karena itu, mereka akan menjadi lebih
kecemasan komunikatif yakni digambarkan ketergantungan pada televisi dibandingkan
sebagai rasa takut yang berkaitan akan hal mereka yang orientasi kebutuhannya rendah.
berkomunikasi dengan orang lain. Apabila Begitu pula pada kasus dalam penelitian
digambarkan, orang-orang yang bahwa individu menggunakan media sosial
mengalaminya cenderung akan menghindari dengan orientasi untuk kebutuhan sosial yang
interaksi sosial bila memungkinkan, berbicara tidak dipenuhinya dikehidupan nyata karena
lebih sedikit jika dibutuhkan untuk terlibat rasa cemas, maka akan menjadi lebih
dalam percakapan, kurang lancar, dan bergantung pada media sosial sebagai alat
pengalaman tekanan psikologis yang berat komunikasi dirinya dengan orang lain.
(Littlejohn, 2009: 90). Pada implementasinya, Neil Postman menyatakan bahwa
kecemasan sosial digambarkan dalam kehadiran teknologi di tengah masyarakat
penelitian sebagai bentuk perasaan serta dapat membentuk suatu budaya yang disebut
perilaku seseorang berharap atau berusaha dengan technopoly. Teknologi didewakan dan

6
Silvia Fardila Soliha, Tingkat Ketergantungan Pengguna Media Sosial dan Kecemasan Sosial

diserahkan untuk mengontrol segala aspek sebatas pemberitahuan akan informasi, tetapi
kehidupan masyarakat (Straubhaar, 2010: 50). karena menggunakan media sudah menjadi
Seperti halnya media sosial dikatakan sebagai kebiasaan. Misalkan, setelah bangun tidur
transformasi kebudayaan, khususnya dalam seseorang langsung memeriksa smartphone
interaksi sosial (Thurlow, 2004: 2). Bagaimana dan membuka aplikasi media sosial yang
kita melihat di masa sekarang bahwa identitas, sering dipantau setiap harinya, hal itu mungkin
relationship dan komunitas dapat dibentuk saja dilakukan bukan bertujuan untuk mencari
melalui media sosial, bagaimana kita hidup informasi, tetapi merupakan bentuk refleks
dan bekerja sangat tergantung dengan yang sudah menjadi kebiasaan. Pola
teknologi. Bagaimana internet telah mengubah penggunaan „ritual‟ dalam sudut pandang
cara kita hidup. Kita bisa berbelanja secara penelitian aktivitas dan selektivitas bahwa
online, berhubungan dengan keluarga dan penggunaan media merujuk pada kebiasaan
teman, berkenalan dengan orang baru, dan frekuensi penggunaan oleh orang-orang
sehingga sulit untuk membedakan antara dengan hubungan yang kuat dengan media
pengguna media sosial dalam kategori tidak (McQuail, 2011: 163). Turkle di dalam
ketergantungan dan ketergantungan. bukunya The Second Self menyelidiki
Berikut gambaran umum media sosial keintiman antara pengguna dengan teknologi
yang dilihat dari pendekatan interaksi dan baru. Ditemukan bahwa sebagian orang
integrasi sosial pada bidang Ilmu Komunikasi. memperlakukan komputer seolah-olah objek
Pendekatan interkasi sosial membedakan tersebut adalah manusia yang kita perhatikan
media berdasarkan seberapa dekat media dan sebagai tempat peluapan emosi (Turkle,
dengan model interaksi langsung (face-to- 2005: 287). Artinya, ada kenyamanan
face). Sedangkan melalui pendekatan integrasi pengguna dalam komunikasi online sebagai
sosial media digambarkan bukan dalam bentuk pengungkapan diri dan interaksi dengan media
informasi, interaksi ataupun penyebarannya daripada langsung dengan manusia lain.
tetapi dalam bentuk ritual. (Littlejohn, 2009: Melalui penjelasan di atas, media sosial
413-414). Dari sudut pandang interkasi sosial, dapat dimanfaatkan sebagai satu-satunnya
media sosial menciptakan pemahaman baru media yang efektif bagi individu yang
mengenai komunikasi pribadi yang interaktif. memiliki kepribadian dengan ciri-ciri seperti
Media sosial tidak seperti interaksi langsung rasa malu, gugup, diam, dan mengantisipasi
(face to face), akan tetapi memberikan bentuk untuk tidak berinteraksi demi menghindari
interaksi baru yang membawa penggunanya pandangan negatif dari orang lain kepada
kembali pada hubungan interpersonal yaitu dirinya (Geçer & Gümüs, 2010: 3008). Karena
dalam bentuk interaksi termediasi atau disebut pola interaksi yang diciptakan oleh media
dengan Computer Mediated Communication tersebut hampir mendekati pola interaksi
(CMC). Melalui media sosial, individu satu secara langsung, akan tetapi dimediasi oleh
sama lain dapat berinteraksi secara realtime. perangkat digital. Sehingga, individu dapat
Beragam keuntungan dan kerugian yang dengan bebas berbicara tanpa ada rasa gugup,
diperoleh dari interkasi termediasi, media baru tanpa perlu melibatkan emosi ketika berbicara
mungkin memberikan waktu yang fleksibel dengan orang lain dan juga dapat
dalam penggunaan, tetapi juga menciptakan mengekpresikan diri kepada siapapun tanpa
tuntutan waktu yang baru. Sebagai contoh, perlu khawatir orang lain menilai kita seperti
pengguna media sosial dapat berinteraksi apa, karena media sosial memiliki sifat self-
melalui aplikasi chat kapan saja dan dimana presentation. Artinya, seseorang dapat
saja, tetapi mereka akan cenderung banyak mengontrol pandangan orang lain tentang diri
menghabiskan waktu untuk hal yang sama kita (Kaplan, 2010: 62). Kita dapat membuat
setiap harinya. citra diri secara konsisten dengan satu identitas
Kemudian media sosial berdasarkan sudut pribadi sesuai keinginan kita, apakah kita ingin
pandang integrasi sosial tidaklah berbeda dianggap sebagai orang yang dewasa, bijak
dengan media televisi. Media sama-sama atau sebaliknya. Maka, apabila tujuan-tujuan
dijadikan sebagai bentuk ritual. Artinya, tersebut dirasa terpenuhi oleh pengguna
manusia tidak menggunakan media hanya tersebut, kecenderungan untuk menjadi

7
JURNAL INTERAKSI, Vol. 4 No. 1, Januari 2015 : 1 - 10

ketergantungan akan timbul. Terdapat memilih atau lebih suka untuk berintaksi
diagnosa Goldberg mengenai Internet secara langsung (face-to-face) dibandingkan
Addiction Disorder untuk melihat pola chatting melalui media sosial. Responden
penggunaan yang mengarah pada kecanduan, tidak memiliki rasa takut untuk terlibat dan
yaitu sebagai berikut (Thurlow, 2004: 151-152): berinteraksi dengan orang lain, sehingga ia
(a) Tolerance, ditandai dengan peningkatan tidak menjadikan media sosial sebagai satu-
jumlah waktu secara mencolok dalam satunya medium untuk berinteraksi.
menggunakan internet untuk mencapai Pola konsumsi seperti itu mengarah pada
kepuasan. penggunaan bersifat instrumental yakni
(b) Withdrawal symptoms: kecemasan, menggunakan media berorientasi pada tujuan
berpikir obsesif tentang apa yang terjadi di tertentu dan tidak menganggap bahwa media
internet, berfantasi atau bermimpi tentang sosial adalah satu-satunya cara untuk
internet, menggerakan jari-jari untuk berinteraksi dengan orang lain. Mereka tidak
mengetik secara sukarela atau terpaksa. mudah terpengaruh apa yang diberikan oleh
(c) Banyak waktu yang dihabiskan dalam media kepadanya. Individu membentuk
kegiatan yang berkaitan dengan pemahaman sendiri akan isi dan makna media
penggunaan internet (misalnya, membeli dan mereka secara aktif memutuskan
buku-buku internet, mencoba web browser bagaimana menggunakan media (Niekamp,
baru, meneliti vendor internet, mengatur 2003: 18). Mungkin di saat ia berkomunikasi
file untuk di download). dengan orang lain secara termediasi disaat ia
(d) Kegiatan sosial yang penting, pekerjaan, sedang ingin mengisi waktu luangnya. Namun
atau rekreasi berkurang karena di saat ia ingin berbicara secara serius dan
penggunaan internet. mendalam, maka ia memilih untuk bertatap
muka langsung dibandingkan melalui
Lain halnya dengan mereka yang tidak komunikasi online.
memiliki kecemasan sosial, mereka cenderung Deskripsi di atas sejalan dengan apa
lebih aktif di dunia nyata dibandingkan dengan yang dinyatakan oleh Bessiere dalam studinya,
orang-orang yang memiliki rasa takut dan bahwa terdapat perbedaan dalam pemanfaatan
khawatir untuk bersosialisasi. Begitu pula penggunaan internet dan dampak yang
kondisi sosial secara psikologis yang hampir dihasilkan antara individu yang memiliki
mayoritasnya dimiliki responden dalam dukungan sosial dengan individu yang tidak
penelitian, ditemukan sebagai individu dengan memiliki dukungan sosial sama sekali di
tingkat interaksi sosial yang tinggi dalam lingkungannya (Bessiere, 2008: 15). Seseorang
lingkungannya. Sehingga hal ini memengaruhi yang aktif dalam jaringan sosial di kehidupan
hasil uji hipotesis di atas, yakni kecemasan nyata cenderung akan memanfaatkan internet
sosial memiliki pengaruh terhadap untuk komunikasi online dalam memperkuat
ketergantungan media sosial, namun dengan komunikasi dunia nyata tanpa harus
tingkat pengaruh yang sangat kecil. Artinya tergantung pada media tersebut, karena
data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa fungsinya hanya melengkapi saja.
responden merupakan individu dengan
kecemasan sosial yang rendah, sehingga akan Simpulan
menjadi sangat kecil untuk mereka menjadi Secara statistik terdapat pengaruh
ketergantungan pada media sosial. Karena kecemasan sosial terhadap ketergantungan
kecemasan sosial yang rendah diartikan bahwa pada media sosial secara signifikan dan
mereka memiliki dukungan sosial yang baik dengan arah positif. Artinya jika kecemasan
dan hal itu berdampak pada interaksi sosial di sosial tinggi, maka ketergantungan pada media
lingkungannya sehari-hari. Walaupun mereka sosialnya pun tinggi. Namun dengan pengaruh
menggunakan media sosial, mereka juga yang kecil.
merupakan pribadi yang dapat dengan mudah Rata-rata responden dalam penelitian
berinteraksi dengan orang-orang di situasi memiliki kecemasan sosial yang rendah,
sosial apapun. Selain itu, terdapat fakta pada sehingga menyebabkan mereka tergantung
penelitian ini bahwa sebesar 87% responden pada media sosial kecil. Mereka tidak

8
Silvia Fardila Soliha, Tingkat Ketergantungan Pengguna Media Sosial dan Kecemasan Sosial

memposisikan media sosial sebagai satu- untuk memilih sampel penelitian dengan
satunya alat untuk berinteraksi dengan orang melihat faktor psikologis dari segi tingkat
lain. Jika banyak orang mengatakan bahwa kematangan sosial mereka pada kelompok usia
dunia virtual menghubungkan orang di satu tertentu. Artinya, semakin tinggi tingkat
sisi dan memisahkan mereka di sisi lain, tetapi kecemasan sosial pada individu, kemungkinan
tidak berlaku pada responden dalam penelitian terdapat pengaruh yang kuat dengan efek
ini. media sosial berupa ketergantungan atau
Penelitian ini sejalan dengan Teori kecanduan pada media tersebut.
Ketergantungan, yang mana mengatakan Selain media sosial, penelitian berikutnya
bahwa motif adalah salah satu faktor yang disarankan untuk melihat dampak dari
dapat mendorong seseorang untuk penggunaan aplikasi media sosial yang lebih
menggunakan media dan selanjutnya dapat interaktif, seperti game online. Karena
menghasilkan beragam ketergantungan pada menurut para ahli, bahwa semakin interaktif
media tersebut. Kecemasan sosial dalam media tersebut, semakin tinggi tingkat
penelitian diposisikan sebagai motif individu ketergantungan/ kecanduannya.
untuk memenuhi kebutuhannya yang berkaitan
dengan interpersonal relationship, karena Daftar Pustaka
tidak dipenuhinya dalam lingkungan sehari- APJII, 2012, Profil Pengguna Internet
hari. Indonesia, Asosiasi Penyelenggara
Penelitian ini memberikan informasi yang Jasa Internet Indonesia.
berguna kepada masyarakat mengenai upaya Baidu, 2014, Jelajah Dunia Mobile di
penanggulangan sejak dini terhadap efek Indonesia, Baidu Indonesia.
negatif yang dibawa teknologi baru. Bessiere, K., Kiesler, S., Kraut, R. E., &
Berdasarkan temuan hasil penelitian, Boneva, B, 2008, Effects of Internet
khususnya para orangtua dapat memberikan use and social resources on changes
dukungan sosial yang optimal kepada anak- in depression, Information,
anak di rumah maupun lingkungan sekitar, Communication Society 11 (1).
sebagai upaya menghindari perasaan rasa DeVito, Joseph A, 2001, The Interpersonal
cemas kepada anak di lingkungan luar. Agar Communication Book (9th ed),
anak tumbuh dengan pribadi yang merasa Addison Wesley Longman.
diperhatikan oleh orang-orang terdekat, Geçer, Aynur Kolburan ., and Gümüs , Aynur
dihargai dan dicintai. Jika dukungan sosial di Eren, 2010, Prediction of public and
lingkungan sekitarnya terpenuhi, maka private university students‟
kecenderungan untuk terkena efek kecanduan communication apprehension with
dapat diminamilisir. lecturers, Procedia Social and
Penelitian survey yang digunakan dalam Behavioral Sciences 2: 3008–3014.
penelitian ini tidak cukup menjawab dampak yang Kandell, J. J, 1998, Internet Addiction On
dihasilkan dari penggunaan media sosial, karena Campus: The Vulnerability Of
pengaruh diantara kedua variabel sangat kecil. College Students, Cyberpsychology &
Rata-rata pengguna media sosial tidak mengalami Behavior Volume 1, Number 1.
kecemasan sosial dengan persentase sebesar 55%.
Kaplan, A. M., and Haenlein, Michael, 2010,
Begitu pula dengan ketergantungan responden
pada media sosial, sebesar 45% tingkat Users of the world, unite! The
ketergantungan mereka berada di tingkat yang challenges and opportunities of Social
rendah. Namun disisi lain, berdasarkan survey Media, Business Horizons 53: 59-68.
mereka memiliki waktu akses yang tinggi di depan Littlejohn, Stephen W., dan Karen A. Foss,
media sosial dan juga lebih banyak menggunakan 2009, Teori Komunikasi Theories of
aplikasi chatting, di mana hal ini diketahui pada Human Communication edisi
penelitian-penelitian sebelumnya dapat Sembilan, Salemba Humanika,
mengurangi kualitas hubungan mereka dengan Jakarta.
orang-orang di kehidupan nyata. Maka, pada Littlejohn, Stephen W., and Foss, Karen, 2009,
penelitian selanjutnya disarankan menggunakan Encyclopedia of Communication
metode penelitian kualitatif guna memperoleh
Theory, SAGE Publications Inc, Los
interpretasi data secara mendalam. Dan disarankan

9
JURNAL INTERAKSI, Vol. 4 No. 1, Januari 2015 : 1 - 10

Angeles.
McQuail, Denis, 2011, Teori Komunikasi
Massa Buku, 6th edition, Salemba
Humanika, Jakarta.
Niekamp, Raymond A, 2003, Audience
Activity Among Users Of The World
Wide Web A, Thesis, The
Pennsylvania State University.
Robbins, Stephen P., and Judge, Timothy A,
2013, Organizational Behavior, 15th
edition, Prentice Hall, New Jersey.
Schrock, Andrew, 2006, Myspace Or
Ourspace: A Media System
Dependency View Of Myspace,
Thesis, University Of Central Florida.
Smahel, D., Brown, B. B., & Blinka, L, 2012,
Associations between Online
Friendship and Internet Addiction
among Adolescents and Emerging
Adults, Developmental Psychology 48
(2) : 381-288.
Straubhaar, J., LaRose, R., and Davenpo, L,
2010, Media Now: Understanding
Media, Culture, and Technology, 7th
edition, Wadsworth, Cengage
Learning, United States of America.
Taylor, Victoria, 2013, Japan to Launch
‘Fasting’ Camps for Internet-
Addicted Students, Dalam
http://www.nydailynews.com/life-
style/japan-launch-internet-fasting-
camps-article-1.1440483, Diunduh
pada tanggal 6 Maret 2014 pukul
08:41 WIB.
Thurlow, C., Lengel, L., and Tomic, A, 2004,
Computer Mediated Communication
Social Interaction And The Internet,
Sage Publications, London, Thousand
Oaks, and New Delhi.
Turkle, S, 2005, The Second Self: Computers
and the Human Spirit. The MIT
Press, London.
Yahoo!-TNS Net Index Indonesia, 2013,
Online Media, Yahoo TNS, Jakarta.
Young, Kimberly S., and de Abreu, Cristiano
Nabuco, 2011, Internet Addiction - A
Handbook and Guide to Evaluation
and Treatment, JohnWiley & Sons
Inc, Canada.

10

Anda mungkin juga menyukai