Anda di halaman 1dari 12

NAMA : AHMAD ASFIQ ASFANI

NIM : 2022050016

BAB 1 JUDUL
STUDI TENTANG PENGARUH MEDIA SOSIAL TERHADAP
GENERASI Z

BAB II PENDAHULUAN
Di era globalisasi dimana 4g sudah sangat marak dan 5g sedang dalam
masa perkenalan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin
canggih, penyebaran informasi serta akses telekomunikasi dan transportasi semkin
cepat dan mudah. Media sosial merupakan suatu interaksi sosial antara individu
dalam berbagi dan bertukar informasi. Media sosial dapat mencakup berbagai ide,
pendapat, dan konten serta mampu menghadirkan dan mentranslasikan cara
berkomunikasi baru dengan teknologi yag sama sekali berbeda dari media
tradisional (Watson, 2009). Internet merupakan salah satu hasil dari kecanggihan
dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi buatan manusia.
Fungsi internet bermacam-macam, dan salah satunya adalah sebagai
tempat komunitas jejaring sosial dunia maya. Jejaring sosial merupakan suatu
layanan dari sebuah cakupan sistem software internet yang memungkinkan
penggunanya dapat berinteraksi dan berbagi data dengan pengguna yang lain
dalam skala yang besar. Situs jejaring sosial di internet bermacam-macam jenis
dan bentuknya, namun yang paling dikenal dan banyak diikuti remaja jaman
sekarang adalah Facebook, Twitter, Instagram, Path, Tiktok, dan situs jejaring
sosial yang lainnya. Perkembangan dunia teknologi yang sudah semakin inovatif
di era global telah memberikan dampak langsung kepada masyarakat terutama
bagi generasi muda.
Kegunaan media sosial bagi sebagian besar pengguna internet adalah
menonton video, membagi ulang postingan orang lain, menempatkan selfie, dan
membagi foto makanan. Social Memos (2016) Bagi masyarakat indonesia
khususnya kalangan remaja, media sosial telah menjadi candu, tiada hari yang
dilalui tanpa membuka media sosial, bahkan hampir 24 jam mereka tidak lepas
dari smartphone, (Sherlyanita, Rakhmawati 2016), menunjukkan bahwa pengguna
media sosial mengakses media sosial setiap harinya dengan durasi selama kurang
lebih satu jam setiap harinya.
Kalangan remaja yang mempunyai media sosial biasanya memposting
kegiatan pribadinya, curhatannya, serta foto-foto bersama teman-teman dan
keluarga. Dalam media sosial siapapun dapat dengan bebas berkomentar serta
menyalurkan pendapatnya tapa rasa khawatir. Padahal dalam perkembangan
sekolah, remaja berusaha mencari identitasnya dengan bergaul bersama tean-
teman sebayanya. Namun saat ini seringkali remaja yang beranggapan bahwa
semain aktif dirinya di media sosial maka mereka akan dianggap semakin keren
dan gaul. Sedangkan remaja yang tidak mempunyai media sosial biasanya
dianggap kuno atau ketinggalan jaman dan kurang gaul. Menurut (Putri, Nurwati,
& S., 2016) dalam jurnalnya, kata remaja berasal dari kata bahasa lati adolescere
yang artinya tumbuh atau tumbuh dewasa. Istilah ini mempunyai arti yang snagat
luas lagi yang mencakup dengan kematangan mental, emosional, sosial, fisik.
Masa ini menunjukan dengan jelas sifat transisi yang dialami anak. Masa remaja
merupakan masa transisi sebab pada saat itu, seseorang telah meninggalkan masa
kanak-kanak namun ia juga belum memasuki masa dewasa. Dalam hal ini remaja
yang dimaksud adalah generasi z, yang memiliki rentan tahun lahir dari 1997-
2012.

BAB II RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimanakah penggunaan media sosial di kalangan remaja generasi Z ?
2. Bagaimana pengaruh media social terhadap remaja generasi Z?

BAB III LITERATURE REVIEW

(Putri, Nurwati dan Budiarti 2016) menyebutkan dalam penelitiannya


bahwa media sosial memiliki dampak positif dan dampak negative bagi remaja.
Dampak positif antara lain memperluas jaringan dsalam lingkup pertemanan,
mendapatkan informasi yang bermanfaat. Namun memiliki dampak negative yaitu
tidak semua pengguna media sosial merupakan pengguna yang sopan dalam
bertutur kata atau berbagi konten yang dapat mengganggu kehidupan serta
komunikasi pengguna media sosial dengan keluarganya. Pemakaian media sosial
yang berlebihan (excessive use) adalah emosi yang diungkapkan lewat media
social yang dapat menular tanpa disadari oleh pengguna media sosial saat
membaca atau melihat konten dari pengguna yang lain.
Keadaan tersebut memungkinkan pengguna untuk merasakan emosi yang
sama ataupun emosi yang muncul lainnya secara tidak sadar. (Kramer,Guillory,
dan Hancock 2014) menyatakan bahwa penularan emosi dapat terjadi tanpa
melalui interaksi langsung dan tanpa informasi non-verbal. (Kramer,Guillory, dan
Hancock 2014) melakukan penelitian yang dapat membuktikan pengaruh media
sosial terhadap emosi penggunanya. (Kramer dkk 2014) memperoleh hasil yang
menunjukkan bahwa ketika pengguna media social banyak melihat konten media
sosial yang negatif maka akan memiliki 5 kemungkinan yang lebih besar akan
memposting konten yang bersifat negativ. Penelitian tersebut juga mengungkap
hal yang sebaliknya yaitu jika seseorang lebih sering melihat konten yang memuat
muatan positif maka kemungkinan untuk memposting konten yang bersifat positif
juga meningkat.
(Turkle 2011) mengemukakan bahwa seberapa lama seseorang
menghabiskan waktu bermain media sosial akan terjadi proses pembandingan
sosial yang bisa mengakibatkan efek depresif akibat munculnya reaksi “alone
together”. Penelitian lain yang mendukung hasil penelitian tersebut telah
menjabarkan bahwa semakin sering seseorang mengakses Facebook maka
semakin tidak bahagia orang tersebut (Kross dkk, 2013). Berdasarkan paparan
diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan media sosial yang berlebih
dapat memberikan pengaruh pada kondisi emosional dan suasana hati
penggunanya. Penggunaan media sosial perlahan-lahan akan mengubah perilaku
dan akhlak para penggunanya (Haiqo, Luqman 2014). Pelajaran dan hikmah yang
bisa diambil dari media sosial dapat dilihat dari banyaknya orang yang harus
berurusan dengan kepolisian hanya karena berkomentar dengan bahasa yang kasar
di media sosial. Selain itu terdapat berbagai kasus penipuan di media social.
Dari kasus di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa media sosial itu
sangat berbahaya bagi pengguna yang tidak mengetahui teknik dan etika dalam
penggunaannya. Penyalahgunaan media sosial akan menyebabkan kehancuran
akhlak pada semua kalangan masyarakat baik anak-anak, remaja maupun dewasa.
Akhlak merupakan salah satu pilar utama dalam kehidupan masyarakat sepanjang
sejarah. Dalam sejarah kehidupan kita sering melihat sebuah bangsa menjadi kuat
apabila ditopang dan dilandasi dengan akhlak yang baik, dan Sebaliknya, suatu
bangsa akan hancur ketika akhlaknya rusak (Latiful K 2017).

BAB IV TEORI

Teori Uses and Gratifications (Penggunaan dan Kepuasan) Teori ini


dikembangkan oleh Blummer dan Kutz (1974).  Mereka berpendapat bahwa
pengguna media memiliki peran aktif dalam memilih media yang digunakannya.
Sehingga, pengguna media dapat dikatakan sebagai pihak utama dalam suatu
proses komunikasi. Pada dasarnya menggunakan media berdasarkan motif-motif
tertentu. Media dianggap berusaha memenuhi motif khalayak. Jika motif
terpenuhi maka kebutuhan khalayak akan terpenuhi. Pada akhirnya, media
memenuhi kebutuhan khalayak disebut media efektif (Morissan, 2013). Dalam
hal ini, pengguna mempunyai pilihan untuk menentukan media yangs sesuai
dengan kebutuhanya. Teori penggunaan dan kepuasan memfokuskan perhatian
pada audiensi sebagai konsumen media massa, dan bukan pada pesan yang
disampaikan. Teori ini menilai bahwa audiensi dalam menggunakan media
berorientasi pada tujuan, bersifat aktif sekaligus diskriminatif. Audiensi dinilai
mengetahui kebutuhan mereka dan mengetahui serta bertanggung jawab terhadap
pilihan media yang dapat memenuhi kebutuhan mereka. Disini khalayak yang
menentukan mau mengkonsumi media apa yang kira kira memenuhi kebutuhan
atau kepuasan khalayak.
Kebutuhan dasar khalayak
1. Hiburan/Pengalihan
2. Hubungan Personal
3. Identifikasi kepribadian
4. Pengamatan

BAB V METODE
Teknik Pengumpulan Data : Metode penelitian yang digunakan adalah metode
kualitatif. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner terbuka. Menurut Creswell (2015) open ended question (pertanyaan
terbuka) didalam sebuah survei adalah sebuah metode pengumpulan data yang
menyajikan pertanyaan – pertanyaan yang mana peneliti tidak menyediakan
pilihan – pilihan jawaban maka dari itu informan dapat secara bebas memberikan
jawabannya. Informan dari penelitian ini adalah 145 pengguna media sosial yang
memiliki setidaknya 3 atau lebih media sosial yang berkategori SNS (social
networking site) seperti Facebook, Instagram, Twitter, Path, Youtube,
Whatsapp,Tic tok, Line dan lainnya yang digunakan secara aktif dan berusia 17 –
21 tahun yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 96 informan dan yang
berjenis kelamin laki –laki berjumlah 25, serta 22 – 36 tahun yang berjenis
kelamin perempuan berjumlah 15 informan dan yang berjenis kelamin laki –laki
berjumlah 9 informan. Teknik pengambilan sampel menggunakan snowball
sampling. Penyusunan panduan kuesioner terbuka berdasarkan aspek – aspek pada
regulasi emosi, yaitu strategies, goals, impulse, acceptance yang berjumlah 20
aitem dan pertanyaan seputar media sosial yang berjumlah 5 aitem dengan total 25
aitem. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang
diperoleh dianalisis menggunakan analisisisi (content analysis).
Ruang lingkup dan Scope penelitian : Fokus dari penelitian ini adalah Analisis
tentang mengetahui perilaku remaja dalam Penggunaan social media dan
mengetahui dampak pengaruh penggunaan media social pada remaja khususnya
pada generasi Z.
Instrumen penelitian : Wawancara, observasi partisipan, dan studi dokumen.
Partisipan : Remaja Kampung Tembelang.
Prosedur penelitian : Dalam hal ini, peneliti fokus terhadap penelitian yang
sesuai dengan fakta di lapangan dengan memberikan gambaran umum mengenai
bahan pembahasan hasil penelitian. Dengan melakukan penjelajahan terbuka
kemudian berakhir dalam beberapa remaja generasi Z yang diwawancarai. Remaja
tersebut diminta untuk menjawab pertanyaan umum, dan pewawancara atau
moderator group periset menjelajah dengan tanggapan mereka untuk
mengidentifikasi dan menentukan persepsi, pendapat dan perasaan tentang
gagasan atau topik yang dibahas.
Teknik analisis data : Peneliti berupaya mencari dan menata secara sistematis
catatan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi. Untuk meningkatkan
pemahaman peneliti tentang temuan-temuan berdasarkan permasalahan yang
diteliti.

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

Penggunaan media sosial di kalangan remaja generasi Z ?


Tidak dapat dipungkiri bahwa media sosial mempunyai pengaruh yang
besar dalam kehidupan seseorang. Bagi masyarakat khususnya kalangan remaja,
media sosial sudah menjadi candu yang membuat penggunanya tiada hari tanpa
membuka media sosial. Kalangan remaja yang mempunyai media sosial
memposting tentang kegiatan pribadinya, curhatannya, serta fotofoto bersama
teman, termasuk remaja generasi Z yang ada di Kampung Tembelang,merata
diantara mereka dipastikan setiap hari tidak pernah lepas dari penggunaan media
social, itu karena sebagian masyarakat menggangap bahwa semakin aktif mereka
di media sosial maka mereka akan semakin dianggap keren dan gaul. Sedangkan
remaja yang tidak mempunyai media sosial biasanya dianggap kuno atau
ketinggalan jaman dan kurang bergaul. Hal tersebut sesuai dengan teori
perkembangan remaja yang mengatakan bahwa masa remaja merupakan masa
perkembangan dalam segala hal.
Saat ini teknologi internet dan mobile phone makin maju maka media
sosial pun ikut tumbuh dengan pesat oleh karena itu kaum remaja saat ini sangat
ketergantungan terhadap media sosial ,mereka begitu identik dengan smartphone
yang hampir setiap harinya berada di tangan dan sangat sibuk berselancar di dunia
online yang seakan tidak pernah berhenti. Apalagi kini untuk mengakses
facebook, tiktok atau Instagram dll misalnya, bisa dilakukan dimana saja dan
kapan saja hanya dengan menggunakan sebuah mobile phone. “Yang jelas sudah
menjadi kebutuhan dan kebiasaan dalam menggunakan hp,bahkan seperti ada
yang kurang jika belum Menggunakan hp” ungkap david salah stu remaja
kampung Tembelang 7 Juni 2023.
Kalangan remaja yang menjadi hiperaktif di media sosial ini juga sering
memposting kegiatan sehari-hari mereka yang seakan menggambarkan gaya hidup
mereka yang mencoba mengikuti perkembangan jaman, sehingga mereka
dianggap lebih populer di lingkungannya. Namun apa yang mereka posting di
media sosial tidak selalu menggambarkan keadaan social life mereka yang
sebenarnya. Ketika para remaja tersebut memposting sisi hidup nya yang penuh
kesenangan, tidak jarang kenyataannya dalam hidupnya mereka merasa kesepian.
Manusia sebagai aktor yang kreatif mampu menciptakan berbagai hal, salah
satunya adalah ruang interaksi dunia maya. Seperti yang dikatakan narasumber
lain “Media social itu palsu apalagi instagram, biasanya saya tidak galau, tapi
iseng saja membuat story galau” ungkap widia salah satu remaja generasi Z 10
Juni 2023.
Penggunaan akses internet dengan mudah melalui telepon seluler seiring
hidup di era globalisasi pada Gen Z menghasilkan generasi yang bergantung
dengan internet. Dampak dari kemudahan dalam mengakses internet menciptakan
internet sebagai sumber referensi utama dalam mencari suatu informasi. Kaum
muda telah menjadi pengaruh yang kuat bagi orang-orang dari segala usia dan
pendapatan salah satunya jual beli di fb dll, serta pada cara orang-orang tersebut
mengonsumsi dan berhubungan dengan mereka.Penggunaan media sosial seperti
Facebook, Twitter, Instagram, hingga TikTok dipenuhi oleh berbagai generasi.
Jika Facebook lebih sering digunakan oleh Generasi X, maka TikTok lah yang
didominasi oleh Generasi Z. tak sedikit juga kalangan remaja generasi Z di
kampong Tembelang membuka aplikasi tik tok yang isinya hanya scroll scroll
video berdurasi pendek sebagai media untuk menangkap dan menyajikan
kreativitas, pengetahuan, dan momen lainnya, yang membuat kebanyakan orang
menjadi nyaman dalam melihatnya bahkan tidak hanya kaum remaja saja.

Pengaruh media sosial terhadap akhlak/perilaku remaja generasi Z?


Macam-Macam Media Sosial Teknologi media sosial sekarang ini
memiliki berbagai berbagai bentuk seperti misalnya majalah digital, forum
internet, weblog, blog sosial, microblogging, wiki, jejaring sosial, podcast, foto
atau gambar, video, rating dan bookmark sosial. Masing –masing memiliki
kelebihannya sendiri seperti blogging, berbagi gambar atau foto, video blogging,
wall-posting, berbagi musik atau lagu, chaatting, bahkan VoIP atau Voice over IP,
dan lain sebagainya,
Media sosial tentulah memiliki pengaruh baik bagi setiap penggunanya.
Pada usia remaja beberapa pengaruh baik yang didapat dari penggunaan media
sosial diantaranya sebgai sarana jual beli, sarana diskusi, dapat berinteraksi
dengan teman secara mudah dan pertukaran informasi difasilitasi dengan sangat
bagus[5]. Media sosial dapat digunakan untuk jual beli. Hal ini didukung dari
beberapa media sosial yang menyediakan tempat jual beli seperti contohnya shope
dll merupakan bagian dari sarana jual beli, ada juga yang sering digunakan oleh
kalangan generasi Z yaitu jual beli pada grub Facebook dimana mereka bisa
melakukan jula beli baarang mereka baik baru ataupun second, “Biasanya kita
juga melakukan cod barang mulai dari burung ,vapor, hp, baju dll itu dilakukan di
grup jual beli yang ada di facebook” Ungkap Farih Remaja Tembelang pada 9
Juni 2023. Dari hal ini akan membuat remaja lebih semangat untuk
mengembangkan jiwa bisnis/kewirausahaan dan dan mendapatkan teman yang
memiliki hobi sejenis. Media sosial juga dapat digunakan sebagai sarana diskusi.
Pada media sosial setiap orang berhak untuk memberikan pendapatnya dan
berdiskusi dengan orang lain. Dari diskusi yang dilakukan akan menimbulkan
wawasan yang lebih luas. Fungsi utama dari media sosial sendiri merupakan
media yang digunakan untuk berkomunikasi satu sama lain. Dari penggunaan
media sosial ini akan memudahkan komunikasi tanpa perlu bertemu secara
langsung. Pertukaran informasi dapat dilakukan secara cepat dan mudah melalui
sosial media.
Dibalik banyaknya pengaruh baik media sosial pada remaja tentu terdapat
pengaruh buruk dari penggunaan sosial media. Beberapa pengaruh buruk dari
media sosial diantaranya dapat mengganggu kegiatan belajar remaja. Remaja yang
telah kecanduan menggunakan media sosial atau gawai tentu dapat mengganggu
waktu belajar. Dari waktu belajar yang berkurang tentu akan berpengaruh pada
pendidikan. Saat ini sangat banyak kasus kejahatan dan penipuan secara online
melalui media sosial. Usia remaja merupakan usia yang rentan mendapat
kejahatan dan penipuan karena pada usia remaja ini seseorang akan mudah untuk
dipengaruhi. Sudah banyak kasus yang melibatkan remaja sebagai korban.
Kehidupan yang ada pada media sosial tentu berbeda dengan kehidupan di dunia
nyata. Pada media sosial setiap orang berhak mengutarakan pendapatnya dan tak
jarang pendapat yang disampaikan kurang sopan. Tak sedikit pula orang yang
melakukan cyberbullying. Ketika remaja mendapatkan cyberbullying atau
komentar yang kurang sopan mungkin akan mempengaruhi mentalnyaSelain itu
jjuga banyak tontonana yang kurang baik dikalnagan public baik di aplikasi
seperti tiktok, twitter, telegram bahkan facebook. Seperti yang dialami seseorang
remaja Inisial Z Kampung Tembelang, ia yang sulit terlepas dari konten-konten
dewasa seperti melihat hal yang negative, ia mengaku hamper setiap hari
menonton hal seperti merasa kecanduan dengan hal tersebut sehingga sulit untuk
menahannya, sehingga sangat menggangu komunikasi dirinya baik dimasyarakat
ataupun di lingkungan keluaraga.

BAB VII KESIMPULAN

Adanya perkembangan teknologi memberikan problematika secara


langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat khususnya remaja
sebagai pengguna teknologi itu sendiri. Remaja merupakan seseorang yang
sedang mengalami peralihan menuju dewasa. Remaja pun belum dewasa
secara fisik dan emosi tetapi tidak juga anak anak. Remaja memiliki risiko
lebih besar terkena dampak dari perkembangan teknologi melalui emdia
sosial ini karena , teknologi digital berkrmbang begitu cepat, mulai dari
transaksi hingga bersilaturahmi kita tetapi bak dua mata sisi pedang. Media
sosial yang sebagai wadah baru untuk berinteraksi secara online, menjadi
dunia yang lebih menarik bagi remaja. Dimana remaja bisa berinteraksi,
menjalin pertemanan, lingkup pergaulan luas dan mudah mengakses
informasi dengan sekali klik.
Kemudahan yang ditawarkan oleh media sosial sangat dimanfaatkan
oleh kalangan remaja. Hal itu bisa memberikan dampak baik dan dampak
buruk. Disisi baiknya, remaja menjadi lebih bisa bekerjasama dna
berkoordinasi dengan temannya dengan mudah, akses komunikasi yang
lancar menjadikan remaja mudah untuk bisa mengontaki teman. Remaja
bisa menggunakan media sosial sebagai wadah mengembangkan diri,
seperti yang suka menyanyi dengan membuat video menyanyi dan
mengunggah ke media sosial, menjadi wadah ilmu baru bagi remaja juga
bisa melihat tutorial apa yang diinginkan, dimana remaja dapat mengakses
informais yang diinginkan.
     Dibalik sisi positif yang ditawarkan , media sosial bagi remaja pun
memiliki dampak negatif atau dampak buruk. Remaja yang diberikan
kebebasan mengakses informasi akan sulit membedakan informasi yang
benar atau hoaks karena sedikitnya pendampingan orang tua saat remaja
mengakses media sosial. Remaja pun dapat mudah melihat konten-konten
yang amoral atau tidak sesuai dengan umur mereka, mendengar
pembicaraan atau omongan yang bersifat negatif yang hasilnya
memengaruhi remaja semakin berkurang memiliki nilai-nilai moral dan
kesopanan.Penggunaan media social pada remaja usia 12-17 tahun tentu perlu
dipantau orang yang lebih dewasa. Hal ini bertujuan agar pengaruh yang didapat
adalah pengaruh baik.
DAFTAR PUSTAKA

Watson, M. (2009). Twittering healthcare: Social media and medicine.


Telemedicine and e-Health, 15, 507–510. doi:10.1089/tmj.2014.9955
Memos, Social. (2016). Hootsuite. 2017. DIGITAL IN 2017: GLOBAL
OVERVIEW… ) )
Sherlyanita, A. K., & Rakhmawati, N. A. (2016). Pengaruh dan Pola Aktivitas
Penggunaan Internet serta Media Sosial pada Siswa SMPN 52 Surabaya.
Journal of Information Systems Engineering and Business Intelligence,
17- 22. doi:10.20473/jisebi.2.1.17-22
Putri, W. S. R., & Nurwati, N. (2016). Pengaruh Media Sosial Terhadap Perilaku
Remaja. Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat,
3(1).doi:10.24198/jppm.v3i1.13625
Kramer, A. D. I., Guillory, J. E., & Hancock, J. T. (2014). Experimental evidence
of massive-scale emotional contagion through social networks. 
Turkle, S. (2011). Alone together: Why we expect more from technology and less
from each other. UK: Hachette UK.
Kross, E., Verduyn, P., Demiralp, E., Park, J., Lee, D. S., Lin, N., ... & Ybarra, O.
(2013). Facebook use predicts declines in subjective well-being in young
adults. PloS one, 8(8), e69841. doi:10.1371/journal.pone.0069841
Latifatul Khoiriyah, Pengaruh Media Social terhadap Akhlak Mahasiswa Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (Stain) Metro, (Lampung: Stain Metro,2017),
h. 2.
Haiqo Wibawa Satria dan Luqman Arifin, Panduan Optimalisasi Media Sosial
untuk
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, (Jakarta: Kemendagri RI, 2014),
h. 14.
(Dr. Era Mutiara Pertiwi)
https://unair.ac.id/kesejahteraan-psikologis-gen-z-pengguna-media-sosial-
peran-harga-diri-ketergantungan-media-sosial-dan-motif/
https://dewey.petra.ac.id/repository/jiunkpe/jiunkpe/s1/ikom/2019/
jiunkpe-is-s1-2019-51415091-45037-motif-chapter2.pdf (landasan Teori
Uses and Gratifications)

Anda mungkin juga menyukai